Anda di halaman 1dari 17

UJIAN AKHIR SEMESTER

Mata Kuliah : Pengujian Bahan Farmasi


Nama : Rizki Noor Amelia
NIM : 1813015069
Kelas : D 2018
Hari/Tanggal : Selasa/16 Juni 2020
Jam : 08.00-09.40 WITA
Tahun Ajaran : Genap 2019/2020
Dosen Pengampu : Vita Olivia Siregar, S.Farm., M.S.Farm.

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
REVIEW JURNAL 10 MACAM PENGUJIAN IN VIVO
(Prinsip, Metode Kerja, Paramater)

A. Anti inflamasi
Judul Uji Efek Antiinflamasi secara In Vivo Nanopartikel
Kurkumin yang Diformulasikan menggunakan Metode
Reinforcement Gelasi Ionik
Prinsip Penyuntikan bahan irtitan (karagenan 1%) secara
intraplantar pada telapak kaki mencit sehingga
menyebabkan udem yang dapat diinhibisi oleh obat
antiinflamasi (suspensi Celebrex®) yang telah diberikan
sebelumnya.
1. Dipuasakan mencit selama ±18 jam dengan tetap diberi
air minum, tujuannya untuk menghindari kemungkinan
adanya pengaruh makanan terhadap efek bioavailibilitas
dan proses farmakokinetik kurkumin yang diformulasi
dalam bentuk nanopartikel dalam memberikan efek
antiinflmasi.
2. Dikelompokkan mencit ke dalam 6 kelompok perlakuan
Metode Kerja
dengan jumlah masing-masing kelompok 4 ekor, yaitu
(Metode
reinforcement kelompok bahan uji (formula nanopartikel kurkumin
gelasi ionik) dengan perbandingan konsentrasi kurkumin : kitosan :
TPP : natrium alginat : kalsium klorida. Kelompok A1
(0,01% : 0,02% : 0,01% : 0,01% : 0,01%), kelompok A2
(0,01% : 0,02% : 0,01% : 0,02% : 0,01%), kelompok B1
(0,01% : 0,02% : 0,02% : 0,01% : 0,01%), kelompok B2
(0,01% : 0,02% : 0,02% : 0,02% : 0,01%), kelompok
kontrol negatif (suspensi Na CMC 0,5%), dan kelompok
kontrol positif (suspensi Celebrex®).
3. Ditimbang masing-masing hewan dan diberi tanda pada
kaki kirinya yang akan diinduksi.
4. Diukur volume kaki terlebih dahulu dengan cara
memasukkan telapak kaki mencit ke dalam raksa hingga
batas tanda, dicatat angka sebagai volume awal (Vo)
yaitu volume kaki sebelum diberi bahan uji, kontrol dan
diinduksi dengan larutan karagenan.
5. Masing-masing mencit diberi suspensi bahan uji secara
oral sesuai dengan kelompoknya.
6. Satu jam kemudian, masing- masing telapak kaki mencit
disuntik secara intraplantar dengan 0,1 mL larutan
karagenan 1%. Karagenan dipilih sebagai penginduksi
karena berperan dalam pembentukan edema dalam
model inflamasi, dapat melepaskan prostaglandin setelah
disuntikkan ke hewan uji.
7. Setiap 30 menit setelah induksi karagenan, volume
telapak kaki mencit diukur pada jam ke – 1, 2, 3, 4, 5,
dan 6, dengan cara memasukkan telapak kaki mencit ke
dalam alat pletismometer modifikasi hingga batas tanda.
Dicatat perubahan volume cairan yang terjadi sebagai
volume telapak kaki mencit (Vt).
8. Data dianalisis dengan metode ANAVA (analisis
varians) satu jalan dan dilanjutkan dengan uji LSD
menggunakan program SPSS 20.
Parameter Kemerahan (rubor) dan pembengkakan pada kaki mencit,
persentase penghambatan volume udem.
Referensi Suryani, S., Wahyuni, W., & Benny, F. (2015). Uji Efek
Antiinflamasi secara In Vivo Nanopartikel
Jurnal
Kurkumin yang Diformulasikan menggunakan
Metode Reinforcement Gelasi
Ionik. Pharmauho: Jurnal Farmasi, Sains, dan
Kesehatan, 1(1).
B. Analgesik
Judul Uji Aktivitas Analgetika Ekstrak N-heksana Daun Afrika
(Vernonia Amygdalina Delile) Terhadap Mencit Swiss
Webster Jantan
Prinsip Penginduksian nyeri yang diberikan pada mencit sehingga
menimbulkan respon nyeri berupa geliat dan jentikan ekor
yang dapat diinhibisi oleh obat analgesik (tramadol dan
aspirin) yang telah diberikan sebelumnya.
a. Metode Tail Flick Test (Jentikan ekor)
1) Diaklimatisasi hewan uji selama 7 hari, dengan
tujuan untuk memberikan waktu kepada hewan
beradaptasi dengan lingkungan baru dan untuk
mengurangi stres.
2) Dibagi hewan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok
1 (kontrol) yang diberi suspensi CMC Na,
kelompok 2, 3 dan 4 sebagai kelompok uji I, II dan
III yang diberi ekstrak n-heksana daun afrika
Metode Kerja (Vernonia amygdalina Delile) dengan dosis 100,
(Metode Tail 200 dan 400 mg/kg BB serta kelompok 5 sebagai
Flick Test &
kelompok pembanding yang diberi tramadol.
Writhing Test)
3) Diinduksi nyeri ekor mencit dengan air pada
penangas suhu 50±2oC dengan cara dicelupkan 3
cm ekor hewan kedalam air panas.
4) Dihitung waktu yang dibutuhkan mencit untuk
menjentikkan ekornya pada waktu ke 30, 60, 90
dan 120 menit.
5) Dilakukan uji analisis varians (ANOVA) satu arah
dan analisis LSD. Analisis ANOVA dinyatakan
dalam rata-rata±SD, dimana hasil pengujian
signifikan jika p ≤ 0,05. Analisis lanjutan LSD
dilakukan dengan taraf kepercayaan 95%.
b. Metode Writhing Test (Geliat)
1) Digunakan mencit hasil wash out selama 14 hari
setelah selesai diuji dengan metode pertama.
Tujuannya adalah memberikan waktu agar
metabolisme tubuh mencit berjalan normal
kembali seperti sebelum pengujian.
2) Dibagi hewan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok
1 (kontrol) yang diberi suspensi CMC Na,
kelompok 2, 3 dan 4 sebagai kelompok uji I, II dan
III yang diberi ekstrak n-heksana daun afrika
(Vernonia amygdalina Delile) dengan dosis 100,
200 dan 400 mg/kg BB serta kelompok 5 sebagai
kelompok pembanding yang diberi aspirin.
3) Diinduksi nyeri mencit menggunakan larutan asam
asetat 0,6 % (10 ml/Kg BB) yang diberikan secara
intraperitoneal. Asam asetat dapat menyebabkan
kerusakan jaringan atau gangguan metabolisme
jaringan jika disuntikkan dibawah kulit, dimana
adanya jaringan yang rusak menyebabkan sel-sel
membebaskan mediator nyeri yang dapat
meransang reseptor nyeri.
4) Diamati respon geliat yang ditunjukkan mencit,
dihitung setiap rentang waktu 5 menit selama 30
menit.
5) Dilakukan uji analisis varians (ANOVA) satu arah
dan analisis LSD. Analisis ANOVA dinyatakan
dalam rata-rata±SD, dimana hasil pengujian
signifikan jika p ≤ 0,05. Analisis lanjutan LSD
dilakukan dengan taraf kepercayaan 95%.
Parameter Total waktu yang dibutuhkan mencit untuk menjentikkan
ekor, total geliat mencit (kedua pasang kaki ke depan dan
ke belakang serta perut yang menekan lantai) selama
pengamatan.
Referensi Delisma, C., Fitrianingsih, S. P., & Suwendar, S. (2003).
Uji Aktivitas Analgetika Ekstrak N-heksana
Jurnal
Daun Afrika (Vernonia Amygdalina Delile)
Terhadap Mencit Swiss Webster Jantan. Jurnal
Ilmiah Farmasi Farmasyifa, 1(1), 26-34.

C. Antidiare
Judul Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Suji (Dracaena
angustifolia Roxb)
Prinsip Prinsip metode proteksi diare berdasarkan konsistensi
feses, bobot feses, dan frekuensi defekasi pada pemberian
obat loperamid, esktrak etanol daun suji (Dracaena
angustifolia Roxb) yang dapat memperlambat peristaltik
usus, sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan
memperbaiki konsistensi feses, dengan metode pemberian
induksi oleum ricini terlebih dahulu. Prinsip metode transit
intestinal adalah membandingkan panjang usus yang
dilalui marker terhadap panjang usus keseluruhan.
a. Metode proteksi diare
1. Digunakan hewan uji mencit putih jantan swiss
Metode Kerja
Webster sehat (memiliki feses normal) dengan
(Metode
bobot 20-25 g.
proteksi diare
dan transit 2. Dibagi hewan menjadi lima kelompok. Kelompok
intestinal)
1 diberi minyak jarak 0,75 mL/20 g BB, kelompok
2, 3, 4 diberi ekstrak etanol daun suji masing-
masing sebanyak 25 mg/kgBB, 50 mg/kgBB, 100
mg/kgBB, kelompok 5 (kontrol positif) diberi
Loperamid 2 mg/kgBB.
3. Satu jam sebelum percobaan dimulai mencit
dipuasakan makan dan minum.
4. Sediaan uji ekstrak daun suji (Dracaena
angustifolia Roxb) diberikan dengan cara oral 0,5
mL/20g BB mencit, kemudian mencit ditempatkan
di dalam bejana individual yang beralaskan kertas
saring pengamatan.
5. Satu jam setelah perlakuan, diberikan 0,75 mL
minyak jarak (oleum ricini) sebagai penginduksi
diare.
6. Diamati respon yang terjadi pada tiap mencit
selang 30 menit sampai 4 jam, kemudian selama
satu jam sampai 5 jam setelah pemberian Oleum
ricini.
b. Metode transit intestinal
1. Digunakan hewan uji mencit putih swiss Webster
jantan dewasa sehat dengan berat 20-25 g.
2. Dipuasakan hewan uji ±18 jam, minum tetap
diberikan.
3. Setelah ditimbang, hewan dikelompokkan secara
acak kedalam 14 kelompok. Kelompok normal
diberi Oleum ricini 0,75 mL/20g BB, kelompok uji
diberik ekstrak etanol daun suji 25 mg/kgBB, 50
mg/kgBB, 100 mg/kgBB, kelompok kontrol positif
diberikan Loperamid 2 mg/kgBB.
4. Pada waktu t=0, sediaan uji diberikan secara oral
0,5 mL/20 g bobot badan mencit. Setelah t=45
menit, mencit diberikan tinta cina 0,1 ml/10 g
secara oral. Pada t=65 menit, mencit dikorbankan
secara dislokasi tulang leher.
5. Dikeluarkan usus mencit secara hati-hati sampai
terenggang.
6. Diukur panjang usus yang dilalui marker tinta
mulai dari pylorus sampai ujung akhir (yang
berwarna hitam) dan diukur panjang seluruh usus
dari masing-masing hewan.
7. Dihitung rasio normal jarak yang ditempuh marker
terhadap panjang usus seluruhnya.
Parameter Frekuensi diare, bobot feses, konsistensi feses, waktu
timbul diare dan durasi diare.
Referensi Sukmawati, I. K., Sukandar, E. Y., & Kurniati, N. F.
(2018). Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol
Jurnal
Daun Suji (Dracaena angustifolia
Roxb). PHARMACY: Jurnal Farmasi
Indonesia (Pharmaceutical Journal of
Indonesia), 14(2), 173-187.

D. Diuretik
Judul Efek Diuretik Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela
(Hibiscus sabdariffa Linn.) pada Tikus Wistar Jantan.
Prinsip Prinsip uji diuretik pada hewan percobaan adalah
penentuan volume urin setiap satu jam setelah pemberian
ekstrak air kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa
Linn) , untuk melihat sejauh mana volume urin dalam 24
jam.
1. Digunakan hewan uji tikus jantan galur Wistar berumur
±8-10 minggu dengan bobot antara 200-300 gram
Metode Kerja
sebanyak 50 ekor). Sebelum pengujian, dipuasakan
(Metode
Lipschitz) hewan uji selama 12 jam dengan tetap diberikan air
minum.
2. Dibagi menjadi 5 kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 5 ekor tikus jantan, kelompok
kontrol yang hanya diberi suspensi CMC Na 0,5%
10 mL/kgBB, kelompok pembanding yang diberi
suspensi furosemid dosis 3,6 mg/kgBB, dan tiga
kelompok sebagai kelompok uji ekstrak air kelopak
bunga rosela dosis 25, 50, dan 100 mg/kgBB.
3. Semua tikus pada kelompok percobaan diberi NaCl
fisiologis 0,9% sebanyak 20 mL/kgBB sebagai
loading dose secara oral untuk menghindari
terjadinya dehidrasi dan juga meningkatkan
kecepatan urinasi pada tikus.
4. Setelah 30 menit masing-masing kelompok
diberikan sediaan uji sesuai dengan kelompoknya.
5. Ditempatkan ke dalam kandang metabolisme
individual dan dicatat volume urin yang
diekskresikan setiap 30 menit selama 6 jam dan 24
jam.
6. Setelah itu dihitung persentase urin kumulatif.
Hasilnya kemudian diolah secara statistika
menggunakan uji Student-t.
Parameter Volume urin kumulatif selama 6 jam dan 24 jam, kadar ion
natrium dan kalium.
Referensi Wahyuningsih, S. (2015). Efek Diuretik Ekstrak Air
Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa
Jurnal
Linn.) pada Tikus Wistar Jantan. Jurnal Farmasi
Sains dan Terapan, 2(2).
E. Antihipertensi
Judul Aktivitas Antihipertensi Ekstrak Kering Terstandarisasi
Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Hasil
Produksi Skala Pilot
Prinsip Pemberian larutan adrenalin pada mencit yang
menyebabkan keadaan hipertensi dan penentuan tekanan
sistol&diastol setelah pemberian sediaan uji.
1. Diekstraksi 100 kg simplisia kelopak bunga rosela
(Hibiscus sabdariffa L.) menggunakan pelarut etanol
20 %. Didapatkan ekstrak kering kelopak bunga rosela
mengandung 25% ekstrak kelopak bunga rosela dan
75% laktosa.
2. Disiapkan tikus putih jantan galur wistar dengan bobot
150-300 gram. Dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan
yaitu kelompok kontrol negatif, dosis 150 mg/kgBB;
dosis 250 mg/kgBB; dosis 350 mg/kgBB; dan dosis
500 mg/kgBB.
Metode Kerja
3. Diukur tekanan darah awal sebelum tikus putih jantan
(Metode Non
invasive blood galur wistar diinduksi dengan injeksi adrenalin.
pressure) Tekanan darah ini dicatat dan dinyatakan sebagai nilai
tekanan darah pre-test atau TD I.
4. Diinduksi tikus dengan larutan adrenalin dosis 1,2
µg/Kg BB i.p untuk mencapai keadaan hipertensi.
5. Diukur kembali tekanan darah tikus dan diperoleh
tekanan darah tinggi atau tekanan darah saat hipertensi
yaitu TD II. Tekanan darah tikus akan kembali normal
sekitar 50-60 menit.
6. Kemudian, tikus diberikan larutan uji dengan dosis
yang telah ditentukan secara peroral, dibiarkan selama
15 menit lalu diberikan adrenalin secara intraperitonial.
7. Setelah ditunggu 15 menit, diukur kembali tekanan
darah dan dicatat sebagai tekanan darah akhir yaitu TD
III.
8. Dihitung aktivitas antihipertensi dengan cara
menghitung persentase penurunan tekanan darah atau
persen inhibisi menggunakan rumus:
Penurunan tekanan darah = TD II–TD III
𝑇𝐷 𝐼𝐼−𝑇𝐷 𝐼𝐼𝐼
% inhibisi = x 100%
𝑇𝐷 𝐼𝐼

Keterangan:
TD II = Tekanan darah setelah diinduksi dengan
adrenalin (mmHg)
TD III = Tekanan darah setelah diberi larutan ekstrak
kering kelopak bunga rosela (mmHg)
Parameter Tekanan darah sistol, tekanan darah diastol.
Referensi Susilawati, Y., Rahmatullah, T. S., Muhtadi, A., Sofyan, F.
F., & Tjitraresmi, A. (2018). Aktivitas
Jurnal
Antihipertensi Ekstrak Kering Terstandarisasi
Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)
Hasil Produksi Skala Pilot. Jurnal Sains dan
Kesehatan, 1(10), 554-560.

F. Antiplasmodium
Judul Antiplasmodium Activities Of Keluwih (Artocarpus
camansi) Methanol Leaf Extracts in The Mencit (Mus
Musculus) Balb/C Infected With Plasmodium berghei
Prinsip Melihat peningkatan dosis ekstrak metanol daun keluwih
(Artocarpus camansi) dengan daya hambat parasitemia
Plasmodium berghei pada mencit Balb/c.
1. Disiapkan 130,49 gram ekstrak pekat daun keluwih
yang merupakan hasil maserasi menggunakan 1 kg
daun keluwih dengan 15 L metanol.
2. Sebanyak 30 ekor mencit Balb/c yang berumur 10
minggu dibagi dalam 6 kelompok yang masing-masing
terdiri dari 5 ekor mencit. Kelompok uji diberi ekstrak
metanol daun keluwih dengan dosis masing-masing 1,
Metode Kerja 25, 50, 75, dan 100 mg/kg BB, sementara untuk
(Metode Peter kelompok kontrol diberikan CMC (Carboxy-Methyl-
primary The 4- Cellulose) 1 %.
day suppressive 3. Pemberian ekstrak dilakukan setelah mencit diinfeksi
test) dengan Plasmodium berghei dan mempunyai jumlah
parasitemia antara 7-8 %.
4. Diamati data pertumbuhan parasitemia dan
penghambatan parasitemia oleh ekstrak metanol daun
keluwih selama 7 hari.
5. Dianalisis menggunakan ANOVA dengan tingkat
kepercayaan 95 % dan dilanjutkan dengan uji Mann-
Whitney U untuk mengetahui hubungan antara
peningkatan dosis ekstrak metanol daun keluwih
(Artocarpus camansi) dengan daya hambat parasitemia
Plasmodium berghei pada mencit Balb/c.
Parameter Pertumbuhan parasit dan penghambatan parasit.
Referensi Priangga, D. A. H., Jekti, D. S. D., & Andayani, Y. (2013).
Antiplasmodium Activities Of Keluwih
Jurnal
(Artocarpus camansi) Methanol Leaf Extracts in
The Mencit (Mus Musculus) Balb/C Infected
With Plasmodium berghei. Prisma Sains: Jurnal
Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika
dan IPA IKIP Mataram, 1(2), 166-170.
G. Antikarsinogenik
Judul Ekstrak Etanolik Gynura procumbens (Lour) Merr.
Menghambat Proliferasi Sel Kanker Payudara Tikus Pada
Karsinogenesis yang Diinduksi dengan Dimethylbenz (a)
antrazena (DMBA)
Prinsip Pengamatan aktivitas proliferasi sel kanker payudara tikus
yang diinduksi DMBA dan dihambat setelah diberi sediaan
uji.
1. Digunakan hewan uji tikus betina galur Sprague
Dawley umur 4 minggu dengan berat badan 40-60 g.
2. Enam puluh tikus betina (Female) umur 50 hari dibagi
menjadi 6 kelompok secara random. Kelompok I
(kontrol) hanya diberi makanan kontrol saja, yaitu pelet
AD2, kelompok II (perlakuan DMBA saja), kelompok
III dan IV (perlakuan pada tahap karsinogenesis awal:
post-I), dan kelompok V dan VI (perlakuan pada tahap
karsinogenesis lanjut: post-II) diberi DMBA (20
mg/kgBB, i.g. dalam minyak jagung) dan ekstrak.
Metode Kerja 3. Inisiasi DMBA (7,12-dimetilbenz(a)ntrasen) dilakukan
2 kali seminggu selama 5 minggu.
4. Kelompok III dan IV diberi ekstrak masing-masing
dengan dosis 250 mg/KgBB dan 750 mg/KgBB pada
minggu ke-1 setelah DMBA terakhir, hingga akhir
pengamatan.
5. Kelompok V dan VI, diberi ekstrak dengan peringkat
dosis yang sama dengan post-inisiasi I pada minggu ke-
6 setelah DMBA terakhir hingga akhir pengamatan.
6. Ditimbang tikus setiap minggunya, dan mulai minggu
ke-1 setelah pemberian DMBA dilakukan palpasi
payudara setiap minggu untuk mengamati
perkembangan tumor sampai minggu ke-16.
7. Dilakukan pemeriksaan aktivitas proliferasi sel epitel
payudara menggunakan metode AgNOR dengan cara
menghitung dot hitam di dalam inti sel dan menghitung
jumlah sel.
8. Pemeriksaan ekspresi protein COX-2 dengan
melakukan pengecatan menggunakan antibodi anti
COX-2 terhadap sel kanker payudara tikus.
Parameter Jumlah sel kanker, jumlah black dot hasil pengecatan
AgNOR.
Referensi Meiyanto, E. (2012). Ekstrak Etanolik Daun Gynura
Procumbens (Luor) Merr. Menghambat
Jurnal
Proliferasi Sel Kanker Payudara Tikus pada
Karsinogenesis Yang Diinduksi Dengan
Dimetilbenz (a) antrazena (Dmba). Pharmacon:
Jurnal Farmasi Indonesia, 13(1), 12-17.

H. Antikalkuli
Judul Isolasi, Karakterisasi Dan Uji Aktivitas Pencegahan
Antikalkuli Luteolin 7-o-glukosida Dari Daun Sonchus
Arvensis L., Pada Tikus Dengan Metode Matriks-asam
Glikolat
Prinsip Membandingkan bobot kandung kemih tikus antara
kelompok kontrol dan uji yang sebelmunya masing-
masing diinduksi dengan matriks benang bedah sutera
hitam dan asam glikolat.
Metode Kerja 1. Dilakukan penanaman matriks benang bedah sutera
(Metode hitam ke dalam kandung kemih tikus (kelompok uji dan
matriks-asam kelompok kontrol) dan pemberian oral asam glikolat
glikolat) dengan dosis 500 mg/kg bb.
2. Dilakukan pemberian sediaan uji ekstrak etil asetat
daun Sonchus arvensis L, sehari sesudah perlakuan
induksi batu selama delapan hari.
3. Diuji kemampuan pengobatan dari sediaan uji dengan
pemberian bahan uji pada hari kedelapan setelah
induksi batu (batu telah terbentuk).
4. Dibandingkan bobot batu kandung kemih kelompok uji
dengan kelompok kontrol (+).
5. Data-data hasil pengamatan dievaluasi dengan uji
Student t, untuk menentukan kemaknaan aktivitas
bahan uji sebagai antikalkuli.
Parameter Bobot batu kandung kemih
Referensi Dhianawaty, D., Padmawinata, K., & Soediro, I. (2003).
Isolasi, Karakterisasi Dan Uji Aktivitas
Jurnal
Pencegahan Antikalkuli Luteolin 7-o-
glukosida Dari Daun Sonchus Arvensis L.,
Pada Tikus Dengan Metode Matriks-asam
Glikolat. Bionatura, 5(3).

I. Teratogenik
Judul Uji Efek Teratogenik dari Yoghurt Terhadap Fetus Mencit
Putih (Mus musculus)
Prinsip Mengamati pengaruh pada fetus mencit yang induknya
diinduksi yoghurt selama masa kehamilan.
1. Diaklimatisasi hewan uji mencit putih betina galur
Wistar 20-30 gram selama 10 hari untuk membiasakan
hewan berada pada lingkungan percobaan.
Metode Kerja
2. Dibagi mencit menjadi 4 kelompok. Kelompok kontrol
diberi aquadest, kelompok pertama diberi yoghurt 0,52
gram, kelompok kedua diberi yoghurt 1,04 gram,
kelompok ketiga diberi yoghurt 2,08 gram. Sediaan uji
diberikan 10 hari berturut-turut mulai hari ke-enam
sampai hari ke-lima belas kehamilan.
3. Pada hari ke-18 kehamilan, dikorbankan mencit dengan
cara dislokasi leher.
4. Setelah itu dilakukan laparatomi untuk mengeluarkan
fetus mencit.
Parameter Berat badan induk mencit, jumlah fetus, pertulangan.
Referensi Dillasamola, D., Almahdy, A., Desri, A., & Diliarosta, S.
(2018). Uji Efek Teratogenik dari Yoghurt
Jurnal
Terhadap Fetus Mencit Putih (Mus
musculus). Jurnal Sains Farmasi &
Klinis, 5(1), 28-32.

J. Hepatoprotektor
Judul Uji Efek Hepatoprotektor Ekstrak Etanol Daun Benalu
Langsat (Dendrophthoe Petandra (L.) Miq.) terhadap
Kadar Malondialdehid (MDA) pada Hati Tikus Putih
Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida
(CCl4)
Prinsip Penentuan kadar MDA pada hati tikus dengan pemberian
sediaan uji yang memiliki efek hepatoprotektor.
1. Diaklimatisasi selama tujuh minggu 13 ekor tikus
jantan galur wistar usia antara 2-3 bulan dengan berat
badan 100-130 gram.
2. Dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing terdiri dari
3 ekor tikus, yaitu dua kelompok perlakuan ekstrak
Metode Kerja
etanol daun benalu Langsat (EDBL), kelompok kontrol
positif (K+), dan kelompok kontrol negatif (K-).
Kelompok kontrol pembanding (KP) hanya terdiri dari
1 ekor tikus.
3. Dipuasakan terlebih dahulu selama 8 jam. Pengujian
dilakukan dari hari ke-1 sampai hari ke 9.
4. Hari ke-1 sampai ke-8 perlakuan, kelompok (P1)
diberikan EDBL dengan dosis 35 mg/KgBB, kelompok
(P2) diberikan EDBL dengan dosis 70 mg/KgBB,
kelompok (K+) merupakan kontrol positif diberikan
Curcuma (Soho®) 81 mg/KgBB, kelompok (K-)
merupakan kontrol negatif diberikan aquadest dan
kelompok (KP) yaitu kontrol pembanding juga
diberikan aquadest.
5. Pada hari ke-8 setelah 4 jam pemberian perlakuan,
semua kelompok diinduksi dengan CCl4 sebesar 1
mL/KgBB secara intraperitoneal kecuali kelompok
kontrol pembanding.
6. Kemudian 18 jam setelah diinduksi CCl4 pada hari ke
9, semua kelompok dianestesi di dalam toples jenuh
dietil eter, kemudian dilanjutkan dengan dislokasi
tulang leher.
7. Dilakukan insisi untuk melihat homogenat hati dan
dilanjutkan untuk analisis kadar Malondialdehid
(MDA) menggunakan metode Thiobarbituric Acid
Reactive Substance (TBARS).
Parameter Homogenat hati, kadar Malondialdehid (MDA)
Referensi Tristanti, I., Fatimawali, F., & Bodhi, W. (2013). Uji Efek
Hepatoprotektor Ekstrak Etanol Daun Benalu
Jurnal
Langsat (Dendrophthoe Petandra (L.) Miq.)
terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) pada
Hati Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang
Diinduksi Karbon Tetraklorida
(CCl4). PHARMACON, 2(3).

Anda mungkin juga menyukai