TEORI DASAR
Irigasi adalah segala usaha manusia yang berhubungan dengan perencanaan dan
pembuatan sarana untuk menyalurkan serta membagi air ke bidang-bidang tanah
pertanian secara teratur, serta membuang air kelebihan yang tidak diperlukan lagi.
Curah hujan total tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan air.
Meskipun hujan cukup, tetapi tidak terdistribusi secara baik sepanjang tahun.
Terdapat keperluan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang
dapat dicapai melalui irigasi secara layak dilaksanakan baik ditinjau dari segi teknis,
ekonomis maupun sosial.
Iklim menjadi dingin dan lembab, sehingga menimbulkan ganguan pada daerah yang
sebelumnya sudah dingin dan lembab.
Jaringan irigasi yang perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan kurang baik akan
menimbulkan genangan air yang dapat memberikan kesempatan bagi
perkembangbiakan nyamuk yang dapat menjadi sumber penyakit malaria.
Irigasi secara berlebihan dapat menimbulkan kejenuhan yang terlalu tinggi pada
tanah, yang dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman. Ini terjadi terutama pada
daerah-daerah yang drainasenya kurang baik.
Tujuan irigasi secara langsung maupun tidak langsung untuk pertanian adalah
sebagai berikut :
Membasahi tanah
Dengan pembasahan tanah dimaksudkan agar :
Zat-zat makanan dalam tanah yang diperlukan tanaman dapat larut sehingga mudah
diserap oleh akar tanaman.
Mencukupi lengas lapang dari tanah agar tetap dalam prosentase yang diperlukan
tanaman untuk tumbuh terutama pada musim kering.
Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya 4 unsur fungsional pokok, yaitu :
Bangunan – bangunan utama dimana air diambil dari sumbernya, umumnya dari sungai
atau waduk.
Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak tersier.
Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif, air
irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam
suatu sistem pembuangan di dalam petak tersier.
Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air ke
sungai atau saluran-saluran alamiah.
Di dalam proyek-proyek sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur, air
kelebihan akan mengalir ke selokan pembuang. Para pemakai air tergabung dalam suatu
kelompok sosial yang sama dan tidak diperlukan keterlibatan pemerintah dalam organisasi
jaringan irigasi semacam ini.
Persediaan air biasanya melimpah dan kemiringan berkisar antara sedang sampai
curam. Oleh karena itu hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air.
Jaringan irigasi yang masih sederhana ini mudah diorganisir tapi memiliki kelemahan yang
serius.
Pertama-tama ada pemborosan air, dan karena pada umumnya jaringan irigasi itu
terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah
rendah yang subur.
Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan irigasi teknis adalah pemisahan
antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang. Hal ini berarti bahwa baik saluran irigasi
maupun saluran pembuang bekerja tetap sesuai dengan fungsinya masing-masing, dari
pangkal hingga ujung. Saluran air irigasi mengalirkan air lebih dari sawah-sawah ke
selokan-selokan pembuang alamiah yang kemudian akan membuangnya ke laut.
Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah
petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhannya berkisar antara 50
– 100 ha, kadang-kadang sampai 150 ha. Petak tersier menerima air dari suatu tempat
dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu jaringan pembawa yang diatur oleh Dinas
Pengairan. Pembagian air dalam petak tersier diserahkan kepada petani. Jaringan saluran
tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung dalam suatu
jaringan pembuang tersier dan kuarter selanjutnya dialirkan ke saluran pembuang primer.
Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip di atas adalah cara
pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktu merosotnya
persediaan air serta kebutuhan-kebutuhan pertanian.
Kelemahannya adalah jaringan jaringan semacam ini sulit diatur dan dieksploitasi,
lebih cepat rusak dan menampakkan pembagian air yang tidak merata. Bangunan-bangunan
tertentu di dalam jaringan tersebut akan memiliki sifat-sifat seperti bendung dan
relatif mahal.
Pada peta irigasi terlebih dahulu dibuat peta petak yang merupakan dasar untuk
menentukan ukuran berbagai pekerjaan yang diperlukan. Dari petak terlihat seluruh
daerah yang akan dialiri, batas dan luasan petak, petak sekunder, tersier dan saluran
pembuang. Lokasi pengambilan air pada irigasi, baik berupa bangunan bebas maupun
bangunan bendung juga terlihat.
Pada pembuatan peta petak digunakan peta mozaik sebagai peta situasi dan peta
garis tinggi (contour) dengan skala 1 : 5000 dimana lukisan garis tinggi atau trances yang
birinterval 0,5 m.
Setelah peta tersebut dipelajari dengan seksama dan telah mendapatkan kesan
dan formasi kemiringan lapangan maka dapat diambil ketentuan tanah tinggi yang akan
dialiri dan tempat pengambilan di sungai. Bila bangunan pengambilan di sungai merupakan
bangunan bebas (free intake) maka perlu dicarikan tempat dimana aliran sungai tidak
berpindah. Sedangkan apabila bangunan pengambilan dilengkapi dengan bendung, maka
harus dicari lokasi yang agak lurus lalu tentukan ketinggian salauran induk di hilir
bangunan pengambilan.
Saluran sekunder
Adalah saluran yang mengairi satu atau lebih petak tersier dan menerima air dari
saluran induk atau saluran tersier sebulumnya.
Saluran tersier
Adalah saluran yang mengairi satu petak tersier dan menerima air dari saluran
sekunder. Luas petak tersier 50 – 150 ha.
Saluran kuarter
Adalah saluran yang mengairi satu petak sawah dan menerima air dari saluran
tersier. Luas petak kuarter 8 – 15 ha.
Saluran pembuang
Adalah saluran yang dipakai untuk membuang air yang telah dipakai pada petak-petak
petani dan mengaliri daerah garis tinggi atau tegak lurus di atasnya dan terletak
pada daerah rendah atau lembah-lembah.
Pada jaringan irigasi juga terdapat beberapa bangunan, yang terdiri atas :
Bangunan bagi
Adalah bangunan yang membagi air dari saluran induk maupun sekunder sesuai
jumlah air yang dibutuhkan dalam setiap petak sekunder.
Bangunan sadap
Adalah bangunan yang membagi air dari saluran sekunder ke saluran tersier sesuai
jumlah air yang dibutuhkan.
1.10.1.Saluran Kuarter :
Petak kuarter mendapat air dari box tersier melalui saluran kuarter dengan syarat :
Petak tersier harus mendapat air hanya dari satu bangunan sadap ke saluran induk
maupun sekunder.
1.10.2.Petak Tersier
Harus sedapat mungkin kelihatan bebas dan jarak sawah yang terjauh dari
bangunan sadap 3 km, agar dapat memudahkan dalam pembagian air.
Luas petak tersier tergantung dari bentuk lapangan yang berkisar 50 – 150 ha.
Sungai
Untuk menghitung luas petak dengan tepat, biasanya digunakan alat plannimeter.
Namun dengan cara pendekatan, petak sawah dapat dibagi atas bentuk segitiga,
trapesium, empat persegi panjang dan sebagainya, kemudian dikali dengan skala pada
peta, maka luas sesungguhnya diperoleh.
1.12.1.Sistem supply
Saluran Primer diberi nama menurut nama sungai tempat mengambil air, tetapi
juga diberi nama dengan cara lain misalnya menurut nama daerah yang dilayani.
Misalnya suatu saluran primer mengambil air dari sungai Antara dan melayani
daerah Kampung Paria, saluran dapat diberi nama saluran Antara, juga dapat
diberi nama saluran Kampung Paria.
Saluran Sekunder diberi nama menurut nama desa yang dekat dengan permulaan
saluran. Misalnya saluran sekunder Paria, berarti saluran sekunder tersebut
permulaannya dekat desa Paria.
Suatu saluran dibagi menjadi bagian-bagian atau ruas-ruas. Misal suatu ruas
mempunyai nama Rs2 berarti ruas itu terletak antara Bs1 dengan Bs2.
Bangunan pembagi diberi nama seperti pemberian nama pada suatu ruas, tapi
huruf R yang artinya ruas, diganti dengan huruf B yang berarti bangunan.
Dalam hal ini bangunan pembagi. Misalnya Bs1 berarti bangunan pembagi pada
akhir ruas Rs1.
Nama bangunan-bangunan antara bangunan pembagi diberi nama sesuai nama
bangunan pembagi di sebelah hilirnya, kemudian ditanbah huruf kecil berturut-
turut dari hulu ke arah hilir. Misalnya Bs1a ; Bs1b ; Bs1c ; dan seterusnya.
Saluran tersier diberi nama menurut bangunan bagi dimana saluran tersier itu
menerima air, dan huruf B yang berarti bangunan dihilangkan dan diberi
tambahan indikasi yang memperjelas posisi saluran. Misal untuk menunjuk arah
kanan diberi indikasi ka, tengah ta, kiri ki. Sebagai contoh adalah saluran tersier
s2ka (arah aliran pada saluran tersier itu menerima air dari Bs 2 dan arah aliran
pada saluran tersier itu ke sebelah sisi kanan saluran besar pada Bs 2.
A Q
50,000 0,1234
artinya adalah :
1.12.2.Saluran Pembuang
Saluran pembuang pada umumnya berupa sungai atau anak sungai yang lebih kecil.
Beberapa diantaranya sudah mempunyai nama yang tetap bisa dipakai, jika tidak
sungai/anak sungai tersebut akan ditunjukkan dengan sebuah huruf bersama-sama
dengan nomor seri. Nama-nama ini akan diawali dengan huruf d (d=drainase).
1.13.1.Debit Rencana
Berdasarkan luas petak-petak yang akan dialiri, maka debit rencana sebuah
saluran dapat dihitung dengan rumus :
A × NFR×c
Q= e (sumber : Kp 03, hal 4)
dimana :
e = efisieinsi
= 0,8 untuk saluran tersier dan 0,9 untuk saluran primer dan sekunder
Q > 10 45
5 < Q < 10 42,5
1<Q<5 40
1.13.3.Dimensi Saluran
b = n * h’
A =Q/V
A = (b + m.h)h
P =
b+(2h×√ 1+m2 )
A
R = P (m)
T = b + 2 mh (m)
2
V
I =
[ ]
k . R2/3
Dimana :
m = kemiringan talud
n = perbandingan b dengan h
Kapasitas rencana jaringan pembuang intern untuk sawah dihitung dengan rumus :
Dimana :
A = luas (ha)
Untuk modulus pembuang rencana (Dm), dipilih curah hujan 3 hari dengan periode
ulang 5 tahun, dengan rumus :
Dm = D(n) / (n.8,69)
Dimana :
Dimana :
R(n)T = curah hujan dalan n hari berturut-turut dengan periode ulang T tahun
(mm)
P = perkolasi (mm/hari)
Tinggi muka air yang diperlukan dalam jaringan utama didasarkan pada tinggi
muka air yang diperlukan oleh awah yang akan diairi. Prosedurnya adalah menghitung
tinggi muka air yang diperlukan dibangunan sadap yang mengairi petak tersier. Ketinggian
ini ditambah lagi dengan kehilangan tinggi energi bangunan sadap tersier lantaran variasi
muka air akibat eksploitasi jaringan utama pada ketinggian muka air partial.
P =A+a+b+c+d+e+f+g+H+z
Dimana :
(= 5 cm)
Biru untuk jaringan irigasi, garis penuh untuk jaringan pembawa yang ada, dan
garis putus-putus untuk jaringan yang sedang direncanakan.
Merah untuk sungai dan jaringan pembuang, garis penuh untuk jaringan yang
sudah ada, garis putus-putus untuk jaringan yang sedang direncanakan.
Cokelat untuk jaringan jalan.
Kuning untuk daerah yang tidak diairi, misalnya dataran tinggi atau rawa-
rawa.
Hijau untuk perbatasan kabupaten, kecamatan, desa dan kampung.
Merah untuk tata nama bangunan.
Hitam untuk jalan kereta api.
Warna bayangan akan dipakai untuk batas-batas petak sekunder, petak
tersier, akan diarsir dengan warna yang lebih muda dari warna yang sama.
1.15. BANGUNAN PENGUKUR DEBIT
Agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif, maka debit harus diukur pada hulu
saluran primer, pada cabang saluran dan pada bangunan sadap tersier. Berbagai macam
bangunan dan peralatan telah dikembangkan untuk maksud ini, namun demikian untuk
menyederhanakan pengelolaan jaringan irigasi hanya beberapa jenis bangunan saja yang
dapat dipergunakan daerah irigasi.
Rekomendasi penggunaan bangunan tertentu didasarkan pada beberapa faktor penting,
antara lain :
Alat ukur ambang lebar dianjurkan karena bagunan kokoh dan mudah dibuat.
Karena bisa mempunyai berbagai bentuk mercu, bangunan ini mudah disesuaikan dengan
type saluran apa saja. Hubungan tunggal antara muka air hulu dan debit mempermudah
pembacaan debit secara langsung dari ipapan duga, tanpa memerlukan tabel debit.
1.15.1.1.Perencanaan Hidrolis
Perencanaan debit untuk alat ukur ambang lebar dengan bagian segi empat
adalah:
Dimana :
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit
= Cd adalah 0,93 – 0,10 H1/L ; untuk 0,1 < H1/L < 1,0
bc = lebar mercu, m
Persamaan debit untuk alat ukur ambang lebar bentuk trapesium adalah:
Dimana :
Pintu romijn adalah alat ukur ambang lebar yang biasa digerakkan untuk
mengatur dan mengukur debit di dalam jaringan saluran irigasi. Agar dapat bbergerak
mercunya dibuat dari pelat baja dan dipasang di atas pintu sorong. Pintu ini dihubungkan
dengan alat penggerak.
Dimana :
Q = debit, m3/dt
bc = lebar mercu, m
Tabel 2.1 Besaran debit yang dianjurkan untuk alat ukur Romijn Standar
Alat ukur ini menggunakan prinsip hidrolika aliran yang melalui bukaan pada bawah
pintu. Bagian bawah pintu dibuat dengan sistem bulat sedemikian rupa sehingga
mengurangi hambatan pada aliran.
b = lebar bukaan, m
Alat ukur crump de gruyter dapat dipakai dengan berhasil jika keadaan muka air
disalurkan selalu mengalami fluktuasi atau jika oriffice harus bekerja pada keadaan muka
air rendah disalurkan. Alat ukur ini mempunyai kehilangan tinggi energi yang lebih besar
dari pada alat ukur romijn. Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang memadai,
pemeliharaannya tidak sulit dibandingkan dengan bangunan-bangunan lainnya yang serupa.
Banyak jaringan saluran irigasi dieksploitasi sedemikian rupa sehingga muka air
disaluran primer dan saluran cabang dapat diatur pada batas-batas tertentu oleh
bangunan pengatur yang dapat bergerak. Dalam keadaan eksploitasi demikian, muka air
dalam hubungannya dengan bangunan sadap tersier tetap konstan.
Dilihat dari segi konstruksi, pintu scot balk merupakan peralatan yang sederhana.
Balok-balok profil segi empat itu diletakkan tegak lurus terhadap potongan segi empat
saluran.
Balok-balok tersebut disanggah di dalam sponneng yang lebih lebar 0,03m – 0,05m dari
tebal balok-balok itu sendiri.
Aliran pada skot balok dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan tinggi
debit berikut :
b = lebar normal, m
Pemasangan dan pemindahan balok memerlukan sedikitnya dua orang dan hanya
menghabiskan waktu.
Tinggi muka air dapat diaitur selangkah demi selangkah saja, setiap langkah sama
dengan tinggi sebuah balok.
Ada kemungkinan dicuri orang.
Skot balk biasanya dioperasikan oleh orang yang tidak berwewenang.
Karakteristik tinggi debit aliran pada balok belum diketahui secara pasti.
Dimana :
Q = debit, m3/dt
ΔH = koefisien debit
a = bukaan pintu, m
Pintu scot balk dan pintu sorong adalah bangunan-bangunan yang cocok untuk
mengatur tinggi muka air disalurkan. Pintu harganya mahal tapi bisa lebih ekonomis
karena ketelitian berfungsinya bangunan ini.
Kelebihan lain adalah bahwa pintu lebih mudah dieksploitasi, mengontrol muka air lebih
baik dan dapat dikunci di tempat agar setelannya tidak dirubah oleh orang-orang yang
tidak berwewenang. Kelebihan utama yang dimiliki oleh pintu sorong pintu ini kurang peka
terhadap perubahan-perubahan tinggi muka air dan jika dipakai bersama-sama dengan
bangunan-bangunan pelimpah, bangunan ini memiliki kepekaan yang sama terhadap
perubahan muka air. Jika dikombinasikan demikian, bangunan ini sering memerlukan
penyesuaian. Sebagai bangunan pengatur, tipe bangunan ini dianjurkan pemakaiannya dan
eksploitasinya mudah, walaupun punya kelemahan-kelemahan seperti yang disebutkan
tadi.
Bangunan pengontrol ini dibutuhkan ditempat-tempat dimana tinggi muka air saluran
dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got miring. Bangunan pengontrol, misalnya mercu
tetap atau celah trapesium, akan mencegah naik turunnya tinggi muka air disalurkan
untuk berbagai besaran debit. Bangunan pengontrol tidak memberikan kemungkinan
untuk mengatur muka air lepas dari debit. Penggunaan celah trapesium lebih disukai
apabila pintu sadap tidak akan dikombinasi dengan pintu pengontrol. Jika bangunan sadap
akan dikombinasi dengan pengontrol, maka bangunan pengatur tetap lebih disukai, karena
dinding vertikal bangunan ini dapat dengan mudah dikombinasi dengan pintu sadap.
1.17.1.Bangunan Bagi
Apabila air irigasi dibagi dari saluran primer, sekunder, maka akan dibuat
bangunan bagi. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan
mengatur muka air yang mengalir ke berbagai saluran. Salah satu dari pintu-pintu
bangunan bagi berfungsi sebagai pintu pengatur muka air, sedangkan pintu-pintu sadap
lainnya hanya mengukur debit.
Adalah biasa untuk memasang pintu pengatur disalurkan terbesar dan membuat alat-alat
pengukur dan pengatur di bangunan-bangunan sadap yan lebih kecil.
1.17.2.Bangunan Pengatur
Bangunan pengatur akan mengatur muka air saluran ditempat-tempat dimana
terletak bangunan sadap dan bagi.
Khususnya di saluran-saluran yang kelihatan tinggi energinya harus kecil, bangunan
pengatur harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak banyak rintangan sewaktu
terjadi debit rencana. Misalnya pintu sorong harus dapat diangkat sepenuhnya dari dalam
air selama tejadi debit rencana, kehilangan energi harus kecil pada pintu scot balk jika
semua balok dipindahkan. Disaluran-saluran sekunder dimana kehilangan tinggi energi
tidak merupakan hambatan, bangunan pengatur dapat dirancang tanpa menggunakan
pertimbangan-pertimbangan di atas.
1.17.3.Bangunan Sadap
1.17.3.1. Bangunan Sadap Sekunder
Bangunan sadap sekunder akan memberikan air ke saluran sekunder dan oleh
sebab itu melayani lebih dari satu petak tersier.
Kapasitas bangunan-bangunan sadap ini lebih dari sekitar 0,20 cm/dt. Ada 3 tipe
bangunan yang dapat dipakai untuk bangunan sadap sekunder, yaitu :
Kehilangan tinggi energi untuk kehilangan tinggi energi kecil alat ukur romijn
dapat dipakai hingga debit sebesar 2 m3/dt. Untuk debit-debit yang lebih besar, harus
pintu sorong yang dilengkapi dengan alat ukur yang terpisah, yakni alat ukur ambang
lebar. Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang memadai, maka alat ukur Crump de
Gruyter merupakan bangunan yang bagus. Bangunan ini dapat dirancang dengan pintu
tunggal atau banyak pintu debit sampai sebesar 0,9 m3/dt setiap pintu.
Bangunan sadap tersier akan memberi air pada petak-petak tersier. Kapasitas
bangunan sadap ini berkisar antara 50 L/dt sampai dengan 250 L/dt. Bangunan sadap
yang paling cocok adalah alat ukur romijn, jika muka air hulu diatur dengan bangunan
pengatur dan jika kehilangan tinggi energi tidak menjadi masalah. Bila kehilangan tinggi
energi tidak menjadi masalah dan muka air banyak mengalami fluktuasi, maka dapat
dipilih alat ukur Crump de Gruyter.
Di saluran irigasi yang harus tetap memberikan air selama debit sangat rendah,
alat ukur Crump de Gruyter lebih cocok karena elevasi pengambilannya lebih rendah dari
pada elevasi pengambilan pintu romijn.
1.18.1.Bangunan terjun
Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan maksimum telah lebih
curam dari kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan semacam ini
mempunyai empat bagian fungsional yang masing-masing memiliki sifat perencanaan yang
khas.
Z = ( H + Hd ) – H1
Hd = 1,67 H1
Vu = 2.g.Z
Dan selanjutnya :
Yu = q / Vu
Fru = Vu / 2.g.Z
Catatan :
Bila perubahan tinggi energi di atas bangunan < 1,50 m, digunakan bangunan
terjun tegak.
Bila perubahan tinggi energi ( tinggi jatuh ) > 1,50 m, digunakan bangunan
terrjun miring.
Untuk Fru < 1.7 ; tidak diperlukan kolam olak.
Bila 1,7 < Fru < 2,5 ; digunakan terjunan dengan ambang ujung.
Bila 2,5 < Fru < 4,5 ; digunakan kolam USBR tipe III, kolam Vlugter atau kolam
dengan ambang ujung.
1.18.2.Siphon
Shipon adalah bangunan yang membawa air melewati bawah saluran (biasanya
pembuang) atau jalan. Pada shipon air mengalir karena tekanan. Perencanaan hidrolis
shipon harus mempertimbangkan kecepatan aliran, kehilangan pada peralihan masuk,
kehilangan karena gesekan, kehilangan pada bagian siku shipon, serta kehilangan pada
peralihan keluar. Diameter minimum shipon adalah 0,60 m, untuk memungkinkan
pembersihan dan inspeksi. Disaluran-saluran yang lebih besar, shipon dibuat dengan pipa
rangkap (double barrels) guna menghindari kehilangan yang besar didalam shipon, jika
Kecepatan aliran
Untuk mencegah sedimentasi, kecepatan aliran dalam shipon harus tinggi. Tetapi
kecepatan yang tinggi menyebabkan bertambahnya kehilangan tinggi energi. Oleh sebab
itu keseimbangan antara kecepata aliran dan kehilangan tinggi energi yang diijinkan harus
tetap terjaga. Kecepatan aliran dalam shipon harus dua kali lebih tinggi dari kecepatan
normal aliran dalam saluran. Kecepatan yang dianjurkan adalah 1,5 – 3,0 m/det
Talang adalah saluran buatan yang dibuat dari pasangan beton, baja atau kayu.
Didalamnya air mengalir dengan permukaan yang bebas, dibuat melintasi lembah, saluran
pembuang, saluran irigasi, sungai, dsb.
Potongan melintang
Potongan melintang bangunan tersebut ditentukan ole nilai banding b/h, dimana b
adalah lebar bangunan dan h adalah kedalaman air. Nilai-nilai banding berkisar antara 1 –
3 yang menghasilkan potongan melintang hidrolis yang ekonomis.
Kemiringan melintang
Tinggi jagaan
Untuk talang yang melintas sungai atau pembuang harus dipakai harga-harga
ruang bebas berikut :