Murabahah adalah jual beli barang pada harga pokok perolehan barang dengan tambahan
keuntungan yang disepakati antara pihak penjual dengan pihak pembeli barang. Perbedaan yang
nampak pada jual beli murabahah adalah penjual harus mengungkapkan harga perolehan barang
dan kemudian terjadi negoisasi keuntungan yang akhrnya disepakati kedua belah pihak. Pada
perjanjian murabahah, pihak penjual membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh
pembeli. Sebagai contoh, transaksi murabahah yang dilakukan di Bank Syariah, Bank akan
membelikan barang yang dibutuhkan nasabah dari pemasok (supplier) dan kemudian menjualnya
kepada nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan atau mark-up.
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah
keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut
kepada pembeli.
Aset Murabahah adalah aset yang diperoleh dengan tujuan untuk dijual kembali dengan
menggunakan akad murabahah.
Mekanisme yang dilakukan dalam transaksi murabahah yang dilakukan di sector Perbankan
Syariah adalah sebagai berikut:
Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah
harga beli bank dari produsen (pabrik/toko) ditambah keuntungan. Harga jual dan jangka
waktu pembayaran harus disepakati kedua belah pihak.
Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati, tidak dapat
berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan, murabahah lazimnya dilakukan
dengan cara pembayaran cicilan (bitsaman ajil).
Bila sudah ada barang, maka segara akan diserahkan kepada nasabah, sedangkan
pembayaran dilakukan secara tangguh.
Mekanisme transaksi murabahah tersebut tidak hanya bisa dilakukan hanya pada sector
Perbankan Syariah saja, dapat juga pada entitas bisnis maupun nirlaba. Misalnya transaksi
murabahah yang dilakukan LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah) melakukan transaksi
murabahah dengan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) berupa jual beli kendaraan operasional
sehingga pihak LKMS sebagai penjual sedangakan OPZ sebagai pembelinya.
Harga
Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual, biaya perolehan aset murabahah
harus diberitahukan kepada pembeli.
Diskon
Diskon yang diperoleh penjual atas aset murabahah sebelum akad murabahah menjadi hak
pembeli.
Diskon yang diperoleh penjual atas aset murabahah setelah akad murabahah diberlakukan
sesuai akad murabahah yang disepakati dan jika tidak diatur dalam akad, maka akan menjadi hak
penjual.
Uang Muka
Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai komitmen pembelian aset murabahah
sebelum akad disepakati. Uang muka akan menjadi bagian pelunasan piutang murabahah, jika
akad disepakati. Jika akad batal, maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah
dikurangi kerugian riil yang ditanggung oleh penjual. Jika uang muka lebih kecil dari kerugian,
maka penjual dapat meminta tambahan dari pembeli.
Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murabahah jika pembeli:
1. Melakukan pelunasan pembelian tepat waktu; atau
2. Melakukan pelunasan pembelian lebih cepat dari waktu yang telah disepakati.
Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang murabahah yang belum dilunasi jika
pembeli:
1. Melakukan pembayaran cicilan tepat waktu;
2. Mengalami penuruanan kemampuan pembayaran; atau
3. Meminta potongan dengan alasan yang dapat diterima penjual.
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Contoh 1:
Pada 1 Februari 2015, PT RET Bank Syariah (Bank) membeli sebuah mobil senilai Rp 300 juta
karena adanya perjanjian akad murabahah berdasarkan pesanan salah satu nasabahnya.
Pembayaran ke Bank akan dilakukan dengan cicilan sesuai akad.
Jurnal 1.a
Persediaan Rp 300.000.000
Bank Rp 300.000.000
Pada 7 Februari 2015, terjadi penurunan nilai atas mobil tersebut karena adanya penurunan harga
atas mobil yang sejenis sebesar Rp 20 juta, sebelum diserahkan kepada pembeli pada 14 Februari
2015.
Jurnal 1.b
Beban penurunan nilai persediaan Rp 20.000.000
Persediaan Rp 20.000.000
Jurnal 2.a
Diskon pembelian Rp 30.000.000
Persediaan Rp 30.000.000
Jurnal 2.b
Diskon pembelian Rp 30.000.000
Libilitas nasabah Rp 30.000.000
Jurnal 2.c
Diskon pembelian Rp 30.000.000
Keuntungan murabahah Rp 30.000.000
Jurnal 2.d
Diskon pembelian Rp 30.000.000
Pendapatan lain-lain Rp 30.000.000
Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan ditambah
keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai
sebesar nilai neto yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian
piutang.
Contoh 3:
Pada 14 Februari 2015, PT RET Bank Syariah (Bank) melakukan penyerahan aset murabahah
senilai Rp 420 juta (sudah termasuk keuntungan murabahah Rp 150 juta), sesuai akad kepada
nasabah. Pada 31 Desember 2015, manajemen bank mengestimasi sebesar 1% dari piutang tidak
akan tertagih karena kondisi tertentu.
Contoh 5:
Pada 14 Februari 2015, PT RET Mobilindo mendapatakan penyerahan aset murabahah senilai
Rp 420 juta dari PT RET Bank Syariah, sesuai akad yang disepakati (secara tangguhan).
Jurnal 5
Aset tetap – mobil Rp 420.000.000
Utang murabahah Rp 420.000.000
Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan murabahah
tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai
beban murabahah tangguhan. Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional
dengan porsi utang murabahah.
Contoh 6:
Pada 14 Februari 2015, PT RET Mobilindo mendapatakan penyerahan aset murabahah senilai
Rp 420 juta dari PT RET Bank Syariah (Bank), sesuai akad yang disepakati (secara tangguhan).
Jika transaksi murabahah dilakukan secara tunai maka bank akan memberikan harga Rp 360 juta.
Jurnal 6
Aset tetap – mobil Rp 360.000.000
Beban murabahah tangguhan Rp 60.000.000
Utang murabahah Rp 420.000.000
Notes:
Transaksi di atas, pada praktiknya akan sangat jarang terjadi. Kenapa?, karena jika entitas
mempunyai kemampuan untuk membayarkan secara tunai maka entitas tidak akan melakukan
transaksi murabahah dengan bank. Entitas pasti akan membeli secara langsung dari supplier
mobil dengan harga yang jauh lebih murah (Rp 300 juta).
Kemungkinan transaksi murabahah terjadi karena, 1) entitas tidak mempunyai kemampuan
membayar secara tunai untuk aset yang diperolehnya, 2) aset yang diinginkan entitas merupakan
aset khusus (spesifik) dan hanya pihak tertentu saja yang dapat memesannya.
Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, potongan pelunasan, dan potongan
utang murabahah diakui sebagai pengurang beban murabahah. Denda yang dikenakan akibat
kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai akad diakui dan potongan uang muka akibat
pembeli akhir batal membeli barang diakui sebagai kerugian.
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai neto yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang
murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang murabahah
(disisi aset).
3.LANDASAN FIQH DAN FATWA DSN TENTANG TRANSAKSI MURABAHAH
1.) Al Qur’an => …Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”
(AlBaqarah:275)
2.) Al Hadist => Dari Suaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah SAW berkata, “Tiga hal yang di
dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan
rumah, bukan untuk dijual” (HR Ibnu Majjab)
Beberapa ketentuan yang diatur dalamfatwa ini, antara lain sebagai berikut:
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang disepakati
kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian
ini harus sah dan bebas riba.
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika
pembelian dilakukan secara hutang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga jual senialai harga
beli plus keuntungannya. Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang
kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu
tertentu yang telah disepakati.
8. Pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah untuk mencegah
terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad.
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga,
akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip, menjadi milik
bank.
1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang/ aset kepada
bank.
2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang
dipesan secara sah dengan pedagang.
3. Bank kemudian menawarka aset tersebut kepada nasabah, dan nasabah harus menerima
(membeli) sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya. Kedua belah pihak harus
membuat kontrak jual beli.
4. Bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani
kesepakatan awal pemesanan.
5. Jika kemudian nasabah menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar
dari uang muka tersebut.
6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat
meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
7. Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternative dari uang muka, maka :
a. Jika nasabah membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga
b. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar
kerugian yang ditanggung bank akibat pembatalan tersebut, dan jika uang muka
tidak mencukupi,nasabah wajib melunasi kekurangannya.
1. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dgn pesanannya.
2. Bank dapat meminta nasabah menyediakan jaminan yang dapat dipegang.
Keempat : Hutang dalam Murabahah:
1. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada
kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang
tersebut.
2. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak
wajib segera melunasi seluruh angsurannya.
3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus
menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal.
1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya.
2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran ddengan sengaja, atau salah satu pihak tidak
menunaikan kewajibannya, maka penyelesaian dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah
setelah tidak tercapai kesepakatan.
Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda
tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.
1. Dalam akad murabahah, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dibolehkan untuk meminta
uang muka bila kedua belah pihak sepakat.
3. Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan ganti rugi kepada
LKS dari uang muka tersebut.
4. Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat meminta tambahan kepada
nasabah.
5. Jika juamlah uang muka lebih besar daripada kerugian, LKS harus mengembalikan
kelebihan kepada nasabah.
Kedua :
Jika kedua belah pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara
kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
1. Harga (tsaman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak,
baik sama dengan nilai (qimah) benda yang menjadi objek jual beli, lebih tinggi atau lebih
rendah.
2. Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan ditambah
keuntungan sesuai dengan kesepakatan
3. Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya
adalah harga setelah diskon, karena diskon adalah hak nasabah.
4. Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan
berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat dalam akad.
5. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditandatangani.
Kedua :
Jika kedua belah pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara
kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
4.b) Fatwa DSN No: 17/DSN-MUI/IX/2000 tentang SANKSI ATAS NASABAH MAMPU
YANG MENUNDA-NUNDA PEMBAYARAN
1. Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah
yang mampu membayar, tapi menunda-nunda pembayaran dengan sengaja.
2. Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh
dikenakan sanksi.
4. Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam
melaksanakan kewajibannya.
5. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar
kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.
6. Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana social.
Kedua :
Jika kedua belah pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara
kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
1. Jika nasabah melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu
yang telah disepakati, LKS boleh memberikan potongan dari kewajiban pembayaran
tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad
2. Besar potongan sebagaimana dimaksud di atas diserahkan pada kebijakan dan
pertimbangan LKS.
Ketentuan umum yang diatur dalam fatwa ini adalah bahwa Pemberian Potongan Tagihan
Murabahah dapat diberikan dengan ketentuan:
a. LKS boleh memberikan potongan dari total kewajiban pembayaran kepada nasabah dalam
transakasi (akad) murabahah yang telah melakukan kewajiban pembayaran cicilan dengan
tepat waktu dan nasabah yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran.
b. Besar potongan sebagaimana dimaksud di atas diserahkan pada kebijakan LKS.
Ketentuan umum yang diatur dalam fatwa ini adalah bahwa LKS boleh melakukan penyelesaian
murabahah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/ melunasi pembiayaanya sesuai jumlah
dan waktu yang telah disepakati, dengan ketentuan :
a. Objek murabahah atau jaminan lainnya dijual oleh nasabah kepada atau melalui LKS
dengan harga pasar yang disepakati
b. Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada LKS dari hasil penjualan.
c. Apabila hasil penjualan melebihi sisa huatang maka LKS mengembalikan sisanya kepada
nasabah
d. Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa hutang tetap menjadi hutang
nasabah
e. Apabila nasabah tidak mampu membayar sisa hutangnya, maka LKS dapat
membebaskannya.
Ketentuan penyelesaian yang diatur dalam fatwa ini adalah bahwa LKS boleh melakukan
penjadwalan kembali (rescheduling) tagihan murabahah bagi nasabah yang tidak bisa
menyelesaikan/melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati dengan
ketentuan:
b. Pembebanan biaya dalam proses penjualan kembali adalah biaya riil
c. Perpanjangan masa pembayaran harus bersdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
Ketentuan konversi akad LKS boleh melakukan konversi dengan membuat akad (membuat akad
baru) bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/melunasi pembiayaan murabahahnya sesuai
jumlah dan waktu yang telah disepakati, tetapi ia masih prospektif dengan ketentuan:
i. Objek murabahah dijual oleh nasabah kepada LKS dengan harga pasar
ii. Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada LKS dari hasil penjualan
iii. Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka kelebihan itu dapat dijadikan uang
muka untuk akad ijarah atau bagian modal dari mudharabah dan musyarakah.
iv. Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa hutang tetap menjadi
hutang nasabah yang cara pelunasannya disepakati antara LKS dan nasabah.
b. LKS dan nasabah eks-murabahah tersebut dapat membuat akad baru dengan akad:
i. Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik atas barang tersebut diatas dengan merujuk kepada
fatwa DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002 Tentang Al Ijarah Al-Muntahiyah Bi
Al- Tamlik
ii. Mudharabah dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Pembiayaan Mudharabah (Qiradh), atau
iii. Musyarakah dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Pembiayaan Musyarakah.
4. PENCATATAN AKUNTANSI MURABAHAH
A. Uang Muka Murabahah
Uang Muka murabahah adalah jumlah yang dibayar oleh pembeli (nasabah) kepada penjual
(bank syariah) sebagai bukti komitmen untuk membeli barang dari penjual. Pengakuan dan
pengukuran uang muka murabahah adalah sebagai berikut :
1. Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima
2. Jika barang jadi dibeli oleh nasabah, maka uang muka diakui sebagai pembayaran bagian
dari pokok piutang murabahah
3. Jika barang batal dibeli oleh nasabah, maka uang muka dikembalikan kepada nasabah
setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya riil yang dikeluarkan oleh bank
Contoh Kasus:
Tanggal 3 Agustus 2015 Bank Berkah Syariah (BBS) menerima pembayaran uang muka sebesar
Rp 20.000.000 dari tuan Ahmad sebagai tanda keseriusannya untuk memesan barang kepada
BBS berupa mobil Avanza. Atas transaksi tersebut BBS melakukan pencatatan sebagai berikut:
Tanggal 10 Agustus 2015 BBS menyerahkan barang pesanan kepada tuan Ahmad. Atas
kesepakatan transaksi murabahah tersebut maka jurnal uang muka sebagai berikut :
Jika tanggal 10 Agustus 2015 tuan Ahmad membatalkan pembelian barang kepada BBS dan atas
pemesananan barang Bank Syariah telah mengeluarkan biaya sebesar Rp 5.000.000. Maka jurnal
transaksinya adalah:
Setelah nasabah memesan barang kepada Bank Syariah, maka Bank Syariah membeli barang
kepada pemasok atau suplier. Pada saat barang diperoleh diakui sebagai persediaan murabahah
sebesar biaya perolehan. Jika terjadi penurunan nilai persediaan murabahah karena usang, rusak
atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai
beban dan mengurangi nilai aset.
Contoh Kasus:
Tanggal 4 Agustus 2015 atas pemesanan tuan Ahmad, Bank Berkah Syariah membeli mobil
Avanza secara tunai ke dealer PT. Maju Terus dengan harga Rp 180.000.000. Jurnal transaksi
tersebut adalah:
Cr Kas Rp 180.000.000
Tanggal 7 Agustus 2015 sebelum barang diserahkan ke tuan Ahmad, terjadi penurunan nilai
barang yang disebabkan oleh satu dan lain hal sebesar Rp 2.000.000. Jurnal transaksi adalah:
C. Diskon Murabahah
Diskon murabahah adalah pengurangan harga atau penerimaan dalam bentuk apapun yang
diperoleh pihak pembeli dari pemasok.
Dalam pembelian barang oleh bank syariah biasanya akan mendapat diskon harga dari pihak
pemasok atau suplier. Diskon tersebut oleh bank syariah diakui sebagai (PSAK 102 par 20) :
1. Pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum akad murabahah;
2. Liabilitas kepada nasabah, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang
disepakati menjadi hak nasabah.
3. Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad
yang disepakati menajdi hak bank
4. Pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan
dalam akad.
Contoh Kasus
Tanggal 10 Agustus 2015, atas pembelian mobil Avanza oleh BBS, dealer PT maju terus
memberikan diskon harga sebesar Rp 7.500.000 dan diberikan secara tunai. Jurnal atas transaksi
tersebut :
Setelah barang yang dipesan oleh nasabah telah disiapkan oleh bank syariah, maka proses
berikutnya adalah akad / perjanjian murabahah antara bank syariah dengan nasabah bersangkutan
yang sekaligus juga penyerahan barang oleh bank syariah kepada nasabah. Dalam akad
murabahah disepakati beberapa ketentuan yang terkait :
Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar harga jual aset murabahah yaitu
harga perolehan ditambah keuntungan yang disepakati.
Keuntungan murabahah yang disepakati dapat diakui dengan cara berikut ini :
1. Diakui pada saat penyerahan barang. Cara ini diterapkan jika resiko penagihan piutang
murabahah relatif kecil.
2. Diakui secara proporsional sesuai dengan kas yang diterima dari tagihan piutang
murabahah. Cara ini diterapkan jika resiko penagihan piutang murabahah relatif besar.
3. Diakui pada saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Cara ini dilakukan jika
resiko penagihan piutang murabahah cukup besar.
Dari tiga cara pengakuan keuntungan murabahah diatas, cara pada poin b yang paling sering
digunakan yaitu secara proporsional sesuai dengan kas yang dibayarkan oleh nasabah.
Contoh Kasus
Tanggal 13 Agustus 2015 disepakati akad murabahah antara Bank Berkah Syariah dengan tuan
Ahmad untuk pembelian mobil Avanza, dengan rincian sebagai berikut:
Jurnal transaksi :
Setelah akad murabahah dan barang sudah diserahkan kepada nasabah, maka kewajiban nasabah
adalah melakukan pembayaran. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Pada
bank syariah, transaksi murabahah selalu dilakukan secara tangguh baik dengan cara angsuran
atau sekaligus pada waktu tertentu (tempo).
Contoh Kasus:
Berdasarkan kesepakatan dalam akad murabahah antara tuan Ahmad dan Bank Berkah Syariah
adalah jangka waktu murabahah 24 bulan dan pembayaran dilakukan secara angsuran. Maka,
Tanggal 13 September 2015 tuan Ahmad melakukan angsuran pertama sebesar Rp 20.000.000
dengan rincian angsuran pokok Rp 15.000.000 dan margin Rp 5.000.000 (lihat tabel angsuran).
Angsuran ke- Total Angsuran Pokok Margin Sisa Pokok Sisa Margin
180,000,000 60,000,000
Jurnal Transaksi:
F. Potongan Murabahah
Potongan murabahah adalah pengurangan kewajiban nasabah yang diberikan oleh bank.
Potongan murabahah dapat diberikan pada dua kondisi yaitu potongan pelunasan murabahah dan
potongan tagihan murabahah.
Pada dasarnya nasabah harus melunasi seluruh kewajibannya atas transaksi murabahah, namun
jika nasabah melakukan pelunasan tepat waktu atau melakukan pelunasan sebelum jatuh tempo
maka bank syariah dibolehkan untuk memberikan potongan harga, dengan syarat tidak
diperjanjikan dalam akad dan besarnya potongan diserahkan pada kebijakan bank.
Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada nasabah diakui sebagai
pengurang pendapatan murabahah. Metode potongan pelunasan piutang murabahah dengan
menggunakan salah satu metode berikut ini (PSAK 102 par 27):
1. Diberikan pada saat pelunasan, yaitu bank mengurangi piutang murabahah dari
keuntungan murabahah
2. Diberikan setelah pelunasan, yaitu bank menerima pelunasan piutang dari nasabah dan
kemudian membayarkan potongan pelunasannya kepada nasabah.
Contoh Kasus
Tanggal 13 Juni 2016 tuan Ahmad melakukan pelunasan murabahah lebih cepat dari jadwal
jatuh tempo seharusnya. Sampai bulan Juni sisa piutang murabahah a.n Tuan Ahmad adalah
sebesar Rp 40.000.000 terdiri dari pokok Rp 30.000.000 dan margin Rp 10.000.000. Atas
pelunasan tersebut Bank Berkah Syariah memberikan potongan margin murabahah sebesar Rp
5.000.000. Jurnal transaksi :
G. Denda
Bank dapat mengenakan denda kepada nasabah yang tidak dapat melakukan pembayaran
angsuran piutang Murabahah, dengan indikasi antara lain:
1. adanya unsur kesengajaan, yaitu nasabah mempunyai dana tetapi tidak melakukan
pembayaran piutang Murabahah; dan
2. adanya unsur penyalahgunaan dana, yaitu nasabah mempunyai dana tetapi digunakan
terlebih dahulu untuk hal lain.
Denda tidak dapat dikenakan kepada nasabah yang tidak/belum mampu melunasi disebabkan
oleh force majeur, jika dapat dibuktikan. Denda yang diterima diakui sebagai bagian dana
kebajikan.
Contoh Kasus
Tanggal 16 Desember 2015 atas kelalaian pembayaran angsuran oleh tuan Ahmad, Bank Berkah
Syariah mengenakan denda sebesar Rp 150.000 dan tuan Ahmad langsung membayar denda
secara tunai.
Jurnal Transaksi :
Pada prakteknya, kadang bank syariah tidak membeli secara langsung barang yang dipesan oleh
nasabah. Bank syariah mewakilkan pihak lain untuk membeli barang, sehingga bank syariah
hanya menyediakan dana. Wakil yang ditunjuk untuk pembelian barang adalah pihak ketiga atau
nasabah pemesan barang. Transaksi bank syariah mewakilkan pembelian barang kepada pihak
ketiga atau nasabah pemesan disebut dengan akad wakalah.
Jika transaksi murabahah dengan tambahan akad wakalah, maka ketentuannya adalah akad
murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.
Contoh kasus:
Tanggal 13 Agustus 2015 Bank Berkah Syariah dan tuan Ahmad sepakat melakukan transaksi
murabahah atas mobil Avanza sebesar Rp 180.000.000 dengan tambahan margin sebesar Rp
60.000.000. Atas transaksi tersebut Bank Berkah Syariah memberikan uang sebesar Rp
180.000.000 kepada tuan Ahmad sebagai wakil untuk pembelian mobil Avanza.
Jurnal transaksi :
Cr Kas Rp 180.000.000
Setelah melakukan pembelian mobil Avanza, pada tanggal 16 Agustus 2015 tuan Ahmad datang
ke Bank Berkah Syariah untuk menyerahkan mobil Avanza dengan menunjukan bukti pembelian
barang.
Jurnal transaksi :
Setelah barang diterima oleh bank syariah, barulah dilakukan akad murabahah antara Bank
Berkah Syariah dengan tuan Ahmad.
Jurnal transaksi :