MATERI
PANAS PELARUTAN DAN KSFT
Disusun Oleh :
Prameswari Citradhitya
NIM : 21030119130077
MATERI
PANAS PELARUTAN DAN KSFT
Disusun Oleh :
Prameswari Citradhitya
NIM : 21030119130077
LEMBAR PENGESAHAN
iii
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
RINGKASAN
Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi dari
suatu sistem termodinamika. Ada beberapa jenis entalpi dan salah satunya adalah
entalpi pelarutan standar . Panas pelarutan adalah perubahan entalpis satu mol zat yang
dilarutkan dalam n mol solvent pada tekanan dan suhu tetap yang disertai dengan
penyerapan atau pembebasan kalor. Hal ini disebabkan oleh ikatan kimia baru dari
atom-atom. Pada dunia industri, prinsip panas pelarutan digunakan untuk
mendapatkan panas bahan bakar semaksimal mungkin dan merancang reaktor
sehingga dapat ditentukan bahan yang digunakan dalam perancangan reaktor untuk
meminimalisir kerusakan.
Dalam praktikum ini, kalorimeter digunakan untuk mencari tetapan kalorimeter
dari solute standar asam tiosulfat sehingga bias didapatkan panas pelarutan solute
variabel. Bahan yang digunakan terdiri dari aquadest, asam tiosulfat, NaOH, NaCl dan
MgCl2.6H2O. Alat yang digunakan yaitu kalorimeter, thermometer, kompor listrik,
gelas ukur dan beaker glass
Dari hasil praktikum ini, kelompok kami berhasil mendapat panas pelarutan dari
NaOH, NaCl dan MgCl2.6H2O. Serta mendapat kesimpulan bahwa molaritas
berbanding terbalik dengan panas pelarutan. Sebaiknya praktikan menutup kalorimeter
dengan sangat rapat dan usahakan thermometer agar tidak menyentuh dasar beaker
glass.
iv
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
DAFTAR ISI
v
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
vi
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
DAFTAR TABEL
vii
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Hubungan waktu terhadap suhu pada solute standar Na2S2O3.5H2O .. 9
Grafik 4.2.1 Hubungan waktu terhadap suhu pada solute variabel NaOH ........... 10
Grafik 4.2.2 Hubungan waktu terhadap suhu pada solute variabel NaCl ............. 11
Grafik 4.2.3 Hubungan waktu terhadap suhu pada solute variabel MgCl2.6H2O . 12
Grafik 4.3.1 Hubungan molaritas dengan panas pelarutan NaOH ........................ 12
Grafik 4.3.2 Hubungan molaritas dengan panas pelarutan NaCl .......................... 13
Grafik 4.3.3 Hubungan molaritas dengan panas pelarutan MgCl2.6H2O ............. 14
viii
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
DAFTAR LAMPIRAN
Laporan Sementara..............................................................................................A-1
Lembar Perhitungan ............................................................................................B-1
Lembar Kuantitas Reagen ...................................................................................C-1
Lembar Perhitungan Reagen ...............................................................................D-1
ix
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB I
PENDAHULUAN
1
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
2
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Panas pelarutan integral adalah panas yang diserap atau dilepas bila satu
mol zat solute dilarutkan dalam jumlah tertentu solvent untuk mencapai
konsentrasi tertentu. Sedangkan panas pelarutan differensial adalah panas yang
menyertai pada penambahan satu mol solute ke dalam sejumlah larutan dengan
konsentrasi tertentu, sampai penambahan solute tersebut tidak mempengaruhi
konsentrasi larutan.
Panas pelarutan differensial tidak dapat ditentukan secara langsung, tetapi
secara tidak langsung dari panas pelarutan dapat ditulisdengan persamaan (1).
𝑑(∆𝐻) 𝑑(∆𝐻𝑓 )
=[ ] 𝑇, 𝑃, 𝑛 (1)
𝑑𝑛2 𝑑𝑛2
Dimana d(∆H) = ∆Hs, adalah perubahan entalpi untuk larutan n2mol dalam
n mol solvent. Pada T, P, dan n tetap, perubahan n2 dianggap 0, karena n
berbanding lurus terhadap konsentrasi m (molal). Pada T dan P tetap,
penambahan mol solute dalam larutan dengan konsentrasi m molal
menimbulkan entalpi sebesar d(m.∆Hs) dan panas pelarutan differensial dapat
dinyatakan dengan persamaan (2).
𝑑(∆𝐻𝑠 ) 𝑑(𝑚.∆𝐻𝑠 )
[ ] 𝑇, 𝑃, 𝑛 = [ ] 𝑇, 𝑃 (2)
𝑑𝑛2 𝑑𝑚
3
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
Efek panas yang timbul pada proses pencampuran atau proses pelarutan
dapat dinyatakan dengan entalpi. Sebagian besar reaksi kimia terjadi pada
tekanan sistem tetap yang sama dengan tekanan luar, sehingga didapatkan
persamaan berikut.
∆E = dQ -P.dV keterangan ; P=tekanan sistem
E2-E1 =Q-P.(V2– V1)
4
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
5
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
U = Enegi dalam
Q = Panas yang diserap pada P tetap (Day dan
Underwood, 1983)
Jadi perubahan entalpi adalah panas yang diserap pada tekanan tetap, jadi
harganya tergantung pada BM untuk mencapai kondisi akhir.
2.8 Data Kapasitas Panas (Cp) dan Panas Pelarutan (∆Hs) dari Beberapa Senyawa
6
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1.1 Bahan
1. Aquadest 260 ml
2. Na2S2O3.5H2O 3 gram
3. NaOH 22 gram
4. NaCl 22 gram
5. MgCl2.6H2O 22 gram
3.1.2 Alat
1. Thermometer
2. Gelas ukur
3. Kalorimeter
4. Beaker glass
5. Pipet tetes
6. Pipet volume
7. Kompor listrik
Keterangan :
b
b a = Kalorimeter
b = Thermometer
a
7
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
c. MgCl2.5H2O 22 gram
d. ∆t = 2 menit
8
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hubungan Waktu Terhadap Suhu pada Solute Standar
Pada praktikum panas pelarutan ini, kelompok kami mendapat solute standar
berupa asam tiosulfat. Praktikum ini sendiri bertujuan untuk menentukan panas
pelarutan dari solute variabel yang telah ditentukan. Caranya yaitu mencari
tetapan kalorimeter dari solute standar yang telah diketahui panas pelarutannya.
Tetapan kalorimeter didapatkan setelah praktikum dengan memasukkan 3 gram
asam tiosulfat beserta aquades ke dalam kalorimeter. Nantinya akan diapat suhu
konstan yang digunakan untuk mencari tetapan kalorimeter. Berikut ini adalah
grafik dari hubungan antara waktu dan suhu asam tiosulfat
66.2
66
65.8
Suhu(°C)
65.6
65.4
65.2
65
64.8
0 2 4 6 8 10
Waktu (Menit)
Grafik 4.1 Hubungan waktu terhadap suhu pada solute standar Na2S2O3.5H2O
Berdasarkan grafik diatas,dapat dilihat pada menit ke-2, suhu larutan sebesar
65 °C. Kemudian mengalami kenaikan pada menit ke- 4 menjadi sebesar 66 °C
dan menjadi konstan untuk 4 menit berikutnya. dapat disimpulkan bahwa seiring
dengan pertambahan waktu, maka suhu campuran aquades dengan solute
standar Na2S2O3.5H2O 3 gram mengalami kenaikan.
Beracuan dari data referensi, ∆Hs Na2S2O3.5H2O adalah -11,30 kcal/mol
(Perry ed. 8, 2008). Tanda (-) mengindikasikan bahwa Na2S2O3.5H2O
bersifat endotermis dimana suhu akan turun jika berada di dalam sistem yang
terisolasi. Sehingga seharusnya, Na2S2O3.5H2O akan mengalami penurunan suhu
seiring dengan bertambahnya waktu. Namun hal ini tidak sesuai dengan hasil
praktikum kami, dimana Na2S2O3.5H2O mengalami kenaikan suhu sebelum
suhunya konstan. Hal ini disebabkan karena kalorimeter tidak terisolasi dengan
sempurna (Safitri, 2017)
Kalorimeter merupakan sebuah alat yang dirancang dapat mengisolasi sistem
di dalamnya sehingga panas yang keluar dari benda sama dengan panas yang
masuk ke air dan wadahnya. Dengan kata lain, tidak ada kalor yang hilang selama
9
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
83
78
73
Suhu(°C)
NaOH 2.5 gr
68
NaOH 4.5 gr
63
NaOH 6.5 gr
58
NaOH 8.5 gr
53
0 10 20 30
Waktu (Menit)
Grafik 4.2.1 Hubungan waktu terhadap suhu pada solute variabel NaOH
Pada grafik diatas, dapat dilihat hubungan waktu dengan suhu pada
solute variabel NaOH pada berbagai variabel massa yaitu 2.5 gram, 4.5 gram,
6.5 gram, dan 8.5 gram. Saat NaOH dilarutkan sebanyak 2.5 gram, untuk
mencapai suhu konstan 62.5 °C membutuhkan waktu 26 menit. Saat NaOH
dilarutkan sebanyak 4.5 gram, untuk mencapai suhu konstan 73 °C
membutuhkan waktu 10 menit. Saat NaOH 6.5 gram dilarutkan , untuk
mencapai suhu konstan 75 °C membutuhkan waktu 8 menit. Sedangkan saat
NaOH 8.5 gram dilarutkan, untuk mencapai suhu konstan 81.5 ° C
membutuhkan waktu 10 menit.
Menurut Perry ed. 8, 2008 ∆Hs NaOH adalah sebesar +10,18 kcal/mol.
Dalam hal ini bernilai positif, maka reaksi yang terjadi adalah reaksi
eksotermis (menghasilkan panas dari sistem ke lingkungan) (Perry, 1984).
Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan solute variabelnya, maka
suhu akan semakin meningkat (suhu panas). Jika dilihat dari grafik yang kami
buat dari data yang diperoleh pada penambahan NaOH 2.5 , 6.5 dan 8.5 gram
menunjukkan kenaikan suhu. Hal ini berarti sesuai dengan teori. Sedangkan
pada penambahan NaOH 4.5 gram menunjukkan adanya penurunan suhu. Hal
ini tidak sesuai dengan teori yang ada dikarenakan sistem yang tidak terisolasi
dengan baik (Safitri, 2017) dan NaOH yang bersifat higroskopis dan mudah
menguap .
10
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
4.2.2 NaCl
67
66
65
64
Suhu(°C)
63 NaCl 2.5 gr
62 NaCl 4.5 gr
61
NaCL 6.5 gr
60
59 NaCl 8.5 gr
58
0 5 10 15 20
Waktu (Menit)
Grafik 4.2.2 Hubungan waktu terhadap suhu pada solute variabel NaCl
Pada grafik diatas, dapat dilihat hubungan waktu dengan suhu pada
solute variabel NaCl pada berbagai variabel massa yaitu 2.5 gram, 4.5 gram,
6.5 gram, dan 8.5 gram. Saat NaCl dilarutkan sebanyak 2.5 gram, NaCl
mengalami penurunan suhu lebih dahulu sebelum kemudian mengalami
kenaikan hingga mencapai suhu konstan 66 °C membutuhkan waktu 16
menit. Saat NaCl dilarutkan sebanyak 4.5 gram, untuk mencapai suhu konstan
63 °C membutuhkan waktu 8 menit. Saat NaCl 6.5 gram dilarutkan , untuk
mencapai suhu konstan 59.5 °C membutuhkan waktu 8 menit. Sedangkan saat
NaCl 8.5 gram dilarutkan, untuk mencapai suhu konstan 63 ° C membutuhkan
waktu 10 menit.
Menurut Perry ed. 8, 2008 ∆Hs NaCl adalah sebesar -1,164 kcal/mol.
Sedangkan menurut perhitungan, ∆Hs yang diperoleh pada penambahan
solute variabel NaCl pada massa 2.5, 4.5, 6.5 dan 8.5 gram adalah sebesar -
2.67865 kcal/deg.mol, -1.265205 kcal/deg.mol, -0.646848 kcal/deg.mol, dan
-0.883344 kcal/deg.mol. Dalam hal ini bernilai negatif pada semua variabel
massa, maka reaksi bersifat endotermis (reaksi menyerap panas dari
lingkungan ke system) (Perry, 1984). Hal ini menunjukkan bahwa setiap
penambahan solute variabelnya, maka suhu akan semakin dingin (suhu
turun). Namun jika dibandingkan dengan data yang kami peroleh, grafik
menunjukkan hal yang tidak sesuai karena sistem tidak terisolasi dengan baik
dan menyebabkan adanya kalor yang masuk dalam kalorimeter (Safitri,
2017). Selain itu,pertikel zat terlarut tidak larut pada pelarut dingin tapi larut
dalam pelarut panas(Pinalia,A.,2011)
11
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
4.2.3 MgCl2.6H2O
67
66
65
Suhu(°C)
64 MgCl 2.5 gr
63 MgCl 4.5 gr
62 MgCl 6.5 gr
61 MgCl 8.5 gr
60
0 2 4 6 8 10
Waktu (Menit)
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
-0.5
ΔHs(kcal/mol)
-1
-1.5
-2
-2.5
Molaritas (M)
12
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
Dari grafik di atas bisa kita lihat bahwa hubungan molaritas dengan
panas pelarutan pada NaOH bersifat fluktuatif(naik turun). Dari molaritas
0.7353 M hingga 1.3235 M ΔHs mengalami penurunan. Dilanjutkan dengan
kenaikan ΔHs hingga molaritas 1.9117 M dan turun lagi hingga 2.5 M.
Beracuan pada teori, seharusnya ΔHs berbanding terbalik dengan
molaritas. Dibuktikan dengan persamaan :
𝑇2
𝐵𝑀 𝐶 ∆𝑇
∆𝐻 = − ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑤
𝑇1
W sebagai berat solute berbanding terbalik dengan ΔHs, dimana berat solute
berbanding lurus dengan molaritas dengan persamaan :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑀= ×
𝐵𝑀 𝑉
-1
-1.5
-2
-2.5
-3
Molaritas (M)
Dari grafik di atas bisa kita lihat bahwa hubungan molaritas dengan
panas pelarutan pada NaCl bersifat fluktuatif(naik turun). Dari molaritas
0.507 M hingga 1.3184 M ΔHs mengalami kenaikan. Dilanjutkan dengan
penurunan ΔHs hingga molaritas 1.7241 M.
13
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
W sebagai berat solute berbanding terbalik dengan ΔHs, dimana berat solute
berbanding lurus dengan molaritas dengan persamaan :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑀= ×
𝐵𝑀 𝑉
-3
-4
-5
-6
-7
-8
Molaritas (M)
14
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
W sebagai berat solute berbanding terbalik dengan ΔHs, dimana berat solute
berbanding lurus dengan molaritas dengan persamaan :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑀= ×
𝐵𝑀 𝑉
15
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Panas pelarutan NaOH pada 2.5 gram, 4.5 gram, 6.5 gram dan 8.5 gram
berturut-turut adalah 1.451044 kcal/mol, -2.16612 kcal/mol, -1.866209
kcal/mol dan -2.14774 kcal/mol. Panas pelarutan NaCl pada 2.5 gram, 4.5
gram, 6.5 gram dan 8.5 gram berturut-turut adalah -2.67865 kcal/mol, -
1.26505 kcal/mol, -0.646848 kcal/mol dan -0.883344 kcal/mol. Panas
pelarutan MgCl2.6H2O pada 2.5 gram, 4.5 gram, 6.5 gram dan 8.5 gram
berturut-turut adalah -6.70873 kcal/mol, -6.856525 kcal/mol, -5.897532
kcal/mol dan -5.4079716 kcal/mol.
2. Hubungan antara panas pelarutan dengan molaritas yaitu semakin besar
molaritas maka panas pelarutannya semakin kecil.
3. Hubungan antara suhu dengan waktu sebagai fungsi panas pelarutan yaitu
semakin lama waktu, pada panas pelarutan yang bersifat eksotermis akan
mengalami kenaikan suhu. Sedangkan pada panas pelarutan yang bersifat
endotermis akan mengalami penurunan suhu.
5.2 Saran
1. Kalorimeter harus tertutup dengan rapat supaya didapatkan hasil maksimal
2. Usahakan thermometer tidak menyentuh dasar beaker glass
3. Pastikan kalorimeter sudah kembali ke suhu ruangan saat mau mengganti
solute
16
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
DAFTAR PUSTAKA
17
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
RINGKASAN
i
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
DAFTAR ISI
RINGKASAN .....................................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................iii
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum ................................................................................1
1.3 Manfaat Praktikum ..............................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................2
2.1 Kelarutan..............................................................................................2
2.2 Pembuktian Rumus ..............................................................................2
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan ................................................3
BAB III METODE PRAKTIKUM .....................................................................4
3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan .........................................................4
3.2 Gambar Alat Utama .............................................................................4
3.3 Variabel Praktikum ..............................................................................4
3.4 Cara Kerja ............................................................................................4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................6
4.1 Hubungan Suhu dengan Kelarutan pada Penurunan Suhu ..................6
4.2 Hubungan Suhu dengan Kelarutan pada Kenaikan Suhu ....................7
BAB V PENUTUP ..............................................................................................9
5.1. Kesimpulan .........................................................................................9
5.2. Saran ...................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................10
LAPORAN SEMENTARA ................................................................................A-1
LEMBAR PERHITUNGAN ...............................................................................B-1
LEMBAR KUANTITAS REAGEN ...................................................................C-1
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN .............................................................D-1
LEMBAR ASISTENSI
ii
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
DAFTAR TABEL
iii
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Hubungan log s dan 1/T pada Penurunan Suhu H2C2O4 ..................... 6
Grafik 4.2 Hubungan log s dan 1/T pada Kenaikan Suhu H2C2O4 ....................... 7
iv
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
DAFTAR LAMPIRAN
Laporan Sementara..............................................................................................A-1
Lembar Perhitungan ............................................................................................B-1
Lembar Kuantitas Reagen ...................................................................................C-1
Lembar Perhitungan Reagen ...............................................................................D-1
v
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB I
PENDAHULUAN
1
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelarutan
2
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
𝑑 ln 𝐾
∆𝐻 𝑜 − ∆𝐺 𝑜 = 𝑅𝑡 ln 𝐾 + 𝑅𝑇 2
𝑑𝑇
(Day dan Underwood, 1983)
3
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB III
METODE PRAKTIKUM
4
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
5
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hubungan Suhu dengan Kelarutan pada Penurunan Suhu
Tabel 4.1 Kebutuhan NaOH pada penurunan suhu
Suhu V NaOH
65 °C 18.5 ml
55 °C 20 ml
45 °C 14.5 ml
35 °C 12 ml
25 °C 10.2 ml
0.8
0.6
log S
0.4
0.2
0
0.0029 0.003 0.0031 0.0032 0.0033 0.0034
1/T
Grafik 4.1 Hubungan log s dan 1/T pada penurunan suhu H2C2O4
Pada saat praktikum, untuk mendapatkan suhu yang kita inginkan dari 65°
C ke 25 °C, pertama-tama membuat larutan asam oksalat jenuh 70° C 90 ml.
Lalu dimasukkan ke kalorimeter berisi es batu dan garam. Kemudian larutan
diambil 5ml setiap penurunan 10 °C, lalu ditetesi dengan PP sebanyak 3 tetes.
Kemudian campuran tadi dititrasi dengan NaOH untuk mencapai titik ekuivalen.
Hal ini ditandai dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi merah
muda.
Berdasarkan data di Perry, panas pelarutan asam oksalat sebesar -2,29
kcal/mol, dimana dijelaskan bahwa dengan tanda negatif menunjukkan reaksi
yang terjadi adalah reaksi endotermis (reaksi yang menyerap panas dari
lingkungan ke sistem) (Perry, 1984). Menurut Van Hoff, jika larutan bersifat
endotermis, maka kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut tersebut.
Hal ini didasarkan pada rumus:
∆𝐻
log 𝑠 = − +𝐶
2,303𝑅𝑇
6
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
Sehingga pada reaksi endotermis, apabila suhu diturunkan maka nilai 1/T akan
semakin besar dan kelarutannya akan semakin kecil. Untuk larutan yang bersifat
endotermis, nilai Log S bernilai negatif karena memiliki ΔH (entalpi) bernilai
positif (Perry, 1984)
Hal tersebut juga sesuai dengan data kelarutan asam oksalat (H2C2O4)
apabila H2C2O4 dilarutkan pada suhu 0oC maka kelarutannya yaitu 3.54.
Sedangkan jika dilarutkan pada suhu 80oC maka kelarutannya yaitu 84.5.
Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa pada reaksi endotermis, apabila
suhu dinaikkan maka kelarutannya juga naik dan bila suhu diturunkan maka
kelarutannya juga turun (Lange’s, 1999)
4.2 Hubungan Suhu dengan Kelarutan pada Kenaikan Suhu
Tabel 4.2 Kebutuhan NaOH pada kenaikan suhu
Suhu V NaOH
25 °C 10.2 ml
35 °C 11 ml
45 °C 10.9 ml
55 °C 14.6 ml
65 °C 11.4 ml
0.3
0.25
0.2
lo S
0.15
0.1
0.05
0
0.0029 0.003 0.0031 0.0032 0.0033 0.0034
1/T
Grafik 4.2 Hubungan log s dan 1/T pada kenaikan suhu H2C2O4
Pada saat praktikum, untuk mendapatkan suhu yang kita inginkan dari 25°
C ke 65 °C asam oksalat jenuh dimasukkan tabung reaksi kemudian
memasukkannya ke dalam beaker glass yang berisi air yang dipanaskan di atas
kompor listrik. Kemudian larutan diambil 5 ml setiap kenaikan 10 °C, lalu
ditetesi dengan PP sebanyak 3 tetes. Kemudian campuran tadi dititrasi dengan
NaOH untuk mencapai titik ekuivalen. Hal ini ditandai dengan perubahan
warna larutan dari bening menjadi merah muda.
7
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
8
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kelarutan asam oksalat berbanding lurus dengan suhu karena reaksi yang
terjadi adalah reaksi endoterm.
2. Suhu berbanding lurus dengan kecepatan kelarutan, semakin besar suhunya
maka suatu zat akan semakin cepat larut
5.2 Saran
1. Sebaiknya dalam membuat asam oksalat jenuh praktikan benar-benar
memperhatikan apakah sudah mengendap atau belum sehingga tidak
terlewat jenuh
2. Sebaiknya praktikan mengamati dengan cermat perubahan warna saat titrasi
3. Praktikan dihimbau agar cermat dan berhati-hati saat menurunkan dan
menaikkan suhu karena penurunan dan kenaikan suhu terjadi sangat cepat
9
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
DAFTAR PUSTAKA
10
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II
Materi :
Panas Pelarutan dan KSFT
A-1
I. TUJUAN PERCOBAAN
Panpel :
1. Menentukan panas pelarutan dari NaOH, NaCl, dan MgCl2.6H2O
2. Mencari hubungan antara panas pelarutan dengan molaritas dan suhu larutan
3. Mencari hubungan antara suhu dengan waktu sebagai fungsi panas pelarutan
KSFT :
1. Mengetahui kelarutan asam oksalat
2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan kelarutan
II. PERCOBAAN
2.1. Bahan Yang Digunakan
Panpel :
1. Aquadest 260 ml
2. Na2S2O3.6H2O 3 gram
3. NaOH 22 gram
4. NaCl 22 gram
5. MgCl2.5H2O 22 gram
KSFT :
1. Thermometer
2. Gelas ukur
3. Kalorimeter
4. Beaker glass
5. Pipet tetes
6. Pipet volume
7. Kompor listrik
Gambar Alat Utama
b
b Keterangan :
a = Kalorimeter
a b = Thermometer
A-2
Variabel Praktikum
1. Variabel Tetap
d. Na2S2O3.5H2O 3 gr
e. Aquades 85 °C 85 ml
f. ∆t = 2 menit 3x konstan
2. Variabel Bebas
e. NaOH 22 gram
f. NaCl 22 gram
g. MgCl2.6H2O 22 gram
h. ∆t = 2 menit
KSFT :
Gambar Alat
d
c
Keterangan:
a a : Toples kaca
b : Es batu
b c : Tabung reaksi
d : Thermometer
Variabel Praktikum
1. Variabel Tetap
Volume asam oksalat untuk dititrasi = 5 ml
2. Variabel Bebas
T Asam oksalat = 65, 55, 45, 35, 25, 35, 45, 55, 65 oC
A-3
2.3. Cara Kerja
Panpel :
Penentuan Tetapan Kalorimeter
7. Panaskan 85 ml aquades pada T = 85 oC
8. Masukan ke kalorimeter lalu catat suhu tiap 2 menit sampai 3×tetap
9. Panaskan lagi 85 ml aquades pada T=85 oC
10. Timbang 3 gr Na2S2O3.5H2O yang telah diketahui panas pelarutannya
11. Masukkan aquades yang sudah dipanaskan ke kalorimeter beserta
Na2S2O3.5H2O yang telah ditimbang
12. Mencatat suhunya tiap 2 menit sampai 3× tetap
Penentuan Panas Pelarutan Solute Variabel
5. Panaskan 85 ml aquades T = 85 oC
6. Timbang 2.5, 4.5, 6.5, dan 8.5 gr NaOH, NaCl, dan MgCl2.6H2O
7. Masukan aquades yang sudah dipanaskan ke kalorimeter beserta
variabel berubahnya
8. Mencatat suhunya tiap 2 menit sampai 3×tetap
KSFT :
A-4
Aquadest
Waktu Suhu
2 52
4 54
6 56
8 56
10 57
12 57
16 57
Aquadest + solute
standar
(Na2S2O3.5H2O)
waktu suhu
2 65
4 66
6 66
8 66
NaOH
Waktu T2,5 T4,5 T6,5 T8,5
2 56 74 74 80.5
4 58 73.5 75 81
6 58 73 75 81.5
8 59 73 75 81.5
10 59 73 81.5
12 60
14 60.5
16 61
18 61
20 62
22 62.5
24 62.5
26 62.5
NaCl
Waktu T2,5 T4,5 T6,5 T8,5
2 65.5 61.5 59 62.5
4 63.5 63 59.5 62
6 64 63 59.5 63
8 64 63 59.5 63
10 65 63
12 66
14 66
16 66
MgCl2.6H2O
Waktu T2,5 T4,5 T6,5 T8,5
2 60.5 64.5 64 66
A-5
4 61 65 65.5 66
6 61 65 65.5 66
8 61 65 65.5
KSFT :
V.
Suhu NaOH log s 1/T
65 18.5 0.364081 0.002959
55 20 0.39794 0.003049
45 14.5 0.258278 0.003145
35 12 0.176091 0.003247
25 10.2 0.10551 0.003356
35 11 0.146128 0.003247
45 10.9 0.134337 0.003145
55 14.6 0.261263 0.003049
65 11.4 0.153815 0.002959
A-6
LEMBAR PERHITUNGAN PANPEL
1. Tetapan Kalorimeter
Solute standar Na2S2O3.5H2O
ΔHs : -11.30 kcal/mol
Cp : 0,0862 kcal/mol.deg
BM : 248 gr/mol
T1 : 298 K
T2 : 339 K
T2
𝐵𝑀. 𝐶. ΔT
ΔHs = − ∫ 𝐶𝑝. 𝑑𝑡
𝑊
T1
−11,30 kcal/mol
248 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙. 𝐶. (339 − 298)K
=
3 𝑔𝑟
339 K
𝐶 = -0,010438 kcal/deg.mol
B-1
kcal
ΔHs = −1,866209
deg. mol
* 8,5 gram (T2= 364,5 K ; ΔT = 24,5 K)
T2
𝐵𝑀. 𝐶. ΔT
ΔHs = − ∫ 𝐶𝑝. 𝑑𝑡
𝑊
T1
𝑔𝑟 𝑘𝑐𝑎𝑙 364,5 K
40 . (−0,010438 ) . 24,5
𝑚𝑜𝑙 𝑑𝑒𝑔. 𝑚𝑜𝑙
ΔHs = − ∫ 0,0142 𝑘𝑐𝑎𝑙 / 𝑑𝑒𝑔. 𝑚𝑜𝑙. 𝑑𝑡
8,5 𝑔𝑟
298 K
kcal
ΔHs = −2,14774
deg. mol
B. NaCl
Cp : 0,0120 kcal/mol.deg
BM : 58 gr/mol
C : -0,010438 kcal/deg.mol
B-2
C. MgCl2.6H2O
Cp : 0,0771 kcal/mol.deg
BM : 203,3 gr/mol
C : -0,010438 kcal/deg.mol
𝑔𝑟 1000
𝑀= 𝑥 𝑥 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
𝐵𝑀 𝑣. 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
A. NaOH
* 2,5 gram
2,5 𝑔𝑟 1000
𝑀= 𝑥 𝑥1
40 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 85 𝑚𝑙
𝑀 = 0,7353 𝑀
* 4,5 gram
B-3
4,5 𝑔𝑟 1000
𝑀= 𝑥 𝑥1
40 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 85 𝑚𝑙
𝑀 = 1,3235 𝑀
* 6,5 gram
6,5 𝑔𝑟 1000
𝑀= 𝑥 𝑥1
40 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 85 𝑚𝑙
𝑀 = 1,9117 𝑀
* 8,5 gram
8,5 𝑔𝑟 1000
𝑀= 𝑥 𝑥1
40 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 85 𝑚𝑙
𝑀 = 2,5 𝑀
B. NaCl
* 2,5 gram
2,5 𝑔𝑟 1000
𝑀= 𝑥 𝑥1
58 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 85 𝑚𝑙
𝑀 = 0,5070 𝑀
* 4,5 gram
4,5 𝑔𝑟 1000
𝑀= 𝑥 𝑥1
58 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 85 𝑚𝑙
𝑀 = 0,9127 𝑀
* 6,5 gram
6,5 𝑔𝑟 1000
𝑀= 𝑥 𝑥1
58 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 85 𝑚𝑙
𝑀 = 1,3184 𝑀
* 8,5 gram
8,5 𝑔𝑟 1000
𝑀= 𝑥 𝑥1
58 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 85 𝑚𝑙
𝑀 = 1,7241 𝑀
C. MgCl2.6H2O
* 2,5 gram
2,5 𝑔𝑟 1000
𝑀= 𝑥
203,3 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 85 𝑚𝑙
𝑀 = 0,1448 𝑀
* 4,5 gram
4,5 𝑔𝑟 1000
𝑀= 𝑥
203,3 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 85 𝑚𝑙
𝑀 = 0,26040 𝑀
* 6,5 gram
6,5 𝑔𝑟 1000
𝑀= 𝑥
203,3 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 85 𝑚𝑙
𝑀 = 37615 𝑀
* 8,5 gram
8,5 𝑔𝑟 1000
𝑀= 𝑥
203,3 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 85 𝑚𝑙
𝑀 = 49188 𝑀
B-4
LEMBAR PERHITUNGAN KSFT
B-5
10,2 ml x 1, 25 N = 5 ml x (M x 2)
M = 1, 275
S = 1, 275
- log S = log 1, 275
= 0,105510
- 1 / T = 1 / 298 K
= 0,003356
6. Molaritas Asam Oksalat pada kenaikan suhu 35°C
NaOH = Asam Oksalat
VxN = V x (M x valensi)
11 ml x 1, 25 N = 5 ml x (M x 2)
M = 1,4
S = 1,4
- log S = log 1,4
= 0,1461290
- 1 / T = 1 / 308 K
= 0,003247
7. Molaritas Asam Oksalat pada kenaikan suhu 45°C
NaOH = Asam Oksalat
VxN = V x (M x valensi)
10,9 ml x 1, 25 N = 5 ml x (M x 2)
M = 1, 3625
S = 1, 3625
- log S = log 1, 3625
= 0,134337
- 1 / T = 1 / 318 K
= 0,003145
8. Molaritas Asam Oksalat pada kenaikan suhu 55°C
NaOH = Asam Oksalat
VxN = V x (M x valensi)
14,6 ml x 1, 25 N = 5 ml x (M x 2)
M = 1, 825
S = 1, 825
- log S = log 1, 825
= 0,261263
- 1 / T = 1 / 328 K
= 0,003049
9. Molaritas Asam Oksalat pada kenaikan suhu 65°C
NaOH = Asam Oksalat
VxN = V x (M x valensi)
11,4 ml x 1, 25 N = 5 ml x (M x 2)
M = 1, 425
S = 1, 425
- log S = log 1, 425
= 0,153815
- 1 / T = 1 / 338 K
= 0,002959
B-6
LEMBAR KUANTITAS REAGEN
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
KUANTITAS REAGEN
TUGAS TAMBAHAN:
Cari ΔHs(panas pelarutan), ΔHf dan Cp tiap solute. Cari data kelarutan
Asam oksalat dalam aquadest pada berbagai suhu
C-1
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN
KSFT
NaOH 1, 25 N 100 ml
Mol NaOH = Mol NaOH
𝑔𝑟
= 𝑁. 𝑉
𝐵𝑀
gr = 1, 25 N x 0,1 L x 40
gr = 5 gr
Kelarutan Asam Oksalat (H2C2O4) 70°C 90 ml
y = 70°C x=?
y1 = 60°C x = 44, 32 gr/ml
y2 = 80°C x = 84,5 gr/ml
𝑦 − 𝑦1 𝑥 − 𝑥1
=
𝑦2 − 𝑦1 𝑥2 − 𝑥1
70°C − 60°C 𝑥 − 44, 32 gr/ml
=
80°C − 60°C 84, 5 gr/ml − 44, 32 gr/ml
10°C 𝑥 − 44, 32 gr/ml
=
20°C 40, 18 gr/ml
1 𝑥 − 44, 32 gr/ml
=
2 40, 18 gr/ml
40, 18 gr/ml = 2x - 88, 64 gr/ml
2x = 128, 82 gr/ml
x = 64, 41 gr/ml
gr 90 𝑚𝑙
gram H2C2O4 = 64, 41 ml 𝑥 100
= 55, 269 gr
LEMBAR ASISTENSI
DIPERIKSA TANDA
KETERANGAN
NO TANGGAL TANGAN