Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN PANCASILA

“kasus perwujudan ideologi pancasila sebagai ideologi nasional


dilihat dari nilai-nilai dasarnya”

Dosen pengampu: Dra. Maesaroh, M.Si.

Disusun oleh :
Tata Firmansyah (40011419650018)

AKUNTANSI PERPAJAKAN
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
 Kasus Pelanggaran Pancasila Sesuai Sila-Silanya
1. Sila pertama

Pada sila pertama yang ada di dalam Pancasila berbunyi “KeTuhanan yang Maha Esa”.
Bunyi sila pertama yang ada di dalam pancasila ini bertujuan supaya setiap individu
masyarakat Indonesia bisa bebas memeluk agama sesuai dengan kepercayaan mereka
masing-masing dan juga beribadah sesuai agama dan bisa saling menumbuhkan rasa
toleransi kepada agama lain. Sila pertama ini mengalami pergantian karena negara
Indonesia sendiri adalah negara yang tidak hanya menganut satu agama dan kepercayaan
saja. Namun sayangnya masih saja bisa terjadi beberapa pelanggaran entah itu disadari
atau tanpa disadari.

Contoh penyimpangan :

1) Tidak ada sikap toleransi kepada sesama : Seperti yang sudah tersirat pada sila
pertama jika Indonesia sendiri memiliki berbagai macam agama. Salah satu contoh
penyimpangannya adalah tidak adanya sikap toleransi kepada agama lainnya. Sikap
ini biasanya didasari karena keegoisan.
2) Gerakan radikal kelompok tertentu yang mengatasnamakan agama : Tindakan
kedua yang menyimpang dari sila pertama adalah gerakan kelompok radikal yang
mengatasnamakan kegiatan menyimpang mereka dengan atas nama agama
tertentu. Seperti misalnya saja terorisme yang seringkali mengatasnamakan agama
tertentu.
3) Perusakan tempat ibadah : Yang ketiga adalah perusakan tempat ibadah agama lain
hanya karena merasa terganggu atau karena konflik dan permasalahan lainnya.
4) Fanatisme yang sifatnya anarki : Tidak hanya itu saja, namun sikap fanatasime pada
agama yang sifatnya bisa anarki dan merugikan orang lain maka masuk ke dalam
pelanggaran pancasila.

Contoh kasus penyimpangan sila pertama :

Bom Bali I

Ketenangan Sabtu malam di kawasan Kuta dan Denpasar terkoyak akibat meledaknya tiga
buah bom yang mengguncang Pulau Dewata. Rentetan bom tersebut terjadi pada 12
Oktober 2002 sekitar pukul 23.15. Arsip pemberitaan Harian Kompas, 13 Oktober
mengabarkan, malam itu, ledakan pertama dan kedua terjadi lima meter di depan
DiskotekSari Club, di Jalan Legian, Kuta. Sesaat setelah ledakan pertama, sebuah bom
kembali meledak di Diskotek Paddy's yang terletai di seberang Sari Club. Akibat dari
ledakan beruntun ini, baik Sari Club, Diskotek Paddy's dan bangunan Panin Bank yang
terletak persis di depan Sari Club terbakar. Selain itu, puluhan bangunan yang berada di
radius 10 hingga 20-an meter dari lokasi rusat berat. Adapun kaca-kaca hotel, toko maupun
tempat hiburan lainnya tak luut dari kerusakan. Bahkan kuatnya ledakan juga membuat
kantor biro perjalanan yang berada di samping Sari Club rata dengan tanah. Kemudian
sesaat setelah itu, ledakan ketiga terjadi sekitar 100 meter dari Kantor Konsulat Amerika
Serikat di daerah Renon, Denpasar, Bali. Kuatnya ledakan di ketiga tempat tersebut
menyisakan lubang selebar 4-4,5 meter dengan kedalaman 80 sentimeter. Kejadian ini
merenggut nyawa 202 orang yang saat itu berada di lokasi kejadian. Korban mayoritas
merupakan warga negara Australia. Kepala Kepolisian RI (Polri) Jenderal (Pol) Dai Bachtiar
saat itu mengatakan, lokasi ledakan di Jalan Legian pada hari yang sama dikunjungi oleh
Presiden Megawati Soekarnoputri dan pejabat tinggi negara lainnya.

Pemberitaan Harian Kompas, 14 Oktober 2002 mengabarkan, para pejabat tersebut antara
lain Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono, Menko
Bidang Kesejahteraan Rakyat Jusuf Kalla, Menko Bidang Perekonomian Dorodjatun
Koentjoro-Jakti, Panglima TNI Jenderal Endiartono Sutarto, serta Menteri Luar Negeri
Hasan Wirajuda. Kejadian bom pada 12 Oktober 2002 tersebut tak hanya terjadi di Bali.
Beberapa saat sebelumnya, sebuah bom rakitan meledak pada Sabtu petang pukul 18.50 di
pintu gerbang masuk kantor Konsulat Jenderal (Konjen) Filipina di Jalan Tikal, Kelurahan
Tikala Ares, Lingkungan I, Manado. Peristiwa tersebut tidak memakan korban jiwa. Meski
begitu, daun pintu besi kantor Konjen Filipina dikabarkan terlempar sekitar empat meter dari
tempatnya. Serangan bom di beberapa tempat di Bali dinyatakan terkait dengan organisasi
Al-Qaeda. Harian Kompas, 15 Oktober 2002 mengabarkan, Konsul Jenderal (Konjen)
Amerika Serikat (AS) di Surabaya, Philips L Antweiler mengatakan, pihaknya melihat
adanya tanda-tanda nyata tentang kaitan aksi teror dengan jaringan tersebut. "Apa yang
terjadi di Bali merupakan kegiatan teroris meskipun kami belum tahu pesis siapa pelakunya.
Namun kami melihat ada tanda-tanda cukup nyata tentang kaitan peristiwa itu dengan
jarinan Al-Qaeda," ujar Antweiler. Baca juga: Korban Bom Bali asal Australia Tagih Jokowi
soal Lahan Eks Sari Club Dalam pengejaran terhadap tersangka, polisi berhasil menangkap
Amrozi bin H Nurhasyim yang didakwa hukuman mati. Fakta di persidangan menyatakan,
bahwa para pelaku diyakini merupakan anggota Jamaah Islamiyah (JI). "Kami berkeyakinan,
kegiatan mereka tidak lepas dari jaringan internasional. Atau setidaknya regional di kawasan
Asia," ujar Jaksa Penuntut Umum Urip Tri Gunawan saat persidangan Amrozi. Kemudian
polisi juga menangkap Imam Samudra alias Abdul Aziz. Sama seperti Amrozi, Imam
Samudra juga dijatuhi hukuman mati. Harian Kompas, 11 September 2003 mengatakan,
vonis tersebut diberikan setelah majelis hakim menyatakn Imam Samudra terbukti bersalah.
Selain itu, tindakannya juga dinilai telah memenuhi unsur dari empat dakwaan primer yang
dituntutkan Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Tinggi Bali sebelumnya. Keempat
dakwaan primer tersebut adalah dua dakwaan dalam perkara peledakan bom Bali dan dua
dakwaaan lain dalam perkara peledakan bom malam Natal. Selain itu, pelaku lain yang
terlibat dalam tragedi ini adalah Ali Ghufron bin H Nurhasyim alias Muklas, seperti dikutip
dari Harian Kompas, 3 Oktober 2003. Adapun tersangka lain seperti Ali Imron bin H
Nurhasyim alias Alik divonis penjara seumur hidup. Vonis serup ajuga diterima oleh
Mubarok alias Utomo Pamungkas dan Suranto Abdul Goni alias Umar alias Wayan.
Sementara tersangka lain, Dulmatin tewas dalam pengepungan di Pamulang, Tangerang
Selatan. Adapun teroris yang paling dicari yakni Dr Azahari bin Husin atau yang seriing
disebut sebagai The Demolition Man tewas pada 2005.

Sumber : https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/12/063000665/hari-ini-dalam-
sejarah--tragedi-bom-bali-i-renggut-202-nyawa?page=3.

2. Sila kedua
Pada sila kedua ini diharapkan masyarakat bisa hidup dengan adil dan sesuai dengan
hakikat manusia. Supaya kita bisa mengetahui apa saja pelanggaran pancasila maka berikut
ini adalah daftar pelanggaran pancasila sila kedua ini. Berikut list lengkapnya :

Contoh penyimpangan :

1) Perbudakan : Perbudakan jelas menyalahi sila kedua ini karena manusia tidak
dilakukan dengan semestinya dan tidak manusiawi sehingga perbudakan sangatlah
dilarang.
2) Memperkerjakan anak di bawah umur : Jenis penyimpangan sila kedua adalah
memperkejakan anak di bawah umur. Anak di bawah umur tidak pantas untuk
bekerja karena kewajiban mereka adalah sekolah, terutama jika memperkerjakan
anak di bawah umur dengan tidak wajar.
3) Ketidakadilan dalam bidang ekonomi : Terkadang ada beberapa kasus dalam
ekonomi yang akan merugikan orang-orang yang tidak mampu dan malah
menguntungkan bagi kalangan kaum atas.
Contoh kasus penyimpangan sila kedua :

Kasus penelantaran 5 orang anak di Cibubur

Pasangan suami Utomo Permono (45) dan istri Nur Indriasari (42) yang menelantarkan
kelima anak mereka resmi menyandang status tersangka. Penetapan status itu diputuskan
setelah penyidik menerima hasil analisis psikologi Utomo dan Nuri yang menunjukkan
keduanya menentarkan anaknya dengan kesadaran penuh.

Kelima  anak yang ditelantarkan  itu berinisial D (8) serta 4 saudarinya, C dan L (10), D (8),
Al (5), dan DA (3). Nasib D sangatlah malang. Dia mondar mandir mengendarai sepeda
selama sebulan di Perumahan Citra Gran Cibubur. Pada siang hari D mondar-mandir di
perumahan tersebut, ke rumah tetangga dan ke tempat-tempat lainnya selain rumah.
Kemudian malam harinya, D tidur di pos jaga. Selain tidak diperbolehkan masuk rumah,
Dani juga sudah tidak bersekolah sejak sebulan lalu.

D memang bukan anak jalanan. Tapi hidupnya sama terlantarnya dengan mereka yang di
jalanan. Entah apa yang terjadi padanya, hingga bocah tersebut mulai berani mencuri. Dari
sandal, sepatu, hingga makanan milik warga pernah diambil bocah tersebut.

Krishna Murti mengatakan, selain hasil kejiwaan pelaku, polisi juga mengantongi 2 alat bukti,
yaitu hasil visum fisik anak dan keterangan saksi ahli tentang kondisi psikis anak.  Dari hasil
visum et repecentrum, kondisi fisik kelima anak yang ditelantarkan mengalami gizi buruk.
Selain itu ada bekas luka di kaki anak D (8) yang menunjukkan masa penyembuhan lukanya
lama akibat pukulan benda tumpul. 2 Hal tersebut dianggap sebagai kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) oleh penyidik.

Dengan ditetapkannya Tomo dan Nuri sebagai tersangka, maka keduanya dijerat pasal
berlapis yaitu Pasal 76B juncto 77B dan Pasal 80 juncto 76C Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan atau Pasal 44 atau Pasal 5 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2004 tentang KDRT. “Pasal-pasal tersebut karena kedua pelaku terbukti
melakukan penelantaran dan kekerasan terhadap anak mereka dalam kurun waktu 2014-
2015,” jelas Krishna.

Saat menggeledah rumah milik pasangan suami istri UP alias T dan NS, kondisi rumah 2
lantai itu sangat memprihatinkan, berantakan dan banyak sampah. Polisi mendapati 4 anak
perempuan dalam kondisi fisik yang buruk. Mereka seperti kekurangan gizi dan tertekan.
Saat polisi dan KPAI hendak mengamankan anak-anak malang tersebut, sang ayah
mencoba menghalau dan bersikeras ia berhak melakukan perbuatan itu karena ia ayah
kandung kelima anak.
Keduanya pun digelandang ke Polda Metro Jaya untuk diperiksa sebagai saksi. Saat
pengembangan kasus, polisi menemukan paket sabu di dalam kamar tidur kedua pelaku.
Keduanya lalu ditetapkan sebagai tersangka atas kasus kepemilikan narkoba dan
diserahkan ke Direktorat Narkotika, sembari menjalani pemeriksaan kejiwaan.

Sumber : https://rizkynadiahputri.wordpress.com/tag/contoh-pelanggaran-sila-kedua/

3. Sila ketiga

Sila ketiga adalah sila berbunyi “Persatuan Indonesia” yang memiliki makna penting
yaitu mengutamakan persatuan seluruh bangsa Indoenesia yang berbeda dari suku, agama,
ras, dan budayanya. Dengan sila ini diharapakan jika Indonesia bisa bersatu walau berbeda-
beda. Berikut ini adalah contoh kasus pelanggaran pancasilanya :

Contoh penyimpangan :

1) Menganggap suku lain lebih baik dari sukunya sendiri : Indonesia terdiri dari
berbagai macam suku ras, semua suku tentu saja memiliki keunikan dan kelebihan
masing-masing. Membandingkan dan mengangap suku lain remeh tentu saja
merupakan salah satu pelanggaran dari sila ini karena semuanya memang
diciptakan berbeda untuk saling melengkapi.
2) Perang antar suku : Seperti yang dilihat, makna dari sila ini adalah mempersatukan
Indonesia. Jika terjadi perang suku tentu saja Indonesia akan terpecah dan mungkin
tidak menjadi utuh sehingga ini bisa menjadi salah satu pelanggaran pancasila.
3) Menjadi provoator etnis atau suku tertentu : Yang ketiga adalah ketika ada
seseorang yang menjadi seorang provokator dari suku atau etnis tertentu yang bisa
memcicu adanya perang antar suku atau konflik panas.

Contoh kasus penyimpangan sila ketiga :

Kerusuhan 22 Mei 2019 dalam Sudut Pandang Sila Ketiga Pancasila

Pemilu tahun 2019 memiliki ruang tersendiri dihati rakyat Indonesia. Pemilihan Presiden kali
ini diwarnai dengan perbedaan pilihan calon presiden, perbedaan pendapat dan
strategi politik dari masing-masing kubu pasangan calon presiden (paslon capres). Dari hari
kehari masalah demi masalah kian muncul, dari masing-masing paslon.  Mulai dari paslon
01 difitnah bahwa capresnya dia adalah antek asing, pki dan melakukan banyak kecurangan
saat pemilu. Sedangkan paslon 02 mengeklaim kemenangan sebanyak 62 % suara rakyat.

Hoax  sangat cepat merambat dikalangan masyarakat Indonesia, terutama kalangan


ekonomi  menengah kebawah. Masyarakat Indonesia suka menyebarkan berita-berita tanpa
mengecek kebenarannya terlebih dahulu. Hoax adalah sarana paling ampuh untuk
menjatuhkan lawan dalam kompetisi pemilu 2019. Hal ini diciptakan untuk kepentingan
sebagian orang demi menimbulkan persepsi opini masyarakat tentang pemilu 2019.

Akhir-akhir ini perhatian masyarakat Indonesia sedang dialihkan dari hasil quick count tim
BPN paslon 02 yang mengeklaim kemenangan sebanyak 62%. Hasil quick count tim BPN
Paslon 02 menimbulkan perpecahan antar pendukung kedua paslon. Kini hadirlah tragedi
kerusuhan di wilayah Jatibaru Tanah Abang. Sebanyak 6 orang meninggal dan 200 orang
luka-luka akibat kerusuhan yang terjadi di Jakarta. Kerusuhan ini diadakan untuk menolak
hasil keputusan KPU untuk memenangkan paslon 01. Massa berdatangan dari berbagai
penjuru untuk melakukan demo. Perpecahan terjadi sekitar pukul 9 pagi pada tanggal 22
Mei 2019, massa bergerak anarkis sehingga timbulah korban jiwa.

Akibat dari kerusuhan ini mencederai simbol pancasila pada sila ke-3 yaitu Persatuan
Indonesia. Hal ini tentu sangat disayangkan karena hanya menganggap pancasila sila ke-3
sebatas simbol saja bukan dimaknai secara mendalam hal-hal yang terkandung didalamnya.
Sudahkah kita sebagai rakyat Indonesia mengamalkan sila ke- 3 yang bisa mempererat
bangsa Indonesia dari perpecahan.  Sila ke-3 dalam Pancasila dapat merefleksikan
semangat bhineka tunggal ika yang selama ini digaungkan oleh rakyat Indonesia.
Sekelompok orang yang memiliki kepentingan akan Negara ini membuat opini-opini atau
garakan yang bisa menggeser makna dari sila ke-3.

Melihat kerusuhan yang terjadi pada tanggal 22 Mei 2019, membuktikan bahwa Pancasila
belum menjadi alat gerak bagi setiap rakyat Indonesia. Beberapa kelompok yang berusaha
mengubah landasan Negara Indonesia akan selalu bergerak untuk memprovokasi rakyat
bahwa pemerintahan saat ini tidak becus mengurus Negara, sehingga timbulah perpecahan
yang memang sengaja diciptkan oleh sebagian kelompok tertentu. Peristiwa ini
membuktikan bahwa kita gagal untuk memaknai Pancasila dalam kehidupan kita.

Dengan demikian,  setiap rakyat Indonesia wajib mengamalkan Pancasila dalam hidupnya
bukan hanya sekedar dihafal. Menjadikan Pancasila sebagai penuntun langkah bangsa
Indonesia kedepan demi mewujudkan cita-cita bangsa.

Sumber: https://www.kompasiana.com/natalia14/5ce67ac76b07c5211c4b5cae/kerusuhan-
22-mei-2019-dalam-sudut-pandang-sila-ke-3-pancasila
4. Sila keempat

Sila keempat adalah sila yang berbunyi seperti ini, “kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Pada sila keempat ini
memiliki makna yang lebih mengutamakan kepentingan masyarakat dan juga negara.
Berikut adalah beberapa contoh penyimapangan dan juga kasus riilnya. Ini dia informasi
pentingya untuk Anda!

Contoh penyimpangan :

1) Ketidakadilan bagi masyarakat : Sila keempat mengungkapkan akan lebih


mementingkan masyarakat daripada pemerintah itu sendiri. Namun nyatanya masih
banyak penyimpangan dan kekeliruan dalam hukum sehingga menimbulkan
ketidakadilan bagi masyarakat.
2) Melarang orang berpendapat : Contoh penyimpangan dari sila keempat ini adalah
melarang orang untuk berpendapat atau bahkan memboikotnya. Hal ini jelas
berbeda dan bertentangan dari silam keempat.
3) Melarang orang menduduki jabatan tertentu karena suku, ras, agama, dll : Poin
ketiga ini sangat nyata sedang terjadi di Indonesia. Sangat disayangkan jika
Indonesia ini memiliki beragam suku namun masyarakatnya masih banyak yang
belum bisa berkembang dengan baik. Contohnya saja adanya larangan seseorang
yang beragama dan suku minoritas yang dilarang menduduki suatu jabatan hanya
karena tidak seagama atau tidak satu suku.

Contoh kasus penyimpangan sila keempat :

Ketua MK Ditangkap, Presiden Soroti Proses Pemilihan Pejabat

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyoroti penempatan


para pemimpin di lembaga tinggi negara pascapenangkapan Ketua Mahkamah Konstitusi
Akil Mochtar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Presiden meminta agar proses pemilihan
pimpinan lembata tinggi negara tersebut diluruskan. Presiden mengatakan, penangkapan
Akil harus menjadi pelajaran bagi semua pihak. Pemilihan pemimpin lembaga negara yang
penting, kata dia, tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan politik. Fit and proper tes
dilakukan untuk menguji integritas, kapasitas, dan kesiapan calon. "Bukan rahasia umum
lagi, banyak proses pemilihan di negeri ini yang harus ditata kembali, harus kita luruskan.
Sebab, kalau keliru risikonya amat besar, harga yang dibayar amat tinggi," kata Presiden
saat jumpa pers di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (3/10/2013). Presiden juga menyoroti
pentingnya peran hakim konstitusi. Hakim dituntut memiliki integritas yang tinggi,
kepribadian yang baik, serta memiliki kapasitas untuk memputus sengketa dengan benar
dan tepat. Presiden mengatakan, para penegak hukum diharapkan tetap bersikap adil dan
tidak terpengaruh oleh permainan politik dalam menentukan keadilan dan kebenaran.
"Apalagi bermain-main dengan uang untuk sebuah kebenaran dan keadilan. Berat tugas
seorang hakim MK dan hakim mana pun," kata Presiden. Seperti diberitakan, Akil ditangkap
di kediamannya di Perumahan Widya Chandra, Jakarta Selatan, Rabu (2/10/2013) malam.
Bersama Akil, KPK juga menangkap anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar, Chairun Nisa,
dan pengusana berinisial CN. KPK juga menangkap dua orang lain, yakni Bupati Gunung
Mas Kalimantan Tengah Hambit Bintih dan pegawai swasta DH di sebuah hotel di Jakarta
Pusat. Dalam operasi tangkap tangan tersebut, KPK menyita uang dollar Singapura. Jika
dirupiahkan, maka nilainya sekitar Rp 3 miliar. Uang itu diduga sebagai suap pilkada.

Sumber:https://nasional.kompas.com/read/2013/10/03/1243140/Ketua.MK.Ditangkap.Presid
en.Soroti.Proses.Pemilihan.Pejabat.

5. Sila kelima

Sila kelima atau berbunyi, “keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia”. Yang
memiliki makna jika semua masyarakat Indonesia harus bisa hidup dengan adil. Namun
nyatanya sampai saat ini masih banyak sekali hal dilanggar. Berikut adalah contohnya :

Contoh penyimpangan :

1) Pertama menelantarkan para veteran : Salah satu contoh nyata tidak adilnya itu bisa
kita lihat bagaimana negara memperlakukan veteran atau pejuang yang sudah
mengabdi pada negara bahkan sejak jaman kemerdekaan. Banyak sekali veteran
dan mantan atlet yang sekarang ini hidupnya susah dan bahkan harus berjualan di
usia rentanya. Padahal dahulu mereka berjuang bertaruh nyawa hanya untuk
merdeka dan bisa mengharumkan nama Indonesia. Balasannya? Perlakuan tidak
adil karena kondisi tertentu  
2) kedua adalah perlakuan yang tidak adil kepada masyarakat mungkin karena
perbedaan yang ada.
Contoh kasus penyimpangan sila kelima :

Tiga Buah Kakao Menyeret Minah ke Meja Hijau

KOMPAS.com — Inilah ironi di negeri ini. Koruptor yang makan uang rakyat
bermiliar-miliar banyak yang lolos dari jeratan hukum. Tapi nenek Minah dari Dusun
Sidoharjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas ini harus
menghadapi masalah hukum hanya karena tiga biji kakao yang nilainya Rp 2.000. Memang,
sampai saat ini Minah (55) tidak harus mendekam di ruang tahanan. Sehari-hari ia masih
bisa menghitung jejak kakinya sepanjang 3 km lebih dari rumahnya ke kebun untuk bekerja.
Ketika ditemui sepulang dari kebun, Rabu (18/11) kemarin, nenek tujuh cucu itu seolah tak
gelisah, meskipun ancaman hukuman enam bulan penjara terus membayangi. "Tidak
menyerah, tapi pasrah saja," katanya. "Saya memang memetik buah kakao itu," tambahnya.
Terhitung sejak 19 Oktober lalu, kasus pencurian kakao yang membelit nenek Minah itu
telah ditangani pihak Kejaksaan Negeri Purwokerto. Dia didakwa telah mengambil barang
milik orang lain tanpa izin. Yakni memetik tiga buah kakao seberat 3 kg dari kebun milik PT
Rumpun Sari Antan 4. Berapa kerugian atas pencurian itu? Rp 30.000 menurut jaksa, atau
Rp 2.000 di pasaran! Akibat perbuatannya itu, nenek Minah dijerat pasal 362 Kitab Undang-
undang Hukum Pidana, dengan ancaman hukuman enam bulan penjara. Karena ancaman
hukumannya hanya enam bulan, Minah pun tak perlu ditahan. Dalam surat pelimpahan
berita acara pemeriksaan (BAP) yang dikeluarkan Kejari Purwokerto, Minah dinyatakan
sebagai tahanan rumah. Saat ini, Minah sudah menjalani persidangan kedua di Pengadilan
Negeri Purwokerto. Kasus kriminal yang menjerat Aminah bermula dari keinginannya
menambah bibit kakao di rumahnya pada bulan Agustus lalu. Dia mengaku sudah menanam
200 pohon kakao di kebunnya, tapi dia merasa jumlah itu masih kurang, dan ingin
menambahnya sedikit lagi. Karena hanya ingin menambah sedikit, dia memutuskan untuk
mengambil buah kakao dari perkebunan kakao PT RSA 4 yang berdekatan dengan
kebunnya. Ketika itu dia mengaku memetik tiga buah kakao matang, dan meninggalkannya
di bawah pohon tersebut, karena akan memanen kedelai di kebunnya. Tarno alias Nono,
salah seorang mandor perkebunan PT RSA 4 yang sedang patroli kemudian mengambil
ketiga buah kakao tersebut. Menurut Minah, saat itu Nono sempat bertanya kepada dirinya,
siapa yang memetik ketiga buah kakao tersebut. "Lantas saya jawab, saya yang
memetiknya untuk dijadikan bibit," katanya. Mendengar penjelasan tersebut, menurut Minah,
Nono memperingatkannya bahwa kakao di perkebunan PT RSA 4 dilarang dipetik warga.
Peringatan itu juga telah dipasang di depan jalan masuk kantor PT RSA 4, berupa petikan
pasal 21 dan pasal 47 Undang-Undang nomor 18 tahun 2004 tentang perkebunan. Kedua
pasal itu antara lain menyatakan bahwa setiap orang tidak boleh merusak kebun maupun
menggunakan lahan kebun hingga menggangu produksi usaha perkebunan.
Minah yang buta huruf ini pun mengamininya dan meminta maaf kepada Nono, serta
mempersilahkannya untuk membawa ketiga buah kakao itu. "Inggih dibeta mawon. Inyong
ora ngerti, nyuwun ngapura," tutur Minah menirukan permohonan maafnya kepada Nono,
dengan meminta Nono untuk membawa ketiga buah kakao itu. Ia tak pernah
membayangkan kalau kesalahan kecil yang sudah dimintakan maaf itu ternyata berbuntut
panjang, dan malah harus menyeretnya ke meja hijau. Sekitar akhir bulan Agustus, Minah
terkaget-kaget karena dipanggil pihak Kepolisian Sektor Ajibarang untuk dimintai keterangan
terkait pemetikan tiga buah kakao tersebut. Bahkan pada pertengahan Oktober berkas
perkaranya dilimpahkan ke Kejari Purwokerto. Melukai rasa keadilan Amanah (70), salah
seorang kakak Minah, mengaku prihatin dengan nasib adiknya. Apalagi penilaian jaksa yang
disampaikan dalam dakwaan dinilainya berlebihan, terutama untuk nilai kerugian. Menurut
dia, satu kilogram kakao basah saat ini memang harganya sekitar Rp 7.500. Namun kategori
kakao basah itu adalah biji kakao yang telah dikerok dari buahnya, bukan masih berada
dalam buah. Namun di dalam dakwaan disebutkan nilai kerugiannya Rp 30.000, atau Rp
10.000 per biji. Padahal, dari tiga buah kakao itu, kata Amanah, paling banyak didapat 3
ons biji kakao basah. Jika dijual harganya hanya sekitar Rp 2.000. "Orang yang korupsi
miliaran dibiarkan saja. Tapi ini hanya memetik tiga buah kakao sampai dibuat
berkepanjangan," kata Amanah membandingkan apa yang dialami adiknya dengan berita-
berita di tv yang sering dilihatnya. Ahmad Firdaus, salah seorang anak Minah, mengatakan,
keluarganya kini sangat mengharapkan adanya rasa keadilan dalam penyelesaian kasus
orangtuanya. Menurutnya, hukum memang tak memiliki hati, tetapi otoritas yang memegang
aturan hukum pasti memiliki hati. "Kami hanya berharap agar hakim dapat memberikan rasa
keadilannya terhadap orang tua kami," jelasnya. Hari Kamis (19/11) ini, Minah akan hadir
untuk membela dirinya, tanpa didampingi pengacara. Sejak pertama kali menjalani
persidangan, dia mengaku, tak pernah didampingi pengacara. "Saya tidak tahu pengacara
itu apa," ucapnya. Humas PN Purwokerto, Sudira, mengatakan, majelis hakim yang
menangani kasus Minah dipastikan sudah menawarkan pengacara kepada Minah. "Hal itu
sudah mutlak harus disampaikan hakim. Tapi kemungkinan Ibu Minah sendiri yang
menolak," katanya. Terkait keadilan, Sudira mengatakan, akan sangat ditentukan oleh
keputusan majelis hakim. Untuk itu, majelis hakim akan menimbang seluruh fakta
persidangan. "Hasilnya, akan sangat bergantung pada pertimbangan majelis hakim,"
katanya. Seluruh masyarakat tentunya sangat berharap rasa keadilan itu ada, dan Ibu
Aminah bisa kembali bekerja di kebunnya sebagaimana aktivitas kesehariannya tersebut.

Sumber: https://regional.kompas.com/read/2009/11/19/07410723/duh....tiga.buah.kakao.me
nyeret.minah.ke.meja.hijau...

Anda mungkin juga menyukai