Anda di halaman 1dari 11

No. 010, Maret 2016 Penyunting : Tonny K.

Moekasan, Laksminiwati
(Tanggal diunggah 11 Maret 2016) Prabaningrum, Nikar di Gunadi, dan Asih K. Karjadi
Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar

TEKNIK PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS


BENIH KENTANG (Solanum tuberosum L. )
Oleh :
Asih K. Karjadi
BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN
Jl. Tangkuban Parahu No. 517, Lembang – Bandung Barat 40391

Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas prioritas ,


disebakan tanaman ini mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai sumber
karbohidrat dalam menunjang program diversifikasi pangan. Produktivitas kentang di
Indonesia tahun 2014, 17.67ton/ha dengan total produksi 1 347 815 ton dari luas areal
pertanaman 76 291 hektar (BPS, 2015). Hasil tersebut masih tergolong rendah jika
dibandingkan dengan produksi di negara-negara produsen kentang.
Kendala utama peningkatan produksi adalah pengadaan dan distribusi benih
kentang berkualitas yang belum kontiyu dan memadai. Dalam program perbenihan
penggunaan benih bebas pathogen/berkualitas mutlak diperlukan.
Benih tesebut dapat diperoleh melalui teknik kultur jaringan yang disertai dengan
pengujian patogen terutama penyakit sistemik (virus) secara intensif dilanjutkan dengan
teknik perbanyakan cepat untuk memproduksi stek in vitro, stek in vivo dan umbi mini.

APLIKASI TEKNIK KULTUR JARINGAN DAN PERBANYAKAN CEPAT DALAM


MEMPRODUKSI BENIH KENTANG BERKUALITAS.

Dalam kegiatan memproduksi benih kentang berkualitas baik dalam bentuk


tanaman in vitro atau umbi mini dibagi dalam 4 tahap kegiatan yaitu :

1
1. ELIMINASI PENYAKIT SISTEMIK TERUTAMA VIRUS
(PLRV, PVX, PVY)

Teknik kultur jaringan sangat membantu dalam usaha mengeliminasi penyakit


sistemik terutama virus. Dengan metode ini dipilih bagian tanaman atau jaringan yang
tidak mengandung patogen sistemik terutama virus, dan menumbuhkan jaringan tersebut
serta meregenerasikan kembali menjadi tanaman lengkap yang sehat di dalam media
buatan.
Keberhasilan dalam menggunakan metode kultur jaringan sangat bergantung pada
komposisi media yang digunakan. Dimana media tumbuh ini terdiri dari unsur makro,
mikro, sumber karbohidrat yang umumnya gula atau sukrose. Hasil yang lebih baik akan
diperoleh apabila ke dalam media tersebut ditambahkan vitamin, asam amino dan zat
pengatur tumbuh. Cara perbanyakan kultur jaringan ini dapat meningkatkan produksi
benih baik kualitas maupun kuantitasnya.
Dalam kultur jaringan yang bertujuan untuk mengeliminasi virus digunakan
explant/bahan tanaman berupa jaringan meristem pucuk atau tunas samping (aksiler).
Perkembangan jaringan meristem tersebut diarahkan untuk mendapatkan tanaman
sempurna dan bila mungkin sekaligus memperbanyaknya teknik ini disebut kultur
meristem.
Pada penumbuhan jaringan meristem , keadaan fisiologis explant mempengaruhi
terjadi atau tidaknya proliferasi. Ketidak berhasilan explant mengadakan pembelahan dan
berdifferensiasi disebabkan oleh sel-sel dari explant tersebut tidak bersifat totipoten
Kegagalan jaringan meristem untuk tumbuh dan berkembang dapat diakibatkan
oleh kurang cermatnya dalam pengambilan explant. Selain ukuran dari jaringan
meristem, ketepatan dalam jumlah senyawa zat pengatur tumbuh yang digunakan juga
sangat penting dan berpengaruh.
Telah disebutkan diatas bahwa ukuran dari jaringan meristem sangat penting,
karena akan menentukan kemapuan untuk berkembang dan beregenerasi. Jika jaringan
meristem disiolasi bersama-sama dengan primordia daun maka daya hidupnya akan lebih
besar. Untuk perbanyakan umumya dianjurkan untuk mengambil jaringan meristem
bersama daun primordia. Tetapi sebaliknya jika tujuannya untuk menghilangkan penyakit
sistemik terutama virus jaringan meristem harus bebas dari daun primordial daun dan
ukurannya tidak boleh melampaui 0.5 mm.
Cara pengambilan jaringan meristem adalah sebagai berikut bagian tanaman yang
akan diambil jaringan meristemnya disterilisasi dengan larutan khlorox (Sodium
hypoklorit) 25 %. Pengambilan jaringan meristem dilakukan dilingkungan steril
(di Laminer airflow cabinet) menggunakan binokuler dengan pembesaran 25 – 40 kali.
Daun primordia yang menutupi jaringan meristem dibuang dengan menggunakan
jarum atau pinset. Kemudian jaringan tersebut dipotong dengan ukuran 0.25 – 0.4 mm
dengan menggunakan jarum/pisau scalpel dan ditanam/diinokulasi di test tube yang berisi
media tumbuh. Sebagai media tumbuh meristem dipergunakan media dengan komposisi
MS (Murashige dan Skoog, 1962) ditambah supplement 0 – 0,25 mg/l BAP; 0 –
0,25 mg/l GA3; 0 – 2 mg/l CaP; 3 % Sukrose; 100 mg/l Myo inositol; 0,5 – 0,65 % agar,
pH 5,6 – 5,7.
Kultur kemudian ditempatkan di ruang inkubasi atau incubator dengan suhu
20 – 22 o C, dengan photoperiode 16 jam terang 8 jam gelap. Sub kultur dilakukan setelah

2
jaringan meristem tumbuh/berkembang menjadi plantlet atau tergantung dari keadaan
explant dan media tumbuh. Pada umumnya jaringan meristem akan tumbuh menjadi
plantlet setelah 3 – 6 bulan setelah tanam.

Bagan 1. Eliminasi penyakit sistemik virus (PLRV,PVX,PVY).

Umbi kentang yang terinfeksi penyakit sistemik/virus

Deteksi kandungan penyakit dengan serologi/ELISA

Kultur meristem
( jaringan meristematik 0.4 mm , dikulturkan /diinokulasikan secara in vitro
pada media tumbuh MS + supplement)

tanaman in vitro/plantlet.

2. PERBANYAKAN TANAMAN SECARA IN VITRO/MIKROPROPAGASI

Penggunaan teknik in vitro untuk tujuan perbanyakan vegetatif merupakan


areal/bidang yang paling maju dalam teknik kultur jaringan. Perbedaan perbanyakan
vegetatif secara in vitro dengan metode konvensional yang lain adalah : (1) dalam teknik
in vitro, bahan tanaman yang dipergunakan lebih kecil , sehingga tidak merusak tanaman
induk.(2) lingkungan tumbuh kultur in vitro harus aseptik dan terkendali. (3) kecepatan
perbanyakan tinggi, (4) dapat menghasilkan benih bebas penyakit dari induk yang telah
terinfeksi pathogen internal. (5) membutuhkan tempat yang relatif kecil untuk
menghasilkan jumlah benih yang besar/banyak.
Perbanyakan tanaman kentang secara in vitro mempunyai beberapa keuntungan
bila dibandingkan dengan perbanyakan konvensional yaitu bebas penyakit terutama
penyakit sistemik seperti virus, cepat dalam jumlah besar/banyak dan tidak tergantung
dari musim.
Di Balai Penelitian Tanaman Sayuran setelah kultur meristem tumbuh menjadi
plantlet, dilakukan perbanyakan in vitro dengan menanam stek buku tunggal secara
in vitro. Komposisi media yang dipergunakan adalah MS (1962) ditambah supplement
Myo inositol 100 mg/l ; CaP 2 mg/l; GA3 0.10 – 0,25 mg/l; air kelapa 50 – 100 ml/l; agar
0.5 – 0.65 %, pH 5,6- 5,7. Tanaman diinkubasikan diruang kultur dengan suhu 20- 22 oC,
photoperiode 16 jam terang, 8 jam gelap. Pengujian virus/deteksi virus dilakukan dengan
metoda serologi ELISA pada 3 macam virus (PLRV, PVX,PVY). Pertumbuhan stek in
vitro sampai dapat distek kembali/diperbanyak kembali antara 3 – 5 minggu setelah
tanam, dari satu jaringan meristem umumnya akan didapatkan 3 – 5 tanaman in vitro.
Setelah didapatkan tanaman in vitro yang bebas penyakit sistemik/virus dilakukan
perbanyakan secara mikropropagasi sampai mecukupi untuk diaklimatisasi di screen

3
house. Selain itu dilakukan juga penyimpanan stok tanaman secara in vitro untuk
plantlet/tanaman in vitro bebas virus.

Bagan 2. Perbanyakan tanaman secara in vitro/ mikropropagasi

Plantlet/tanaman in vitro

Perbanyakan dengan stek buku tunggal in vitro


( Mikropropagasi , Media MS + supplement)

Deteksi kandungan virus dengan metoda Serologi/ELISA


(4 macam virus : PLRV, PVY, PVX)

Tanaman bebas virus/plantlet

Tanaman/plantlet terinfeksi virus

Dibuang/dieliminasi virus kembali

Mikropropagasi /stek buku


Tunggal. Stok tanaman in vitro
( dikulturkan pd media slow growth)

3. AKLIMATISASI /PRODUKSI STEK DAN UMBI MINI DI SCREEN


HOUSE.

Dalam program perbenihan kentang penggunaan benih bebas patogen mutlak


diperlukan. Penggunaan teknik perbanyakan cepat dalam program perbenihan kentang
dimaksudkan untuk mempersingkat masa penyediaan benih disamping meningkatkan
jumlahnya dengan kualitas yang terjaga.
Pada dasarnya produksi benih merupakan tahapan perbanyakan dimana setiap
stok benih diperbanyak secara berulang yang memungkinkan adanya penurunan kualitas,
sehingga diperlukan penyediaan stok benih bebas patogen secara terus menerus.
Penanaman plantlet di screen house/aklimatisasi dilakukan dengan teknik
perbanyakan cepat yaitu dari satu tanaman in vitro/plantlet ditransfer ke media tanah
menjadi 2 – 3 tanaman . Media yang dipergunakan campuran pupuk kandang dan tanah
steril dengan perbandingan 1 : 2 (tergantung dari kualitas pupuk dan tanah yang akan
dipergunakan), atau campuran media steril lainnya seperti humus, cocopit, arang sekam.
Pupuk anorganik yang diberikan NPK (16 16 16) dengan sistim penyiraman (20 gram
pupuk dilarutkan dalam 5 liter air dan dilakukan setiap 10 hari sekali. Setelah tanaman

4
induk berumur 4 – 5 minggu dilakukan pengujian terhadap 3 macam virus (PLRV,
PVY,PVX) dan seleksi tanaman off type dengan teknik growing test
Panen stek dimulai setelah tanaman induk berumur 4 – 6 minggu setelah transfer
dan dilanjutkan setiap 10 – 14 hari sekali sampai tanaman induk menunjukkan ciri-ciri
sudah tua/senessen atau tanaman induk sudah membentuk umbi.

Bagan 3. Penanaman tanaman induk dan produksi stek di screen house

Plantlet

Aklimatisasi di screen house


Media : campuran tanah dan pupuk kandang steril
Kerapatan : 200 tanaman per m2

Deteksi kandungan virus dgn serologi test/ELISA

Seleksi tanaman offtype


( menggunakan metoda growing test)

Panen stek pucuk


- Ditanam untuk tanaman induk
- Ditanam untuk produksi umbi mini.
(panen stek dilakukan setiap 10 – 12 hari sekali , sampai
tanaman induk menunjukkan ciri-ciri sudah tua)

Untuk produksi umbi mini berukuran 5 – 10 g per knol, dilakukan dengan


menanam stek di rumah kasa atau net house. Kerapatan tanaman stek ini 100 – 200
tanaman per m2. Untuk pemeliharaan tanaman dilakukan seperti pertanaman kentang
pada umumnya. Produksi umbi mini ini sangat bergantung pada varietas dan
pemeliharaan tanaman. Setelah didapatkan /dihasilkan umbi mini perbanyakan
selanjutnya dilakukan penanaman secara konvensional atau dikombinasikan dengan
teknik perbanyakan cepat.

4. PRODUKSI UMBI MINI DI RUMAH KASA/SCREEN HOUSE

Produksi benih kentang pada dasarnya tahap perbanyakan dimana stok benih
diperbanyak secara berulang yang memungkinkan adanya penurunan kualitas dari umbi.
Untuk maksud tsersebut diperlukan stok benih berkualitas secara terus menerus.

5
Untuk produksi umbi mini kentang ukuran umbi 5 – 10 g per knol, dilakukan
penanaman stek dirumah sere/kasa/net house. Dan umumnya penanaman stek dilakukan
tanpa diakarkan terlebih dahulu.
Media tanam yang dipergunakan campuran tanah dan pupuk kandang steril
dengan perbandingan 2 : 1 ( perbandingan ini sangat bergantung dari kualitas tanah dan
pupuk organik/kandang yang dipergunakan), atau campuran media steril lainnya seperti
humus, cocopit, arang sekam. Pupuk anorganik yang dipergunakan NPK ( 16 16 16)
dengan dosis 1 – 1.5 ton/ha. Kerapatan tanaman stek 100 – 200 tanaman per m2. Produksi
umbi mini sangat bergantung pada varietas dan pemeliharaan tanaman.

Gambar :
Tanaman in vitro (plantlet kentang bebas patogen )

(Sumber : Balai Penelitian Tanaman Sayuran)

6
Gambar : tanaman induk di screen house

(Sumber Gambar : Balai Penelitian Tanaman Sayuran)

Gambar : Tanaman kentang dalam produksi umbi mini

(Sumber Gambar : Balai Penelitian Tanaman Sayuran)

Gambar : umbi mini kentang

(Sumber Gambar : Balai Penelitian Tanaman Sayuran)

7
Gambar : Pertanaman kentang di lapangan

(Sumber Gambar : Balai Penelitian Tanaman Sayuran)

8
Teknik pembuatan benih kentang berkualitas

Umbi kentang terinfeksi penyakit

Deteksi kandungan virus

Kultur meristem

Tanaman in vitro/plantlet

Mikropropagasi

Deteksi kandungan penyakit sistemik/virus

Plantlet/tanaman in vitro bebas virus

Plantlet/tanaman terinfeksi stok tanaman in vitro

Dibuang/dieliminasi kembali
dgn kultur jaringan
Mikropropagasi

Aklimatisasi/transfer tanaman di screen house sbg tanaman induk

- deteksi kandungan virus dgn serologi ELISA


- Seleksi tanaman offtype dng growing type.

Panen stek pucuk

Tanam stek untuk tanaman induk tanam stek untuk produksi umbi

9
Laju pertumbuhan dan waktu dalam produksi benih kentang
dengan menggunakan teknik perbanyakan cepat

1 jaringan meristem

4 – 6 bulan

3-5 tanaman in vitro/plantlet

1-2 plantlet, deteksi kandungan


penyakit sistemik virus
1 bulan

2 – 3 plantlet/tanaman in vitro bebas virus


Perbanyakan stek buku tunggal

1 bulan

8 – 12 plantlet
( 4 – 5 stek buku tunggal per plantlet)

1 bulan

16 – 24 tanaman induk
( 2 tanaman per plantlet)

1 – 1.5 bulan

5 – 10 stek pertanaman induk

3 bulan

Umbi mini /Go


1 stek : 3 – 5 umbi mini

3 – 3.5 bulan

Umbi mini /G1


( kelipatan 50 – 120 kali dalam ukuran berat)

10
Daftar Pustaka
Asandhi, A.A. et al. 1989. Kentang (edisi kedua), Badan penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Balai Penelitian Hortikultura Lembang, 197 pp.
Ati. S.D. 2006. Dukungan penelitian Virus dalamPengembangan Perbenihan Kentang. Orasi
Pengukuhan Peneliti Utama sebagai Profesor Riset Bidang Hama dan Oenyakit Tanaman.
Badan Litbang Pertanian. Deptan. 20 pp.
Bryan , J.E. 1983. On farm seed improvement by the potato seed plot technique. Technical
information Bull. 7. CIP – Lima Peru. 13 pp.
Cartbaoui, R. 1984. Roguing potatoes. Technical Information. Bull 5. CIP – Lima Peru, 12 pp.
Struik, P.C. and Wiersema, S.G. 1999. Seed Potato technology. Wageningen Pers, Wageningen .
The Netherlands.
Sunarjono, H. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya kentang. Agromedia. Pustaka Jakarta, 109 pp.
Wiersema, S.G. 1987. Effect of stem density on potato production . Technical Information Bull
1. ( Revised) . CIP – Lima Peru.

11

Anda mungkin juga menyukai