Anda di halaman 1dari 32

!

C (t I

ttJ".~J;,
ff"rN
c
c. '

TINJAUAN UMUM SENYAWA-SENYAWA


". ·.\l ENtil -NlBill
S.~--..., ~

Oleh:
SUWIJIYO PRAMONO

FAKULTAS PASCA SARJANA


UNIVERSITAS . GADJAH MADA
1986
~·!-'.

l.-----· ·~·"'::t'o.~•.,:.,...,.a.~''4~W..I-'""'AI"~M<.,.'"!'"'"~··· ··.


~ ~
r-----..
-,;~-··__. . . _.e.......-"""t·u-:s·;";·~-;
'•

t-------------~----~--~--~1--·~~~~~~~
~Gfi'V'JO:.. I~/He! ~~ . r. N! ~
I----..=··:..-Ne,.C".,..Q~, ~~.aar.:111.::1. 11~f"'1't'rN<t.·:· ~

N\:1-'j)f~J.S.fld H3d ~~~· ~

• lfQVt-\1
'~p*'* r •
Hlft'ctt'~\~ Qr ' 't#
l!S/.!31\INii
' •• · ::,;, ! t '*- - 't'•J
~.j&l
ftrl'?l~~--.."'
1

PENGANTAR
Uraian tentang Tinjauan Umum Senyawa Fenol Nabati ini
merupakan sub-bagian pertama dari pembaha8an mengenai senyawa
fenol nabati yang merupakan salah satu kandungan kimia penting
dalam deretan senyawa yang termasuk bahan obat alamiah.
Dalam rangkaian uraian senyawa fenol nabati dapat disebutkan
urutan selengkapnya sebagai berikut: Tinjauan Umum Senyawa
Fenol Nabati, Sifat kimia fenol dan aplikasinya pada senyawa
alamiah, Analisis fitokimia senyawa fenol nabati yang meliputi
isolasi, analisis kromatografi, spektroskopi dan kimiawi.
lsi uraian dari sub bagian pertama ini jelas harus dilengkapi
dengan kepustakaan yang lebih banyak apabila ingin secara men-
dalam mengetahui masing-masing contoh dari jenis golongan
sen yawa tersebut. Namun setidaknya uraian ini telah mencakup jenis
golongan senyawa fenol yang dapat memberi gambaran terttang
ruang lingkup dan dasar klasifikasinya.
Walaupun sub-bagian ini merupakan uraian tersendiri yang ter-
pisah tetapi untuk lebih .mendalami atau mempelajari senyawa fenol
harus pula diikuti uraian tentang sub-bagian lain seperti disebutkan
di atas, yang lebih penting dari tinjauan umum ini.
3

TINJAUAN UMUM SENYAWA-SENYAWA FENOL NABATI

I. PENDAHULUAN
Jaringan sel tumbuhan mengandung sejumlah besar senyawa-
senyawa yang mengandung gugus fenol dengan struktur molekul
yang berbeda satu dengan lainnya. Golongan-golongan penting dari
senyawa fenol tersebut adalah antosianin yang merupakan zat warna
merah dan biru dari bunga-bunga dan buah, flavon dan derivat-
derivatnya yang merupakan zat warna kuning, kemudian tanin dan ·
juga asam-asam fenolat dan kinon. Secara lengkap Harborne dan
Simmonds (1964) telah mengemukakan klasifikasi senyawa fenol
alamiah sebagai berikut:

golongan fenol sederhana


asam benzoat dan senyawa sejenis
: _asetofenon dan asam fenil asetat
asam sinamat dan senyawa sejenis
kumarin, isokumarin dan kromon
flavon •
flavanon
isotlavon dan senyawa sejenis
flavon , katekol dan leukoantosianidin
salkon, auron, dihidrosalkon
biflavonil
benzofenon, ksanton, stilben
benzokinon, naftokinon, antrakinon
betasianin dan betaksantin
Senyawa-senyawa fenol pada umumnya jarang terdapat dalam .
keadaan bebas di alam tetapi dalam bentuk ester atau yang lebih
umum dalam bentuk glikosid;i atau heterosida. Perlu ditambahkan
golongan senyawa polimer tertentu seperti lignin dan tanin yang
merupakan senyawa alam penting, tersusun oleh rangkaian molekul
dasar yang termasuk pada salah satu golongan senyawa fenol di l!tas.

Swain dan Bate-Smith ( 1962) telah melakukan penggolongan


antara senyawa fenol yang umum banyak terdapat dalam tanaman
dan senyawa fenol yang kurang banyak terdapat dalam tanaman.
Penggolongan tersebut penting artinya terutama untuk yang belum
banyak mengenal secara mendalam senyawa fenol tersebut meng-
ingat kompleksnya struktur kimia yang menyusunnya.
4

Berdasarkan hal itu maka Ribereau-Gayon telah membuat peng-


golongan senyawa fenol menjadi tiga yaitu:
a. Golongan senyawa fenol yang secara luas diketemukan dalam
dunia tumbuhan.
b. Golongan senyawa fenol yang sedikit diketemukan dalam dunia
tumbuhan.
c. Go Iongan senyawa fenol yang terdapat dalam bent uk polimer-
nya.

II. GOLONGAN SENYAWA FENOL YANG SECARA LUAS


·oiKETEMUKAN DALAM TUMBUHAN

11.1. Struktur Flavonoid


Dalam berbagai literatur banyak dikemukakan klasifikasi se-
nyawa fenol ini. Salah satu klasifikasi adalah dari Ribereau-Gayon
(1968) sebagai berikut:

1. Golongan
.asam benzoat, asam simamat dan kumarin
2. Golongan flavon, flavonol dan derivatnya
3. Golongan salkon, dihidrosalkon dan auron
4. Golongan antosianin

Ketiga golongan yang terakhir bersama-sama merupakan


golongan senyawa yang disebut flavonoid, ditandai oleh struktur
umum C6-C 3-C6 dimana dua inti benzena dihubungkan oleh rantai
C3 ~ yang dibedakan · menurut gugus yang terikat pada ketiga atom
karbon tersebut. Pada umumnya cincin A (inti benzena sebelah kiri)
mengandung dua gugus hidroksi dengan kedudukan meta (tipe resor-
sinol) seperti struktur fisetin (1) dan butein (2), atau tiga gugus
hidroksi dengan kedudukan meta (tipe floroglusinol seperti kaemp-
ferol (3), aureusidin (4) dan mirisetin (5) di mana. salah satu gugus
hidroksinya masuk dalam cincin heterosiklis ber.oksigen yang -beran-
tai lima atau empat. Sebaliknya cincin B dapat mengandung satu
gugus hidoksi (3), dihidroksi dengan kedudukan orto (1,2,4) atau
trihidroksi dengan kedudukan orto (5). Perbedaan ini menjuruskan
pada interpretasi bahwa kedua cincin tersebut tidak berasal dari jalur
biogenesis yang sama. Cincin A terbentuk dari basil kondensasi tiga
molekul asam asetat, sedangkan cincin B berasal dari molekul gula
dengan perantaraan asam sikimat: Selebihnya gugus-gugus hidroksj
yang ada dapat termetilasL
5

(1) Flavonol: fisetin (2) Salkon: butein

. ~OH
al
HO~O
Aj II ~
~ fi,...C'oH
HO 0

(3) ~lavonol: kaempferol (4) Auron: aureusidin

(5) Flavonol: mirisetin

Struktur berbagai tipe flavonoid bervariasi sesuai dengan jenis


cincin heterosiklis yang mempunyai struktur piran (6), pirilium (8)
atau o-piron (7). Dengan kekecualian pada auron (4) maka pada
umumnya siklisasi terjadi antara atom karbon ketiga dari rantai C 3
dan salah satu gugus hidroksi cincin A pada kedudukan orto dari
rantai tersebut. Siklisasi ini menyebabkan terjadinya struktur
derivat kroman (9), kromen (10) atau kromon (11) atau secara
lengkap misalnya fenil-fenil kroman (12) atau fenil-fenil kromon
(13).
6

~~o]:
..
:('J.:_ HC~0~H
~ J:H
- 'CH1
1 "CH

(6) piran (7) ''6- pi ron (8) pirilium

~O'CH
((
'CHI

Ctia
lHz O(Hi" 'CH
II ~(H
0

(9) .boman (10) kromen (11) kromon

J'

:O,. . C....c~
ex
• 1 • •

JOC~~~~
71? 0 : II
c_.cH
1\
& I 0

(12) fenil-fenil kroman (13) fenil-fenil kromon

Struktur dari elemen C3 bervariasi menurut tingkat oksidasinya


dimana yang tertinggi adalah flavonol, sedangkan sebaliknya
katekol dan dihidrosalkan merupakan flavonoid dengan tingkat
oksidasi terendah. Dalam struktur flavonoid, inti bensen A memiliki,
ditinjau dari rantai C3 , sebuah gugus hidroksi dengan kedudukan or-
to, pada mana terjadi siklisasi. Pada proses siklisasi tersebut terjadi
reaksi-reaksi seperti enolisasi, eliminasi elemen dari sebuah molekul
air, pembentukan ion pirilium, yang tidak mempengaruhi oksidasi
dari molekul. Flavon, antosianidin dan auron mempunyai tingkat
oksidasi yang sama walaupun mempunyai struktur berbeda. Sebagai
contoh Geissman (1965) mengemukakan transformasi dari: A-CH 2-
CO - CO --'-' B (14) menjadi antosianidin (17) dengan melalui si-
klisasi ( 15), diikuti dengan enolisasi yang memberikan struktur
psedobasa dari antosianidin (16) dan dilanjutkan dengan suasana
asam eliminasi sebuah molekul air bersamaan dengan terbentuknya
struktur oksonium dari antosianidin·(17).
7

r7) 01-1 1~
OHcn-J=\
.-::-v,-
( ( ..co
Hz ,.,... Ji . .
o::--b.:J.V
~
I
OH

I
.,.c,...
n 2 "0
..;.....__..
(('t;.LV
~
I ..-:c,
C11
I
OH
vfC sabon Enolisation
(14) (15)

(17)

Dilain pihak struktur yang berhubungan dengan bentuk atau


keadaan oksidasi minimum (18) pada mana akan terbentuk struktur
(19), tidak dikenal atau tidak diketemukan di alam. Dalam golongan
flavonoid yang tersebut dalam tabel I harus pula dimasukkan
senyawa. isoflavon (20) dan juga isoflavanon, walaupun senyawa-
senyawa ini tidak merupakan struktur C6-C3-C6 sebagaimana yang
telah disebutkan di muka.

(18) (20) isoflavon.


g

~i·:
· :~.;Tabell J enis-jenis Go Iongan Senyawa Flavonoid
·- :;\~~Ill' nntai jll>aat (C;~) llaaa solon&BIII
Con t.ob Senyawa

Nama Hidrokailaoi
·:
. ·-. . .
~H2".CIOH-eHOit-• - ·x:~ katakol katekol 5,?,3' ....
(tla....nol-3) gallokatekol 5,?,3',4'5'

A-CO..CII2>oCH:(II ).iJ::- cl1b1di'Oelllkon tlon\1A


h1droke1tlorot1n
4,2 1 ,11 1 ~ 1
;,,,,2 1 ,1& 1 ,6 1

1.-c o-cu.cu-B
-~i;;.- So.lkon butoin ~.4,2 1 ,'1 1

A-C ~H 2-CJIOP.-B
-XX

!lavanon
(41bidro !lavon)
nar1ngen1n
but in
5,?,4'
?,3',4'
eriodiktiol 5,?,3',....

A-CF.OH-CHO~-CHOH-8 -X;~..
.. leukoantosianidin leuke.s-.12nid1A 5,?,3',4'
(!lavanediol-3 1 4) leukociel1'1n141n 5,?,3' ,4',5'

A-C~c.K -co-II
2 -x;t
. tlavaa apigenin
l...,teolin
5,'7,4'
5,?,3',4'

~:-~.- pelargon141n 5,?, ...


A-CH ..co-co-:&
2
... cf-.. e:ntoeian141n
81Dnid1n 5,?,''·"'
deltinidin 5,?,3',4',5'

A-CC...Co-cP.2-!1 ...):;,..... auroa aul!~in


aurousidin
'E,3',4'
'l,C,5',11'
&
'j_A.f:.':·
.r.-eo-cKDH-C llOli-B .. r~ tlavanonol tuotin ?,,',4'
.• . ( dihicirotlavanol) taksifolin 5,?,3',4'

-;i."'
A-co-co-ci!Oii-:S !lavonol kaemp!erol 5.?,•f'
;!...... kucrsetin ;,?,3',4'
• miriootin 5,?,,. ,4' ,5'

- - -- --··
9

Prinsip penomeran: (II) salkon, dihidrosalkon


(Ill) auron
(I) flavonoid yang. lain

·'?',
··o:· ~V.'
. . ~/)·,
· ,C" r"'
t ;::.,. I
. c
II
0

(I) (II) (III)

11.2. Asam fenolat dan kumarin.


Secara umum asam fenolat dapat digolongkan dalam derivat
asam benzoat dengan c; dan derivat asam sinamat dengan C9 •
Struktur d~ri derivat asam benzoat .Yang penting dapat dilihat pada
tabel II yaitu asam p-hidroksibenzoat, asam protokatekat, asam
vanilat, asam gallat dan asam siringat. Perlu pula ·ditambahkan,
asam salisilat (21) dan asam gentisal (22) yang mempunyai sebuah
gugus hidroksi pada kedudukan o~to dilihat dari gugus asamnya.

(21) R = H, asam salisilat


(22) R = OH, asam gentisat
10

Untuk derivat asam sinamat praktis seluruh bagian tanaman me-


ngandung paling tidak salah satu dari keempat struktur yang dican-
tumkan pada,tabel II. Asam p-kumarat dan asam kafeat merupakan
senyawa fenol yang paling tersebar luas dalam tanaman seperti juga
asam ferulat dan asam sinapat.

Semua asam fenolat, di alam terdapat dalam bentuk kom-


binasi, pada umumnya dari tipe ester, dimana kombinasi ini telah
cukup banyak dikenal dalam pembicaraan tentang asam sinamat
yaitu kombinasi dengan asam kinat, gula-gula, asam tartrat. Asam
klorogenat merupakan ester asam kafeat dan asam kinat. Tidak
demikiari halnya dengan derivat asam benzoat .yang hampir tidak
banyak dikenal bentuk kombinasinya.

Dalam . golongan derivat asam sinamat perlu dimasukkan


senyawa kumarin yang tersusun juga dari elemen C 6-C 3 dengan ran-
ta.i C3 dalam bentuk heterosiklis beroksigen. Sebagai contoh adalah
umbelliferon (23) .

HTo:o. .
r
· ~.
I .AJ
l:'-
ctf&
H~~
CH,O~~IHtl Os
HO

(23) kumarin: umbelliferon (24) Isokumarin: bergenin

Perlu juga dicatat adanya isokumarin seperti bergenin (24) yang


merupakan senyawa fenol dengan penyebaran yang tidak luas yaitu
baru dikenal 6 senyawa, sedangkan kumarin sendiri meliputi kira-
kira 50 senyawa. Kumarin dan iso kumarin bervariasi menurut posisi
berturut-turut dari 0 dan CO cincin heterosiklis. Senyawa-senyawa
ini secar~ kimia mirip dengan kromon.
~

l'
I
!
-
9'"" Tabel II : Senyawa-senyawa fenol alam yang penting

l Jenis ,Monohidroksi
.. Dihidroksi Trihidroksi

~
Asam benzoat -o-·- 110-b-c:o- ~P-·-·
asam p-hidroksi benzoat R=H, asam proto katekat R;=H, asam gallat
R=CHJ, asam vanilat R=CH3, asam siringat

Asam Sinamat
fiO-o-CM.-Ctt-Co.HI;
.. ~

..a-b-c. ~c.· ..coo-1


.....
. .-P-~·=··-··""
.::-Jo

asam p- kumarat R=H, asam kafeat asam sinapat .


R=CH3, asam ferulat

...,
Flavenol
.
~'?l i f
If'""
. w.ao.
. r2~
.:x;rJ)5
. ..
Oo

kaempferol _ kuersetin mirisetin

.,.
~,.
Antosianidin
110

pelargonidin otl
/.
Sianidin
~~- ·I:J R = H. dolf"midU. ~1:1::.
R = CH3, malvidin -;. .._

Leukoantosianidin
w>'(f;.lj!:J
-
~..0::
(flavanedi -3,4)
.... . . .......

..!.....
..• .J, .
Leukosianidin . - leukodelfinidin .
.. _
12

Il_.3. -Fiav.on, flavonol dan senyawa sejenis


- ' l Di' an tara senyawa-senyawa ini flavonol (3 hidroksi flavon)
merupakan senyawa paling luas tersebar, dengan 3 buah senyawa
pokok yaitu kaempfer.ol, kuersetin dan mirisetin strukturnya dapat
4ilihat pada tabel II. Kuersetin merupakan senyawa fenol yang pa-
lfug luas tersebar dalam dunia tumbuh-tumbuhan atau alam pada
ujnurnnya. Flavon sendiri mempunyai peranan yang kurang penting
dibandingkan dengan flavonol. Sampai saat ini dapat dikatakan
bahwa apigenin dan luteolin (tabel I) di mana hidroksilasi masing-
masing sesuai dengan kaempferol dan kuersetin merupakan kan-
ciungan yang. cukup .banyak dijumpai dalam · berbagai tumbuhan
g-9longan Angiospermae.
- Isoflavon (genistein, 25) yang tidak mempunyai struktur klasik
¢ 6-<;rC6 ,seperti flavonoid lain jauh kurang luas tersebar tetapi
Q.alam golongan ini terdapat sejumlah besar struktur yang agak
~lasi.l~ (dllis; 1962; Harborne dan Simmonds, 1964).
I

"
-~ · ~
H
~
.,..:;
.:p
--~- ::-r--- -- OH
~ ~ c (Z5) lsoflavon: genistein
:""'\ I tY

, Flav,anon atau dihidro -2,3 flavon juga kecil penyebarannya.


Cortt9h senyawa pokok adalah naringenin dan eriodiktiol seperti
yang ~ terlihat ~.pada tabel I dengan gugus hidroksi seperti pada
kaemferol dan kuersetin atau lebih tepatnya apigenin dan luteolin.
, Flavanonol (tabel I) atau dihidro-2,3 flavonol, sama saja dengan
flav~non, merupakan derivat flavonol dengan hidrogenasi dari
ikatan: rangkap 2-3. Flavanonol juga merupakan hidroksi -3
flavanon.. Senyawa. inL (taksifolin) banyak diketemukan terasosiasi
dengan tanh! pada k;;tyu berbagai spesies tumbuhan.
1 Flavan,- dimana .cincin heterosiklis sentralnya disatu pihak se-
cara keseluruhan jenuh dan dilain pihak tidak mempunyai gugus
karbonil (CO). Diketemukan sering kali dalam jaringan tumbuhan
flavanol-3 atau katekol dan terutama flavanediol-3,4 atau leukoan-
tosianidin (ta:bel I). Senyawa flavan yang terpenting adalah katekol
(katekjn) dan gallokatekol, leukosianidin dan leukodelfinidin (tabel I
dan II). Senyawa flavan berbeda dengan senyawa fenol lain, selalu
terdapat dalam bentuk aglikon, yang paling sering dalam bentuk
polimernya, sedangkan flavon, flavonol dan senyawa sejenis lain
pada umurnnya terdapat dalam bentuk heterosida.
13

11.4. Salkon, dihidrosalkon dan auron


GoJongan ini merupakan senyawa fenoJ yang juga dengan
struktur C 6-CrC 6 tetapi elemen pada rantai C 3 ada yarig tidak berupa
heterosikJis yaitu saJkon atau berbentuk heterosikJis beroksigen
dengan rantai Jima yaitu auron. Salkon dan auron merupakan zat
. warna kuning dari bunga di:mana warnanya akan berubah menjadi
merah atau merah orange jika direaksikan dengan amoniak. Jumiah
senyawa yang dikenaJ agak terbatas dan secara relatif keciJ
· penyebarannya. Sebagai contoh adaJah butein untuk saJkon dan
aureusidin serta suJfuretin untuk auron (tabeJ-1).
Juga dikenaJ sedikit senyawa dihidrosaJkon yang berasaJ dari
hidrogenasi ikatan rangkap dengan floretin sebagai contoh (tabeJ I)
yang diketemukan daJam bentuk heterosida floridsin (26) ·pad a ber::-.
bagai bagian tanaman ape] (WiHiams, 1960). "

(26) floridsin atau floretin-2 glukosida.

11.5. Anlosian
Senyawa antosian merupakan zat warna merah dalam suasana
asam yang beru bah menjadi biru dalam suasana basa dan pada kon-
disi tertentu seperti misaJnya pembentukan kompleks dengan Jogam.
Senyawa ini sangat tersebar Juas daJam bunga dan buah, dan mem-
punyai struktur ·c 6-C3-C6 dimana elemen C 3 daJam bentuk · ion
piriJium dengan- atom oksigen berupa ion oksonium. Di a]am ter-
dapat daJam bentuk heterosida atau antosianin. Sampai saat ini
dikenaJ jumJah ag]ikon atau antosianidin yang tidak begitu banyak
yang paJing sering diketemukan kurang Jebih 6 senyawa. Dalam tabeJ
II dapat dilihat struktur sianidin, delfinidin dan malvidin dimana
sianidin merupakan senyawa yang pa1ing banyak terdapat.

. ;;> .$." . .
Ji1·•.• \-- ....
..::
14

11.6. Bentuk Kombinasi Senyawa Flavonoid


Pada uniurnnya senyawa fenol dalarn turnbuhan terdapat dalarn
bentuk kornbinasi. Asarn-asarn fenol, paling sering terdapat dalarn
kornbinasi ·ester. Sedangkan flavonoid paling sering sebagai
heterosida dengan ikatan-C-0-C- antara OH alkoholis atau fenolis
dari aglikon dan sebuah OH dari suatu rnolekul gula.
Jika, secara teori,. molekul gula dapat terikat pada ~ernua
kedudukan- OH dari rnolekul flavonoid , pada kenyiitaannya
kedudukan-kedudukan tertentu IlJ.erupakan hal yang khusus .
Misalnya antosian selalu rnernpunyai sebuah molekul gula pada
kedudukan 3 dan selanjutnya gula kedua terikat pada kedudukan 5.
Pada flavon , heterosidanya yang paling sering ~ernpunyai rnolekul
gula pada kedudukan 7, sedang pada flavonol paling sering pada
kedudukan 3.
Di antara gula-gula yang menyusun heterosida, yang paling ser-
ing ditemukan adalah D,-glukosa. Selain itu diternukan pula
L-rarnnosa, D-galaktosa, L-arabinosa, , D-ksilosa dan beberapa di
atau triholosida (rutinosa). Pada jenis aglikon yang sarna dapat ter-
jadi beberapa heterosida sehingga dengan jenis aglikon yang banyak
bervariasi dapatlah difaharni betapa banyak senyawa fenol alarn
yang dikenal dalarn dunia turnbuhan.
Dalarn bagian tumbuhan yang sarna dapat ditemukan beberapa
senyawa yang sukar untuk dipisahkan dan diidentifikasi, dan juga
jika bekerja pada bahan turnbuhan yang belurn diketahui atau
dikenallebih disukai untuk rnulai dengan rnernpelajari senyawa fenol
sederhana/bebas yang dapat diperoleh dari bentuk kornbinasinya
dengan hidrolisa asarn (heterosida) atau hidrolisa . basa (ester)
sebelurn rnernpelajari struktur bentuk kornbinasi tersebut.
Telah disebutkan di rnuka bahwa di antara senyawa-senyawa
flavonoid hanya .flavan (katekol dan leukoantosian) yang tidak per-
nab diternukan dalarn bentuk heterosida tetapi dalarn bentuk polimer
yarig merupakan penyusun tanin terkondensasi.

III. GOLONGAN SENYAWA FENOL YANG Tll>AK SECARA


LUAS DIKETEMUKAN DALAM TUMBUHAN

111.1. Senyawa fenol dengan kerangka Struktur c6 , c6-C 1 dan C6'£;


Senyawa-senyawa fenol yang paling sederhana, yaitu fenol itu
sendiri (27), pirokatekol (28) hidrokinon (29), resorsinol (30),
floroglusinol (31) telah diketemukan (kecuali resorsinol) di alam
tetapi sangat kecil jumlahnya tetapi inti pirokatekol, floroglusinol
dan resorsinol dapat diketemukan dalam molekul yang lebih
kompleks pada goIongan flavonoid.
15 .

Dalam golongan ini termasuk juga senyawa-senyawa aldehid,


derivat asam benzoat yang lebih sering dianggap sebagai penyusun
minyak menguap. Senyawa aldehid derivat p- hidroksibensoat (32)
vanilin (33) dan aldehid siringat (34) atau senyawa-senyawa yang
dapat membentuk aldehid tersebut pada hidrolisa basa telah
ditemukan dalam kandungan bagian kayu tumbuhan coniferal yang
dihubungkan dengan struktur lignin (Pearl, 1958). Alkohol-alkohol
derivat .asam bensoat (C6-C 1) relatif sedikit' dikenal seperti misalnya
salisil alkohol dan gentisilalkohol.
Senyawa fenol dengan kerangka C6-C2 merupakan golongan
yang paling sedikit diketemukan. Di antara yang telah diketahui dan
diisolasi adalah derivat asetofenon yaitu hidroksi 2 asetofenon (35)
atau derivat
. asam fenilasetat yaitu asam hidroksi 2 fenil asetat .(36).

111.2. Senyawa fenol dengan kerangka struktur C6-C3


Kerangka C6-C3 merupakan kerangka senyawa fenol yang pal-
ing st:ring diketemukan di alam dan paling banyak terdapatnya.
Golongan ini meliputi seriyawa alkohol derivat asam sinamat
yang jauh lebih banyakdiketemukan dibandingkan homolognya yang
berkerangka C6:-c1 • Koniferilalkohol · (37) dan sinapilalkohol (38)
merupakan konstituen tumbuhan berkayu dan dianggap·sebagai pre-
kursor lignin. Hams pula disebutkan dua buah asam amino yaitu
tirosin (39) dan dihidroksifenil alanin yang merupakan senyawa
dengan gugus fenol yang oleh ragi diubah menjadi tirosol atau
p-hidroksi feniletillalkohol (41). Senyawa terakhir ini merupakan
·kandungan kimia dari miQ.uman hasil fermentasi, bir (Me Farlan dan
Thomson, 1964) dan ~nggur (Ribereau- Gayon dan Sapis 1965).
Pada golongan ini juga dapat dimasukkan berbagai amina
aromatis seperti tiramin (42) yang merupakan suatu alkaloida.
Pada golongan senyawa dengan kerangka C 6-C3 hrus pula
disebutkan senyawa fenol dengan struktur dasar fenilpropan seperti
· eugenol (43) dan isoeugenol (44) yang merupakan konstituen minyak
menguap.
Lebih lanjut dapat dimasukkan pada golongan ini senyawa
lignin yang merupakan bentuk dimer dari suatu C6-C3, merupakan
konstituen kayu dan diketemukan terasosiasi dengan lignin.
Hathway (1962) mengemukakan beberapa tipe struktur seperti
misalnya struktur dibensilbutirolakton atau metairesin.ol (45) dan
difenil tetra hidrofurofuran atau pinoresinol (46).
Konstituen terakhir dengan kerangka C6-C 3 yang harus pula
disebutkan adalah golongan kromon yang mempunyai struktur se-
jenis dengan kumarin dengan salah satu contohnya .eugenin (47).
16

o-Oii 6-~
OH
tO-o-OH ,
(27) fenol (28) pirokatekol (29) hidrokinon

p
HO
HO-Q
OH

Oli

(30) resorsinol (31) floroglusinol

HO-o-CHO CHJO CHJO

MO-b-:-<1
HO-b-CHO I
CHtO
(32) aldehid p-
hidroxibenzoat (33) vanilin (34) aldehid siringat

OH OH

6-co-ctta d-c~-coCM
(35) hidroksi-2 asetofenon (36) asam hidroksi-2 fenilasetat

CH,o CH10

HO~Ctt:CH-CHaOH HO-o-CH: CH-C"' C>

CHJO

(37) koniferilalkohol (38) sinapil alkohol


17

(39) tirosin (40) dihidrok~ifenilalamin

(41) tirosol (42) tiramin

(43) eugenol (44) isoeugenol

CHJO

..a-Q-c,_cH-c\
HO
-t.='>r-
r 10
CH;r-01-CO

0110

(45} matairesinol (46) pinoresinol

Cl-bOw~...CI-b
~
I II
H
HO .g
(47) kromon: eugenin
18

111.3. Senyawa fenol dengan kerangka struktur


C6 -C1-C6 dan c,-~- C6

Dalam golongan yang juga jarang terdapat dalam alam ini


meliputi senyawa benzofenon misalnya maklurin (48) yang
memperlihatkan analogi hidroksilasi intinya dengan hidroksilasi inti
flavonoid, senyawa ksanton misalnya euksanton (49) dan stilben
misalnya resveratrol (50) yang merupakan konstituen jaringan kayu.

OH OH

HQ-Qco-Q-oM HO
~0~
A)l,.
f
)t)l
I
Ott 0 0..

(48) maklurin (49) euksanton

HO

~CH:CH~OH
HO

(50) Stilben: resveratrol

111.4. Bensokinon, naftokinon dan antrakinon


Golongan senyawa ini sejenis dengan senyawa fenol, dengan
gugus hidroksi fenol dalam bentuk tereduksi. Bensokinon banyak
diketemukan dalam jamur, sedangkan dalam tumbuhan tinggi hanya
sedikit yang diketahui di antaranya dimatoksi - 2,6 bensokinon
(51). Termasuk juga dalam golongan ini ubikinon (52) yang
diketemukan baik dalam dunia tumbuhan maupun hewan diketahui
peranannya sebagai senyawa pengangkut elektron dalam rangkaian
reaksi oksidasi reduksi. .
Naftokinon dengan salah satu contohnya juglon (53) jarang
diketemukan. Golongan yang paling banyak diketemukan dan terse-
bar lebih luas adalah antrakinon baik pada tumbuhan tinggi maupun
jamur. Sebagai contoh adalah emodin (54).
19

0
cH,o~H,
·y ()

(51) diJ?etoksi-2,6 bensokinon (52) ubikinon

HO

(53)Juglon (54) emodin

111.5. Biflavonil
. Golongan ini merupakan dimer dengan kerangka C 30 dari suatu
molekul dasar yang biasan \}a merupakan apigenin atau derivat
_metilnya. Dengan sedikit kekecualian, distribusinya terbatas pada
Gymnospermae. Di antara senyawa-senyawa yang telah diiden-
tifikasi, yang paling dikenal adalah ginkgetin (55). Selain itu dalam
suku A£1-_acardiaceae terdapat beberapa spesies yang mengandung
senya'Ya biflavoriil ini (Murthy, 1981).

(55) ginkgetin
20

111.6. Betasianin d~n Betaksantin (C 18)


Betasianin merupakan zat warna merah yang terutama terdapat
pada Beta vulgaris, penyebarannya diketemukan terutama pada Cen-
trospermae. Karena mempunyai beberapa analogi dengan Antosian
terutama absorpsi spektranya dan adanya dua atom nitrogen maka
telah lama dikenal dengan nama antosian bernitrogen (Sannie dan
Sauvain, 1952). Strukturnya telah ditentukan, merupakan heterosida
yang jika dihidrolisa asam membebaskan betanidin (56).
Dikenal pula zat warna kuning yang mengandung nitrogen mirip
dengan betasianin yaitu betaksantin dengan contohnya indikaksantin
(57).

H;C-CH
t<O~CH, I I

0 o;,...
I + t
N" I;:!COOH
H1C,~,C~OOH

H g~H "
Ot
'Ot
II
II H:C..C'Ct~
H.•!f"'C'fH ~ g.
HOOC_..
~<c J,
'NH C0<71
»ooc' 'NH 'COOH

(57) indikaksantin (56) 'betanidin

IV. GOLONGAN SENYAWA FENOL YANG TERDAPAT


DALAM BENTUK POLIMER .
Terdapat dua tipe senyawa fenol yang tidak diketemukan ·dalam
jaringan tumbuhan dalam bentuk bebas atau dalam bentuk kom-
binasi sederhami (heterosida dan ester) tetapi terdapat dalam bentuk
polimer yang sedikit banyak memnunyai struktur kompleks, yaitu
lignin dan tanin.

IV.l. Tanin
Ternyata tidak mudah untuk memberikan definisi tentang tanin
sebab istilah tersebut mencakup berbagai senyawa fenol yang
berhubungan satu sama lain, tidak menurut suatu analogi struktur
tetapi menurut kesamaan sifatnya yang umum. Tentu saja secara
etimologi, tanin adalah bahan yang digunakan dalam industri penya-
maan kulit dan akibatnya bersifat mengubah kulit binatang yang
segar menjadi kulit yang tidak mudah rusak dan permeabilitasnya
kecil. Sampai saat ini kata tanin secara luas digunakan dalam ilmu
fitokimia untuk menyatakan sejumlah besar senyawa yang tersebar
t
21

luas dalam tumbuh-tumbuhan dimana . sifat-sifatnya serupa dengan


senyawa hasil industri tetapi kemampuannya sebagai menyamak
kulit belum diteliti (Swain dan Bate Smith 1962). Penelitian ini
mendefinisikan tanin sebagai senyawa fenol yang mempunyai berat
molekul antara 500 sampai 3000, memiliki sifat klasik dari fenol,
mengendap dengan alkaloid, gelatin dan protein lain.
Berdasarkan struktur molekulnya dapat dibed~kan tanin yang
dapat dihidrolisa dan tanin terkondensasi..
Tariin yang dapat dihidrolisa memberikan sebuah fraksi gula
gula dan sebuah fraksi fenol yang tersusun oleh asam gallat (58), atau
bentuk dimernya yaitu asam ellagat (59). Bate Smith (1956) telah
mengemukakan su.atu ·metode identifikasi dari asam ellagat secara
kromatografi kertas dan menunjukkan bahwa asam tersebut dikete-
mukan seringkali dalam ekstrak daun yang mengalami hidrolisa
dalam suasana asam.

~0

HO-o-COOH
HO

(58) e.sam gallat (59) asam ellagat

· Tanin terkondensasi terbentuk oleh polimerisasi molukel dasar


yang mempunyai struktur umum flavonoid dimana yang paling ba-
nyak adalah flavanol-3 atau katekol dan flavanediol 3,4 atau leuko-
antosianidin. Kopolimeric;asi dari katekol dan leukoantosianidin juga:
dapat terjadi (Frosyth dan Roberts, 1960) yang memberikan bifla-
van. Sifat sifat tanin terkondensasi tergantung dari jenis molekul
dasar yang terdapat dalam komp<;>sisinya, model ikatan antara
masing-masing molekul dasar dan terutama ukuran global dari mo-
lekul tanin tersebut dengan kata lain berat molekulnya. Dapat dika-
takan bahwa sifat "tanin" suatu bahan, artinya kemampuannya un-
tuk berkombinasi dengan protein, naik dari dimer sampai dekamer
dan kemudian segera menurun. Jika molekul menjadi terlalu besar
volumenya akan kehilangan sifat bergabungnya yang energik dengan
protein bahkan dapat menjadi tidak larut.
~
22

IV .2. Lignin
Lignin dapat didefinisikan sebaglli bagian bukan gula dari mem-
bran sel. Komposisinya bervariasi sesuai dengan tumbuhan yang
mengandungnya di mana lignin tersebut disari dan kondisi
penyariannya. Sampai saat ini struktur kimia lignin belum cukup
diketahui untuk memastikan jenis aslinya.
Penelitian Barmoud (1%5) memberi informasi bahwa lignin
berasal dari polimerisasi suatu senyawa fenol dengan kerangka C 6-C3
yang terutama adalah koniferilalkohol (37) dan derivat metoksinya
yaitu sinapilalkohol (38). Di lain pihak dapat dianggap bahwa seperti
halnya polisakarida, misalnya selulose, lignin merupakan suatu
polimer yang mempunyai struktur memanjang.
Sampai saat ini tidak dimungkinkan untuk menghidrolisa lignin
seperti menghidrolisa polisakarida, dan untuk memperoleh suatu
senyawa sederhana yang tetap. Dikemukakan bahwa beberapa tipe
elemen dasar ikut dalam penyusunan polimer tersebut.
Freidenberg (1959) telah melakukan kerja penting pada struktur
lignin yaitu khususnya dalam memperoleh secara in vitro, dengan
pengaruh enzim laccase atau peroksidase, transformasi dari koniferil
alkohol menjadi lignin. Di lain pihak ditunjukkan bahwa kondensasi
koniferilalkohol terjadi menurut beberapa mekanisme oksidatif yang
menyebabkan terjadinya bentuk dimer dengan · berbagai struktur
yang berbeda seperti misalnya dehidrodikoniferilalkohol (60),
pinoresinol (46) dan eter - .fi koniferil dari gaiasilgliserol (61).
Lignin terbentuk melalui kont:lensasi dari dimer yang tersusun oleh
elemen dasar dari polimer. Teori ini memperhitungkan bahwa lignin
mempunyai struktur kompleks, walaupun terbentuk dari sejumlah
tipe molekul dengan kerangka C6-C3 di mana yang terbanyak adalah
koniferilalkohol. ·
C~OH

~HJOH tH
II
·CH
II
CH
A
""r"' 6
cY'('OCH, HOTHJ ~CCt-!,

.
CH-0
I
bH--0 CHOH

9-0CH> .
OH

(61) eter -
¢- 6

OH

(3
OCHJ

koniferil dari gai-


(60) dehidrodikoniferilalkohol asilgliserol.
23

V. PENAMAAN DAN NOMENKLATUR SENYAWA FENOL


Nama yang paling banyak digunakan untuk rrienyebut senyawa
fenol tumbuhan adalah '"flavon" yang lebih dahulu harus dicatat
bahwa istilah atau kata ini ditujukan untuk menyebut suatu
golongan senyawa dengan struktur C6-CrC6 yang khusus (tabel I)
atau lebih khusus untuk salah satu dari senyawa-senyawa tersebut
(62) yang dikenal dan terdapat di alam tetapi tidak merupakan se-
nyawa fenol. Catatan serupa dapat dikemukakan pada kata katekin
yang ditujukan untuk menyebut sebuah golongan flavonoid atau
sebuah senyawa khusus d;:tri golongan tersebut (tabel I).
Kata flavon berasal dari bahasa latin "flavus" yang berarti ku-
ning. Untuk menyatakan golongan dari seluruh senyawa yang mem~
. punyai kerangka C 6-CrC6 lebih disukai untuk menggunakan kata
flavonoid.
Diantara flavonoid, dapat pula dilakukan pembedaan antara
antosian yang merupakan zat warna merah dan biru dengan
senyawa-senyawa golongan lain yang kuning atau tidak berwarna
dan yang secara keseluruhan disebut antoksantin yang berasal dari
kata-kata Junani, anthos (bunga) dan xanthos (kuriing).
Salkon berasal dari kata Yunani chalcos yang berarti tembaga
sedangkan auron dari kata latin aurum yang berarti emas.
Kata antosian berasal dari kata Yunani anthos yang berarti
bunga dan kyanos yang artihya biru. Kata ini digunakan untuk zat
warna antosianik, tanpa mengingat jenisnya, berbentuk heterosid
atau bukan, yang sebenarnya dari hal tersebut antosian meliputi an-
tosiartldin atau antosianidol dan antosianin atau antosianosida.
Sarna dengan di atas, kata leukoantosian digunakan untuk
·menyebut seluruh senyawa yang dapat mengalami transformasi men-
jadi antosian pada pemanasan dalam suasana asam, atau dalam ben-
tuk polimer penyusun tanjn.

VI. PERANAN FLAVONOID DALAM P·EWARNAAN TIJM-


BUHAN

VI.l. Tinjauan Umum


Flavonoid merupakan zat warna yang larut dalam air, bersama-
sama dengan klorofil dan karotenoid, yang larut dalam lemak
merupakan faktor pokok dalam pewarnaan tumbuhan. Senyawa-
senyawa tersebut berperanan untuk sebagian besar warna merah,
biru dan violet dari bagian tumbuhan, juga berperanan pada warna
kuning, tetapi dalam hal ini karotenoid yang berperanan paling
besar.
24

Warna tumbuban tidak banya tergantung dari jenis struktur


kimia zat warna, tetapi juga dari faktor-faktor fisik dan kemis yang
dapat memodifikasi warna asli dari pigmen. Telab disinyalir babwa
absorpsi spektra pigmen dalam sel dan dalam larutan berbeda. Hal
ini mengarabkan kita untuk berpikir babwa mungkin berbagai kea-
daan di alam dapat mempengarubi pigmen tersebut.

Vl.2. Peranan antosian


Beberapa faktor struktural yang mempengarubi warna dari
pigmen atau zat warna ini adalab sebagai berikut:
1. Hidroksilasi cincin lateral (inti samping, B) merupakan; . faktor
yang mempunyai pengarub nyata yaitu secara umum bunga-
bunga yang mempunyai warna merab oranye atau rose merigan-
dung pelargonidin di mana cincin lateralnya mempunyai sebuab .
gugus bidroksi, bunga-bunga yang berwarna merab mengan-
dung sianidin dengan dua gugus bidroksi pacta cincin lateral, ·
sedangkan bunga-bunga yang berwarna merab ungu seperti ang-
gur dan biru mengandung delfinidin dengan tiga gugus bidroksi.
Tidak adanya gugus bidroksi pacta kedudukan 3 mengakibatkan
antosian praktis berwarna kuning.
2. Metilasi gugus bidroksi menyebabkan suatu modifikasi warna
antosian menjadi ke arab merab lemab jika merupakan gugus
bidroksi pada cincin lateral.. Malvidin sedikit lebib merab diban-
ding delfinidin. Modifikasi ke arab merab ini lebib nyata jika
metilasi terjadi terbadap gugus bidroksi pacta kedudukan 7,
seperti rosinidin dan birsutidin.
3. Dibandingkan dengan aglikon, beterosid mempunyai absorpsi
maksimum spektra yang bergeser lebib kurang 12 m ke arab
panjang gelombang yang lebib pendek. Sampai saat ini sulit un-
tuk dapat diketemukan aglikon yang berada dalam keadaan be-
bas di alam. Diantara . derivat glikosida maka beterosida 3,5
mempunyai wania yang sedikit lebib biru dibandingkan dengan
beterosida 3. ·
Faktor lain yang berpengarub terbadap warna tumbuban yang
disebabkan oleb antosian .misalnya kadar . dari pigmen di mana
varietas· klasik warna biru mengandung 0,05 sampai 0, 700Jo antosian
(dibitung terbadap berat kering) sedangkan varietas dengan warna
ungu tua mengandung 13 sampai 140Jo.
Tentang I:Iubungannya dengan pH, telab diketabui peranannya
yang penting terbadap warna antosian yaitu berwarna merab dalam
suasana asam dan berwarna biru dalam suasana netral atau basa.
Pengaruh faktor ini untuk mengadakan interpretasi terbadap warna
biru dari bunga telab dikoreksi. Karrer (1928) menemukan babwa
25

bunga-bunga yang berwarna biru lebih banyak mengandung ga~­


garam mineral (9, I sampai 13%) dibandingkan dengan bunga-bunga
yang berwarna merah (4 sampai 60Jo) yang kelihatannya menunjuk-
kan hubungan dengan pH yang lebih tinggi.- Sampai saat ini
pengukuran yang lebih baru adalah dari Hayaslir dan Isaka (1946)
yang menunjukkan bahwa pH cairan sel dari semua bunga adalah
asam. Saat ini dianggap bahwa pH tidak berpengaruh untuk
menerangkan warna biru dari bunga dan bahwa pembentukan
kompleks dengan logam (besi, aluminium, magnesium) memainkan
peranan yang lebih penting dalam fenomena ini.
Kompleks dari diglukosida 3,5 sianidin, "protosianin"
berperanan dalam pembentukan warna biru suatu tanaman telah
secara khusus dipelajari. Berat molekulnya adalah 20.000, mengan-
dung suatu polisakarida jenis pektin dan ,:disamping antosiari terkan-
dung besi, magnesium dan aluminium. Selain itu telah sejak tahun
1933 Robinson dan Robinson telah mengemukakan hipotesa tentang
suatu absorpsi antosian pada partikel koloid polisakarida yang diberi
muatan negatif untuk memungkinkan memperoleh pada suatu pH
asam, antosian dalam bentuk biru dan stabil. Bayer (1966) telah
mengemukakan formula untuk suatu kompleks seperti itu.
Masih dalam kaitannya dengan bunga yang berwarna biru, telah ·
'diisolasi pigmen biru lain yaitu sianosentaurin yang berbeda dari pro-
tosiagin. Pigmen ini, yang diperoleh dalam bentuk kristal,
merupakan suatu kompleks yang mengandung besi, empat molekul
diglukosida 3,5 sianidin dan tiga molekul glukosida dari suatu
biflavon.
Pembentukan kompleks dengan logam tidak memungkinkan
untuk menerangkan warna biru dalam hal di mana antosian tidak
memiliki gugus orto difenol bebas. Harus diperhitungkan pengaruh
adanya suatu kopigmentasi yang disebabkan oleh pembentukan
suatu kompleks antara antosian dan suatu kopigmen yang pada
umumnya merupakan suatu tanin yang dapat terhidrolisa atau suatu
heterosida flavonoid. Fenomena ini tidak boleh dikacaukan dengan
superposisi dari beberapa pigmen dengan warna yang berbeda. Suatu
contoh diberikan oleh bunga mawar di mana sejak lama orang
berusaha mencari dan menciptakan jenis biru, beberapa basil yaqg
diperoleh secara keseluruhan tidak memuaskan dan berkaitan
dengan bunga-bunga berwarna merah ungu atau ungu yang mengan-
dung diglukosida 3,5 sianidin (seperti juga varietas merah) tetapi
mengalami kopigmentasi oleh sejumlah besar gallotanin. Jurd dan
Asen (1966) telah menunjukkan bahwa rhamnosida-3 kuersetin atau
kuersitrin. dan asam klorogenat bertindak, pada pH 5,45, sebagai
kopigmen bersama dengan monoglukosida 3 sianidin, khusus dengan
adanya aluminium.
26

Jika antosian berpengaruh terutama dalam bunga dan buah


serta menunjukkan warna bervari~ sesuai dengan faktor-faktor
yang telah disebutkan di muka, maka ternyata pigmen ini mem-
punyai peranan pula dalam warna dari daun. Tiga hal yang harus
dicatat yaitu:
a. Warna merah permanen, terbatas pada beberapa spesies
ornemental (prunus).
b. Warna merah yang muncul hanya sementara, pada awal 'per-
tumbuhan organ atau timbul segera setelah adanya luka ' ja-
.riJ.!gan atau suatu infeksi virus atau jamur.
c. Warna merah yang timbul pada musim gugur, merupakan
fenomena yang telah dikenal dan terutama jelas pada beberapa
hal khusus.
Warna yang muncul sementara dan pada musim gugur ada
hubungannya dengan suatu modifikasi metabolisme gula misalnya
pembebasan gula oleh hidrolisa dari amilum pada musim gugur.
Dalam semua hal, antosian dari daun secara kimiawi lebih
sederhana dibandingkan dengan yang dari bunga atau buah. Pigmen
yang paling banyak diketemukan adalah sianidin dengan bentuk
glukosida yang paling sederhana, monoglukosida 3.

Vl.3. Peranan flavon dan senyawa sejenis


Daun-daun mengandung berbagai pigmen flavonik, tetapi war-
na asli (yang sesungguhnya) dari pigmen tersebut lebih sering ter-
tutup oleh warna klorofil. Dalam bunga dan buah, pigmen tersebut
juga berperanan cukup kecil pada warna kuning sebab lebih sering
berwarna kuning pucat atau tidak berwarna. Yang berperanan besar
pada warna bunga dan buah tersebut adalah karotenoid.
Harborne (1965) mencatat bahwa flavonoid berperan pada war-
na kuning tumbuhan dalam empat hal yaitu:
1. Pengaruh salk on dan au ron yang kuning gelap (dahlia); warna
petala yang diberi uap amoniak berubah menjadi merah.
2. Pengaruh flavonol khusus, kuersetagetin dan gosipetin, yang
mengandung gugus hidroksi pada kedudukan 8, yang terkan-
dung dalam varietas tertentu dari "ptimever" dan· rhododen-
dron.
3 . Pengaruh antosianidin yang tidak mengandung gugus hidroksi
pada kedudukan 3 (apigeninidin dan luteolinidin).
4. Pengaruh betaksantin golongan pigmen kuning yang mengan-
dung nitrogen.
Bunga yang berwama krem, tidak berwarna atau putih mengan-
dung flavonoid-flavonoid yang tidak berwarna (flavon dan flavonol)
yang tidak berperan pokok dalam warna tetapi dapat memodifikasi.
27

VII. PENGGUNAAN SENYAWA FLAVONOID DALAM


TAKSONOMI

VII.l. Tinjauan Umum


Ahli-ahli botani terus berusaha untuk membuat suatu klasifikasi
spesies tumbuhan dimana. yang berperan bukan hanya pendekatan
tumbuhan yang memberikan karakter umum tetapi juga
mengungkapkan evolusi filogenitik artinya mencari suatu pohon
yang genealogik dari spesies-spesies tumbuhan.
Untuk klasifikasi tersebut, ilmu dasar yang digunakan adalah
morfologi, anatomi dan paleontologi. Sebenarnya karakter kimia
telah digunakan sejak lama, tetapi pengetahuan kimiotaksonomi
tersebut baru berkembang dengan sebenarnya sejak adanya per-
kembangan bani ilmu . biokimia tumbuhan yang merupakan basil
penggunaan kromatografi.
Agar supaya suatu senyawa kimia dapat berperan sebagai in-
dikator taksonomi, hams memiliki kondisi tertentu yaitu:
1. Tidak boleh termasuk dahim golongan konstituen utama tum-
buhan (gula, asam organik, pati, dan sejenisnya) yang secara
umum tersebar luas dalam dunia tumbuhan.
2. Sedapat mungkin tidak boleh mempunyai stmktur yang terlalu
kompleks.
3. Hams mengumpul/terakumulasi dan akibatnya berperan ter-
batas daJam reaksi metabolisme.
4. Hams mudah untuk dideteksi.
Senyawa fenol, yang dapat memenuhi kondisi tersebut dengan
memuaskan, dapat berperanan penting pada kimiotaksonomi tum-
buhan. Beberapa contoh yang menunjukkan spesifikasi tertentu
dalam penyebaran senyawa fenol:
1. Berbagai varietas Malus (apel) mengandung suatu dihidrosalkon
(floretin) yang terdapat dalam bentuk heterosida (floridzin),
sedangkan pada Pyrus (buah yang bentuknya seperti lonceng,
"buah pir") diketemukan arbutin yang merupakan glukosida
hidrokinon. Di luar hal itu adanya kedua senyawa fenol tersebut
. merupakan hal yang luar biasa. .
2. lsoflavon sangat sering diketemukan dalam suku Leguminosae
dan lebih khusus lagi dalam sub suku Papillonaceae. Golongan
ini telah pula diketemukan dalam monocotyledonae pada genus
Iris.
3. Betasianin telah diketemukan hanya pada 8 suku yang termasuk
dalam ordo Centrospermae.
4. Diketemukannya biflavonoid (ginkgetin) adalah biasa pada
daun tumbuhan Gyrnnospermae kecuali pada suku Pinaceae.
28

5. Dalam suku Pinaceae, flavanonol (dihidro 2,3 flavonol,


misalnya taksifolin) diketemukan dalam genus Pinus dan tidak
diketemukan dalam genus Abies.
6. Asam ellagat telah diketemukan dalam suku Rosaceae,
khususnya dalam sub suku Rosoideae, lebih pasti lagi dalam 6
dari 7 tribus yang ada; tetapi tidak diketemukan dalam tribus ke
7 yaitu Kerrieae sehingga disini dapat dijadikan spesifikasi dari
sub suku Resoideae dengan homogen. Lain daripada itu
diketemukannya asam ellagat terbatas pada Dicotyladonae
tidak terdapat pada Monocotyledonae, pada Gymnospermae
dan paku-pakuan.

VII.2. Signifikasi taksonomik dan filogenetik senyawa fenol dalam


An~iospermae

.Penelitian Bate Smith dan kawan-kawan merupakan basil pen-


ting yang berperan dalam .studi penyebaran senyawa fenol dalam
tumbuhan karena telah dilakukan terhadap beribu spesies
Angiospermae;(Monocotyledonae dan Dicotyledonae) dengan men-
cakup seluruh jenis senyawa (enol.
Kesimpulan pertama dari penelitian itu adalah terdapatnya
hubungan antara karakter berkayu dari tumbuhan dengan terdapat-
nya leukoantosian, artinya adanya tanin Jimana golongan senyawa
ini kurang banyak diketemukan dalam tumbuhan Herbaceae diban-
dingkan dengan tuinbuhan berkayu.
Dalam hal go Iongan senyawa asam sinamat, .asam kafe,at (tidak
termetoksilasi). sangat luas tersebar, tetapi lebih khusus lagi pada
spesies-spesies berkayu. Sebaliknya asam sinamat yang termetoksilasi
lebih sering diketemukan dalam spesies Herbaceae Secara kebetulan
lignin terbentuk dari sebuah molekul dengan kerangka C6-C3 yang
termetoksilasi (koniferil alkohol). Oleh karena itulah dianggap bah-
wa sintesa atau paling tidak akumulasi asam sinamat termetoksilasi
dihambat jika terdapat Iignifikasi.
Kesimpulan lain ditinjau dari segi filogenetik dapat diambil dari
kelakuan senyawa fenol:
1. Kemungkinan terjadinya sintesa leukoantosian (flavanediol 3,4)
dan flavonol, yang merupakan molekul teroksidasi, adalah
suatu karakter primitif. Evolusi terjadi dengan hilangnya tahap
tertentu dari oksidasi dan timbulnya flavanol 3 (katekol) dalam
satu hal atau flavon dalam lain hal.
2. Terdapatnya gugus trihidroksi pada cincin bensen merupakan
juga karakter primitif dimana evolusi terjadi dengan timbulnya
senyawa difenol, kemudian monofenol.
29·

3. Dapat dicatat bahwa hilangnya kemarnpuan untuk disintesa,


selama berlangsungnya evolusi, dari l~ukoantosian atau derivat
trihidroksi, merupakan suatu fenomena irreversibel.
Pada tahun 1941, Beale telah mencatat dalam golongan antosian
suatu kesimpulan identik tentang hidroksilasi dan juga dikemukakan
hipotesa bahwa adanya diglukosida berhubungan dengan spesies
liar, sedang monoglukosida muncul setelah terjadi mutasi.
Secara umum molekul yang paling kompleks disintesa oleh
spesies yang paling primitif dimana evolusi terjadi dengan hilangnya
fungsi biokimiawi tertentu yang terungka:p dengan munculnya
molekul yang lebih sederhana.

., ...
.
30

DAFTAR PUSTAKA
•. BSimoud, 1965, Bull. Soc. Physio. vege., 11,35
Bate-Smith E.C., 1956 b, Sci. Proc. Roy. Dublin Soc., 27,365
Bayer E., 1966, Angew. Chern., 78,834.
Beale G.H., 1941, J. Genet., 42,197
Forsyth W.G.C. et Roberts J.B., 1960, Biochem.J., 74, 374.
Freudenberg K., 1959, Nature, 183,1152
Geissman T.A., 1963 b, in Comprehensive Biochemistry, vol.9,
M. Florkin and E.H. Stotz editeurs, Elsevier, London.
Harborne J.B., 1964 a, in Biochemistry of Phenolic Compounds,
J.B. Harborne editeur, Academic Press, New York.
Harborne J .B., 1964 b, Biochemistry of Phenplic Cpmpounds,
Academic Press New York.
Harborne J.B., 1964 c, in Methods in Polyphenol Chemistry,
J .B. Pridham editeur, Pergamon Press, Oxford.
Harborne J.B., 1965 a, Phytochem, 4, 107.
Harborne J.B., 1965 b, Phytochem., 4.647.
Harborne J.B. et Simmonds N.W., 1964, in Biochemistry of
Phenolic Compounds, J.B. Harborne editeur, Academic
Press, New York.
Jurd L. et Asen S., 1966, Phytochem. 5,1263.
Me Farlane W.D. et Thompson K.D., 1964, J. lnst. Brew.,
70497
Murthy S.S.N., Prakasa Rao N.S., 1981, Planta Medica, 43,
46-50.
Ollis W.D., 1962, in The Chemistry of Flavonoid Compounds, .
T.A. Geissman editeur, Pergamon Press, Oxford.
Ribereau-Gayon P. et Sapis J.-C., 1965, C.R. Acad. Sci.,
261,1915.
Ribereau-Gayon P. et Stonestreet E., 1965 a, Bull. Soc. Chim.,
2649.
Sannie C. et Sauvain H., 1952, Les Couleurs des Fleurs
et des Fruits.
Anthocyannes et Flavones. Editions du Mueseum, Paris
Swain T. et Bate-Smith E.C., 1962, in Comparative Bioche-
mistry, Vol. Ill. A,M. Florkin et H.S. Mason editeur,
Academic Press, New York.
Williams A.H., 1960, in Phenolics in Plants in Health and
..,.· Disease, J.B. Pridham editeur, Pergamon Press, Oxford .
,/'"~
~-¢.1'-~ ~I>!~ lr.
G~ov4 ~~
/
I, §:)'<::J

I·~
s~~/o...~q, JY -t_,.-9'..._
'-'o
r f5 c;; ~~'-'"<' ·p ..
.
::;:. a:
u! ~"\.} '(' ....' .
o' '"'" '0 l"
)::> %.
\:'"i~
-~1--/) ~.
' .q
..17
'4 ~~·
PER?~~~~ .

Anda mungkin juga menyukai