Anda di halaman 1dari 23

BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep teori

1. Definisi
Benigna prostatic hyperplasia (BPH), adalah suatu kondisi yang sering terjadi
sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormone prostat. (Yuliana,
Elin,2011).
BPH adalah pertumbuhan jinak pada kelenjar prostat, yang menyebabkan prostat
membesar.

2. Etiologi
Dengan bertambahnya usia, akan terjadi perubahan usia, akan terjadi perubahan
keseimbangan testoteron estogenkarena produksi testoteron menurun dan terjadi
dan terjadi konversi testoteron menjadi estrogen pada jaringan adipose diperifer.
Karena proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan efek perubahan juga
terjadi perlahan-lahan. ( Wim dejong: 2002)

3. Manifestasi Klinis
Gejala awal muncul ketika prostat yang mengalami pembesaran mulai
menyumbat saluran kencing(uretra). Penderita mulai sulit untuk mulai berkemih
dimalam hari (nokturia) dan harus mengedan lebih kuat ketika berkemih.
Gejala BPH berganti-ganti dari waktu- kewaktu dan mungkin terjadi semakin
parah, menjadi stabil, atau semakin baruk secara spontan.

4
5

a. Kategori keparahan BPH berdasarkan tanda dan gejala

Keparahan Kekhasan tanda dan gejala


penyakit
ringan Asimthopatik
Kecepatan urinary puncak < 10ml/s
Volume urine residual setelah pengosongan >25-
50ml
Peningkatan BUN dan kreatinin serum
sedang Semua tanda diatas ditambah obstruksi
penghilangan gelaja dan iritatif.
Penghilangan gejala (tanda dari destrusor yang
tidak stabil).
parah Semua yang diatas ditambah satu /2 lebih
Dari komplikasi BPH.

Sumber : 150 farmakologi 2 hal :146

b. Manifestasi klinis berdasarkan grade nya.


Grade 1
6

1) Berbulah-bulah
2) Mengeluh kemih tidak lampias
3) Pancaran lemah
4) Nocturia
Grade 2
1) Disuria
2) Nocturia memberat
3) Kadang disertai menggigil dan nyeri pinggang bila terjadi infreksi
Grade 3
Gejala pada grade 1 dan 2
 Dan semakin berat
Grade 4
1) Blass penuh
2) Colic abdomen
3) Overlow incontinence
4) Teraba tumor
5) Demam 40-41 C
6) Gigil, delirium, come

c. Manifestasi BPH menurut Rumahorbo (2000)

1) Keluhan saluran kemih bagian atas. (gejala iritatis dan obstruktif)


Gejala iritatif
a) Frekuensi
b) Nocturia
c) Urgensi
d) disuria
Gejala obstruktif
a) rasa tidak lampias setelah miksi
b) hesitanty
c) staining
7

d) intermitten

2) Pada saluran kemih atas


berupa obstruksi : nyeri pinggang, benjolan pinggang (tanda hidronefrosis)
selnjutnya menjadi gagal ginjal. Dapat ditemukan uremia, peningkatan TD,
perikarditis, foerouremik dan neuropati ferifer.
3) Luar saluran kemih
Pasien datang diawali dengan penyakit hernia ingiunalis/ hemoroid, timbul
penyakit ini di karenakan sering mengejan pada saat miksi sehingga
menyebabakan tekanan intra abdomen

4. Patofisiologi

Pada benigna prostat hyperplasia proses terjadinya terkadang dari penyebab


yang tidak diketahui dan kemungkinan terjdi adanya perubahan kadar hormone
yang terjadi karena proses penuaan.
Posisi dari kelenjar prostat yaitu mengelilingi uretha (saluran yang membawa
air kemih keluar dari tubuh)sehingga pertumbuhan pada kelenjar secara bertahap
akan menyempit uretra. Dan pada akhirnya aliran air kemih mengalami
penyumbatan. Jika seorang penderita BPH berkemih, kandung kemih nya tidak
sepenuhnya kosong. Sebagian air kemih masih tertahan didalam kandung kemih.
Sehingga penderita mudah mengalami infeksi atau terbentuknya batu. Dan
penyumbatan saluran kemih untuk jangka panjang bias menyebabkan kerusakan
pada ginjal.
8

5. Pathway PRE OPERASI

Hormone ekstrogen dan factor usia proliferasi


abnormal sel Testoteron tidak seimbang &
produksi stoma epitel berlebih

Prostat membesar

Penyempitan lumen ureter prostatika


TURP

Obstruksi
iritasi mukosa
kurang
kandung kemih, pasang DC
informasi
nyeri akut terputusnya
Retensi urine kontinuitas jaringan

ansietas
9

hidro nefritis rangsangan syaraf


luka
diameter kecil

gangguan
resiko ketidakefektifan tempat masuk
eliminasi urin open gate
perfusi jaringan
control mikroorganisme

resiko infeksi

(Nurhalis ahuda amin, Kusuma Hardi 2013,Aplikasi Askep berdasarkan Diagnosa Medis Nanda NIC-NOC,Yogyakarta : Medical Publishing

PATHWAY POST OPERASI

prostat membesar

pembedahan

iritasi mukosa VU kerusakan integritas kulit

terputusnya kontinuitas jaringan kulit

resiko pembedahan

syok hipovolemik rangsangan syaraf diameter kecil


10

open gate control

nyeri akut

takut bergerak

Gangguan
mobilisasi
11

6. Pemeriksaan diagnostic

a. Dilakukan pemeriksaan colok dubur (rektaltuse) untuk merasakan / meraba


kelenjar prostat. Dengan pemeriksaan inni bias diketahui adanya pembesaran
prostat. Benjolan keras (menunjukkan kanker) dan nyeri tekan (menunjukan
adanya infeksi).
b. Biasanya dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui fungsi ginjal dan
untuk penyaringan kanker prostat. (mengukur kadar antigen spesifik prostat /
PSA). Pada penderita BPH, kadar PSA meningkat 30-50%. Jika peningkatan
terus terjadi perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah
penderita juga menderita kanker prostat.
c. Pengukuran jumlah air kemih yang tersisa di bladder setelah pernderita
berkemih, dilakukan pemeriksaan kateter / penderita diminta berkemih ke
dalam sebuah uroflowmeter (alat yang digunakan untuk mengukur laju aliran
air kemih).
d. Dengan USG, bias menentukan ukuran kelenjar dan pennyebab BPH.
e. Endoskopi yang dimasukkan oleh uretra untuk mengetahui penyebab lainnya
dari penyumbatan saluran kemih.
f. Rontgen untuk mengetahui adana penyumbatan saluran kemih.
g. Analisa air kemih dilakukan untuk melihat adanya darah ayau infeksi.

7. Penatalaksanaan

a. Sebelum operasi
1) Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbul keluhan, tanda dan gejala mungkin tampak
dengan bantuan pemeriksaan diagnostic. Pasien diminta melakukan tirah
baring dan dipuasakan. Dan observasi tanda-tanda vital dan lakukann
pemasangan infuse (tarapi intravena) untuk pemenuhan keseimbangan cairan
dan elektrolit pasien. Serta lakukan pemasangan kateter untuk membantu
pengeluaran unrine.
12

2) Pemberian antibiotic bila perlu disesuaikan dengan intruksi medis


3) Penkes (pendidikan kesehatan)
Perlu diberikan untuk meningkatkan pengetahuan pasien. Seperti menjelaskan
tujuan dan prosedur. Dengan tujuan untuk meningkatkan koping pasien dan
mencegah ansietas.

b. Saat operasi
c. Setelah oprasai
Pantau selalu TTV pasien, kaji kondisi luka post operasi pasien
Pengkajian serta observasi ketat pasien post prostatektomi sangat penting
dikarenakan untuk mencegah komplikasi serta perdarahan post protatektomi.
Selain itu kondisi kondisi psikologis pasien juga perlu dikaji dikarenakan
seringnya terjadi gangguan emosional post prostatektomi seperti adannya
gangguan citra tubuh, dan juga gangguan nyeri protatektomi.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian pengobatab sesuai instruksi dan
berkolabotasi juga dengan ahli gizi untuk pemenuhan mutrisi pasien post
prostatektomi.
(Brunner & Suddent, 1998)
13

B. KONSEP ASKEP PRE OPERATIF


Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat
tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan menjadi
landasan untuk kesuksesan pada tahapan-tahapan berikutnya.

1. Pengkajian pada fase para operatif

Kaji pemahaman pasien tentang


a. Penyakitnya
b. Pengalaman operasi sebelumnya
c. Tujuan dan operasi tindakan operasi
d. Persiapan operasi baik fisik maupaun penunjang
e. Situasi dan kondisi kamar operasi dan petugas
f. Latihan yang harus dlakukan sebelum operasi dan yang harus dijalankan
setelahnya, seperti latihan napas dalam, batuk efektif, ROM, dll

Kaji gejala yang dialami pasien

a. Kaji pola tidur pasien


b. Pemeriksaan fisik
1) TTV sebelum masuk kamar operasi
2) Kaji jalan napas : daerah kepala dan leher untuk melihat adanya tismus,
keadaan gigi geligi, adanya gig palsu, gangguan fleksi dan ekstensi
leher, devisiasi trachea, adanya massa.
3) Jantung untuk mengevolusi kondisi jantung
4) Paru-paru untuk menilai adanya, dispnea, ronci dan mengi
5) Abdomen untuk menilai adany distensi, massa, achites, hernia, tanda
regurtitasi, faeses dicolon.
6) Punggung untuk melihat deformitas, memar atau infeksi
7) Neurologis : status mental, fungsi saraf cranial, kesadaran, fungsi
sensorimotorik
14

8) Ekstrimitas,untuk melihat perfusi distal, jari tubuh, sianosis, kulit dan


vena serta fungsi vena.
c. Mengkaji daerah pembedahan
d. Menelaah identitas pasien (rekam medik)
e. Pemerisaan diagnostic
f. Pemeriksaan laboratorium rutin
1) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis leukosit, golongan darah, massa
pembedahan, dan pembekuan
2) Urine : protein, reduksi, sedimen
g. Pemeriksaan laboratorium khusus
1) Fungsi hati
2) Fungsi ginjal
h. X-ray
1) Thorak foto (untuk bedah mayor)
2) Foto lain sesuai indikasi
15

A. DIANGNOSA KEPERAWATAN PADA FASE PRE OPERATIF


1. Nyeri akut b/d agen-agen penyebab cedera (biologis, kimia, fisik, psikologis)
2. Ansietas b/d (terpajan toksin, hubungan keluarga/ herediter, stress, krisis situasi
atau maturasi, penyalahgunaan zat, ancaman kematian, ancaman konsep diri,
konflik yang tidk disadari)
3. Gangguan Eliminasi b/d obstruksi pintu keluar kandung kemih, efek samping
obat dekongestik

B. INTERVENSI
DX 1
Nyeri akut b/d agen-agen penyebab cedera (biologis, kimia, fisik, psikologis)
NOC :
- Pain level
- Pain control
- Comfort level
Kriteria hasil
 Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktika dengan indicator
sebagai berikut (tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, selalu)
 mengenali awitan nyeri
 Mampu menggunakan tindakan pencegahan
 Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
 Menunjukkan tingkat nyeri, yang dibuktikan dengan indicator sebagai
berikut :
 (sangat berat, berat, sedang, ringan, atau bahkan tidak ada)
NIC
Guidance :
- gunakan laporan pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
pengumpulkan informasi pengkajian.
- Minta pasien untuk minilai nyeri atau ketidak nyamanan pada skala 0-10
- Kaji dampak agama , budaya, kepercayaan dan lingkungan terhadap nyeri
dan respon nyeri
16

- Observasi isyarat non verbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka


yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
R/ pencegahan komplikasi, mengetahui tentang nyeri & menpermudah
intervensi, dan mengetahui penyebab nyeri.
Support :
- Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif dimasa
lalu seperti, distraksi, relaksasi, kompres hangat dingin
R/ meningkatkan rasa nyaman pasien
- Lakukan perubahan posisi, massase punggung dan relaksasi
R/ menurunkan nyeri dan meningkatkan rasa nyaman
- Bantu pasien untuk lebih focus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa
tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televise, radio, tape,
dan interaksi dengan pengunjung.
R/ untuk mengalihkan nyeri pasien
Teaching :
- Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya, umpan balik
biologis, trankutaneous electrical nerve stimulation (TENS), hypnosis,
relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi music, distraksi, terapi bermain, terapi
aktivitas, akupuntur, kompres hangat atau dingin, massase) sebelum,
setelah, dan jika memungkinkan selama aktivitas yang menimbulkan nyeri.
- Informasikan / instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat
jika peredaan nyeri tidak tercapai.
R/ membantu pasien agar dapat memenegemen nyerinya secara mandiri dan
mencegah komplikasi.
Dev Environment :
- Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
R/ meningkatkan rasa nyaman pasien
Collaboration :
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi farmakologis sesuai
indikasi.
R/ mengurangi dan mampu menghilangkan nyeri secara farmakologi
17

Dx II

NOC

- Anxiety self control


- anxiety level
- coping

Kriteria Hasil

 klien mmpu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas dengan


indikator (Tidak Pernah, Jarang, Kadang-kadang, Sering, Selalu)
 vital sign dalam batas normal
 Poatur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
 Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan anxietas

NIC

Guidence :

 kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk sikap reaksi


fisik.
 Rasional : mengetahui tingkat kecemasan dan memudahkan intervensi
 Kaji faktor budaya (misalnya, konflik nilai) yang menjadi penyebab
anxietas.
 Rasional : mengetahui penyebab anxietas dan memudahkan intervensi
 Reduksi anxietas, menentukan kemampuan pengambilan keputusan pasien
 Rasional : Mengetahui tingkat kemampuan pengetahuan pasien
 Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan anxietas di masa lalu
 Rasional : Mengetahui teknik terbaik dalam pemberian intervensi
18

Support :

 berikan dorongan kepada pasien untuk mengunkapkan secara verbal


pikiran dan perasaan untuk mengekternalisasikan anxietas
 Rasional : mengurangi beban pikiran pasien dan menurunkan kecemasan
 bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
anxietas
 Rasional : mengetahui pertahanan terbaik untuk mengurangi anxietas
 dorong pasien untuk mengekpresikan kemarahan dan iritasi serta izinkan
pasien untuk menangis
 Rasional : ekpresi yang dikeluarkan dapat menurunkan anxietas dan
membuat tenang
 sediakan pengalihan melalui televisi, radio, permainan serta terapi okupasi
untuk menurunkan anxietas dan memperluas fokus
 Rasional : mengalihkan kecemasan pasien melalui media

Teaching :

 ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panik


dan gejala penyakit fisik
 Rasional : memudahkan intervensi dan mengurangi kecemasan
 Instruksikan oasien tentang ppenggunaan teknik relaksasi
 Rasional : mengajarkan pasien untuk mampu mengontrol cemasnya

Developmen and Environment :

 ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang


 singkirkan sumber-sumber anxietas jika memungkinkan
Rasional : menghindari kambuhan cemas dan menurunkan anxietas

Colaboration :
19

 Berikan Obat untuk menurunkan anxietas


 Rasional : Mengurangi/menghilangkan anxietas secara farmakologis
DX III

NOC

- Urinary elimination
- Urinary Continue

Kriteria Hasil

 Menunjukkan kontinensia urine, yang dibuktikan dengan indikator : tidak


pernah, jarang, kadang-kadang, sering, selalu ditunjukkan
 mengosongkan bladder secara umum
 mengkonsumsi cairan dalam jumlah yang adekuat
 urine residu pasca berkemih >100 – 200 Ml
 ISK (Hitung sel darah putih <100.000
 Kebocoran Urine di antara waktu berkemih

NIC

Guidence :

 kaji kemampuan mengidentifikasi keinginan untuk berkemih


 Rasional : mengetahui kemampuan berkemih pasien
 pantau asupan dan haluaran
 Rasional : menjaga asupan nutrisi secara adekuat
 pengakjian perkemihan kompeheriensif yang berfokus pada inkotinensia
(misalnya ; haluaran urine, pola kemih, fungsi kognitif, dan masalah
perkemihan yang ada)
 Rasional : pencegahan komplikaso dan memudahkan intervensi

Support :

 Pertahankan asupan cairan sekitar 2000 ml / hari


20

 Rasional : menjaga asupan cairan pasien


 bantu pasien mempertahankan hygiene dan rutinitas perawatan kulit yang
adekuat
 Rasional : meningkatkan dan menjaga hygiene pasien

Teaching :

 ajarkan untuk menghindari konstipasi


 Rasional : Pencegahan komplikasi
 ajarkan pasien atau keluarga untuk merekam output urine
 Rasional : mengerahui jumlah urine yang keluar
 ajarkan membersihkan diri setelah episode overflow, serta membersihkan
diri sehari sekali dan menjaga perinium tetap kering
 Rasional : meningkatkan hygiene pasien dan pencegahan infeksi

Development and environment:

 Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman


 Rasional : meningkatkan rasa nyaman dan memudahkan intervensi

Colaboration :

 Rujuk ke spesialis kontinensia urine


 Rasional : memudahkan intervensi lebih lanjut dan pemberian perawatan
yang tepat
21

C. Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien post operasi

Konsep Teori

Keperawatan pada fase post operasi merupakan suatu bentuk perawatan yang
merupakan fase akhir dari perioperatif yang dimulai sejak pasien masuk
perawatan PACU (Post Aneshesi Care Unit) sampai pada pasien sembuh total dari
perawatan. sebelum melakukan tindakan keperawatanpadafase post operasi ada
beberapa hal yang perlu di ketahui yaitu berupa komplikasi yang sangat mungkin
terjadi.

1. Komplikasi Post Operasi


a. Hematoma (Hemorraghe)
perawat harus mengetahui lokasi insisi pada pasien. sehingga balutan
dapat di inspeksi terhadap perdarahan dalam interval 24 jam pertama
setelah pembedahan
b. Infeksi ( Wound Sepsis)
Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi nosokomial
dirumah sakit, proses peradangan biasanya meningkat, sel darah putih
meningkat, luka biasanya menjadi bengkak, hangat dan nyeri.
c. Jenis infeksi yang dapat timbul antara lain :
cellulitis merupakan infeksi pada jaringan
abses merupakan infeksi bakteri terlokalisasi yang ditandai oleh :
terkumpulnya pus (bakteri, jaringan nekrotik, sel darah putih)
lymphangitis yaitu infeksi lanjutan dari cellulitis atau abses yang menuju
ke sistem limfatik. dapat diatasi dengan istirahat dan antibiotik.
dehiscence : bila luka gagal sembuh maka lapisan kulit dan jaringan akan
terpisah. komplikasi ini dapat terjadi 3-11 hari setelah cedera , terpisahnya
jaringan bisa total atau sebagian.
22

d. aviscerasi : bila separasi total maka organ dalam dapat keluar dari dalam
tubuh
e. fistula merupakan lintasan abdominal antara dua organ atau antara organ
dalam dengan bagian luar tubuh. fistula kadang memang sengaja dibuat
oleh ahli bedah untuk meksud tertentu, tapi daapat terjadi akibat
penutupan luka yang tidak sempurna atau komplikasi suatu penyakit.
f. keloid merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan, koleid ini
biasanya muncul tidak terduga dan tidak pada setiap orang.

2. Pengkajian Post Operasi


a. kaji ttv selama 24 jam pasca operasi
b. kaji kondisi area operasi
1. kondisi balutan
2. adanya perdarahan
3. insisi atau jahitan
4. kaji tanda-tanda inflamasi
5. pertahankan kondisi luka tetap kering
6. hindari menyentuh luka dengan tangan atau benda yang tidak steril
7. berikan kondisi tinggi protein, vitamin dan mineral
c. kaji kemampuan pasien dalam bernapas dan adanya gangguan napas
d. kaji intake dan output nutrisi dan cairan
e. kaji tanda dan gejala infeksi
f. kaji respon pasien terhadap pembedahan
g. evaluasi efektifitas dari askep diruang operasi
h. menentukan status psikologi pasien adakah disorientasi

C. Diagnosa Post Operasi


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab cidera fisik
(pembedahan)
23

2. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia, kelembaban,


hipertermia, hipotermia, faktor mekanik ( terpotong, terkena tekanan,
dan akibat restrain) , obat, mobilitas fisik, radiasi.

D. Rencana Asuhan Keperawatan Post Operasi


DX I
NOC
- Pain level
- pain control
- comfort level
Kriteria Hasil
 memperlihatkan pengendalian nyeri yang dibuktikan dengan indikator :
tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, selalu.
 mengenali awitan nyeri
 mampu melakukan tindakan pencegahan
 melaporkan nyeri dapat dikendalikan
 menunjukkan tingkat nyeri yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut : sangat berat, berat, sedang, ringan, atau bahkan tidak ada

NIC
Guidence :
 gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian.
 Minta pasien untuk menilai Nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0-10
 Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri
dan respon nyeri
 observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
 Respon : pencegahan komplikasi, mengetahui tentang nyeri dan
memudahkan intervensi dan mengetahui penyebab nyeri.
24

 Support :
 Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif dimasa
lalu, seperti distraksi, relaksasi, kompres hangat-dingin.
 Rasional : meningkatkan rasa nyaman pasien
 Lakukan perubahan posisi, masase punggung, dan relaksasi.
 Rasional : menurunkan nyeri dan meningkatkan rasa nyaman
 bantu pasien untuk lebih fokus pada aktivitas, bukan pada rasa nyerinya
 Rasional : Mengalihkan rasa nyeri pasien
Teaching :
 ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (hipnosis, napas dalam,
distraksi)
 informasikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat bahwa
peredaan nyeri tidak tercapai
 Rasional : Membantu pasien agar memanajemen nyeri secara mandiri.
 development and environment:
 ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
 Rasional : untuk meningkatkan rasa nyaman pasien.
Colaboration :
 Berikan analgesik
 Rasional : Meredakan nyeri secara farmakologis

DX II
NOC
- respon alergi setempat
- akses hemodialisis
- integritas jaringan, membran mukosa kulit.
- penyembuhan luka : primer
- penyembuhan luka : sekunder
Kriteria Hasil
menunjukkan penyembuhan luka primer
menunjukkan penyembuhan luka sekunder
25

NIC

Guidence :

 kaji adanya kemerahan, bengkak, atau tanda-tanda defisiensi atau eviserasi


pada area insisi
 inspeksi luka pada setiap penggantian balutan
 kaji ada atau tidaknya perluasan luka ke jaringan dibawah kulit dan
pembentukan saluran sinus.

Support :

 lakukan perawatan luka atau perawatan kulit secara rutin.


 lakukan masase disekitar luka
 Rasional : untuk merangsang sirkulasi

Teaching :
 ajarkan perawatan luka insisi pembedahan, termasuk tanda dan gejala
infeksi, cara mempertahankan luka insisi tetap kering saat mandi.

Development dan environment :

 ciptakan lingkungan yang bersih dan tempat tidur yang kering


 Rasional : kelembaban alas tidur dapat memicu kerusakann jaringan kulit

Colaboration :
 konsultasi ke ahli gizi dalam diit tinggi protein, mineral, kalori, dan
vitamin.
26

Anda mungkin juga menyukai