Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

TUGAS AKHIR
THERMO ELECTRIC COOLER CAR

ADE FALL FATTAH


NIM : 170101003

PROGRAM STUDI D3 MESIN OTOMOTIF


FAKULTAS TEKIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, kebutuhan akan
transportasi semakin meningkat. Jumlah kenaikan kendaraan bermotor khususnya
mobil mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Namun pertumbuhan jumlah
kendaraan ini berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan parkir. Fakta yang
sering kita jumpai saat ini, bahu jalan dan lapangan-lapangan terbuka beralih
sebagai tempat parkir akibat terbatasnya lahan parkir yang tertutup (Radar, 2017).

Saat kita memarkir mobil di tempat yang terbuka dibawah sinar matahari
langsung, temperatur dalam kabin mobil akan naik secara drastis karena panas
yang terperangkap dan tidak ada sirkulasi di dalam kabin mobil. Dalam studi ini,
ketika sebuah mobil yang diparkir terpapar panas matahari yang lama, kabin
mobil akan terasa sangat panas sehingga memerlukan waktu beberapa saat bagi
pengendara mobil untuk mencapai kenyamanan, temperatur kabin mobil saat
diparkir dapat mencapai 50-60°C. Kondisi tersebut tidak hanya membahayakan
penumpang tetapi juga dapat merusak peralatan panel-panel aksesoris yang
terpasang pada interior mobil (Anonim, 2016). Selain itu, tidak adanya sirkulasi
udara pada kabin mobil terhadap udara lingkungan juga menyebabkan
bertambahnya beban temperatur panas (Priyambada, 2012).

Pendingin merupakan suatu kebutuhan bagi manusia, sebagai pendingin


ruangan di kabin mobil, Umumnya sistem pendingin mobil menggunakan
refrigrant. Namun, refrigerant adalah bahan kimia yang dapat merusak lapisan
ozon jika terurai di udara. Seiring dengan perkembangan teknologi sistem
pendingin maka dapat dirancang sebuah sistem pendingin yang mampu
mengkondisikan udara dalam kabin mobil meskipun mobil ditinggalkan dalam
keadaan mesin mobil mati dengan menggunakan bantuan sel surya yang akan
dipasang pada mobil, Teknologi termoelektrik merupakan sumber alternatif
utama dalam menjawab permasalahan tersebut.

Beberapa penelitian tentang thermoelectric sebagai media pendingin sudah


dilakukan, diantaranya pembuatan pendingin kotak minuman dengan
menggunakan thermoelectric, hasil yang dicapai temperatur kotak minuman
mencapai 14,3 oC tanpa beban pendingin dan 16,4 oC dengan beban pendingin air
sebanyak 1 liter (Aziz, 2015). Selain itu, hasil penelitian Nulhakim (2017)
menyatakan pendingin ruangan dengan menggunakan thermoelectric mampu
menghasilkan temperatur dingin hingga 20 oC, dimana kecepatan aliran udaranya
1 m/s dengan waktu selama 30 menit.
Dari permasalahan tersebut diperoleh gagasan untuk dapat mengurangi
panas yang ditimbulkan ketika mobil parkir di tempat terbuka dibawah sinar
matahari langsung tanpa harus membuat baterai mobil soak, kemudian
diputuskanlah untuk membuat sebuah alat dengan gabungan beberapa alat seperti
thermo electric, kipas mini dan sel surya yang diberi nama “Thermo Electric
Cooler Car (TECR)” , dengan adanya alat ini pengendara dapat menghemat waktu
tanpa harus menunggu ruang kabin mobil sejuk dan setidaknya juga dapat
menghemat pengeluaran minyak operasional mobil karena cara kerja alat ini
sudah otomatis sesuai temperatur kabin mobil jika suhu temperature kabin mobil
tinggi atau panas maka TECR akan segera bekerja secara otomatis hingga tercapai
suhu temperatur dingin

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang muncul dapat
dirumuskan : Bagaimana membuat rancangan konseptual dan prototype TECR
(Thermo Electric Cooler Car) dengan menggunakan sel surya pada mobil
sehingga efisien serta bisa diterapkan pada berbagai jenis mobil?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan alat ini adalah :
1. Mengurangi temperatur di dalam kabin mobil, sehingga panas yang
terakumulasi tidak menyebabkan kerusakan pada interior di dalam kabin
mobil dan bahan kimia yang terdapat di dalamnya tidak menguap
berlebihan
2. Menciptakan suasana nyaman saat memasuki kabin mobil dan aman
dalam berkendara bagi pengemudi.
3. Mengetahui keunggulan TECR (Thermo Electric Cooler Car) sebagai
pendingin udara kabin mobil dengan menggunakan sel surya.

1.4 Luaran yang Diharapkan


Luaran yang diharapkan dari program kreativitas ini yaitu :
1. Terciptanya alat berupa TECR sebagai pendingin udara kabin mobil yang
compatible untuk bebagai jenis mobil.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari perancangan ini adalah :
1. Hasil dari perancangan alat ini diharapkan akan bermanfaat untuk
pengembangan mobil kedepannya nanti.
2. Memberikan informasi tentang cara merancang atau merakit alat
termoelektrik dan sel surya pada mobil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perpindahan Kalor pada kabin mobil

Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan temperatur antara dua


buah benda sehingga energi mengalir dari suhu yang lebih tinggi ke suhu yang
lebih rendah. Perpindahan dapat terjadi secara konduksi, konveksi maupun
radiasi.

Gambar 2.1 Keseimbangan Thermal Kabin Mobil


(Sumber : Paulke, Stefan, et al. 2007.[6 ])

Keseimbangan termal dalam kabin mobil seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.1, sangat dipengaruhi oleh berbagai macam pengaruh eksternal antara lain:
a) Radiasi dari matahari pada waktu tertentu.
b) Temperatur di angkasa pada waktu tertentu.
c) Kecepatan angin pada waktu tertentu.
d) Temperatur ambient di sekitar mobil pada waktu tertentu.
e) Kelembapan udara di sekitar mobil pada waktu tertentu.

Sedangkan perubahan kalor dalam kabin mobil dipengaruhi oleh beberapa


mekanisme antara lain:
a) Transmisi kalor melalui kaca mobil.
b) Konduksi melalui body mobil.
c) Konveksi udara dalam kabin mobil.
d) Radiasi yang dipancarkan interior mobil.
e) Ventilasi udara dalam mobil.

2.2 Elemen Peltier (Thermoelectric Cooler)


Peltier seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.2, adalah suatu komponen
yang mengaplikasikan Efek Peltier. Peltier merupakan sebuah komponen yang
tergolong komponen Thermoelektrik, dimana ketika terjadi perbedaan suhu
diantara dua sisinya maka komponen ini mengubahnya menjadi besaran tegangan
listrik, dan begitu pula sebaliknya, ketika suatu tegangan listrik diberikan kepada
komponen ini, maka dia dapat mengubahnya menjadi dua suhu yang berbeda.

Gambar 2.2 Elemen Peltier

(Sumber : https://calcuttaelectronics.com )

2.3 Heatsink
Heatsink adalah material yang dapat menyerap dan mendisipasi panas dari
suatu tempat yang bersentuhan dengan sumber panas dan membuangnya seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.5. Heatsink digunakan untuk membaung
panas pada elemen peltier menggunakan bantuan kipas.
Gambar 2.3 Pin, Straight and Flated Fin HeatsinkTtypes

(Sumber : http://bluecoreheatsinks.com/)
2.4 Kipas Mini

Kipas berfungsi untuk mendistribusikan bunga es yang dihasilkan peltier


melalui udara sehingga seluruh ruang kabin secara signifikan dapat di lembabkan.

Gambar 2.4 Kipas Mini


(Sumber : https://superuser.com/)

2.5 Panel Surya


Panel surya adalah alat yang terdiri dari sel surya yang mengubah cahaya
menjadi listrik. Panel surya sangat berguna pada TECR karena berfungsi untuk
mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik, disini jenis panel surya yang
digunakan berjenis fleksible agar pada saat di pasang pada atap mobil tidak
merubah bentuk mobil tersebut.
Gambar 2.5 Panel surya
(Sumber : https://www.ikons.id/ )
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PERANCANGAN THERMO ELECTRIC COOLLING CAR

Sebuah thermo-electric dirakit dan ditempatkan dalam kaca depan dengan


sumber energi yang disuplai dari panel surya yang ditempatkan di dalam kaca
depan kabin juga. Desain eksperimennya disajikan dalam Gambar sebagai
berikut.

Gambar 3.6 Layout Instalasi Alat Pada Kabin Mobil


(Sumber : https://www.prosiding.bkstm.org/)

Prototipe sistem pendingin berbasis thermoelectric dibuat menggunakan 1


buah TEC. Sel surya dipasang sebagai sumber tenaga listrik. Heatsink dan fan
dipasang pada bagian sisi dingin dan panas dengan menggunakan pasta sebagai
perekat sekaligus media perambatan panas. Heatsink bagian sisi panas ukurannya
lebih besar dari pada sisi dingin, diharapkan dapat lebih cepat menyerap panas
yang dikeluarkan oleh thermo-electric, panas yang diserap akan dibuang oleh fan.
Heatsink extrude dipilih karena memiliki kinerja lebih baik daripada model
heatsink slot. Penggunaan kipas untuk membuang panas pada heatsink sisi panas
dan dingin pada sisi dingin TEC. Isolator yang digunakan berbahan styrofoam,
penggunaan isolator ini untuk mengurangi perambatan panas antara sisi dingin
dan panas pada dinding.

Gambar 3.7 Prototipe thermo-electric


(Sumber : https://www.jurnal.umj.ac.id /)
Konsep dasar perancangan pendingin kabin mobil adalah bagaimana
menurunkan suhu kabin khususnya pada bagian pengemudi sehingga saat akan
mengendarai akan merasa nyaman.

Pendingin kabin mobil berbasis termoelektrik terdiri 6 bagian frame utama,


fan, heatsink, thermoelectric cooler (TEC), frame TEC, coldsink. Bagian–bagian
tersebut dapat dilihat pada Gambar . Frame berfungsi sebagai rangka utama alat.
Fan berfungsi untuk mengalirkan udara dingin ke heatsink dan membantu
mengalirkan temperatur dingin dari coldsink ke kabin mobil. Fan sebanyak 3 buah
pada sisi heatsink dan 3 buah pada sisi coldsink. Thermoelectric cooler (TEC)
yang digunakan pada alat ini berjumlah 10 buah. Heatsink berfungsi untuk
mengambil panas yang dihasilkan TEC. Frame TEC berfungsi sebagai dudukan
TEC. Coldsink berfungsi sebagai media perantara pendingin dari TEC ke kabin
mobil. Coldsink terbuat dari material aluminium yang memiliki konduktivitas
termal sekitar 202 Watt/m K.

Gambar 3.8 Konsep Perancangan Pendingin Kabin Mobil


Berbasis Termoelektrik
(Sumber : https://www.prosiding.bkstm.org/)
3.2 Proses Perancangan dan Pembuatan

Proses yang dilakukan melalu berbagai tahapan yang terdiri dari 5 tahap yang
berulang yaitu tahap analisis dan studi literatur, desain/perancangan, perakitan
(Hardware), pengujian dan tahap implementasi.Tahapan ini akan berulang hingga
terpenuhinya kondisi ideal dimana sistem berfungsi dengan baik sesuai dengan
yang direncanakan.

A. Analisi dan Studi Literatur

Sebelum melakukan perancangan dan desain terhadap TECR Pemanfaatan


Cahaya Matahari Untuk Pendingin Udara Kabin Mobil, tahap awal yang perlu
dilakukan adalah analisis dan studi literatur, kemudian menyusunnya sehingga
menghasilkan acuan dan batasan untuk mendesain system, perancangan mekanis,
suhu dan lain sebagainya. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:

1) Pada tahap ini dilakukan pengumpulan informasi.


2) Mengumpulkan jurnal-jurnal serta sumber pendukung lainnya untuk
memperoleh informasi lebih banyak mengenai mekanisme, bagaimana
mengolahnya untuk memperoleh hasil yang akurat.
3) Menganalisis setiap kebutuhan alat dan bahan yang diperlukan dalam
proses perancangan dan perakitan.

B. Tahap Desain dan Perancangan

Setelah dilakukan proses analisis dan studi literatur, maka penulis telah
memiliki panduan atau dasar yang menjadi pijakan dalam mendesain dan
merancang alat. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut:

1) Sebelum melakukan desain, perlu dipahami bahwa secara garis besar


sistem hanya terdiri dari tiga bagian yaitu input (masukan), proses, dan
output (keluaran).
2) Membuat desain blok kerja alat serta skematik rangkaian elektronik.

3) Memastikan bahwa dengan desain yang telah dibuat, kipas,peltier,sel surya


dan komponen lainnya dapat bekerja secara optimal.

4) Melakukan perancangan posisi terhadap sampel. Perancangan ini penting


dilakukan, karena perlu pengaturan tata-letak sedemikian rupa sehingga
memperoleh data yang akurat
5) Melakukan desain dan perancangan casing alat. Setiap komponen
dilakukan pengaturan tata letak agar lebih efektif dan efisien, sehingga
memperoleh bentuk alat yang user friendly, praktis dan memiliki nilai
estetika yang baik, dengan tidak menyampingkan kinerja alat itu sendiri.
6) Dilakukan evaluasi untuk memastikan bahwa desain dan perancangan
telah memenuhi standar kualitas dari prosedur yang diperoleh pada tahap
analisis dan studi literatur.
7) Adapun gambar rancangan alat dan cara kerja selengkapnya dapat dilihat
pada gambar berikut.

Gambar 3.9 rancangan alat dan cara kerja


(Sumber : https://www.ojs.ummetro.ac.id/)

C. Tahap Perakitan Hardware (Hardware Assembly)

Setelah dilakukan desain dan rancangan, maka dilakukan perakitan


hardware sesuai dengan desain dan rancangan yang telah dibuat, agar alat yang
dirakit lebih efektif dan efisien, sehingga TECR siap digunakan sesuai rancangan.
Adapun kegiatan yang dilakukan adalah:

1) Melakukan penyesuaian ukuran/dimensi dari bahan casing, dengan


mengacu pada rancangan yang telah dibuat.
2) Mengimplementasikan perakitan komponen sesuai dengan desain yang telah
dibuat pada tahap desain casing alat. Kemudian melakukan pengkabelan
sesuai dengan desain
3) Melakukan evaluasi untuk memastikan perakitan telah memenuhi standar
desain dan perancangan yang telah dibuat.

D. Tahap Pengujian dan Teknik Implementasi

Pada tahap ini dilakukan implementasi TECR pada keadaan real untuk
mengetahui berfungsi atau tidaknya alat ini. Pada tahap pengujian ini
menggunakan instrumen utama yaitu mekanik dari TECR,peltier,kipas dan sel
surya. Adapun tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Tahap pengujian dilakukan dengan melihat kemampuan dari kipas yang


dapat menghembuskan udara ke kabin.
2) Melakukan pengujian pada peltier ke heatsink apakah bisa menghasil kan
suhu dingin atau tidak.
3) Bila terdapat error dalam pengujian, maka akan dilakukan perbaikan
terhadap hardware

E. Tahap Pengembangan dan Evaluasi

1. Melakukan pengembangan terhadap TECR apabila tidak ditemukan


error. Pengembangan ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja alat
dan mempekecil kemungkinan troubleshooting, hingga sistem berkerja
sempurna seperti yang direncanakan.

2. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah sistem TECR berhasil dan


sesuai dengan harapan awal atau tidak. Tahap evaluasi bisa terjadi pada
tahap-tahap sebelumnya yaitu pada tahap analisis, desain, perakitan,
implementasi dan uji coba. Evaluasi yang terjadi pada setiap tahap
sebelumnya itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk
menghasilkan sebuah keluaran yang sangat optimal dan baik

Anda mungkin juga menyukai