Anda di halaman 1dari 8

2.

Asas-Asas Kewarganegaraan Indonesia


Asas kewarganegaraan adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk
tidaknya seseorang dalam golongan warga negara dari suatu negara tertentu.
a. Asas ius sanguinis (asas keturunan), yaitu kewarganegaraan seseorang
ditentukan berdasarkan pada keturunan orang yang bersangkutan. Misalnya,
seseorang dilahirkan di negara A, sedangkan orang tuanya
berkewarganegaraan negara B, maka ia adalah warga negara B.
b. Asas ius soli (asas kedaerahan/tempat kelahiran), yaitu kewarganegaraan
seseorang ditentukan berdasarkan tempat kelahirannya. Misalnya, seseorang
dilahirkan di negara B, sedangkan orang tuanya berkewarganegaraan negara
A, maka ia adalah warganegara B.

Adanya perbedaan dalam menentukan kewarganegaraan di beberapa negara,


baik yang menerapkan asas ius soli maupun ius sanguinis, dapat menimbulkan dua
kemungkinan status kewarganegaraan seorang penduduk.
a. Apatride, yaitu adanya seorang penduduk yang sama sekali tidak mempunyai
kewarganegaraan. Misalnya, seorang keturunan bangsa A yang menganut asas
ius soli lahir di negara B yang menganut asas ius sanguinis. Orang tersebut
tidaklah menjadi warga negara A dan juga tidak dapat menjadi warga negara B.
Orang tersebut tidak mempunyai kewarganegaraan.
b. Bipatride, yaitu adanya seorang penduduk yang mempunyai dua macam
kewarganegaraan sekaligus (kewarganegaraan rangkap). Misalnya, seseorang
keturunan bangsa B yang menganut asas ius sanguinis lahir di negara A yang
menganut asas ius soli. Karena ia keturunan bangsa B, maka ia dianggap
sebagai warga negara B. Akan tetapi, negara A juga mengganggap dia warga
negaranya berdasarkan tempat kelahirannya.

Dalam menentukan status kewarganegaraan seseorang, pemerintah suatu negara


lazim menggunakan dua stelsel sebagai berikut.
a. Stelsel aktif, yaitu seseorang harus melakukan tindakan hukum tertentu secara
aktif untuk menjadi warga negara (naturalisasi biasa)
b. Stelsel pasif, yaitu seseorang dengan sendirinya dianggap menjadi warga
negara tanpa melakukan sutu tindakan hukum tertentu (naturalisasi Istimewa).
Berkaitan dengan kedua stelsel tadi, seorang warga negara dalam suatu negara
pada dasarnya mempunyai hal-hal sebagai berikut.
a. Hak opsi, yaitu hak untuk memilih suatu kewarganegaraan (dalam stelsel
aktif)
b. Hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak suatu kewarganegaraan (stelsel pasif).

Menurut penjelasan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan Republik Indonesia dinyatakan bahwa Indonesia dalam
penentuan kewarganegaraan menganut asas-asas sebagai berikut.
a. Asas ius sanguinis, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat dilahirkan.

Modul Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas X semester 1


Pembelajaran
b. Asas ius soli secara terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan terbatas
bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur undangundang.
c. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang.
d. Asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam undang-undang.

3. Syarat-Syarat Menjadi Warga Negara Indonesia


a. Naturalisasi Biasa
Orang dari bangsa asing yang yang akan mengajukan permohonan
kewarganegaraan dengan cara naturalisasi biasa, harus memenuhi syarat
sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 9 Undang-Undang RI Nomor12
Tahun 2006.
b. Naturalisasi Istimewa
Naturalisasi istimewa diberikan sesuai dengan ketentuan Pasal 20 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006. Naturalisasi Istimewa
diberikan kepada orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik
Indonesia atau dengan alasan kepentingan negara, setelah memperoleh
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Naturalisasi
istimewa batal diberikan jika menyebabkan orang asing tersebut
berkewarganegaraan ganda.

4. Penyebab Hilangnya Kewarganegaraan Indonesia


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006, seorang
Warga Negara Indonesia dapat kehilangan kewarganegaraannya jika yang
bersangkutan melakukan hal-hal sebagai berikut.
a. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri.
b. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain.
c. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas kemauannya
Sendiri
d. Masuk ke dalam dinas tentara asing tanpa disertai izin dari presiden.
e. Masuk dalam dinas negara asing atas kemauan sendiri
f. Mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau
bagian dari negara asing tersebut atas dasar kemauan sendiri.
g. Turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untukvsuatu
negara asing.
h. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing
i. Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama lima
tahun terus menerus bukan dalam rangka dinas negara.
C. Kemerdekaan Beragama dan Berkepercayaan di Indonesia

Keberadaan agama/kepercayaan di Indonesia diatur dalam Pasal 29 UUD 1945


Ayat 1.Negara Indonesia didirikan bberdasarkan moral luhur, yaitu berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga negara menjamin warga negara dan
penduduk Indonesia untuk memeluk dan beribadah sesuai agama dan
kepercayaannya.
1. Pengertian Kemerdekaan Beragama dan Berkepercayaan
Kemerdekaan beragama dan berkepercayaan mengandung makna bahwa
setiap manusia bebas memilih, melaksanakan ajaran agama menurut keyakinan
dan kepercayaannya, dan dalam hal ini tidak boleh dipaksa oleh siapapun, baik
itu oleh pemerintah, pejabat agama, masyarakat, maupun orang tua sendiri.
Kemerdekaan beragama dan kepercayaan di Indonesia dijamin oleh UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pasal 28 E ayat (1) dan (2).
1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
Di samping itu, dalam pasal 29 UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 ayat (2) disebutkan, bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agama dan kepercayaannya itu. Kemerdekaan beragama tidak boleh
dikurangi dengan alasan apapun sebagaimana diatur dalam Pasal 28 I ayat (1)
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa “hak
untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di
hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa
pun.” Oleh karena itu, untuk mewujudkan ketentuan tersebut, diperlukan hal-
hal sebagai berikut.
a) Adanya pengakuan yang sama oleh pemerintah terhadap agama-agama yang
dipeluk oleh warga negara.
b) Tiap pemeluk agama mempunyai kewajiban, hak dan kedudukan yang sama
dalam negara dan pemerintahan.
c) Adanya kebebasan yang otonom bagi setiap penganut agama dengan
agamanya itu, apabila terjadi perubahan agama, yang bersangkutan
d) mempunyai kebebasan untuk menetapkan dan menentukan agama yang ia
kehendaki.
e) Adanya kebebasan yang otonom bagi tiap golongan umat beragama serta
perlindungan hukum dalam pelaksanaan kegiatan peribadatan dan kegiatan
keagamaan lainnya yang berhubungan dengan eksistensi agama masing-
masing.
Kebebasan memeluk agama dipertegas dalam sila pertama Pancasila dan
penjelasan Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 1/PNPS Tahun 1965
tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama.
2. Pembahasan Agama Menurut Pasal 29 UUD 1945
a) Pasal 29 Ayat 1 UUD 1945
Pasal 29 Ayat 1 UUD 1945 menyatakan “Negara berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”. Tuhan sebagai Maha Pencipta memiliki
kekuasaan yang yang tidak terbatas. Oleh jarena itu, Negara Indonesia
didirikan berdasarkan landasan moral yang luhur, yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa. Negara Indonesia adalah negara yang beragama. Negara
Indonesia mengharakan warganya agar tidak bertentangan dalam hal
agama/kepercayaan
b) Pasal 29 Ayat 2 UUD 1945
Jaminan memeluk agama di Indonesia diatur dalam Pasal 29 Ayat 2
UUD 1945. Ayat tersebut menyatakan “Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan untuk beribadat menurut
agama dan kepercayaan masing-masing”. Pasal tersebut menjelaskan tidak
ada pengaturan jenis agama yang harus ada di Negara Indonesia, semua
agama boleh ada di Indonesia asalkan tidak atheis. Negara Indonesia hanya
memberikan jaminan kepada pemeluk agama untuk beribadah menurut
agamanya masing-masing. Ayat ini juga menjelaskan tentang hak dan
kewajiban warga negara dalam beragama.
D. Sistem Pertahanan dan Keamanan Nasional

1. Substansi Pertahanan dan Keamanan Negara Republik Indonesia


Pertahanan negara/pertahanan nasional adalah segala usaha untuk mempertahankan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah sebuah negara dan keselamatan seluruh bangsa
Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Keamanan adalah keadaan bebas dari bahaya. Keamanan nasional Indonesia
mempunyai fungsi keselamatan bangsa, pertahanan negara, penegakan hukum, dan
ketertiban masyarakat serta perlindungan masyarakat. Pertahanan dan keamanan diatur
dalam Pasal 30 UUD 1945 tentang pertahanan negara. Pasal tersebut menegaskan
setiap warga negara Indonesia berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara kesatuan Republik Indonesia.Usaha pertahanan dan keamanan
negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta yang
berlaku sampai saat ini. Pasal 30 UUD 1945 terdapat lima ayat yang berkaitan dengan
pertahanan dan keamanan negara Indonesia, antara lain sebagai berikut :
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung.
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan
dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat
serta menegakkan hukum.
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya syarat-
syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan diatur
dengan undang-undang.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga memberikan gambaran
bahwa usaha pertahanan dan kemanan negara dilaksanakan dengan
menggunakan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
(Sishankamrata). Sistem pertahanan dan kemanan rakyat semesta ini hakikatnya
merupakan segala upaya menjaga pertahanan dan keamanan negara meliputi
seluruh rakyat Indonesia, segenap sumber daya nasional, sarana dan prasarana
nasional, serta seluruh wilayah negara sebagai satu kesatuan yang utuh dan
menyeluruh. Dengan kata lain, Sishankamrata penyelenggaraannya didasarkan
pada kesadaran akan hak dan kewajiban seluruh warga negara serta
keyakinan akan kekuatan sendiri untuk mempertahankan kelangsungan hidup
bangsa dan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur.
Sistem pertahanan dan keamanan yang bersifat semesta merupakan pilihan
yang paling tepat bagi pertahanan Indonesia yang diselenggarakan dengan
keyakinan pada kekuatan sendiri serta berdasarkan atas hak dan kewajiban
warga negara dalam usaha pertahanan negara. Meskipun negara Indonesia telah
mencapai tingkat kemajuan yang cukup tinggi, kelak model tersebut tetap
menjadi pilihan strategis untuk dikembangkan, dengan menempatkan warga
negara sebagai subjek pertahanan negara sesuai dengan perannya masing-
masing.
Sistem pertahanan dan keamanan negara yang bersifat semesta bercirikan
sebagai berikut.
a) Kerakyatan, yaitu orientasi pertahanan dan kemanan negara diabdikan oleh
dan untuk kepentingan seluruh rakyat.
b) Kesemestaan, yaitu seluruh sumber daya nasional didayagunakan bagi upaya
pertahanan.
c) Kewilayahan, yaitu gelar kekuatan pertahanan dilaksanakan secara
menyebar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai
dengan kondisi geografis sebagai negara kepulauan.
Konsepsi dasar ketahanan nasional adalah model astagatra yang merupakan
perangkat hubungan bidang kehidupan manusia dan budaya yang berlangsung di atas
bumi ini dengan memanfaatkan segala kekayaan alam yang dapat dicapai
menggunakan kemampuannya.Unsur-unsur kekuatan nasional di Indonesia
diistilahakan dengan gatra dalam ketahanan nasional Indonesia. Sedangkan unsur-
unsur kekuatan nasional Indonesia dikenal dengan nama Astagatra yang terdiri atas
Trigatra dan Pancagatra. Trigatra adalah aspek alamiah yang terdiri atas penduduk,
sumber daya alam, dan wilayah. Pancagatra adalah aspek sosial yang terdiri atas
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
Unsur-unsur tersebut dianggap mempengaruhi negara dalam hal mengembangkan
kekuatan nasionalnya untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang
bersangkutan.Dalam praktiknya kondisi ketahanan nasional dapat kita ketahui melalui
pengamatan atas delapan gatra yang sudah disebutkan diatas. Sedangkan
lemah/menurunnya tingkat ketahanan nasional akan menurunkan kemampuan bangsa
dalam menghadapi ancaman kekuatan yang terjadi.
2. Kesadaran Bela Negara dalam Konteks Sistem Pertahanan danKeamanan Negara
Pasal 27 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan
bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara. Ikut
serta dalam kegiatan bela negara diwujudkan dengan berpartisipasi dalam
kegiatan penyelenggaraan pertahanan dan kemanan negara, sebagaimana di atur
dalam Pasal 30 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara. Kesadaran bela negara banyak sekali
cara untuk untuk mewujudkannya, membela negara tidak harus dalam wujud
perang atau angkat senjata, tetapi dapat juga dilakukan dengan cara lain, baik di
lingkup sekolah, lingkup masyarakat, maupun lingkup negara.
a) Wujud keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan di
lingkup sekolah :
1) Mematuhi peraturan sekolah
2) Belajar dengan sungguh-sungguh
3) Tidak terlambat masuk sekolah
4) Ikut serta mejaga keamanan lingkungan di sekolahan
b) Wujud keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan di
lingkup masyarakat :
1) Ikut serta dalam kegiatan gotong royong di kampung
2) Ikut serta menanggulangi akibat bencana alam
3) Mengadakan organisasi keamanan rakyat
4) Ikut serta mengatasi kerusuhan massal
c) Wujud keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan di
lingkup negara :
1) Menjaga keutuhan dan keamanan negara
2) Menjaga nama baik bangsa dan negara
3) Menjaga ancaman yang datang dari negara lain
4) Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

Nah, coba sekarang kalian amati diri masing-masing, apakah perilaku kalian
telah mencerminkan warga negara yang baik atau belum? Mari berbuat jujur dengan
mengisi daftar perilaku di bawah ini dengan membubuhkan tanda ceklis (√) pada
kolom berikut ini.
a. Sl (selalu), apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.
b. Sr (sering), apabila sering melakukan sesuai dengan pernyataan dan
kadangkadang tidak melakukan.
c. Kd (kadang-kadang), apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak
melakukan.
d. TP (tidak pernah), apabila tidak pernah melakukan.

No Contoh Perilaku Sl Sr Kd Tp Alasan


1. Menjaga kebersihan lingkungan
sekitar
2. Menjaga kelestarian alam
Membantu fakir miskin dan anak-
3.
anak terlantar
4. Membantu korban bencana alam
Mengikuti upacara setiap hari
5.
Senin
Tidak mengganggu orang lain
6.
yang sedang beribadah
Mengikuti kegiatan-kegiatan
7.
keagaman
8. Memakai produk dalam negeri
Tidak memilih teman berdasarkan
9.
perbedaan agama
Tidak menyinggung perasaan
10.
orang lain
Bekerja keras dalam menggapai
11. cita-cita
12. Menghormati hak orang lain
Tidak mencorat-coret fasilitas
13. negara yang ada di sekolah seperti
dinding, meja, dan kursi
14. Tidak terlambat dating ke sekolah
Ikut merasa bangga ketika melihat
15.
orang Indonesia beprestasi

Apabila jawaban kalian “kadang-kadang” atau “tidak pernah” pada kolom


perilaku-perilaku tersebut di atas, kalian sebaiknya mulai mengubah sikap dan
perilaku kalian agar menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai