DISUSUN OLEH
i
UPAYA MENGGUNAKAN PRESENTASI YANG
CUKUP DALAM PEMBELAJARAN INQUIRI
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
UKIR TAPEL KOLONG ANAK KELAS XI PADA
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SMK NEGERI 2 SUKAWATI
DISUSUN OLEH
ii
PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN ( SMK )NEGERI 2 SUKAWATI
ALAMAT : Kampus SMK – SK Batubulan, Sukawati, Gianyar, Bali
Telp. ( 0361 ) 298242 Fax. ( 0361 ) 298242. Kode Pos.80582
Website :www.smkn2 sukawati.org.
E – Mail . Redaksi@smkn2sukawati.org
PENGESAHAN
No.
2. Identitas Peneliti:
Nama : I Wayan Darsa S.Pd
NIP : 196312311990031175
3. Lokasi Penelitian : SMK Negeri 2 Sukawati
iii
PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN ( SMK )NEGERI 2 SUKAWATI
ALAMAT : Kampus SMK – SK Batubulan, Sukawati, Gianyar, Bali
Telp. ( 0361 ) 298242 Fax. ( 0361 ) 298242. Kode Pos.80582
Website :www.smkn2 sukawati.org.
E – Mail . Redaksi@smkn2sukawati.org
PERNYATAAN
No.
Dibuat oleh:
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Karya tulis ilmiah berupa penelitian tindakan kelas yang dibuat ini asli
dan betul-betul merupakan karya sendiri penulis. Karya ini bukan plagiat, artinya
bukan mengambil karya orang lain dan diakui sebagai karya sendiri. Karya ini
bukan jiplakan artinya dibuat oleh orang lain lalu dimodifikasi, bukan juga karya
sontekan artinya membikin yang sudah jadi berubah disana-sininya, bukan tiruan
artinya mengambil karya orang lain lalu ditiru dengan hanya merubah data, dll.
Karya ini dibuat dengan jujur untuk dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.
Semua data sudah konsisten, semua lampiran sudah dibuat tepat sesuai kebenaran,
foto-foto kegiatan juga sudah benar sesuai subjek penelitian. Tanggal-tanggal di
RPP sudah dibuat benar sesuai kebenaran jadwal dan tidak sama dengan yang
dibuat orang lain. Gaya bahasa dalam menulis sudah merupakan gaya bahasa
sendiri dengan tata bahasa yang baku. Karya ini tidak ada kesamaan dengan karya
orang lain baik di daerah sendiri maupun di daerah lain. Karya ini tidak
menyerupai skripsi, tesis, maupun disertasi. Kutipan memang digunakan dalam
karya ini namun sumbernya sudah dinyatakan.
Peneliti
Meterai
6000
......................................
v
KATA PENGANTAR
Hanya puja dan puji syukur yang sebesar-besarnya yang dapat peneliti
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan laporan Penelitian
Tindkan Kelas ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Bahasan
yang dikemukakan dalam laporan ini menyangkut upaya yang dilaksanakan guru
selaku peneliti untuk memecahkan masalah rendahnya prestasi belajar siswa
menggunakan presentasi dengan model pembelajaran inquiry.
Laporan ini dibuat untuk melengkapi pemenuhan angka rkedit
pengembangan profesi untuk persyaratan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi.
Juga dalam rangka memperdalam pemahaman guru selaku peneliti terutama
dalam melakukan introspeksi dan refleksi terhadap masalah yang dihadapi di
kelas.
Penyelesaiannya laporan ini banyak mendapatkan bimbingan, arahan,
koreksi dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, rasa terima kasih yang dalam-
dalamnya terutama disampaikan kepada:
1. Kepala SMK Negeri 2 Sukawati yang telah membantu dalam semua hal.
2. Semua guru-guru SMK Negeri 2 Sukawati yang selalu mendorong dalam
penyelesaiannya karya tulis ini.
3. Keluarga yang tercinta yang senantiasa memberikan dorongan, semangat
yang kuat sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.
Demikian laporan ini peneliti buat semoga dapat memberikan faedah dalam
rangka memperbaiki kualitas proses dan mutu pembelajaran yang dilaksanakan di
kelas.
Sukawati, ……………………..
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. v
DAFTAR ISI................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi
ABSTRAK................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian.............................................................. 5
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Nama-nama Anak/siswa Kelas .............................................. 12
Tabel 4. .................................................................................................
Tabel 5. .................................................................................................
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Rancangan Penelitian.............................................................. 5
Gambar 2. .................................................................................................
x
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. RPP Awal (1).......................................................................
xii
Lampiran 11. RPP Siklus II (2)..................................................................
ABSTRAK
xiii
BAB I
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan tujuan hidup
manusia. Tujuan hidup tersebut adalah dapat berkembang secara optimal
perikehidupan sesuai hakekat manusia, dimensi kemanusiaan dan pancadaya.
Seperti yang dinyatakan Prayitno (2009: 44) bahwa tujuan pendidikan
mengarah pada berkembangnya daya cipta, rasa, karsa, takwa, dan karya
setiap individu atau perkembangan unsur-unsur hakekat manusia yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sesuai keindahan, kesempurnaan
dan ketinggian derajatnya, memelihara alam tempat tinggalnya, dan
terpenuhinya hak-hak asasinya.
Untuk suasana pembelajaran bisa baik dan benar, pendidik harus aktif
menetapkan target-target pembelajaran, merentang jalan dan mengembangkan
suasana bagi kehangatan dan kegairahan peserta didik meraih satu demi satu
target pembelajaran tersebut. Jika diperlukan bahkan pendidik perlu merintis
titian agar peserta didik dapat menyebrangi menembus rintangan untuk
mencapai target yang perlu digapai dan diraihnya. Pola maju yang perlu
dilakukan dalam pengelolaan proses pembelajaran setiap kali harus
disesuaikan dengan kemampuan dasar dan kondisi kemajuan yang diperoleh
peserta didik dari waktu ke waktu. Pengembangan suasana pembelajaran yang
memungkinkan maju berkelanjutan bagi peserta didik sangat memerlukan
penerapan kewibawaan dan kewiyataan oleh pendidik (Prayitno, 2009: 44).
2
Masalah yang ada dalam pelaksanaan pembelajaran adalah akibat apa
yang diharapkan tidak mampu dilakukan guru serta tidak dipahami dan tidak
dijalankan secara optimal. Terkadang akibat suasana hati yang tidak nyaman
karena permasalahan keluarga membuat tugas guru tidak dijalankan dengan
baik. Akibatnya, seperti yang sedang dihadapi saat ini di kelas XI di di SMK
Negeri 2 Sukawati. Prestasi belajar peserta didik baru mencapai rata-rata
75,09 dengan ketuntasan belajar 24,24% dimana hanya 3 siswa yang tuntas,
sedangkan yang lainnya belum tuntas. Hal ini betul-betul merupakan masalah
pembelajaran dimana siswa di kelas ini belum aktif belajar, mereka lebih
bersifat menunggu, mereka lemah dalam menganalisa dan mencerna materi.
Oleh karenanya, guru mulai memikirkan cara untuk memecahkan masalah
yang sedang dihadapi. Prestasi belajar siswa kelas XI di SMK Negeri 2
Sukawai pada semester ganjil masih jauh di bawah KKM mata pelajaran kria
kayu di sekolah ini yaitu 77.
Cara perbaikannya adalah bahwa sebagai seorang guru harus giat
merubah cara pembelajaran lama yang dibantu dengan olah kreativitas seperti
menentukan media, metode, model, strategi, pendekatan dan teknik yang
digunakan dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Yang tidak kalah
penting juga adalah dikuasai atau tidaknya materi pelajaran yang diajar.
Intinya adalah guru harus giat melakukan olah kreativitas secara langsung di
hadapan siswa.
C. Tujuan Penelitian
3
Agar dapat menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas
serta meningkatkan hubungan antara guru dengan siswa untuk mengatasi
masalah-masalah dalam pembelajaran, maka dilakukan penelitian ini. Dan
untuk perumusan tujuannya disampaikan sebagai berikut
Untuk mengetahui meningkatkan prestasi belajar kria kayu
anak/siswa kelas XI semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 SMK
Negeri 2 Sukawati setelah pemberian presentasi yang cukup dalam
pembelajaran inquiry dalam kegiatan belajar mengajar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Bagi guru, memiliki kemampuan pengajaran dengan model pembelajaran
yang baru. Di samping itu, menambah wawasan tentang stimulasi yang
tepat dalam merangsang dan meningkatkan kemampuan anak/siswa yang
mendorong guru lebih kreatif dalam menciptakan beragam media dan
kegiatan sesuai situasi dan kebutuhan.
2. Bagi anak/siswa SMK Negeri 2 Sukawati memiliki kemampuan
memahami angka dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan namun
tetap bermakna dalam rangka mengembangkan kemampuan mereka,
misalnya anak/siswa mampu berfikir kritis terhadap masalah yang
didengarnya dalam pergaulan sehari-hari.
3. Bagi sekolah, meningkatkan mutu pendidikan secara umum, sekaligus
meningkatkan mutu sekolah.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
5
Selanjutnya Rohman menjabarkan bahwa model inkuiri merupakan salah
satu model pembelajaran yang menitikberatkan kepada aktifitas anak/siswa
dalam proses belajar. Pembelajaran dengan model inkuiri pertama kali
dikembangkan oleh Richard Suchman tahun 1962 (Joyce, 2000). Ia
menginginkan agar anak/siswa bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi,
kemudian ia mengajarkan pada anak/siswa mengenai prosedur dan
menggunakan organisasi pengetahuan dan prinsip-prinsip umum. Anak/siswa
melakukan kegiatan, mengumpulkan dan menganalisa data, sampai akhirnya
anak/siswa menemukan jawaban dari pertanyaan itu. Dalam pembelajaran
dengan metode inkuiri, anak/siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk
memecahkan permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian anak/siswa
akan terbiasa bersikap seperti sikap ilmuan sains yang teliti, tekun/ulet,
objektif/jujur, menghormati pendapat orang lain dan kreatif
(http://saipuleffendiipunk.blogspot).
Tujuan utama dari model pembelajaran inquiry training adalah membuat
anak/siswa menjalani suatu proses tentang bagaimana pengetahuan diciptakan.
Untuk mencapai tujuan ini, anak/siswa dihadapkan pada sesuatu (masalah)
yang misterius, belum diketahui, tetapi menarik. Namun, perlu diingat bahwa
masalah, tersebut harus didasarkan pada suatu gagasan yang memang dapat
ditemukan (discoverable ideas), bukan mengada-ada. Gagasan tersebut
kemudian dirumuskan anak/siswa melalui suatu pertanyaan yang nantinya
akan dicari jawabannya.
6
Mulyasa, 2003 (dalam Maksum, 2006: 28) menulis bahwa inquiry pada
dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami, karena itu inquiry
menuntut peserta didik berpikir. Metode ini menempatkan peserta didik pada
situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini
menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi sesuatu yang
bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini
peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis dan kritis. Selanjutnya Jone
1979 (dalam Maksum, 2006: 10) menyatakan pandangannya bahwa metode
Inquiry ialah suatu metode pembelajaran yang dirancang dengan suatu sistem
kegiatan belajar mengajar yakni menyangkut metode, teknik dan strategi
pembelajaran yang memungkinkan para peserta didik mendapatkan jawaban
sendiri secara optimal.
Semua penjelasan di atas sudah menjelaskan bahwa model Inquiry
menuntut kemampuan anak/siswa untuk menemukan sendiri sesuai arti
inquiry dari bahasa aslinya Inquiry yang berarti meneliti, menginterogasi,
memeriksa materi yang telah diteliti, telah dimengerti, telah diperiksa
merupakan sesuatu yang dialami sendiri oleh anak/siswa yang akan dijadikan
pusat perhatian untuk memikirkan hal-hal yang terkait dengan materi tersebut
yang disebut kegiatan intelektual. Apa yang telah diteliti, diamati, diperiksa
dan diinterogasi akan diproses dalam alam pikiran mereka dan akan menjasi
sesuatu yang bermakna dalam kehidupan mereka kelak. Dalam upaya
mengerti materi yang diamati dan diteliti mereka dibiasakan untuk produktif,
mampu membuat analisis serta membiasakan mereka berpikir kritis.
Pembelajaran dengan metode ini erat kaitannya dengan apa yang ditulis guru
adalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru karena dalam RPP
tersebut tertulis hal-hal seperti metode, strategi dan teknik agar para
anak/siswa bisa mendapat jawabannya sendiri secara optimal.
Dibawah ini ada tambahan beberapa pendapat ahli untuk melengkapi
pendapat-pendapat yang sudah disampaikan
Bruner (dalam Putrayasa, 2005) menyatakan bahwa penggunaan model
pembelajaran Inquiry memberikan beberapa keunggulan:
1. Model pembelajaran inquiry meningkatkan potensi intelektual anak/siswa.
7
2. Anak/siswa yang telah berhasil menemukan sendiri sehingga dapat
memecahkan masalah yang ada akan meningkatkan kepuasan
intelektualnya yang justru datang dari dalam diri anak/siswa.
3. Anak/siswa dapat belajar bagaimana melakukan penemuan, yang hanya
melalui proses melakukan penemuan itu sendiri.
4. Belajar melalui inquiry dapat menunjang proses ingatan atau konsep yang
telah dipahami anak/siswa lebih lama dapat diingat.
5. Belajar melalui inquiry, anak/siswa dapat memahami konsep-konsep dan
ide-idenya dengan baik.
6. Pengajaran menjadi lebih berpusat pada anak/siswa.
7. Proses pembelajaran inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan
konsep diri.
8. Melalui pembelajaran inkuiri dimungkinkan tingkat harapan bertambah.
9. Model pembelajaran inquiry dapat mengembangkan bakat akademik.
10. Model pembelajaran inquiry dapat menghindarkan anak/siswa dari belajar
dengan hafalan.
11. Model pembelajaran inkuiri dapat memberikan waktu kepada anak/siswa
untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Menurut Traobridge (dalam Muhammad Nurwan, 2006: 28), ada beberapa
rentangan mengajar dengan metode Discovery Inquiry yaitu:
a. Pengajaran menjadi terpusat pada anak/siswa (student centered).
b. Salah satu prinsip psikologi tentang belajar menyatakan bahwa makin
besar keterlibatan anak/siswa dalam kegiatan, maka makin besar baginya
untuk mengalami proses belajar.
c. Proses belajar melalui inkquiry dapat membentuk dan mengembangkan
konsep diri.
8
d. Salah satu tugas dalam pembentukan anak/siswa yang baik adalah
pembentukan konsep diri, hal ini dapat dilakukan dengan jalan melibatkan
diri dalam inquiry, karena melalui keterlibatan aktif, anak/siswa dapat
memanifestasikan potensinya dan memperoleh pengertian tentang diri.
Mengajar dengan menggunakan inquiry memberikan kesempatan bagi
anak/siswa dalam keterlibatan yang lebih besar yaitu memberikan lebih
banyak kesempatan bagi anak/siswa untuk memperoleh kesadaran dan
mengembangkan konsep diri lebih banyak.
e. Tingkat pengharapan bertambah.
f. Anak/siswa mempunyai ide tertentu bagaimana ia dapat menyelesaikan
suatu tugas dengan caranya sendiri. Dengan terlibat dalam inquiry
anak/siswa mungkin dapat memperoleh pengalaman sukses dalam
menggunakan bakatnya untuk menyelidiki atau memecahkan problem.
g. Belajar inquiry dapat mengembangkan bakat kemampuan individu.
h. Menghindarkan anak/siswa dari cara-cara belajar tradisional (menghafal).
i. Memberikan waktu bagi anak/siswa untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi.
9
Ketiga pendapat di atas memberi gambaran bahwa pembelajaran inquiry
memaksimalkan daya pikir intelektual anak/siswa, mereka dituntut untuk
menemukan sendiri, dituntut untuk mampu mempraktekkan metode yang
mereka telah kuasai, pembelajaran berpusat pada anak/siswa, dituntut agar
mereka mengalami sendiri, pengembangan konsep diri dan konsep yang telah
dialami anak/siswa membuat mereka lebih lama mengingat pelajaran, dapat
membuat kesuksesan yang lebih daripada pembelajaran diberikan oleh guru
sendiri, berguna untuk pengembangan bakat akademik, menghindarkan
anak/siswa belajar dengan hafalan, dapat memberikan tambahan kemampuan
untuk mengasimilasikan dan mengakomodasikan informasi, serta latihan-
latihan khusus untuk mempertinggi daya ingat dengan berlatih untuk dapat
menemukan sendiri sesuatu yang penting dalam materi.
Walaupun sudah disampaikan beberapa pendapat ahli seperti paparan di
atas, namun peneliti merasa perlu menambah pendapat-pendapat dari ahli-ahli
yang lain agar batasan variabel penelitian menjadi lebih jelas lagi. Untuk itu
disampaikan pendapat-pendapat berikut ini.
Killen (dalam Muhammad Nurman, 2006: 31) berpendapat; dalam
pembelajaran dengan metode inquiry ditempuh langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Merumuskan pertanyaan penelitian.
b. Menentukan apakah informasi/data yang diperoleh dapat menjawab
pertanyaan.
c. Menentukan cara-cara yang sesuai untuk mengumpulkan informasi.
d. Mengumpulkan informasi dan menyusunnya dalam format yang dapat
mempermudah untuk menginterpretasikannya.
e. Menganalisa informasi dengan cara yang dapat membantu untuk
menjawab pertanyaan penelitian.
f. Membuat beberapa kesimpulan berdasarkan analisis informasi dan
mengusulkan jawaban atas pertanyaan penelitian.
10
Juga dikatakan bahwa pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran
inquiry di atas memiliki prosedur yang sama yaitu masing-masing proses
pembelajaran diawali dengan memberikan permasalahan kepada anak/siswa,
menemukan hipotesis, melakukan pengumpulan data, menganalisis data,
menguji hipotesis dan selanjutnya membuat kesimpulan. Di IPS pelaksanaan
metode inquiry tidak lagi seperti yang dilakukan di IPA yang pada umumnya
melakukan eksperimen.
Mulyasa, 2003 (dalam Maksum, 2006: 18) menulis bahwa inquiry pada
dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami, karena itu inquiry
menuntut peserta didik berpikir. Metode ini menuntut peserta didik
memproses pengalaman belajar menjadi sesuatu yang memuaskan dalam
kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini peserta didik
dibiasakan untuk produktif, analitis dan kritis.
Jones, 1979 (dalam Maksum, 2006: 18) juga menyatakan bahwa metode
inquiry ialah suatu metode pembelajaran yang dirancang dengan suatu sistem
kegiatan belajar mengajar yakni menyangkut metode, teknik dan strategi
pembelajaran yang memungkinkan para peserta didik mendapat jawabannya
sendiri secara optimal.
Dari semua pendapat di atas apabila dihubungkan dengan tuntutan
Depdiknas tentang cara pembelajaran yang interaktif, inspiratif, memotivasi,
menantang, menyenangkan serta yang memberi ruang yang cukup untuk
prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik
dan psikologis anak/siswa maka model pembelajaran inquiry sangat cocok dan
sangat mendukung tuntutan Pemerintah Indonesia, oleh karenanya model ini
sangat tepat dan selaras dengan apa yang mesti ditulis guru dalam RPPnya.
B. Prestasi Belajar
11
Secara umum, dari semua batasan yang dikemukakan para ahli
pendidikan sepakat bahwa yang dimaksud prestasi belajar adalah “hasil” dari
kegiatan belajar. Berbagai batasan yang kita temukan dengan berbagai
rangkaian kalimat yang berbeda-beda menyangkut pengertian prestasi
belajar tentunya mereka kemukakan sesuai sudut pandang mereka masing-
masing. Untuk lebih jelasnya gambaran prestasi belajar yang dimaksud, di
bawah ini peneliti sampaikan beberapa pendapat dari para ahli tersebut.
Beberapa pendapat tentang perihal yang sedang dibahas disampaikan
berikut ini.
Menurut I.L Pasaribu dan B. Simanjuntak (1983:91) menyatakan
bahwa “prestasi belajar adalah isi dan kapasitas seseorang. Maksudnya adalah
hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti pendidikan ataupun
pelatihan tertentu. Ini bisa ditentukan dengan memberikan tes pada akhir
pendidikan itu”.
Menurut Abu Ahmadi (1978) yang dikutif dari (Habsari, 2005: 75)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai dalam suatu usaha (belajar) untuk mengadakan perubahan atau
mencapai tujuan.
Pengertian yang lebih umum mengenai prestasi belajar ini
dikemukakan oleh Moh. Surya (2004: 75), yaitu “prestasi belajar adalah hasil
belajar atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sikap setelah melalui proses tertentu, sebagai hasil
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan
menurut Nurkencana (1986 : 62) mengemukakan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata
pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas
dalam belajar.
Beberapa prinsip pembelajaran dikemukakan oleh Atwi Suparman
dengan mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974), yang dikutif dari (Karim,
2011) sebagai berikut:
12
1. Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respon
yang terjadi sebelumnya.
2. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di
bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa.
3. Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang
frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.
4. Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan
ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.
5. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar
sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan
masalah.
6. Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi
perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar.
7. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai
umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.
8. Kebutuhan memecah materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil
dapat dikurangi dengan mewujudkan dalam suatu model.
9. Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar
yang lebih sederhana.
10. Belajar akan lebih cepat, efisien, dan menyenangkan bila siswa diberi
informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.
11. Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang
maju dengan cepat ada yang lebih lambat.
12. Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan
mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan
balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar.
13
a. Ranah Kognitif, tentang hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan
kemahiran intelektual. Terdiri dari: 1) pengetahuan; 2) pemahaman; 3)
penerapan; 4) analisa; 5) sintesa dan 6) evaluasi.
b. Ranah Afektif, tentang hasil belajar yang berhubungan dengan perasaan
sikap, minat, dan nilai. Terdiri dari : 1) penerimaan; 2) partisipasi; 3)
penilaian; 4) organisasi; dan 5) pembentukan pola hidup.
c. Ranah Psikomotorik, tentang kemampuan fisik seperti ketrampilan
motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Terdiri dari:
1) persepsi; 2) kesiapan; 3) gerakan terbimbing; 4) gerakan yang terbiasa;
5) gerakan yang komplek; dan 6) kreativitas.
14
Prestasi belajar setiap peserta didik berbeda-beda, hal ini sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: faktor indogen dan faktor eksogen. a)
faktor indogen adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik. Faktor
indogen dibagi menjadi dua yaitu faktor biologis dan faktor psikologis (Abu
Ahmadi, 1982) ) yang dikutif dari (Bhakti, 2009: 36). Faktor biologis antara
lain kesehatan, kelengkapan panca indra, kelengkapan anggota badan atau
tidak cacat. Faktor psikologis antara lain intelegensi, minat,bakat dan emosi.
Faktor eksogen meliputi faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap
prestasi belajar peserta didik.
Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar menurut Slameto (1987)
yang dikutif dari Faturrahman dan Sutikno (2010: 10) meliputi:
1. Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, sekurang-kurangnya
sadar bahwa pengetahuannya bertambah, sikapnya berubah, kecakapannya
berkembang, dan lain-lain.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Belajar bukan
proses yang statis karena terus berkembang secara gradual dan setiap hasil
belajar memiliki makna dan guna yang praktis.
3. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju
perubahan yang lebih baik.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, bukan hasil belajar
jika perubahan itu hanya sesaat, seperti berkeringat, bersin, dan lain-lain.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Sebelum belajar,
seseorang hendaknya sudah menyadari apa yang akan berubah pada dirinya
melalui belajar.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian
tertentu secara parsial.
C. Kerangka Berpikir
15
Dari hasil pengamatan awal yang dilakukan di SMK Negeri 2
Sukawati terhadap peserta didik kelas XI semester ganjil tahun pelajaran
2011/2012 diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar pendidikan Kria Kayu baru
mencapai 75,09. Hal ini terjadi karena peserta didik kurang berminat untuk
mempelajarinya disebabkan oleh kemampuan guru dalam menyampaikan
materi pelajaran belum menggunakan model yang bervariasi sehingga peserta
didik lebih tertarik dan merasa tertantang dalam mengikuti pelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti berusaha menyelesaikan
permasalahan yang ada menggunakan model pembelajaran Inquiry dalam
menyampaikan materi dalam pendidikan Agama Hindu. Model ini dipilih
karena Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar, yang
menekankan kepada aktifitas peserta didik untuk mencari dan menemukan
secara maksimal. Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan
untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga dapat menumbuhkan sikap percaya diri, dalam hal ini posisi guru
hanya sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik, bukan sebagai
sumber belajar. Dengan pembelajaran Inquiry dapat mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam
pembelajaran Inquiry peserta didik tidak hanya dituntut agar menguasai
pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya.
D. Hipotesis Tindakan
Dengan dasar kajian dariberbagai teori, kajian hasil penelitian yang pernah
dilakukan dalam masalahyang serupa, diskusi dengan teman sejawat atau
dengan pakar, serta refleksipengalaman sendiri sebagai guru yang diduga
dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah yang ada, menjadi landasan
peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut:
16
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika pemberian
presentasi yang cukup dalam pembelajaran inquiry dilaksanakan
sesuai dengan teori pada ahli maka prestasi belajar kria kayu
anak/siswa kelas XI pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012
SMK Negeri 2 Sukawati dapat ditingkatkan.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting/Lokasi Penelitian
Lokasi atau tempat dilakukan penelitian ini adalah di SMK Negeri 2
Sukawati. Semua warga sekolah telah berupaya mewujudkan sekolah tempat
mengadakan penelitian tindakan kelas ini menjadi asri, nyaman, aman, sejuk
agar pelaksanaan proses pembelajaran berjalan sesuai harapan.
B. Rancangan Penelitian
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian tindakan kelas diperlukan sebuah
rancangan yang akan menuntun peneliti secara sistematis dan terarah. Karena
itu pada penelitian ini rancangan yang dijadikan acuan dibuat oleh Dave
Ebbut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
18
IDE AWAL
D Rencana Umum
A
Langkah Tind. 1
U Implementasi
Langkah Tind. 2
R Langkah Tindk. 1
Langkah Tind. 3
1
Minitor Implementasi dan
Efeknya
Rencana diperbaiki
Langkah Tind. 1
Langkah Tind. 2
Langkah Tind. 3
Langkah Tind. 1
D
Langkah Tind. 2
A
U Langkah Tind. 3
Prosedur:
19
Agar penelitian tidak salah dan lebih ilmiah maka prosedur yang dilakukan
tidaklah mengikuti alur yang dikehendaki oleh peneliti sendiri. Alur yang
dilakukan tanpa melihat pendapat ahli menyatakan bahwa seolah-olah peneliti
sendiri sudah ahli, padahal peneliti baru mencoba menyelesaikan sebuah
Penelitian Tindakan Kelas untuk pertamakali. Jadi, agar tidak sok ahli maka
peneliti mengikuti alur gambar yang telah dipilih berdasar pendapat ahli
sebagai prosedur pelaksanaannya di lapangan. Untuk itu dimulai dengan:
Pada daur I dimulai dengan adanya ide awal akibat temuan dan analisis
yang telah dilakukan. Setelah ada temuan tersebut dibuatlah perencanaan
umum sesuai langkah yang direncanakan baik tindakan 1, tindakan 2maupun
tindakan 3. Sesudah membuat perencanaan, diimplementasikan dalam tingkat
1, dimonitoring implementasinya serta efeknya kemudian dijelaskan
kegagalan-kegagalan yang ada selama implementasinya lalu dibuat revisi
umum untuk perencanaan tindakan selanjutnya.
Pada tindakan selanjutnya, perencanaan yang telah dibuat
diimplementasikan, terus dimonitor implementasinya serta efek yang ada,
dijelaskan setiap langkah implementasinya dan efeknya.
Setelah mengetahui bagaimana hasil dan efeknya, dibuat lagi perencanaan
untuk tindakan selanjutnya. Demikian beranjut sampai menemukan hasil yang
sesuai tujuan yang direncanakan.
Nomor
Subjek Nama Anak/Siswa L/P
Penelitian
1 Adi Putra Wayan L
20
2 Abdul Muis Alfahri L
3 Agus Wiraputra I Kadek L
4 Agus Yudik I Wayan L
5 Bayu Arta I Nyoman L
6 Darma Yasa I Ketut L
7 Dio Triono Putra L
8 Erik Setiawan I Komang L
9 Saputra Pande Made L
10 Susila I Made L
11 Widi Yasa Gede L
21
2. Objek Penelitian
Untuk mendapatkan data dalam bentuk nilai, skor atau ukuran
tertentu mengharuskan peneliti untuk menentukan objek dalam penelitian
ini. Karena itu, objek yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah
peningkatan prestasi belajar kria kayu anak/siswa kelas XI SMK Negeri 2
Sukawati.
D. Waktu Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan selama dua siklus akan dilakukan
mengikuti tahapan yang telah ditentukan, yaitu dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Agar penelitian dapat berjalan teratur,
terarah, dan terencana, maka perlu disusun jadwal yang dibutuhkan untuk itu
dan ditetapkan batasan waktunya. Penelitian ini peneliti tetapkan akan
berlangsung dari bulan ....... sampai..................... untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 02. Jadwal Penelitian
N
Kegiatan 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
o
Penyusunan
proposal dan
pelaksanaan
kegiatan awal
Perencanaan
2.
tindakan I
Pelaksanaan
3.
tindakan I
Pengamatan/
4. pengumpulan
data I
5. Refleksi I
Perencanaan
6.
tindakan II
Pelaksanaan
7.
tindakan II
Pengamatan/
8. pengumpulan
data II
9. Refleksi II
Penulisan
10. laporan/
penjilidan
22
E. Metode Pengumpulan Data dan Metode Analisis Data
Untuk merekam data hasil pelaksanaan tindakan setelah berlangsungnya
siklus, guru selaku peneliti menggunakan observasi melalui tes prestasi
belajar. Tes yang digunakan peneliti telah terangkum dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang terdapat pada lampiran. Hasil penelitian yang
telah berhasil dikumpulkan berbentuk angka yang diperoleh menggunakan tes
prestasi belajar selanjutnya akan dilakukan dianalisis secara deskriptif, dengan
maksud untuk memberikan gambaran secara jelas tentang hasil penelitian
yang diperoleh.
23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam Bab ini disampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dari
perencanaan siklus I, pelaksanaannya, observasinya serta refleksi hasil,
berlanjut ke apa yang telah direncanakan untuk tindakan siklus II dari
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Untuk analisis dilakukan
analisis kuantitatif dan analisis kualitatif yang merupakan analisis kuantitatif
dan analisis kualitatif yang merupakan deskripsi dari apa yang sudah dianalisis
di bagian kuantitatif.
Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan I
Perencanaan penelitian pada siklus I meliputi:
1) Melakukan analisis karakteristik peserta didik yang telah dijadikan
subjek penelitian dan mengkaji secara seksama kendala dan
alternatif tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasinya.
2) Melakukan pengecekan mengenai jadwal pelaksanaan penelitian
yang telah direncakan.
3) Menyiapkan media gambar yang akan mendukung proses
pembelajaran pada saat pelaksanaannya.
4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mengikuti langkah-
langkah model pembelajaran Inquiry.
5) Membaca teori-teori tentang model pembelajaran Inquiry untuk
dapat dilaksanakan dengan benar di lapangan
6) Membuat soal-soal penilaian yang berhubungan dengan indikator
pencapaian kompetensi.
b. Pelaksanaan I
Peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan cara:
24
1) Masuk ke ruang kelas 3 dengan membawa semua persiapan dan
mengucapkan salam kepada peserta didik.
2) Sebelum masuk pelajaran inti, guru melakukan apersepsi untuk
memancing perhatian peserta didik terhadap materi pelajaran yang
akan disampaikan.
3) Mengajar sesuai langkah-langkah model pembelajaran Inquiry:
yaitu dengan cara:
o Peneliti menjelaskan topik menggunakan media gambar agar
mudah dimengerti.
o Peneliti menjelaskan tujuan dan hasil belajar yang diharapkan
tercapai oleh peserta didik.
o Peneliti menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus
dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan. Mulai dari
menjelaskan merumuskan masalah sampai dengan
merumuskan kesimpulan.
o Memotivasi peserta didik dengan menjelaskan pentingnya topik
dan pentingnya kegiatan belajar.
o Peneliti menyuruh peserta didik untuk merumuskan masalah
sendiri dari topik yang ada, sehingga peserta didik memiliki
motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam
merumuskan masalah yang dikaji.
o Mendorong peserta didik untuk mencari jawaban yang tepat
dari masalah tersebut.
o Peneliti mendampingi peserta didik dalam proses mencari
jawaban dari masalah agar peserta didik memperoleh
pengalaman yang sangat berharga. Perolehan pengalaman yang
sangat berharga dimaksudkan untuk mengembangkan mental
peserta didik melalui proses berpikir.
o Melakukan hipotesis yaitu dengan mengkaji jawaban sementara
dari permasalahan.
25
o Guru mengembangkan kemampuan berhipotesis peserta didik
dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong peserta didik untuk dapat merumuskan jawaban
sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan
kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
o Mengumpulkan informasi untuk menguji hipotesis yang
diajukan.
o Menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
informasi yang diperoleh.
o Mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil
pengujian hipotesis.
o Mengakhiri pembelajaran dengan salam penutup.
c. Observasi I
Untuk memperoleh data hasil penelitian, dilaksanakan
pengamatan setelah selesai melakukan pembelajaran sebanyak 3 (tiga)
kali. Pengamatan/pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes
prestasi belajar.
Hasil pengamatan yang diperoleh pada siklus I adalah:
Tabel 04. Prestasi Belajar Kria Kayu Peserta Didik Kelas XI Semester
Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012 Siklus I
Nomor Subjek Penelitian Nilai Keterangan
1. 74 Tidak Tuntas
2. 83 Tuntas
3. 77 Tuntas
4. 74 Tidak Tuntas
5. 74 Tidak Tuntas
6. 77 Tuntas
7. 76 Tidak Tuntas
8. 76 Tidak Tuntas
9. 83 Tuntas
10. 74 Tidak Tuntas
11. 84 Tuntas
Jumlah nilai 852
Rata-rata (Mean) 77,45
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 79
Jumlah peserta didik yang mesti diremidi 6
26
Nomor Subjek Penelitian Nilai Keterangan
Jumlah peserta didik yang perlu diberi
5
pengayaan
Prosentase ketuntasan belajar 45%
27
d. Refleksi I
Dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan, selanjutnya
dilakukan refleksi yaitu:
1. Rata-rata (mean)
Nilai rata-rata (mean) dicari dengan menghitung:
28
3 80 ─ 82 81 0 0,00
4 83 ─ 85 84 3 27,27
Total 11 100
29
5. Penyajian dalam bentuk grafik/histogram
1. Penilaian Siklus I
Agar penelitian ini benar mengikuti format Departemen
Pendidikan, dimana pada akhir refleksi disetiap siklus peneliti
harus menuliskan kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan
dari pelaksanaan tindakan, maka berikut ini disampaikan hal
tersebut.
Kekurangan-kekurangan/kelemahan-kelemahan yang ada
dari pelaksanaan tindakan siklus I yang menyebabkan ketuntasan
belajar secara klasikal belum tercapai adalah:
1. Penjelasan topik, tujuan belum dipahami peserta didik sehingga
prestasi belajar yang diharapkan belum dapat dicapai.
2. Penjelasan topik dan kegiatan belajar belum mampu
memotivasi peserta didik.
30
3. Peserta didik belum sepenuhnya terlibat dalam merumuskan
masalah yang dikaji.
4. Peserta didik tidak merasa terdorong untuk dapat merumuskan
masalah.
5. Peneliti belum maksimal menjelaskan langkah-langkah Inquiry
karena baru pertamakali dicobakan.
6. Gambar-gambar yang peneliti sajikan masih sangat minim.
Sedangkan kelebihan yang ditemukan pada pelaksanaan
tindakan siklus I adalah:
1. Walaupun pelaksanaan belum maksimal, tetapi nilai rata-rata
sudah dapat ditingkatkan.
2. Peneliti sebagai guru sudah mengenal model-model
pembelajaran yang bisa diterapkan untuk dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik.
Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan II
Perencanaan penelitian pada siklus II dibuat dengan sangat
matang agar dalam pelaksanaannya tidak terkendala. Untuk
perencanaan ini dilakukan hal-hal:
1) Berkonsultasi dengan teman-teman guru untuk membicarakan
langkah-langkah model pembelajaran Inquiry.
2) Membaca lebih seksama teori model pembelajaran Inquiry.
3) Menyusun RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran)
4) Mempersiapkan media gambar-gambar yang lebih bervariasi.
b. Pelaksanaan II
Pelaksanaan tindakan II dilaksanakan dengan:
1) Masuk ke kelas dengan membawa semua persiapan dan
mengucapkan salam panganjali “Om Swastiastu”.
31
2) Sebelum masuk pelajaran inti, guru melakukan apersepsi untuk
memancing perhatian peserta didik terhadap materi pelajaran yang
akan disampaikan.
3) Mengajar sesuai langkah-langkah model pembelajaran Inquiry:
yaitu dengan cara:
o Peneliti menjelaskan topik menggunakan media gambar agar
mudah dimengerti.
o Peneliti menjelaskan tujuan dan hasil belajar yang diharapkan
tercapai oleh peserta didik.
o Peneliti menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus
dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan. Mulai dari
menjelaskan merumuskan masalah sampai dengan
merumuskan kesimpulan.
o Memotivasi peserta didik dengan menjelaskan pentingnya topik
dan pentingnya kegiatan belajar.
o Peneliti menyuruh peserta didik untuk merumuskan masalah
sendiri dari topik yang ada, sehingga peserta didik memiliki
motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam
merumuskan masalah yang dikaji.
o Mendorong peserta didik untuk mencari jawaban yang tepat
dari masalah tersebut.
o Peneliti mendampingi peserta didik dalam proses mencari
jawaban dari masalah agar peserta didik memperoleh
pengalaman yang sangat berharga. Perolehan pengalaman yang
sangat berharga dimaksudkan untuk mengembangkan mental
peserta didik melalui proses berpikir.
o Melakukan hipotesis yaitu dengan mengkaji jawaban sementara
dari permasalahan.
32
o Guru mengembangkan kemampuan berhipotesis peserta didik
dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong peserta didik untuk dapat merumuskan jawaban
sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan
kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
o Mengumpulkan informasi untuk menguji hipotesis yang
diajukan.
o Menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
informasi yang diperoleh.
o Mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil
pengujian hipotesis.
o Mengakhiri pembelajaran dengan salam penutup “Om Santi,
Santi, Santi Om”.
c. Pengamatan/Observasi II
Pengumpulan data pada siklus II dilaksanakan dengan
memberikan tes prestasi belajar. Hasil tes yang diperoleh seperti di
bawah ini.
Tabel 06. Prestasi Belajar Kriya Kayu Peserta Didik Kelas XI
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012 Siklus II
Nomor Subjek Penelitian Nilai Keterangan
1. 77 Tuntas
2. 85 Tuntas
3. 79 Tuntas
4. 74 Tidak Tuntas
5. 77 Tuntas
6. 80 Tuntas
7. 77 Tuntas
8. 77 Tuntas
9. 85 Belum Tuntas
10. 77 Tuntas
11. 85 Tuntas
Jumlah Nilai 873
Rata-Rata (Mean) 9,36
Kkm (Kriteria Ketuntasan Minimal) 79
Jumlah Peserta Didik Yang Mesti
1
Diremidi
33
Jumlah Peserta Didik Yang Perlu Diberi
11
Pengayaan
Prosentase Ketuntasan Belajar 91%
34
d. Refleksi II
Hal-hal yang mampu peneliti sajikan dalam refleksi di siklus II
adalah:
1. Rata-rata (mean)
Untuk mendapatkan rata-rata maka peneliti menghitungnya
dengan: =
35
3 80 ─ 82 81,0 1 9,09
4 83 ─ 85 84,0 3 27,27
Total 11 100
36
5. Penyajian dalam bentuk grafik/histogram
1. Penilaian Siklus II
Hasil analisis data pada siklus II menunjukkan nilai rata-
rata prestasi belajar pendidikan Kria Kayu peserta didik sudah
dapat ditingkatkan. Peserta didik sudah termotivasi dalam kegiatan
belajar karena topik dan tujuan sudah dipahami. Peserta didik
sudah terlibat dalam merumuskan masalah dari topik yang dikaji
dan merasa terdorong untuk merumuskan masalah tersebut.
Dengan gambar-gambar yang bervariasi peserta didik memperoleh
pembelajaran yang bermakna. Disamping itu, peneliti sudah benar-
benar siap dalam melaksanakan pembelajaran model pembelajaran
Inquiry karena peneliti sudah memahami langkah-langkah model
pembelajaran ini.
37
B. Pembahasan
Pelaksanaan proses belajar mengajar yang telah diupayakan secara
maksimal akhirnya memperoleh hasil yang sesuai harapan. Semua hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini, baik hasil awal, hasil siklus I maupun hasil
yang diperoleh setelah tindakan II dapat diberi pembahasan sebagai berikut:
a. Pada awalnya kemampuan peserta dalam mengikuti pelajaran Kriya Kayu
cukup rendah dengan perolehan rata-rata nilai sebesar 75,09. Kekurangan
yang ada dalam pelaksanaannya adalah guru masih mengajar tanpa
mengikuti model pembelajaran yang konstruktivis. Guru mengajar lebih
banyak berceramah dan tidak mengupayakan agar siswa dapat
merencanakan sendiri. Hasil yang masih rendah ini dan jauh di bawah
KKM mata pelajaran Kriya Kayu ditindak lanjuti dengan perbaikan
pembelajaran menggunakan model Inquiry
b. Pada siklus I terjadi kenaikan nilai yaitu menjadi 77,45. Hasil ini memang
sudah meningkat apabila dibandingkan dengan perolehan data awal,
namun hasil yang diperoleh masih juga berada pada kategori lebih rendah
dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dipersyaratkan dalam mata
pelajaran Kriya Kayu di SMK Negeri 2 Sukawti. Upaya-upaya perbaikan
sudah dilakukan dengan maksimal seperti memberi tugas lebih banyak dan
lebih menantang, giat memberi penguatan bagi mereka yang berhasil,
materi telah diambil dari lingkungan dimana peserta didik berasal dan dari
buku pegangan siswa, penulis telah melakukan berbagai variasi dalam
mengajar, mengupayakan agar siswa dapat berpikir, mampu memberi
masukan, mampu berpartisipasi lebih maksimal. Capaian hasil pada siklus
I ini belum maksimal mengingat penerapan model inquiry baru
pertamakali dicobakan sehingga banyak kekurangan yang terjadi di
lapangan, disamping itu mendalami teori yang diberikan para ahli
memerlukan waktu yang cukup apabila mau melaksanakannya di lapangan
secara maksimal. Kekurangan yang ada adalah peserta didik belum giat
dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
38
c. Setelah selesai melakukan tindakan di siklus I dilanjutkan dengan
pelaksanaan tindakan pada siklus II yang diupayakan lebih maksimal
yaitu dengan memperbaiki cara mengajar, memperdalam teori sesuai
pengertian-pengertian dan kebenaran yang ada di buku, mengupayakan
agar tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat,
mengupayakan keaktifan tindakan agar bisa terjadi perubahan aktivitas
belajar pada diri peserta didik, mengupayakan agar waktu yang tersedia
dalam pembelajaran dapat dilakukan sesuai harapan, memantapkan
kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Akibat semua hal tersebut
mampu dilaksanakan akhirnya diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar
siswa pada siklus II mencapai 79,36. Hasil tersebut ternyata sudah lebih
tinggi dari tuntutan KKM mata pelajaran Kriya Kayu di SMK Negeri 2
Sukawati. Kelebihan-kelebihan pelaksanaan tindakan pada siklus II ini
seperti disampaikan di atas sangat membantu dalam meningkatkan prestasi
belajar peserta didik sesuai bukti dari data yang telah diperoleh.
Kelemahan yang ada tertinggal sedikit yaitu waktu yang tersedia untuk
melaksanakan pembelajaran sedikit menemui hambatan akibat tanya jawab
yang lebih lama. Keberhasilannya sudah banyak yaitu mampu
menghasilkan prestasi belajar peserta didik. Demikian pemabahasan yang
peneliti mampu sampaikan.
39
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua
Isi dengan kalimat sendiri agar PTK anda
siklus, dan berdasarkan tidakseluruh
sama denganpembahasan
PTK orang lain serta analisis yang telah
dilakukan, dapat disampaikan simpulan sebagai berikut :
Pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran inquiry
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMK
Negeri 2 Sukawati khususnya mata pelajaran Kriya Kayu yang ditandai
dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus
awal 75,09, siklus I 77,45, dan siklus II 79,36. Selain hal tersebut penerapan
model pembelajaran inquiry berpengaruh pula meningkatkan kembali materi
ajar yang telah diterima siswa selama ini, sehingga mereka merasa siap untuk
menghadapi pelajaran berikutnya.
Dengan data yang disampaikan di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian yang diajukan sudah terjawab. Itu berarti bahwa hipotesis penelitian
yang diajukan dapat diterima.
B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan adalah:
1. Bagi guru kelas, apabila mau melaksanakan proses pembelajaran
penggunaan model/metode yang telah diterapkan ini semestinya menjadi
pilihan dari beberapa model/metode yang ada mengingat model/metode ini
telah terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar anak/siswa.
2. Bagi peneliti lain, walaupun penelitian ini sudah dapat membuktikan efek
utama dari model/metode .............................. dalam meningkatkan prestasi
belajar, sudah pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dilakukan, oleh karenanya disarankan kepada peneliti lain yang
berminat meneliti topik yang sama untuk meneliti bagian-bagian yang
tidak sempat diteliti.
40
3. Bagi pengembang pendidikan, selanjutnya untuk adanya penguatan-
penguatan, diharapkan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian
lanjutan guna memverifikasi data hasil penelitian ini.
41
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.
Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional.
Fraenkel, Jack R. and Norman E. Wallen. 1993. How to Design and Evaluate
Research in Education. Second Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.
Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning. Third Edition. New York:
Holt, Reinhart and Winston.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
42
Herrhyanto, Nar dan Hamid, Akib. 2006. Statistika Dasar. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Irianto, Agus. 1989. Bahan Ajaran Statistika Pendidikan (Buku Kedua). Jakarta:
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
------- et al. 1984. Circles of Learning. Fairfax, Va.: Association for Supervision
and Curriculum Development.
------- and R.T. Johnson. 1987. Learning Together and Alone: Cooperation,
Competition, and Individualistic Learning. Englewood Cliffs, N.J.:
Prentice-Hall.
Lickona, Thomas. 1992. Educating For Character. How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.
43
Nasution, S. 1972. Didaktik Sekolah Pendidikan Guru: Asas-Asas Didaktik
Metodologi Pengajaran dan Evaluasi. Depdikbud: Jakarta.
44
Soemanto, Wasty. 2001. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Supardi, 2005. Pengembangan Profesi dan Ruang Lingkup Karya Ilmiah. Jakarta:
Depdiknas.
45