Anda di halaman 1dari 22

REPTIL

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Zoologi Vertebrata yang Dibina Oleh

Bunga Ihda Norra, M. Pd

Disusun Oleh :

Affifa Wafiqul Aziza (1908086030)

Asra Hayatus Shaleha (1908086009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang mana telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan kenikmatan-Nya sehingga maakalah ini dapat
selesai. Tidak lupa, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada baginda agung
Nabi Muhammad SAW, dengan hidayah serta kauniyah dan diniyahnya, penulis
dapat beribadah kepada-Nya.

Penulis mencoba menyusun makalah ini sedemikian rupa dengan harapan dapat
membantu para pembaca menambah wawasan dan pengetahuan lebih mengenai
hewan kelas REPTIL. Disamping itu, penulis berharap kepada pembaca agar dapat
mengkaji dan memahami isi dari makalah ini lebih dalam.

Makalah ini disajikan secara sederhana, praktis, dan sistematis, dengan harapan
agar pembaca dapat dengan mudah memahami, menganilisis, dan menghayati semua
uraian yang ada didalamnya.

Namun, terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritikan dan masukan yang
membangun dari pembaca demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Semarang, 5 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i

Kata Pengantar....................................................................................................... ii

Daftar Isi................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A. Latar belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan penulisan....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3

A. Ciri-ciri Umum, Klasifikasi....................................................................... 3


B. Sistem Otot, Sistem Sirkulasi, Sistem Pencernaan.................................... 7
C. Sistem Pernafasan, Sistem Urogenital, Sistem Saraf................................ 9
D. Organ Indera, Kelenjar Endokrin, Ciri Khusus......................................... 14

BAB III PENUTUP............................................................................................... 18

A. Kesimpulan................................................................................................ 18
B. Saran.......................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vertebrata merupakan subfilum dari Chordata yang memiliki anggota yang
cukup besar dan paling dikenal. Vertebrata terbagi menjadi enam kelas, kelas
Cyclostomata, kelas Pisces, kelas Amphibi, kelas Reptil, kelas Aves, dan kelas
Mamalia.
Kata Reptil berasal dari kata Reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan
kelompoj hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru.
Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan kelas lainnya ialah tubuhnya ditutup
oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada
beberapa anggota ordo atau sub ordo-tertentu dapat mengelupas atau melakukan
pergantian kulit baik secara total maupun sebagian. Pengelupasan secara total
misalnya pada anggota sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada sub-ordo
Lacherdhilia. Sedangkan pada ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak
pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit
kelenjar kulit.
Reptil dibagi menjadi 4 ordo, yaitu Rhyncocephalia (contoh: Tuatara),
Chelonia (contoh: Penyu, Kura-kura dan Bulus), Squamata (contoh: Serpentes,
Lacertilia, dan Amphisbaena) dan Crocodilia (contohnya: Buaya, Aligator,
Senyulong, dan Caiman).1

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja ciri-ciri umum dan klasifikasi pada Reptil?
2. Bagaimanakah sistem otot, sistem sirkulasi dan sistem pencernaan pada Reptil?
3. Seperti apakah sistem pernafasan, sistem urogenital, dan sistem saraf yang
dimiliki Reptil?
4. Apa saja organ indera, kelenjar endokrin dan ciri khusus yang dimiliki oleh
Reptil?

1
Dian Angga Hermawan. 2017. Reptil dan Amphibi. Yogyakarta: Istana Media. Hlm 1-2

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ciri-ciri yang dimiliki Reptil serta klasifikasinya.
2. Untuk memahami sistem otot, sistem sirkulasi dan sistem pencernaan pada tubuh
Reptil.
3. Untuk memahami sistem pernafasan, sistem urogenital dan sistem saraf pada
tubuh Reptil.
4. Untuk mengetahui organ tubuh Reptil, kelenjar endokrin yang dimilikinya, serta
ciri khusus yang dipunyai Reptil.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri Umum dan Klasifikasi pada Reptil


1. Ciri ciri umum
Menurut Zug (1993), kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata.
Reptilia merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya
bernafas dengan paru-paru. Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas
yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini
menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-
ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total
yaitu pada anggota Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota
Sub-ordo Lacertilia. Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya
hampir tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil
memiliki sedikit sekali kelenjar kulit.
2. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : - Squamata
- Crocodylia
- Testudinata
- Rhynchochepalia

Kelas reptilia dibagai menjadi 4 ordo, yaitu:


a. Ordo Testudinata / chelonia (contohnya: penyu, kura-kura, dan bulus
rhyncocephalia (contohnya: tuatara)
Ordo pertama kelas reptil yaitu ordo testudinata memiliki bentuk tubuh bulat
pipih dan umumnya relatif besar, mempunyai cangkang yang keras.
terbungkus oleh perisai. Perisai sebelah dorsal cembung yang disebut
carapace, dan perisai sebelah ventral datar yang disebut plastron. Kedua
bagian perisai itu digabungkan pada bagian lateral bawah, dibungkus oleh
kulit dengan lapisan zat tanduk tebal. Tidak mempunyai gigi, tetapi rahang
berkulit tanduk sebagai gantinya. Termasuk hewan ovipar. Telurnya

3
diletakkan dalam lubang pasir atau tanah. Ekstremitas sebagai alat gerak baik
di darat maupun di air2
Ordo testudinata memiliki berapa famili diantaranya yaitu:
1) Famili Testudinidae
Famili ini memiliki banyak anggota, yang paling terkenal terdapat di
Kepulauan Galapagos dan Kepulauan Seychelles. Pada kedua kepulauan
tersebut mereka dikenal sebagai kura–kura purba dan kura-kura raksasa.
Di Indonesia fosilnya hewan ini dijumpai di Jawa, Flores, Timor dan
Sulawesi. Kura–kura Kuning di Sulawesi dan Baning yang terdapat di
hutan–hutan Sumatera dan Kalimantan merupakan kerabat kedua anggota
familia di Kepulauan Galapagos dan Kepulauan Secheyles yang masih
hidup di Indonesia. Di Asia Tenggara terdapat tiga genus yaitu Indotestudo
dan Manouria yang masih hidup dan diwakili oleh satu jenis saja di
Indonesia, dan Geochelone yang ditemui dalam bentuk fosil di Jawa,
Sulawesi dan Nusa Tenggara. Contohnya: Geochelone giganten, Testudo
hermanii, Testudo elephantopus.

2) Famili geoemydidae
Geoemydidae atau lebih dikenal sebagai Bataguridae dianggap sebagai
satu suku dengan suku kura–kura air tawar Amerika Selatan. Anggota
yang terbesar, yaitu Bajuku atau Biuku, yang berada di Sumatera dan
Kalimantan dapat mencapai 1170 mm. Genus Batagur, Callagur,
Geoemyda, Malayemys, Notochelys, Orlitia, dan Siebenrockiella hanya
mempunyai satu jenis saja. Genus Coura memiliki lebih dari satu jenis
anggota, namun di Indonesia hanya ada satu anggota saja dengan
penyebaran yang paling luas. Marga Cyclemys dan Heosemys di Indonesia
hanya memiliki dua anggota saja.
3) Famili trionychidae
Trionychidae merupakan kura-kura yang memiliki penyebaran paling luas
di dunia. Tiap genus dari suku ini hanya memiliki satu sampai tiga anggota
saja yang dapat dibedakan dengan mudah dari perisainya yang berasal dari
tulang rawan dan ekornya yang agak panjang. Pada beberapa jenis, kaki
belakangnya dapat disembunyikan dalam suatu katub perisai. Lehernya
2
M. D. Brotowidjojo. 1998. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga

4
relatif panjang, sehingga kepalanya hampir dapat mencapai bagian
belakang tubuhnya. Lubang hidungnya terletak pada ujung moncong yang
kecil dan pendek. Ukurannya dapat mencapai panjang satu meter, dengan
berat satu kuintal. Marga Amyda, Dogania, dan Pelodiscus hanya diwakili
satu jenis saja di Indonesia, sedangkan marga Chitra, Pelochelys diwakili
dua jenis saja di Indonesia.3
b. Ordo Rhynchocephalian
Ordo yang kedua kelas reptilia yaitu ordo rhynchocephalia. Karakteristik dari
ordo ini yaitu tengkoraknya bersifat diapsid (mempunyai dua cekungan
didaerah temporal) tulang tulang gostralia (tulang tulang perut) berkembang
dengan baik. Celah kloaka melintang di atap kepala terdapat mata parietal
dengan lensa dan retina. Ordo squamata hanya mempunyai 1 famili yaitu
sphenodobtidae. Contoh spesies pada famili ini yaitu Sphenodon punctatus.
c. Ordo Squamata (contohnya: serpentes, lacertilia, dan amphisbaena)
Ciri-ciri umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik
yang terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara
periodik yang disebut molting. Sebelum mengelupas, stratum germinativum
membentuk lapisan kultikula baru di bawah lapisan yang lama. Pada Subordo
Ophidia, kulit atau sisiknya terkelupas secara keseluruhan, sedangkan pada
Subordo Lacertilia, sisiknya terkelupas sebagian.Bentuk dan susunan sisik-
sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi karena polanya cenderung
tetap. Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal, sedangkan pada
tokek sisik mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum4.
Squamata dibedakan menjadi 3 sub ordo yaitu:
1) Sub ordo Lacertilia atau Sauria
Subordo Lacertilia atau Sauria terbagi menjadi beberapa famili yaitu famili
gekkonidae, Famili scincidae, dan famili agamidae. Famili agamidae
memiliki ciri badan pipih, tubuhnya ditutup sisik bentuk bintil atau yang
tersusun seperti genting, demikian pula dengan kepalanya penuh tertutup
sisik.Lidahnya pendek, tebal, sedikit berlekuk di ujung serta bervilli.Jari-

3
D. T. Iskandar. 2000. Buaya dan Kura-kura Indonesia. Bogor: Puslitbang Biologi LIPI.

Indonesia.

4
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta: Penerbit Erlangga

5
jarinya kadang bergerigi atau berlunas Tipe gigi acrodont. Habitatnya di
pohon dan semak.
2) Sub ordo Serpentes atau Ophidia
Subordo serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan reptilia
yang seluruh anggotanya tidak berkaki (kaki mereduksi) dari ciri-ciri ini
dapat diketahui bahwa semua jenis ular termasuk dalam subordo ini. Ciri
lain dari subordo ini adalah seluruh anggoanya tidak memiliki kelopak
mata. Sedangkan fungsi pelindung mata digantikan oleh sisik yang
transparan yang menutupinya. Berbeda dengan anggota Ordo Squamata
yang lain, pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan dengan
ligament elastis5.
3) Sub ordo Amphisbaenia
Tidak memiliki tulang kuadrat dan ekstrimitas.

d. Ordo Crocodilia (contohnya: buaya, aligator, senyulong, dan caiman)


Ordo ketiga ordo crocodilia mencakup hewan reptil yang berukuran paling
besar di antara reptile lain. Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di
daerah punggung sisik-sisik itu tersusun teratur berderet ke arah ternversal dan
mengalami penulangan membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal,
pada bagian lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi empat.
Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi-gigi
runcing bertipe gigi tecodont. Mata kecil terletak di bagian kepala yang
menomornjol ke dorso-lateral. Pupil vertikal dilengkapi selaput mata, tertutup
oleh lipatan kulit yang membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya
nampak seperti celah. Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong
dan dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara
otomatis pada saat buaya menyelam. Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif
pendek tetapi cukup kuat. Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan
berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa selaput. 6

5
G. R. Zug. 1993. Herpetology: an Introductory Biology of Ampibians and Reptils. London:

Academic Press.

6
D. T. Iskandar. 2000. Buaya dan Kura-kura Indonesia. Bogor: Puslitbang Biologi LIPI.

Indonesia.

6
B. Sistem Otot, Sistem Sirkulasi dan Sistem Pencernaan pada Reptil
1. Sistem Otot
a. Sistem otot pada reptil mengalami modifikasi untuk mendukung organ-organ
vissera, berat badan, dan juga untuk memungkinkan beberapa jenis gerakan.
Begitu juga dengan otot-otot respirasi telah teradaptasi untuk kehidupan di
darat dan berkembang dengan baik. Reptilia memiliki sistem otot daging yang
lebih kompleks bila dibandingkan dengan amfibia, karena otot daging harus
mendukung tubuh di daratan yang bersifat lebih berat dari pada di dalam air.
7
Selain itu juga untuk gerakan-gerakan yang sifatnya harus cepat
b. Otot aksial (otot badan) reptil mulai menunjukkan beberapa spesialisasi seperti
yang ditemukan pada mamal. Otot reptil terutama untuk gerakan lateral tubuh
dan menggerakkan ruas-ruas tulang belakang. Hal ini bisa diamati terutama
pada bangsa ular sebab jaringan otot lengan sudah menghilang. Otot rangka
pada kura-kura dan kerabatnya sangat berkurang kecuali pada daerah leher
akibat adanya karapaks dan plastron.
c. Dermal atau otot kulit berkembang baik pada reptil, dan perkembangan yang
sangat baik terjadi pada ular. Jaringan otot tungkai pada reptil menunjukkan
variasi bergatung pada tipe gerakannya 8

2. Sistem Sirkulasi
Jantung reptilia terbagi menjadi 4 ruang, yaitu:
- 2 atrium : – 1 atrium dekster (serambi kanan)
– 1 atrium sinister (serambi kiri)
- 2 ventrikel : – 1 ventrikel dekster (bilik kanan)
– 1 ventrikel sinister (bilik kiri)
Sekat di antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan belum sempurna.
Peredaran darah reptilia merupakan peredaran darah ganda.

7
M. Jasin. 1992. Zoologi Vertebrata Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Sinar Wijaya

8
Sukiya. 2003. Biologi Vertebrata. Universitas Negeri Yogyakarta: JICA.

7
Pada buaya, sekat ventrikel terdapat suatu lobang yang disebut foramen panizzae
yang memungkinkan pemberian O2 ke alat pencernaan dan untuk keseimbangan
tekanan dalam jantung sewaktu penyelam di air 9

Gambar Sistem Peredaran Darah Buaya

Arah peredaran darah Sama seperti Amphibia, Reptilia juga mengalami peredaran
darah ganda, peredaran darah Reptilia dimulai pada saat
a. Darah yang berasal dan vena, menuju serambi kanan jantung melalui sinus
venosus.
b. Dari serambi kanan, darah masuk ke bilik kanan kemudian menuju paru-paru
untuk pertukaran gas.
c. Melalui arteri pulmonalis, darah dari paru-paru masuk ke serambi kiri
kemudian ke bilik kiri.
d. Dari bilik kiri, darah dipompa keluar menuju aorta dorsalis untuk
pemberian oksigen ke alat-alat dalam, ekor, dan alat gerak belakang.
e. Dari seluruh jaringan tubuh, darah kembali lagi ke jantung oleh pembuluh
vena melalui sinus venosus.

3. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan reptil lengkap meliputi saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan. Reptil umumnya karnivora (pemakan daging). Sistem
pencernaan pada reptil dimulai dari rongga mulut. Bagian rongga mulut
9
Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2008). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Terjemahan: Damaring

8
disokong oleh rahang atas dan bawah. Rahang reptil memiliki desain atau bentuk
yang sesuai untuk meremukkan dan mencengkeram kuat mangsanya. Otot pada
rahang reptil lebih besar dan lebih panjang dari pada ikan atau amphibi sehingga
pergerakan secara mekanik rahang pada reptil lebih baik dari keduanya. Dari
mulut, makanan akan diteruskan ke esofagus (kerongkongan),
ventrikulus(lambung), intestinum. Intestinum terdiri atas usus halus dan usus
tebal. Di dalam intestinum, makanan dicerna secara kimiawi dan terjadi proses
penyerapan sari-sari makanan. Sisa makanan akan dikeluarkan melalui kloaka.

Gambar Sistem Pencernaan Buaya

C. Sistem Pernafasan, Sistem Urogenital dan Sistem Saraf pada Tubuh Reptil.
1. Sistem Pernafasan
Sistem pernapasan reptil dimulai dengan masuknya udara melalui nares
eksterna lalu menembus plat yang keras menuju nares interna kemudian melalui
glottis sebagai celah lingua menuju larynx. Larynx tersusun atas tulang rawan tiga
buah dan berisi beberapa pasang pita suara (bagi yang bersuara). Selanjutnya
berhubungan dengan trachea yang disebut dengan gelang-gelang rawan. Trachea
bercabang menjadi 2 bronchi, yang selanjutnya masing-masing menuju ke paru-
paru. Mekanisme respirasi adalah sebagai berikut:
 Fase inspirasi: otot tulang rusuk berkontraksi sehingga rongga dada
membesar yang diikuti paru-paru mengembang, akibatnya udara dari luar masuk
melalui hidung, trakea, bronkus, dan paru-paru.
Gas O2 masuk melalui hidung  rongga mulut  anak tekak  trakea
yang panjang  bronkiolus dalam paru-paru  dari paru-paru O2 diangkat darah
menuju ke seluruh jaringan tubuh.

9
 Fase ekspirasi: otot tulang rusuk relaksasi sehingga rongga dada dan
paru-paru mengecil, akibatnya udara dari paru-paru keluar menuju paru-paru,
bronkus, trakea dan lubang hidung.
Dari jaringan tubuh gas CO2  diangkat darah menuju jantung 
kemudian menuju ke paru-paru untuk dikeluarkan  bronkiolus  trakea yang
panjang  anak tekak  rongga mulut  dan terakhir melalui lubang hidung.

Pada reptil yang hidup di air, lubang hidung dapat ditutup ketika
menyelam. Reptil bernapas menggunakan paru-paru. Sebab, sebagian besar reptil
hidup di daratan atau habitat yang kering. Untuk mengimbanginya, kulit reptil
bersisik dan kering, supaya cairan dalan tubuhnya tidak menghilang. Kulit
bersisik pada reptil merupakan suatu adaptasi hidup dalam udara kering, bukan
sebagai alat pertukarn gas. Walaupun begitu, ada pula mekanisme pernapasan
reptil yang dibantu oleh permukaan epitelium lembab di sekitar kolaka, seperti
kura-kura dan penyu. Hal ini dilakukan karena tubuh kura-kura dan penyu
terdapat tempurung yang kaku. Tempurung ini menyebabkan gerak pernapasan
kedua hewan tersebut terbatas.
Paru-paru reptil berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang
rusuk. Paru-paru reptil hanya terdiri dari beberapa lipatan dinding yang berfungsi
memperbesar permukaan pertukaran gas. Paru-paru kadal, kura-kura, dan buaya
lebih kompleks, dengan beberapa belahan-belahan yang membuat paru-paru nya
bertekstur seperti spons. Paru-paru pada beberapa jenis kadal, misalnya bunglon
Afrika, mempunyai pundi-pundi hawa atau kantung udara cadangan sehingga
memungkinkan hewan tersebut melayang di udara.10

10
Dian Angga Hermawan. Op. Cit Hlm 9-12

10
Gambar Sistem Pernapasan Reptil

2. Sistem Urogenital
Sistem urogenital merupakan sistem yang terdiri dari sistem urinarius
dan sistem genitalia. Kelompok Reptil melakukan fertilisasi secara internal (di
dalam tubuh). Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang
terjadi di dalam hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa
kopulasi yakni masuknya alat kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina. Reptil
betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di
sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma didalam
testis. Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan
testis, yaitu epididimis. Dari epididmis sperma bergerak menuju vas deferens dan
berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang di hubungkan oleh
satu testis yang dapat di bolak-balikkan seperti jari-jari pada sarung tangan karet.
Pada saat kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu
hemipenis saja yang di masukkan ke dalam saluran kelamin betina. Ovum reptil
betina yang telah di buahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat melalui
oviduk, ovum yang telah di buahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air.
Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur di letakkan dalam lingkungan
basah. Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah. Hewan reptil
seperti kadal, iguana laut, kura-kura serta berbagai jenis buaya melewatkan
sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun mereka akan kembali ke daratan
ketika meletakkan telurnya.
Terdapat dua sistem genital pada Reptil:
a. Sistem genitalia jantan:

11
 Testis berbentuk oval, relatif kecil, bewarna keputih-putihan,
berjumlah sepasang, dan terletak di dorsal rongga abdomen.
Testis akan membesar saat musim kawin.
 Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai
saluran reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka.
Sebagian duktus wolf dekat testis bergelung membentuk
epididimis. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen
yang menghubungkan tubulus seminifirus testis dengan
epididimis. Duktus wolf bagian posterior menjadi duktuds
deferen. Pada kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu dengan
ureter dan memasuki kloaka melalui satu lubang, yaitu sinus
urogenital yang pendek.
b. Sistem genitalia betina:
 Ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian
permukaannya benjol-benjol. Letaknya tepat di bagian ventral
kolumna vertebralis.
 Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian
anterior terbuka ke rongga selom sebagai ostium, sedangkan
bagian posterior bermuara di kloaka. Dinding bersifat
glanduler, bagian anterior menghasilkan albumin yang
berfungsi untuk membungkus sel telur, kecuali pada ular dan
kadal. Bagian posterior sebagai shell gland akan menghasilkan
cangkang kapur.11

11
Dian Angga Hermawan. Ibid Hlm 19-23

12
Gambar Sistem Urogenital Reptil

3. Sistem Saraf
Reptil memiliki otak dengan dua lobus olfaktorius yang panjang,
hemisfer selebral, 2 lobus optikus, cerebellum, medula oblongata yang melanjut
ke korda saraf. Di bawah hemisfer selebral terdapat traktus optikus dan saraf
optikus, infundibulum, dan hipofisis. Terdapat 12 pasang saraf kranial. Pasangan-
pasangan saraf spinal menuju ke somit-somit tubuh.
Pada lidah terdapat kuncup-kuncup perasa, dan terdapat organ pembau
pada rongga hidung. Mata dengan kelenjar air mata. Telinganya seperti telinga
vertebrata rendah. Saluran auditori eksternal tertutup kulit, dengan membran
tympani. Telinga dalam dengan tiga saluran semi sirkular untuk mendengar. Dari
ruang tympani ada saluran eustachius dan bermuara dalam faring di belakang
hidung dalam.12

12
Risa Purnamasari dan Dwi Rukma Santi. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya: Penerbit UIN Sunan Ampel

13
Gambar Sistem Saraf Reptil

D. Organ Tubuh, Kelenjar Endokrin, Ciri Khusus Reptil.


1. Organ Indera
Reptil memiliki alat indera dengan kepekaan yang berbeda-beda,
tergantung pada spesiesnya. Beberapa reptil juga memiliki indera khas yang tidak
dimiliki oleh reptil lainnya. Namun, secara umum indera yang dimiliki oleh reptil
adalah indera penglihatan, pendengaran, komoreseptor khusus.
a. Indra penglihatan
Secara umum, reptil memiliki struktur mata yang sama dengan vertebrata
lainnya. Ada yang memiliki kelopak mata, ada pula yang tidak. Akomodasi
pada semua reptil kecuali ular diatur oleh lensa yang dikelilingi dengan cincin
otot sehingga lensa dapat memipih dan membesar. Sementara pada ular, untuk
akomodasi lensa mata dapat diarahkan maju-mundur. Mata ular tidak memiliki
kelopak mata, tapi dilindungi oleh selaput transparan. Penglihatan ular tidak
sejelas penglihatan manusia. Pada bunglon, mata lateralnya dapat berputar
360o. Selain itu, kedua mata lateralnya dapat bergerak ke arah yang berbeda.
Sehingga hewan ini dapat melihat ke dua arah sekaligus.
b. Indera pendengaran
Reptil tidak memiliki daun telinga. Pada kadal, gendang telinganya nampak
jelas terlihat dari luar, berada tepat dibelakang rahang. Buaya memiliki
gendang telinga yang berada di lubang telinga, tepatnya berada di ujung

14
saluran telinga. Gendang telinga ini berfungsi untuk menggetarkan tulang-
tulang pendengaran.
Akan tetapi, hampir semua jenis ular tidak memiliki gendang telinga.
Sehingga, sinyal-sinyal getaran diterima dari lingkungan melalui rahang
bawah.
c. Komoreseptor khusus
1) Organ Vomeronasal
Organ ini mamiliki fungsi ekuivalen dengan indera pembau pada
manusia. Karena hidung ular hanya meemiliki epitel respirasi, maka
fungsi penciumannya digantikan oleh organ ini. Organ vomeronasal
berhubungan dengan bulbus olfaktorius dan berfungsi sebagai
pendeteksi kimia adanya mangsa maupun pemangsa. Lidah berfungsi
sebagai pembawa sinyal kimia berupa gas dari lingkungan ke dalam
organ ini.
2) Organ perasa
Lidah pada Reptil memiliki sedikit kuncup kecap. Sehingga, ia bisa
merasakan mangsanya.
3) Pit Organ
Pit organ merupakan detektor panas pada ular. Pit organ ini berupa
lubang-lubang di depan wajah ular yang di dalamnya terdapat membran
thermoreseptor.13

2. Kelenjar Endokrin
Semua hewan vertebrata (pisces, amfibi, reptil, aves dan mamalia,
termasuk manusia) memiliki kelenjar endokrin yang sama dan melepaskan
hormon yang mirip dengan pendendalian pembangunan, pertumbuhan, reproduksi
dan tanggapan lainnya. Pada reptil terdapat beberapa kelenjar endokrin yang
terpenting:
a. Hipofisis (Bagian Anterior, Medula dan Postrior)
1) Hipofisis anterior membentuk hormon somatotropin (pembelahan sel dan
pertumbuhan), hormon tirotropin, hormon adrenokortikotropin, hormon
laktogen (sekresi ASI), dan hormon gonadotropin)
2) Hipofisis medula membentuk hormon pengatur melanosit
13
Dian Angga Hermawan. Op. Cit. Hlm 25-26

15
3) Hipofisis posterior membentuk hormon oksitosin dan hormon vasopresin.
b. Tiroid
Hormon ini merangsang lipolisis, pemecahan VLDL dan LDL, serta ekskresi
asam empedu di dalam empedu. Hormon ini meningkatkan perkembangan
fisik (misal perkembangan tinggi) dan perkembaangan mental.
c. Paratiroid
Kelenjar paratiroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus
kelenjar tiroid oleh karenanya kelenjar paratiroid berjumlah empat buah.
d. Timus
Kelenjar timus adalah organ utama dari sistem limfatik. Terletak di daerah
dada bagian atas, fungsi utama dari kelenjar ini adalah untuk mempromosikan
perkembangan sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh yang disebut T.
e. Pankreas
Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai
organ endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans. Pulau-pulau
Langerhans terdiri tiga jenis sel yaitu sel alpha yang menghasilkan glukagon,
sel beta yang yang menghasilkan insulin, dan sel delta yang menghasilkan
somatostatin namun fungsinya belum jelas diketahui. Organ sasaran hormon
ini adalah hepar, otot dan jaringan lemak.
f. Adrenal
Terletak di kutub atas kedua ginjal. Disebut juga sebagai kelenjar suprarenalis
karena letaknya diatas ginjal. Dan kadang juga disebut sebagai anak kelenjar
ginjal karena menempel pada ginjal.kelenjar adrenal terdiri dari dua lapis yaitu
bagian korteks dan bagia medula.
g. Kelenjar gonad
Terbentuk pada minggu-minggu pertama pertama gestasi dan tampak jelas
pada minggu kelima. Diferensiasi jelas dengan mengukur kadar testosteron
fetal terlihat jelas pada minggu ke tujuh dan ke delapan gestasi. Keaktifan
kelenjar gonadterjadi pada masa prapubertas dengan meningkatnya sekresi
gonadotropin (FSH dan LH) akibat penurunan inhibisi steroid.14

3. Ciri Khusus

14
Luh Gede Surya Heryani. 2017. Endokrinologi Hewan. Universitas Udayana Denpasar

16
Ciri khusus yang dimiliki oleh Reptil yaitu Reptil memiliki kulit bersisik
tanpa kelenjar bulu rambut atau kelenjar susu seperti yang sering dijumpai pada
mamalia. Sisik yang dimiliki tersebut berbeda dengan sisik ikan. Sisik pada
Reptil tidak mengandung kelenjar lendir, melainkan berlapiskan zat tanduk
sehingga lendir Reptil terlihat kering.semua jenis Reptil tidak memiliki telinga
eksternal. Pada famili Colubridae, yakni adanya sisik ventral yang berkembang
dengan baik, melebar sesuai dengan lebar perutnya. Kepalanya biasanya
berbentuk oval dengan sisik-sisik yang tersusun dengan sistematis. Ekor
umumnya silindris dan meruncing. Kebanyakan anggota famili ini tidak berbisa.15

BAB III

15
Amiliyatul Hidayah. 2018. Keanekaragaman Herpetofauna di Kawasan Wisata Alam Coban Putri Desa
Tlekung Kecamatan Junrejo Batu Jawa Timur. Skripsi. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Hlm 54

17
PENUTUP

A. Kesimpulan
Reptil merupakan salah satu kelompok vertebrata yang memiliki sisik yang
menutupi tubuhnya. Reptil dapat dibedakan menjadi 4 ordo, yaitu Squomata,
Crocodilla, Testudinata dan Rhynchocephala. Sistem otot terdiri dari otot aksial (otot
badan) dan otot dermal (otot kulit). Reptil memiliki sistem sirkulasi atau peredaran
darah ganda.Sistem pencernaan Reptil terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Reptil bereproduksi melalui fertilisasi internal, bernafas menggunakan
paru-paru dan memiliki 12 pasang saraf krainal, tidak termasuk saraf terminal yang
kecil. Organ indera Reptil yakni indera penglihatan, pendengaran dan komoreseptor
khusus. Reptil juga memiliki kelenjar hormon yang berfungsi untuk melepaskan
hormon yang dapat mengendalikan pembangunan, pertumbuhan, reproduksi dan
tanggapan lainnya.

B. Saran
Dari pemaparan mengenai materi Reptil tersebut, diharapkan kita lebih dapat
memahami karakteristik dari Reptil, baik ciri-ciri umum, sistem regulasi, sistem
pernapasan, sistem reproduksi, sistem saraf dan lainnya. Dan juga kita dapat
menentukan klasifikasi dari beberapa spesies yang termasuk anggota Reptil.

DAFTAR PUSTAKA

18
Brotowidjojo, M. D. 1998. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2008). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Terjemahan:


Damaring

Hermawan, Dian Angga. 2017. Reptil dan Amphibi. Yogyakarta: Istana Media

Heryani, Luh Gede Surya. 2017. Endokrinologi Hewan. Universitas Udayana Denpasar

Hidayah, Amiliyatul. 2018. Keanekaragaman Herpetofauna di Kawasan Wisata Alam Coban


Putri Desa Tlekung Kecamatan Junrejo Batu Jawa Timur. Skripsi. UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang.
Iskandar, D. T. 2000. Buaya dan Kura-kura Indonesia. Bogor: Puslitbang Biologi LIPI.
Indonesia.
Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Sinar
Surya.
Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Sinar Wijaya
Purnamasari, Risa dan Dwi Rukma Santi. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya: Penerbit UIN
Sunan Ampel
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sukiya. 2003. Biologi Vertebrata. Universitas Negeri Yogyakarta: JICA.
Zug, G. R. 1993. Herpetology: an Introductory Biology of Ampibians and Reptils. London:
Academic Press.

19

Anda mungkin juga menyukai