Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai penduduk

yang sangat banyak maka perlu peningkatan pembangunan untuk menopang

kesejahteraan penduduknya. Pembangunan merupakan suatu usaha peningkatan

kualitas manusia dan masyarakat Indonesia secara berkelanjutan dengan

memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan

tantangan perkembangan global. Sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945 bahwa

dasar untuk mewujudkan keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

melalui peranan dan keberpihakan negara dalam meningkatkan taraf hidup

rakyat. Pembangunan merupakan suatu proses yang dinamis. Selain itu

pembangunan ditujukan sebagai suatu usaha kearah peningkatan kesejahteraan

dan keadilan yang baik, tetapi apa bila tujuan pembangunan yang dijalankan

tidak sesuai dengan kebutuhan dan menciptakan kesejahteraan yang kurang baik

bagi masyarakat, maka pembangunan itu akan sia-sia. Pembangunan yang kita

laksanakan adalah pembangunan yang bertumpu pada prakarsa dan kreativitas

masyarakat. Pembangunan yang bertumpu pada peranserta rakyat

diselenggarakan secara merata di semua lapisan masyarakat dan di seluruh

wilayah tanah air. Setiap warga negara berhak atas taraf kesejahteraan yang

layak serta berkewajiban ikut serta dalam upaya mewujudkan kemakmuran

rakyat. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai serangkaian usaha dalam suatu

1
perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonomi sehingga infrastruktur

lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang,

taraf pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat. Sebagai

implikasi dari perkembangan ini diharapkan kesempatan kerja akan bertambah,

tingkat pendapatan meningkat, dan kemakmuran masyarakat semakin tinggi.

Pembangunan yang baik adalah pembangunan yang dilakukan secara

berkelanjutan. Artinya melanjutkan apa yang telah dibangun, membangun yang

belum dibangun dan menambah bagian-bagian baru sesuai kebutuhan nyata

masyarakat (Partowidagdo, 2004). Prinsip pembangunan seperti ini yang perlu

dilaksanakan dalam sebuah kepemimpinan di daerah. Hal ini

dimaksudkan untuk menjaga kesinambungan hasil-hasil pembangunan yang

telah dicapai dalam aktivitas pemerintahan dan pembangunan pada periode

lima tahun sebelumnya, maka untuk memelihara serta melanjutkan aktivitas

pemerintahan dan pembangunan dimaksud demi mencapai masyarakat daerah

yang maju, mandiri, damai dan sejahtera, perlu ditetapkan visi – misi

Pembangunan yang hendak dilaksanakan dalam periode lima tahun

kepemimpinan pasangan yang terpilih sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah menjalankan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan dalam kurun

waktu tersebut. Visi-Misi yang ditetapkan hendaknya jelas sasaran yang hendak

dibangun, sasaran yang dibangun itu dikehendaki menjadi apa setelah lima tahun

baik dari sisi politik, ekonomi, sosial, dan budaya berasaskan nilai-nilai

Pancasila.

2
Dalam era otonomi ini, pemerintah daerah diberikan wewenang yang

lebih besar dalam pengelolaan pembangunan di daerahnya masing-masing,

sehingga peran pemerintah daerah menjadi semakin penting dalam mendorong

proses pembangunan di daerah. Pembangunan daerah atau desa bertujuan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, termasuk penciptaan iklim yang

mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat desa. Penduduk

pedesaan merupakan suatu potensi sumber daya manusia yang memiliki peran

ganda, yaitu sebagai obyek pembangunan dan sekaligus subyek pembangunan.

Dikatakan sebagai objek pembangunan karena sebagian penduduk di pedesaan

dilihat dari aspek kualitas masih perlu dilakukan pemberdayaan. Sebaliknya

sebagai subjek pembangunan penduduk pedesaan memegang peranan yang

sangat penting sebagai kekuatan penentu (pelaku) dalam proses pembangunan

baik di pedesaan maupun pembangunan nasional.

Pembangunan ekonomi rakyat Nusa Tenggara Timur (NTT) yang kita

kenal sekarang ini adalah dengan diadakannya Program Desa Mandiri Anggur

Merah. Program Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah

(DeMAM) adalah implementasi dari strategi kebijakan Pemerintah Provinsi

NTT untuk meningkatkan pembangunan masyarakat berbasis desa/kelurahan

melalui paradigma penganggaran pembangunan Anggaran Untuk Rakyat

Menuju Sejahtera (ANGGUR MERAH). Dalam Peraturan Gubernur NTT

Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pembangunan Desa Mandiri “Anggur

Merah” disebutkan bahwa pemerintah provinsi mengalokasikan fresh money

sebesar 250 juta yang bersumber dari APBD untuk setiap desa dan setiap

3
desanya didampingi oleh satu orang pendamping. Dengan tujuan melalui

Program Pembangunan Desa Mandiri “Anggur Merah” diupayakan

kemandirian masyarakat dalam membangun desa dapat teraktualisasi,

kemandirian dalam perencanaan, pelaksanaan dan kontrol dari masyarakat

merupakan hal yang diharapkan seiring dengan kemajuan dan pencapaian

keberdayaan aparat dan masyarakat desa. Dengan pendekatan pembangunan

ini masyarakat diberikan peluang untuk berperan aktif, dengan menumbuh

kembangkan potensi yang dimilikinya sebagai modal dasar pembangunan

serta memberikan wewenang penuh kepada masyarakat dalam pengambilan

keputusan sesuai dengan kebutuhannya. Program ini merupakan gerakan

pembangunan yang diharapkan dapat mempercepat pelaksanaan pembangunan

desa.

Penyelenggaraan Program Desa Mandiri Anggur Merah merupakan

anggaran untuk pemberian bantuan pinjaman modal usaha kepada

masyarakat melalui desa/kelurahan, kemudian masyarakat mengembalikan

kembali bantuan modal usaha tersebut kepada desa/kelurahan untuk digulirkan

kembali. Program yang memberikan dana segar langsung kepada desa untuk

mengelola dan mengatur sesuai dengan yang dibutuhkan oleh desa penerima

dana. Sumber dana program ini diambil dari :

1) Dana Pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan

disalurkan melalui Bank NTT Ke Rekening Desa.

4
2) Kegiatan pendukung pembangunan Desa Mandiri Anggur merah juga

berasal dari dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, kantor pusat, kantor

daerah dan hibah luar negeri.

3) Dana untuk perekrutan, pelatihan dan penempatan fasilitator dan

penyusunan modul pelatihan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Perubahan tahun 2012.

4) Dana pendukung kegiatan 8 agenda di Desa/kelurahan juga melalui

Lembaga UN serta dari lembaga kerjasama bilateral dan multilateral serta

kemitraan lainnya.

5) Dana untuk pembinaan, pengawasan dan evaluasi bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi NTT dan Kabupaten/Kota pada

DPA setiap SKPD terkait.

Tabel 1. Realisasi Program Desa Mandiri Anggur Merah Di Nusa Tenggara

Timur.

No Tahun Jumlah Desa/Kelurahan Jumlah Dana Realisasi


1 2014 287 250 juta / Desa
2 2015 317 250 juta / Desa
3 2016 604 250 juta / Desa
Sumber: Olahan Data Primer, 2017.

Dari data diatas terlihat bahwa realisasi program DeMAM di NTT pada

tahun 2014 telah menjangkau sebanyak 287 desa/kelurahan. Pada tahun 2015-

2016, kurang lebih 604 desa sudah menerima dana bantuan “anggur merah”.

Program ini diharapkan terus berjalan sehingga dana dapat disalurkan ke semua

desa yang ada di NTT yang berjumlah 3000 lebih desa. Dari 604 desa yang

menerima dana bantuan DeMAM, nampaknya belum semua desa/kelurahan

5
menggunakan dana tersebut untuk tujuan pemberdayaan. Salah satu contoh yang

terjadi di Desa Lembur Keamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur,

bahwa dana bantuan DeMAM yang mereka dapat digunakan bukan untuk

pemberdayaan masyarakat tetapi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi.

Tujuan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah di Provinsi Nusa

Tenggara Timur adalah:

1. Megurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi

produktif sesuai keungulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan.

2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung

pelaksanaan empat tekad dan delapan agenda pembangunan daerah.

3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja

baru yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.

Sasaran pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah, sebagai berikut:

1. Memilki presentasi rumah tangga miskin terbanyak pada wilaya kecamatan

sesuai hasil pendataan BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur,

2. Infrastruktur pelayanan sosial dasar (air bersih, sanitasi lingkungan,

pemukiman dan rumah layak huni) relatif rendah;

3. Aksesibilitas wilaya didalam daerah dan keluar daerah masih rendah;

4. Sumber daya manusia relatif rendah yang dapat dilihat dari tingkat

pendidikan penduduk, prosentase angka putus sekolah, angka buta huruf

yang juga masih tinggi dan indikator pembangunan kesehatan rendah;

5. Khusus untuk Desa, juga diperhatikan indikator Desa Terpencil, terisolir

dan tertinggal dan kurang memiliki akses pembangunan;

6
6. Memiliki sumber daya/potensi wilaya (alam dan sosial) untuk mendukung

pelaksanaan kegiatan ekonomi produktif.

Salah satu Desa yang menjadi sasaran dari Pembanguna Desa Mandiri

Anggur Merah ini adalah Desa Lembur, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten

Manggarai Timur. Dengan rincian data penduduk sebagai berikut.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Lembur Tahun 2016

Laki-laki 1.826 Orang


Perempuan 1.843 Orang
Kepala Keluarga 821 Orang
KK Bantuan 30 KK

Sumber data: Kantor Desa Lembur, Kec. Kota Komba Kab. Manggarai Timur (2016)

Program ini berlangsung pada tahun 2015 di Desa Lembur, Kecamatan Kota

Komba, Kabupaten Manggarai Timur dengan anggota berjumlah 164 orang dan

pembentukan kelompok usaha berjumlah 18 kelompok.

Tabel 3. Nama Kelompok dan Jumlah Anggota.

No Kelompok Jenis Usaha Jmlh Anggota

7
1 Tekad sukses Ternak Babi 10
2 Maju bersama Ternak Babi 9
3 Karya Luhur Ternak Babi 10
4 Sukses Bersama Ternak Ayam 8
5 Sehati Kios Bersama 10
6 Sa Nai Ternak Kambing 10
7 Rana Lembur Ternak Kambing 8
8 Amorta Ternak Ayam 10
9 Tornado Ternak Kambing 10
10 Suka Maju Perbengkelan 8
11 Mekar Berseri Ternak Babi 10
12 Mentari Ternak Babi 10
13 Kasih Indah Ternak Babi 9
14 Satu Hati Ternak Babi 6
15 Tunas Baru Ternak Babi 10
16 Purnama Ternak Babi 10
17 Setia Ternak Babi 10
18 Budi Luhur Ternak Babi 6

Sumber data: Kantor Desa Lembur, Kec. Kota Komba Kab. Manggarai Timur

(2015)

Dalam penerapannya, program pembangunan selalu terjadi kesenjangan

antara aturan pelaksanaan dan realitas di lapangan. Hal ini juga terjadi dalam

penerapan program “Anggur Merah” di Desa Lembur Kecamatan Kota Komba

Kabupaten Manggarai Timur. Hambatan yang terjadi diidentifikasikan oleh

peneliti terjadi pada tiga pelaku program “Anggur Merah” yakni Pemerintah baik

di tingkat Provinsi dan Kaubpaten dengan leading sector yaitu Bappeda dan

Pemerintah Desa, Pendamping Kelompok Masyarakat dan Kelompok

Masyarakat. Faktor penghambat lain dipengaruhi oleh beberapa hal berikut:

1. Kualitas dan kuantitatas pelaksana program kurang memadai;

2. Koordinasi para pelaku program lintas sektor yang kurang terjalin dengan

baik;

8
3. Intensitas pendampingan yang kurang maksimal;

4. Sosialisasi program belum dilaksanakan secara optimal;

5. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan program;

6. Rendanya jiwa/semangat kewirausaahn dari masyarakat;

7. Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan program belum

optimal.

Permasalahan lain yang ditemukan diantaranya:

1) Pendataan Kepala Keluarga (KK) penerima program yang dinilai tidak adil

dan merata.

2) Pengalokasian dana yang tidak tepat sasaran.

3) Proses monitoring selama program berlangsung belum maksimal

dikarenakan Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM) hanya berjumlah

satu orang untuk setiap desa dan dengan jumlah anggota yang banyak yang

mengakibatkan pendamping menjadi kewalahan dalam proses monitoring.

Hambatan-hambatan di atas adalah hambatan yang terjadi dalam

pelaksanaan program DeMAM di Desa Lembur Kecamatan Kota Komba

Kabupaten Manggarai Timur. Hal ini sesuai wawancara peneliti dengan Ibu

Agutina Nuriana, selaku pendamping program DeMAM pada tanggal 10

Januari 2017 yang mengatakan bahwa:

“ program DeMAM di Desa Lembur belum sepenuhnya tepat sasaran, masih

banyak dipengaruhi oleh banyak faktor penghambat seperti masih ada

masyarakat yang tingkat ekonominya bisa dibilang mampu tapi masih saja

9
mendapatkan bantuan tersebut. Ini karena adanya faktor kedekatan dengan

Kepala Desa.”

Merujuk pada teori efektivitas menurut Saksono (1984) “Efektivitas adalah

seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang

diharapkan dari sejumlah input“. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam

penelitian ini mengenai efektivitas program Desa Mandiri Anggur Merah di

Desa Lembur, peneliti melihat pada pendekatan proses yang dikemukakan oleh

Martani dan Lubis (1987).

Dari penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Efektivitas Program Pembangunan Ekonomi Rakyat Nusa Tengara Timur

di Desa Lembur, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini

adalah “ Bagaimanakah Efektivitas Program Desa Mandiri Anggur Merah di

desa Lembur, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur?”.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui efektivitas program Desa Mandiri Anggur Merah di

Desa Lembur, Kecamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur.

10
2. Untuk mengetahui pelaksanaan program DeMAM dilihat dari proses

ssosialisasi, kelompok sasaran, bantuan dana / alokasi dana, serta proses

pendampingan proram DeEMAM di Desa Lembur Kecamatan Kota

Komba Kabupaten Manggarai Timur.

1.3.2. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengetahuan Ilmu Administrasi Negara tentang Efektivitas Program Desa

Mandiri Anggur Merah di Desa Lembur Kecamatan Kota Komba

Kabupaten Manggarai Timur.

2. Kegunaan Praktis

a. Sebagai bahan informasi untuk aparat Desa untuk lebih memperhatikan

manajemen pengelolalaan dana Anggur merah.

b. Sebagai sumbangan pemikiran dari penulis dalam rangka pembangunan

ilmu dan pengetahuan bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Nusa Cendana.

c. Sebagai bahan informasi bagi rekan-rekan mahasiswa yang mempunyai

keinginan untuk mengadakan penelitian lanjutan tentang masalah ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Rujukan Penelitian Terdahulu

Ferdynand (2014) dalam penelitiannya mengenai analisis kebijakan desa

11
mandiri anggur merah untuk rakyat menuju sejahtera (anggur merah) di provinsi

NTT, menunjukan bahwa Untuk mendukung pelaksanaan program Desa Mandiri

Anggur Merah ditetapkan regulasi khusus dalam rangka pelaksanaan

kebijakan pembangunan, yang diperlukan agar terjadi sinkronisasi, integrasi dan

keterpaduan dalam tata cara pelaksanaannya dalam bentuk peraturan Gubernur

Nusa Tenggara Timur Nomor 33 Tahun 2010 tentang pedoman

pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah.

Peraturan ini berisikan maksud dan tujuan, penyelenggaraan dan juga

pendanaan. Dalam peraturan ini sama sekali tidak disebutkan bahwa pemerintah

Kabupaten/Kota berhak mengevaluasi atau mengawasi program tersebut. Tidak

adanya pelibatan Kabupaten/Kota membuat program ini terasa seperti

memberikan uang semata tanpa adanya keseriusan dalam menangani program.

Bappeda Kabupaten Timor Tengah Selatan merasa bahwa kabupaten hanya

sebagai terminal dimana tempat persinggahan, pemerintah Provinsi datang untuk

melakukan evaluasi tanpa melibatkan Pemerintah Kabupaten. Karena

kewenangan untuk mengawasi Program tersebut tidak termasuk dalam peraturan.

Tidak ada aturan tentang pengorganisasian pelaksanaan Desa Mandiri

Anggur Merah untuk melibatkan semua SKPD, stakeholders lainnya di tingkat

provinsi dan kabupaten, misalnya:

a. Keputusan struktur organisasi pelaksana

b. Petunjuk Teksnis pelaksanaan

Tidak adanya pelimpahan wewenang dalam peraturan, membuat

Pemerintah Kabupaten tidak bisa mengambil keputusan untuk mengevaluasi

12
atau memonitoring program tersebut. Inilah masalah yang dihadapi dalam

program tersebut.

Agustinus Longa (2014), dalam penelitiannya tentang Implementasi

Program Pembangunan Desa Mandiri Anggaran Untuk Rakyat Menuju

Sejahtera (Anggur Merah). Temuan penelitian menunjukkan bahwa Koordinasi

di antara pelaku program dari tingkat propinsi sampai tingkat desa belum

terlaksana secara maksimal; Masyarakat penerima program belum memahami

secara baik manfaat dan kegunaan program sehingga terkesan mereka kurang

partisipatif; Belum meratanya alokasi bantuan dana sehingga menimbulkan

kecemburuan dari masyarakat desa; Pendampingan yang belum maksimal

sehingga penggunaan dana belum direncanakan secara baik dengan berpatok

pada kebutuhan dasar masyarakat desa; Kesiapan tenaga pendamping “Anggur

Merah” yang tersebar di desa sasaran dalam hal sumberdaya manusianya dan

konsolidasi yang tercipta di desa belum memadai; Akses untuk memperoleh

informasi program bagi masyarakat belum optimal; Pengawasan dan

pengendalian terhadap pelaksanaan program “Anggur Merah” belum dilakukan

secara maksimal.

Fariz Huzein (2015) dalam penelitiannya tentang analisis efektivitas

program pemberdayaan masyarakat (studi kasus : persepsi masyarakat miskin

terhadap program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan di

kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso). Yang menjadi tujuan

13
penelitiannya untuk mengetahui pengaruh tahap perencanaan terhadap kinerja

fasilitator, pengaruh tahap pelaksanaan terhadap kinerja fasilitator, pengaruh

tahap perencanaan terhadap efektivitas, pengaruh tahap pelaksanaan

terhadap efektivitas dan untuk mengetahui kinerja fasilitator terhadap

efektivitas PNPM-MP di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap perencanaan berpengaruh

signifikan dan positif terhadap kinerja fasilitator; tahap pelaksanaan

berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja fasilitator; tahap

perencanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap efektivitas PNPM-

MP; tahap pelaksanaan berpengaruh signifikandan positif terhadap efektivitas

PNPM-MP; dan kinerja fasilitator berpengaruh signifikan dan positif terhadap

efektivitas PNPM-MP.

Amelyana Agustin (2016) dalam penelitian mengenai efektivitas dana

pembangunan fisik Desa Pucangro Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dana

pembangunan fisik di Desa Pucangro Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang.

Temuan penelitiannya menunjukan bahwa efektivitas dana pembangunan fisik

Desa Pucangro Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang dikatakan efektif karena

target dan realisasi dana yang sudah ditentukan tidak mengalami pengembangan,

akan tetapi tidak efesien karena tidak memenuhi kualitas daya guna

pembangunan fisik tersebut masyarakat kurang merasakan manfaat dari hasil

pembangunan yang tidak memenuhi masa yang cukup panjang tidak lebih dari

satu tahun jalan tersebut rusak. Hal ini perlu adanya pihak pengawas Kabupaten

14
yaitu inspektorat agar pembangunan fisik di Desa Pucangro lebih ditingkatkan

dan diperhatikan oleh pihak instansi desa.

Dari empat penelitian di atas akan tentunya menarik untuk melakukan

penelitian yang berbeda tempat atau lokasi yang mana peneliti melakukan

penelitian di Desa Lembur Kecamatan Kota Komba Kabupaten Mangarai Timur.

Dengan mengukur efektivitas program desa mandiri anggur merah dengan

memfokuskan masalah yang diteliti berdasarkan pendekatan proses (process

approach) dimana pendekatan ini digunakan untuk melihat sejauh mana

efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau

mekanisme organisasi.

Dari penjelasan di atas dapat digambarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4. Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Ini

No Penelitian Terdahulu Perbedaan dengan Penelitian ini


1 Ferdynand (2014), analisis Fokus penelitian yang dilakukann
kebijakan Program DeMAM di oleh Ferdynan mengacu pada
Provinsi NTT. Penelitian ini pelimpahan wewenang dalam
menunjukan bahwa untuk peraturan, yang membuat pemerintah
mendukung pelaksanaan DeMAM kabupaten tidak bisa bisa mengambil
ditetapkan regulasi khusus keputusan untuk mengevaluasi atau
dalam rangka pelaksanaan memonitoring program tersebut
kebijakan pembangunan, yang sedangkan dalam penelitian ini
diperlukan agar terjadi melihat dari aspek kesiapan
sinkronisasi, integrasi dan pendamping melakukan proses
keterpaduan dalam tata cara monitoring dan evaluasi program.
pelaksanaannya dalam bentuk
peraturan Gubernur Nusa
Tenggara Timur Nomor 33 Tahun
2010 tentang pedoman
pembangunan Desa/Kelurahan
Mandiri Anggur Merah.
2. Agustinus Longa (2014), Fokus penelitian yang dilakukan
Implementasi Program DeMAM. oleh Agustinus Longga yakni
penelitian menunjukkan bahwa mendeskripsikan dan menganalisis

15
Koordinasi di antara pelaku realitas pembangunan masyarakat
program dari tingkat propinsi Desa di Kabupaten TTU yang
sampai tingkat desa belum dipotret melalui kajian Implementasi
terlaksana secara maksimal; Program Pembangunan DeMAM
dengan penekanan pada model
implementasi Direct and Indirect
Impact on Implementation dimana
terdapat empat aspek yang sangat
menentukan keberhasilan
implementasi suatu kebijakan yakni
Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi
dan Struktur Birokrasi. Sedangkan
pada penelitian ini berfokus pada
efektivitas program dilihat dari
proses sosialisasi, kelompok sasaran,
bantuan dana/ alokasi dana, dan
proses pendampingan.

3 Fariz Huzein (2015) dalam Fokus penelitian dari Fariz Huzein


penelitiannya tentang analisis
menunjukkan bahwa tahap
efektivitas program
perencanaan dan tahap pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat (studi
berpengaruh signifikan dan positif
kasus : persepsi masyarakat terhadap kinerja fasilitator; tahap
miskin terhadap program nasional
perencanaan dan tahap pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat
berpengaruh signifikandan positif
mandiri pedesaan di kecamatanterhadap efektivitas PNPM-MP; dan
Tegalampel Kabupaten
kinerja fasilitator berpengaruh
Bondowoso). signifikan dan positif terhadap
efektivitas PNPM-MP. Sedangkan
fokus penelitian ini adalah efektivitas
program dilihat dari proses sosialisasi,
kelompok sasaran, bantuan dana/
alokasi dana, dan proses
pendampingan.
4 Amelyana Agustin (2016) Fokus penelitian yang dilakukan
efektivitas dana pembangunan oleh Amelyana adalah dengan melihat
fisik Desa Pucangro Kecamatan perbandingan efektivitas pengelolaan
Gudo Kabupaten Jombang. dana pembangunan fisik dan realisasi
yang ada dilapangan sedangkan fokus
dalam penulisan ini adalah efektivitas
program dilihat dari proses sosialisasi,
kelompok sasaran, bantuan dana/
alokasi dana, dan proses
pendampingan.
Sumber: Olahan Penulis 2017

16
2.2 TINJAUAN PUSTAKA

Sebagai kerangka dasar pemikiran unutuk membahas masalah yang akan

diteliti, maka penulis meninjau literature-literatur yang relevan dengan masalah.

Pemahaman terhadap konsep berpikir ini dapat membantu penulis untuk

menganalisis masalah yang akan diteliti.

2.2.1 Konsep Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil,

atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah popular

mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau

menunjang tujuan. Robbins memberikan definisi efektivitas sebagai tingkat

pencapaian organisasi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Efektivitas

organisasi adalah konsep tentang efektif dimana sebuah organisasi bertujuan

untuk menghasilkan. 

Organizational effectiveness (efektivitas organisasi) dapat dilakukan dengan

memperhatikan kepuasan pelanggan, pencapaian visi orgaisasi, pemenuhan

aspirasi, menghasilkan keuntungan bagi organisasi, pengembangan sumber daya

manusia organisasi dan aspirasi yang dimiliki, serta memberikan dampak positif

bagi masyarakat di luar organisasi. Bamard (1938:20) menyatakan bahwa

efektivitas organisasi merupakan kemahiran dalam sasaran spesifik dari

organisasi yang bersifat objektif (“if it accomplished its specific objective aim”).

17
Schein dalam bukunya yang berjudul Organizational Psychology

mendefinisikan efektivitas organisasi sebagai kemampuan untuk bertahan,

menyesuaikan diri, memelihara diri dan juga bertumbuh, lepas dari fungsi-fungsi

tertentu yang dimiliki oleh organisasi tersebut.  Efektivitas dapat didefinisikan

dengan empat hal yang menggambarkan tentang efektivitas, yaitu:

1. Mengerjakan hal-hal yang benar, dimana sesuai dengan yang seharusnya

diselesaikan sesuai dengan rencana dan aturannya. 

2. Mencapai tingkat diatas pesaing, dimana mampu menjadi yang terbaik

dengan lawan yang lain sebagai yang terbaik. 

3. Membawa hasil, dimana apa yang telah dikerjakan mampu memberi hasil

yang bermanfaat. 

4. Menangani tantangan masa depan Efektivitas pada dasarnya mengacu pada

sebuah keberhasilan atau pencapaian tujuan. 

Efektivitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas, yaitu

mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian

target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.  Efektivitas menurut

Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa : “Efektivitas adalah suatu ukuran yang

menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai.

Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi

efektivitasnya”.

Adapun pengertian efektivitas menurut Saksono (1984) adalah :

“Efektivitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan

output yang diharapkan dari sejumlah input“. Dari pengertian-pengertian

18
efektivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran

yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah

dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih

dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat efektivitas dapat

digunakan rumus sebagai berikut: Efektivitas = Ouput Aktual / Output Target

a. Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama

dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektivitas. 

b. Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1

(satu), maka efektivitas tidak tercapai. 

Steers (1985:87) mengemukakan bahwa: “Efektivitas adalah jangkauan

usaha suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana

tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan

sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap

pelaksanaannya”. Adapun Martoyo (1998:4) memberikan definisi sebagai

berikut: “Efektivitas dapat pula diartikan sebagai suatu kondisi atau keadaan,

dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana yang digunakan,

serta kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan

dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan”. 

Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dipahami bahwa

efektivitas dalam proses suatu program yang tidak dapat mengabaikan target

sasaran yang telah ditetapkan agar operasionalisasi untuk mencapai keberhasilan

dari program yang dilaksaksanakan dapat tercapai dengan tetap memperhatikan

segi kualitas yang diinginkan oleh program. Pengertian efektivitas secara umum

19
menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih

dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektivitas menurut

Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa : “Efektivitas adalah suatu ukuran yang

menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai.

Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi

efektivitasnya”. 

Unsur yang penting dalam konsep efektivitas adalah adalah pencapaian

tujuan yang sesuai dengan apa yang telah disepakati secara maksimal, tujuan

merupakan harapan yang dicita-citakan atau suatu kondisi tertentu yang ingin

dicapai oleh serangkaian proses. Komaruddin (1994:294) juga mengungkapkan

bahwa “Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukan tingkat keberhasilan

kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih

dahulu.” 

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diketahui bahwa efektivitas

merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan

gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya

atau dapat dikatakan bahwa efektivitas merupakan tingkat ketercapaian tujuan

dari aktivasi-aktivasi yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan target yang

telah ditetapkan sebelumnya.  Dari beberapa literatur ilmiah mengemukakan

bahwa efektivitas merupakan pencaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-

tujuan yang tepat dari serangkaian alternative atau pilihan cara dan menentukan

pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektivitas juga bisa diartikan sebagai

pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

20
Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang

sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif. 

2. Ukuran Efektivitas

Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat

sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan

tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila

dipandang dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi

memberikan pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas

(output) barang dan jasa.

Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara

rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan.

Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak

tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang

diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif. Adapun kriteria atau ukuran

mengenai pencapaian tujuan efektif atau tidak, sebagaimana dikemukakan

oleh Siagian (1978:77), yaitu:

a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan supaya

karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan

tujuan organisasi dapat tercapai.

b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi

adalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam

mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak

tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.

21
c. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan

dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan

artinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-

usaha pelaksa-naan kegiatan operasional.

d. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutus-kan

sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.

e. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu

dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab

apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak

dan bekerja.

f. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas

organisasi adalah kemamapuan bekerja secara produktif.

g. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu

program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka

organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan

pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.

h. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat

sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut

terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

Adapun kriteria untuk mengukur efektivitas suatu organisasi ada tiga

pendekatan yang dapat digunakan, seperti yang dikemukakan oleh Martani dan

Lubis (1987:55), yakni:

a. Pendekatan Sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitas dari

22
input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk

memperoleh sumber daya, baik fisik maupun nonfisik yang sesuai dengan

kebutuhan organisasi.

b. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh

mana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal

atau mekanisme organisasi.

c. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada

output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output)

yang sesuai dengan rencana.

Selanjutnya Strees (1985:53) mengemukakan 5 (lima) kriteria dalam

pengukuran efektivitas, yaitu:

1. Produktivitas;

2. Kemampuan adaptasi kerja;

3. Kepuasan kerja;

4. Kemampuan berlaba;

5. Pencarian sumber daya.

Gibson (1984:38) mengungkapkan tiga pendekatan mengenai efektivitas

yaitu: 

1. Pendekatan Tujuan. 

Pendekatan tujuan untuk mendefinisikan dan mengevaluasi efektivitas

merupakan pendekatan tertua dan paling luas digunakan. Menurut pendekatan

ini, keberadaan organisasi dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Pendekatan tujuan menekankan peranan sentral dari pencapaian tujuan sebagai

23
kriteria untuk menilai efektivitas serta mempunyai pengaruh yang kuat atas

pengembangan teori dan praktek manajemen dan perilaku organisasi, tetapi sulit

memahami bagaimana melakukannya. Alternatif terhadap pendekatan tujuan ini

adalah pendekatan teori sistem. 

2. Pendekatan Teori Sistem. 

Teori sistem menekankan pada pertahanan elemen dasar masukan-proses-

pengeluaran dan beradaptasi terhadap lingkungan yang lebih luas yang

menopang organisasi. Teori ini menggambarkan hubungan organisasi terhadap

sistem yang lebih besar, dimana organisasi menjadi bagiannya. Konsep

organisasi sebagian suatu sistem yang berkaitan dengan sistem yang lebih besar

memperkenalkan pentingnya umpan balik yang ditujukan sebagai informasi

mencerminkan hasil dari suatu tindakan atau serangkaian tindakan oleh

seseorang, kelompok atau organisasi. 

3. Pendekatan Multiple Constituency. 

Pendekatan ini adalah perspektif yang menekankan pentingnya hubungan

relatif di antara kepentingan kelompok dan individual dalam hubungan relatif

diantara kepentingan kelompok dan individual dalam suatu organisasi. Dengan

pendekatan ini memungkinkan pentingnya 16 hubungan relatif diantara

kepentingan kelompok dan individual dalam suatu organisasi. Dengan

pendekatan ini memungkinkan mengkombinasikan tujuan dan pendekatan sistem

guna memperoleh pendekatan yang lebih tepat bagi efektivitas organisasi. 

Robbins (1994:54) mengungkapkan juga mengenai pendekatan dalam

efektivitas organisasi: 

24
1. Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment approach). 

Pendekatan ini memandang bahwa keefektifan organisasi dapat dilihat dari

pencapaian tujuannya (ends) daripada caranya (means). Kriteria pendekatan

yang populer digunakan adalah memaksimalkan laba, memenangkan persaingan

dan lain sebaginya. Metode manajemen yang terkait dengan pendekatan ini

dekenal dengan Manajemen By Objectives (MBO) yaiutu falsafah manajemen

yang menilai keefektifan organisasi dan anggotanya dengan cara menilai

seberapa jauh mereka mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. 

2. Pendekatan sistem.

Pendekatan ini menekankan bahwa untuk meningkatkan kelangsungan hidup

organisasi, maka perlu diperhatikan adalah sumber daya manusianya,

mempertahankan diri secara internal dan memperbaiki struktur organisasi dan

pemanfaatan teknologi agar dapat berintegrasi dengan lingkungan yang darinya

organisasi tersebut memerlukan dukungan terus menerus bagi kelangsungan

hidupnya. 

3. Pendekatan konstituensi-strategis.

Pendekatan ini menekankan pada pemenuhan tuntutan konstituensi itu di

dalam lingkungan yang darinya orang tersebut memerlukan dukungan yang terus

menerus bagi kelangsungan hidupnya. 

4. Pendekatan nilai-nilai bersaing.

Pendekatan ini mencoba mempersatukan ke tiga pendekatan diatas, masing-

masing didasarkan atas suatu kelompok nilai. Masing-masing didasarkan atas

25
suatu kelompok nilai. Masing-masing nilai selanjutnya lebih disukai berdasarkan

daur hidup di mana organisasi itu berada. 

2.2.2 Konsep Pembangunan

1 . Pengertian Pembangunan

Menurut pengertian ilmu ekonomi yang ketat, istilah pembangunan

secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian

nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat statis

dalam kurun waktu yang cukup lama (Todaro : 2008). Pembangunan

dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering kali

diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan dan meningkatkan produktivitas.

Untuk itu sebelum berbicara pembangunan, beberapa para ahli memberikan

gagasannya mengenai pembangunan. Pembangunan (development) adalah

proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik,

ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan,

dan budaya (Alexander 1994). Menurut Tikson (2005), bahwa pembangunan

dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya yang

secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang

diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat

melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi, transformasi dalam struktur

sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui

pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi,

sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan dengan bangkitnya

semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai

26
dan norma yang dianut masyarakat. Siagian (1994) memberikan pengertian

tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan

dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,

negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa

(nation building)”.  Menurut Todaro (2005), merupakan suatu kenyataan fisik

sekaligus tekad suatu masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin melalui

serangkaian kombinasi proses sosial, ekonomi dan institusional demi

mencapai kehidupan yang lebih baik.

Pembangunan biasanya didefenisikan sebagai “rangkaian usaha

mewujudkan pertumbuhan dan pembangunan secara terencana dan sadar yang

ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka

pembinaan bangsa / nation-building. Dari defenisi di atas akan mucul tujuh ide

pokok:

1. Pembangunan merupakan suatu proses, pembangunan dilakukan secara

berkelanjutan dan terdiri dari tahap-tahap yang bersifat tanpa akhir.

2. Pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan sebagai

sesuatu untuk dilaksanakan.

3. Pembangunan dilakukan secara terencana, baik jangka waktu

pendek, jangka sedang, dan jangka panjang, yang dimana dilakukan untuk

jangka waktu tertentu.

4. Rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan

pembangunan.

5. Pembangunan mengarah modernitas yang diartikan sebagai cara

27
hidup yang baru dan lebih baik dari sebelumnya.

6. Modernitas yang ingin dicapai bersifat multidimensional.

7. Pembangunan ditujukan kepada usaha pembinaan bangsa sehingga

semakin kukuh fondasinya dan menjadi negara yang sejajar dengan bangsa

lain. (Siagian: 2001)

Dari pengertin pembangunan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pembangunan merupakan suatu upaya yang melibatkan masyarakat untuk

melakukan proses perubahan dan sebuah transformasi yang dilakukan dalam

rangka menunjang kesejahteraan masyarakat baik dalam bidang ekonomi

maupun sosial yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan tanpa merusak

lingkungan atau kehidupan sosial dan memiliki kehidupan yang layak.

2. Tujuan dan Manfaat Pembangunan

Pembangunan yang baik adalah pembangunan yang dilakukan secara

berkelanjutan. Artinya melanjutkan apa yang telah dibangun, membangun

yang belum dibangun dan menambah bagian-bagian baru sesuai kebutuhan

nyata masyarakat. Prinsip pembangunan seperti ini yang perlu dilaksanakan

dalam sebuah kepemimpinan di daerah. Hal ini dimaksudkan untuk

menjaga kesinambungan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai dalam

aktivitas pemerintahan dan pembangunan pada periode lima tahun

sebelumnya, maka untuk memelihara serta melanjutkan aktivitas

pemerintahan dan pembangunan dimaksud demi mencapai masyarakat daerah

yang maju, mandiri, damai dan sejahtera, perlu ditetapkan visi – misi

Pembangunan yang hendak dilaksanakan dalam periode lima tahun

28
kepemimpinan pasangan yang terpilih sebagai Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah menjalankan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan

dalam kurun waktu tersebut. Visi-Misi yang ditetapkan hendaknya jelas

sasaran yang hendak dibangun, sasaran yang dibangun itu dikehendaki

menjadi apa setelah lima tahun baik dari sisi politik, ekonomi, sosial, dan

budaya berasaskan nilai-nilai Pancasila .

Tujuan utama pembangunan bukan lagi menciptakan tingkat

pertumbuhan GNP yang setingi-tingginya, melainkan penghapusan dan

pengurangan kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan dan

penyediaan lapangan kerja dalam konteks perekonomian yang terus

berkembang. Tiga tujuan inti pembangunan adalah (1) peningkatan

ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam barang kebutuhan

hidup yang pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan perlindungan

keamanan, (2) peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa

peningkatan pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan

lapangan kerja, perbaikan pendidikan, serta peningkatan perhatian atas

nilai-nilai kultural dan kemanusiaan, (3) perluasan rentang pilihan ekonomis

dan sosial bagi setiap individu dan bangsa, yakni membebaskan mereka dari

ketergantungan (Todaro:2005)

Selain itu ada kaitan antara tujuan pembangunan ekonomi

dan tujuan pembangunan nasional dengan dimensi jangka waktu pendek dan

panjang yaitu:

1. Tujuan pembangunan ekonomi jangka pendek yang berhubungan

29
dengan tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan taraf

hidup, kecerdasan, kesejahteraan masyarakat yang semakin adil dan

merata serta meletakkan landasan yang kuat untuk pembangunan

berikutnya.

2. Tujuan pembangunan ekonomi jangka panjang adalah mewujudkan

suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan

spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang merdeka, bersatu berkedaulatan rakyat dalam

suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib, dan dinamis

dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan

damai. Pada tahap awal pembangunan dititikberatkan pada bidang

ekonomi dengan harapan akan berpengaruh pada bidang lain.

2.2.3 Konsep Pembangunan Ekonomi

1. Pengertian Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi terdiri dari dua kata yaitu pembangunan dan

ekonomi. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pembangunan adalah hasil

pekerjaan membangun, sedangkan ekonomi adalah suatu ilmu yang berhubungan

dengan pengolahan barang industri, pertanian dan perdagangan (Badudu,

2001).

Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam

penelitian ini didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan

per kapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

(Sukirno, 1996 dalam Saerofi, 2005). Berdasarkan definisi ini dapat diketahui

30
bahwa pembangunan ekonomi berarti adanya suatu proses pembangunan

yang terjadi terus menerus yang bersifat menambah dan memperbaiki segala

sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya proses pembangunan itu diharapkan

adanya kenaikan pendapatan riil masyarakat berlangsung untuk jangka panjang.

Pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berlangsung pada setiap daerah di

wilayah Indonesia harus disesuaikan dengan potensi dan prioritas yang

dimiliki oleh masing-masing daerah sehingga keseluruhan

pembangunan merupakan satu kesatuan yang utuh dalam rangka

mewujudkan pembangunan nasional (Choirullah, 2007).

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

terjadi terus menerus yang bersifat dinamis. Apapun yang dilakukan hakikat dari

proses dan sifat pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yang

baru, jadi bukan merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan

ekonomi berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua aspek

penting yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih banyak

dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk.

2. Dampak Pembangunan Ekonomi

a. Dampak Positif Pembangunan Ekonomi

1. Melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan perekonomian akan

berjalan lebih lancar dan mampu mempercepat proses pertumbuhan

ekonomi.

2. Adanya pembangunan ekonomi dimungkinkan terciptanya lapangan

pekerjaan yang dibutuhkan  oleh masyarakat, dengan demikian akan

31
mengurangi pengangguran. Terciptanya lapangan pekerjaan akibat adanya

pembangunan ekonomi secara langsung bisa memperbaiki tingkat

pendapatan nasional.

3. Melalui pembangunan ekonomi dimungkinkan adanya perubahan struktur

perekonomian dari struktur ekonomi agraris menjadi struktur ekonomi

industri, sehingga kegiatan ekonomi yang dilaksanakan oleh negara akan

semakin beragam dan dinamis.

4. Pembangunan ekonomi menuntut peningkatan kualitas SDM sehingga

dalam hal ini, dimungkinkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan

berkembang dengan pesat. Dengan demikian, akan makin meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

b. Dampak Negatif Pembangunan Ekonomi

1. Adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik

mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan hidup.

2. Industrialisasi mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian.

3. hilangnya habitat alam baik hayati atau hewani.

2.2.4 Program Desa Mandiri Anggur Merah

1. Dasar Program Pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah

Untuk mendukung pembangunan dalam era otonomi daerah sekaligus

memajukan perekonomian masyarakat khususnya masyarakat pedesaan,

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur meluncurkan program desa mandiri

“anggur merah” yang merupakan singkatan dari anggaran menuju rakyat

32
sejahtera dimana setiap desa akan mendapatkan dana sebesar 250 juta untuk

digunakan sebagi modal awal perkembangan ekonomi desa.

Program mulai dicanangkan pada tahun 2010 dan mulai bergulir pada tahun

2011 dan mencakup seluruh kabupaten di provinsi NTT. Sumber dana dari

program ini diambil dari Dana Pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Timur dan disalurkan melalui Bank NTT Ke Rekening Desa

1. Kegiatan pendukung pembangunan Desa Mandiri Anggur merah juga

berasal dari dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, kantor pusat, kantor

daerah dan hibah luar negeri

2. Dana untuk perekrutan, pelatihan dan penempatan fasilitator dan

penyusunan modul pelatihan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Perubahan tahun 2012

3. Dana pendukung kegiatan delapan agenda di Desa/kelurahan juga melalui

Lembaga UN serta dari lembaga kerjasama bilateral dan multilateral serta

kemitraan lainnya

4. Dana untuk pembinaan, pengawasan dan evaluasi bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi NTT dan Kabupaten/Kota pada

DPA setiap SKPD terkait.

Realisasi program ini pada tahun 2011 telah menjangkau sebanyak dua ratus

delapan puluh tujuh (287) desa/kelurahan. Pada tahun 2012-2013, kurang lebih

604 desa sudah menerima dana bantuan “anggur merah”. Program ini

33
diharapkan terus berjalan sehingga dana dapat disalurkan ke semua desa yang

ada di NTT yang berjumlah 3000 lebih desa.

2. Tujuan Program Pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah.

Menurut pedoman Pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah tahun

2010, tujuan Pembangunan Desa/Kelurahan Desa Mandiri Anggur Merah

Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah:

1. Megurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi

produktif sesuai keungulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan.

2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan

empat tekad dan delapan agenda pembangunan daerah.

3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja

baru yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.

3. Sasaran Program Pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah

Menurut pedoman Pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2010,

Sasaran Program Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah di

Provinsi Nusa Tenggara Timur didasarkan pada kriteria sebagai berikut:

1. Memilki presentasi rumah tangga miskin terbanyak pada wilaya kecamatan

sesuai hasil pendataan BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur,

2. Infrastruktur pelayanan sosial dasar (air bersih, sanitasi lingkungan,

pemukiman dan rumah layak huni) relatif rendah;

3. Aksesibilitas wilaya didalam daerah dan keluar daerah masih rendah;

34
4. Sumber daya manusia relatif rendah yang dapat dilihat dari tingkat

pendidikan penduduk, prosentase angka putus sekolah, angka buta huruf

yang juga masih tinggi dan indikator pembangunan kesehatan rendah;

5. Khusus untuk Desa, juga diperhatikan indikator Desa Terpencil, terisolir dan

tertinggal dan kurang memiliki akses pembangunan;

6. Memiliki sumber daya/potensi wilaya (alam dan sosial) untuk mendukung

pelaksanaan kegiatan ekonomi produktif.

4. Prinsip Program Pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah

Pembangunan Terpadu Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dilakukan

dengan beberapa prinsip antara lain :

1. Pemberdayaan, upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dan kapasitas

pemerintah desa/kelurahan melalui pelaksanaan kegiatan yang berdampak

langsung terhadap pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin serta

keberlanjutan pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan pemerintahan yang

optimal;

2. Partisipatif, upaya mengedepankan keterlibatan aktif masyarakat dalam

setiap tahapan kegiatan, baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun material

sehingga tumbuh rasa memiliki dan rasa bertanggungjawab;

3. Demokratis, pengambilan keputusan dalam setiap tahapan kegiatan

didasarkan atas musyawarah-mufakat dan kesetaraan gender;

4. Bertumpu pada sumber daya lokal, penetapan jenis kegiatan didasarkan

pada ketersediaan potensi dan kecocokan kegiatan sesuai kebutuhan

setempat sehingga tercapai daya guna dan hasil guna pembangunan;

35
5. Efisiensi, menjamin pencapaian target program dalam kurun waktu tertentu

dengan menggunakan dana dan daya yang tersedia serta dapat

dipertanggungjawabkan;

6. Efektifitas, pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan prioritas

masalah dan kebutuhan masyarakat;

7. Transparansi, Manajemen penggelolaan pembangunan desa mandiri anggur

merah dilakukan secara transparan dan dipertanggungjawabkan;

8. Keterpaduan dan Keberlanjutan, pembangunan desa mandiri anggur merah

dapat dilaksanakan secara simultan dengan program-program pembangunan

perdesaan lainnya dengan memperhatikan keterkaitan dan keberlanjutannya,

sehingga mampu menjawab berbagai persoalan mendasar setiap

desa/kelurahan.

2.3 Kerangka Berpikir

Setelah mencermati dan memahami pendapat para pakar tentang konsep

Efektivitas, maka dapat ditarik suatu benang merah bahwa efektivitas

merupakan salah satu dimensi dari produktivitas, yaitu mengarah kepada

pencapaian untuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan

dengan kualitas, kuantitas dan waktu.  Efektivitas pembangunan mencakup suatu

pencapaian suatu pembangunan yang dirancang atau di rencanakan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.

Adapun kriteria untuk mengukur efektivitas suatu organisasi ada tiga

pendekatan yang dapat digunakan, seperti yang dikemukakan oleh Martani dan

Lubis (1987:55), yakni:

36
a. Pendekatan Sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitas dari

input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk

memperoleh sumber daya, baik fisik maupun nonfisik yang sesuai dengan

kebutuhan organisasi.

b. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh

mana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal

atau mekanisme organisasi.

c. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada

output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output)

yang sesuai dengan rencana.

Dalam penelitian ini, penulis membatasi penelitian dengan hanya

memfokuskan masalah yang diteliti berdasarkan pendekatan proses (process

approach) dimana pendekatan ini digunakan untuk melihat sejauh mana

efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau

mekanisme organisasi.

Untuk lebih jelasnya digambarkan dalam skema kerangka berpikir dibawah

ini :

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

Pendekatan Proses (Process


Approach)
Indikator pelaksanaan program
DEMAm antara lain:
Program
DeMAM di 1. Proses sosialisasi Efektivitas
Desa Lembur program kepada masyarakat. Program
1. Ternak Babi 2. Kelompok Sasaran. DeMAM di
2. Ternak 3. Bantuan Dana/ Anggaran.
Desa
Kambing 4. Proses
Lembur
3. Kios Bersama pendampingan/ Pembinaan.
37
4. Ternak Ayam
5. Perbengkelan.
Sumber: Olahan Data Primer, 2017.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Prespektif Pendekatan Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses yang panjang, penelitian

berawal dari minat yang ada dalam diri seseorang dalam memahami fenomena

tertentu yang kemudian berkembang menjadi ide, teori, dan konsep. Untuk

mewujudkan penelitian yang berawal dari minat tersebut dilakukanlah cara

untuk mewujudkannya adalah dengan memilih metode yang cocok dengan

tujuan dari suatu penelitian. Metode penelitian dalam hal ini berfungsi untuk

menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

Guna menjawab dan mencari pemecahan permasalahan maka

penelitian ini akan menggunakan metode-penelitian kualitatif. Menurut

pendapat Kirk dan Miller (Moleong, 1998) dinyatakan bahwa ”penelitian

kualitatif merupakan tradisi tertentu dari ilmu sosial yang secara

fundamental bergantung kepada pengamatan manusia dalam wilayahnya

sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan

istilah yang digunakan”. Dan metode-penelitian kualitatif adalah

38
sebagai prosedur penelitian yang menghasilakan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis maupun lisan dari orang orang dan perilaku yang

diamati.

Pendekatan kualitatif menekankan unsur manusia sebagai

instrumen penelitian, dengan menekankan unsur manusia sebagai

Instrumen penelitian maka akan mempermudah penyesuaian- penyesuaian

dengan kenyataan yang terjadi dilapangan. Kirk dan Miller dalam

Moleong (2000) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung

pengamatan pada manusia di kawasannya sendiri serta berhubungan dengan

orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya. Sedangkan menurut

Alston (1998), peneliti kualitatif lebih tertarik untuk memahami tentang

pengalaman hidup dari orang-orang, dalam meginterpretasikan arti dan

fenomena sosial, serta dalam mendalami konsep-konsep baru dan

membuat teori baru).

Dalam pendekatan kualitatif ini, peneliti akan terjun langsung ke

lapangan untuk meneliti obyek kajiannya dan mengadakan interaksi

langsung dengan masyarakat yang bertujuan mendapatkan informasi yang

mendalam mengenai efektivitas p r o g r a m a n g g u r m e r a h di Desa

Lembur Kecamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur. Hal ini

berdasarkan tujuan penelitian kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2000:). Sedangkan

39
menurut Martini (1992) mengemukakan bahwa ciri dari salah satu penelitian

kualitatif adalah data yang dikumpulkan bersifat deskriptif, dimana data

yang ditampilkan umumnya berbentuk uraian dan kalimat-kalimat

yang merupakan gambaran faktual dan akurat, serta hubungan antar

masalah yang diteliti.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode diskriptif yang

menggunakan pendekatan kualitatif yaitu menggambarkan Efektivitas Program

Pembangunan Ekonomi Rakyat Nusa Tenggara Timur. Penelitian deskriptif

yang menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta,

sifat - sifat hubungan antar fenomena yang diselidiki (Usman, 2009).

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Lembur, Kecamatan Kota Komba,

Kabupaten Manggarai Timur.

3.4 Informan

Informan penelitian adalah orang yang benar-benar tau atau pelaku yang

terlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Pemilihan informan ebagai

sumber data atau informan dalam penelitian ini berdasarkan atas subjek yang

menguasai permasalahan, memiiki data yang lengkap dan bersedia memberikan

informasi yang lengkap dan akurat. Informan yang bertindak sebagai informan

kunci dalam penelitian ini adalah Ketua Program DeMAM.

Tabel 5. Kerangka Informan Penelitian

40
No Informan Teknik Penentuan Informan Jumlah Informan
1 Ketua Program Proposive 1 orang
2 Pendamping Proposive 1 orang
3 Bendahara Proposive 1 orang
4 Masyarakat Aksidential 7 orang
Total 10 orang
Sumber: Olahan Data Primer, 2017.

3.5 Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah menggambarkan sejauh mana efektivitas

program Desa Mandiri Anggur Merah yang merupakan program yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dalam upaya peningkatan taraf hidup

masyarakat. Adapun parameter yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

keefektifan tiap indikator, antara lain:

1. Proses sosialisasi program kepada masyarakat dikatakan efektif dan

optimal apabila dilaksanakan sesering mungkin dan disampaikan melalui

media yang bervariasi antara lain penyampaian langsung kepada

masyarakat, melalui musrembang, serta pemasangan spanduk-spanduk

yang berkaitan dengan program.

a. Sub Fokus

1) Sosialisasi program Anggur Merah diantaranya yang menjadi

program unggulan di Desa Lembur adalah program ternak babi,

ternak ayam, ternak kambing, kios bersama, dan perbengkelan.

2) Tujuan diadakannya program Anggur Merah.

3) Pentingnya program yang dilaksanakan.

2. Kelompok sasaran dari program Desa Mandiri anggur Merah adalah

kelompok masyarakat yang berasal dari keluarga kurang mampu. Program

41
DEMAM dikatakan tepat sasaran apabila penyaluran bantuan melalui

program ini benar- benar diberikan kepada mereka yang berasal dari

kalangan keluarga yang membutuhkan, dan mengarah pada sasaran

pedoman Pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2010.

a. Sub Fokus

1. Sasaran pedoman pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah

a) Memilki presentasi rumah tangga miskin,

b) Infrastruktur pelayanan sosial dasar (air bersih, sanitasi

lingkungan, pemukiman dan rumah layak huni) relatif rendah;

c) Sumber daya manusia relatif rendah yang dapat dilihat dari

tingkat pendidikan penduduk, prosentase angka putus sekolah,

angka buta huruf yang juga masih tinggi dan indikator

pembangunan kesehatan rendah;

d) kurang memiliki akses pembangunan;

e) Memiliki sumber daya/potensi wilaya (alam dan sosial) untuk

mendukung pelaksanaan kegiatan ekonomi produktif.

3. Bantuan dana / pengalokasian dana anggaran dari pemerintah untuk

pelaksanaan program dinilai cukup efektif apabila penyalurannya

dilakukan secara optimal dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

a. Sub Fokus

1) Dana langsung pada kelompok dan penyaluran bantuan modal

usaha kepada masyarakat yang mengikuti program DEMAM

dilakukan secara jelas dan transparan.

42
2) Dana modal usaha yang diberikan digunakan untuk membangun

usaha guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.

3) Adanya pengawasan dari pihak pemerintah terkait pengelolaan

bantuan modal usaha oleh kelompok DEMAM yang sudah

diberikan bantuan usaha.

4. Proses pendampingan bagi kelompok Desa Mandiri Anggur Merah yang

terbentuk dinilai efektif apabila dilakukan secara rutin, sejak awal

pembentukan kelompok hingga usaha kelompok berjalan serta pada

pengelolaan hasil usaha kelompok.

a. Sub Fokus

1) Memonitoring setiap kegiatan kelompok.

2) Mengevaluasi setiap kegiatan.

3.6 Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi di artikan sebagai pengamatan terhadap pola prilaku manusia

dalam situasi tertentu, untuk mendapatkan informasi tentang fenomena yang

diinginkan. Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas yang sistematis

terhadap gejala-gejala baik yang bersifat fisikal maupun mental.

Observasi merupakan cara yang penting untuk mendapatkan informasi yang pasti

tentang orang, karena apa yang dikatakan orang belum tentu sama dengan apa

yang di kerjakan. Sehingga peneliti akan melakukan pengamatan secara langsu

43
terhadap obyek penelitian terutama yang berkaitan dengan mekanisme

pelaksanaan program yang berjalan.

2. Wawancara

Salah satu teknik pengumpulan data secara langsung atau interview secara

langsung antara peneliti dan responden/informan yang diwawancara.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data melalui data-data historis dan melalui pemotretan

tentang keadaan lokasi penelitian

3.7 Jenis dan sumber data

. 1. Sumber data

Sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu data primer dan data

sekunder.

a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari Informan atau subjek

yang diteliti.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen atau laporan dan

telah lebih dahulu dikumpulkan atau dilaporkan dari orang atau instansi di

luar dari peneliti sendiri.

2. Jenis data

a. Data Kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau

uraian-uraian.

b. Data Kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka dan

simbol-simbol.

3.8 Teknik Analisis Data

44
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

kualitatif. Analisis ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya

sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu, data reduction, data display, dan

conclusion drawing/verification. (Miles and Huberman dalam Satori, 2009)

Data reduction atau mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencari bila diperlukan.

Data display atau penyajian data, adalah kegiatan penyajian data yang

terkumpul dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdsarkan

apa yang telah difahami tersebut.

Conclusion Drawing/verification adalah tahap penarikan kesimpulan. Tahap

ini dimana peneliti menarik kesimpulan untuk menjawab pertanyaan pada

perumusan masalah. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan

temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi

atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap

sehingga diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,

hipotesis atau teori.

45

Anda mungkin juga menyukai