Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. FORMULA ASLI
Albumin Ekstrak Ikan Gabus
B. RANCANGAN FORMULA
1. Zat aktif : Albumin Ekstrak Ikan Gabus 40%
2. Pemanis : Sorbitol 6,68%
3. Buffering Agents : Natrium Benzoat 0,1%
4. Pengawet : Natrium Benzoat 0,1%
5. Perasa : Jeruk 0,05%
6. Pewarna : Orange-Kuning 0,01%
7. Antioksidan : Butil Hidroksi Toluen 0,01%
8. Surfaktan : Tween 80 2%
Span 80 2%
9. Minyak : Corn Oil 33,3%
10. Solvent : Air add 600 ml
C. ANALISIS PERMASALAHAN
1. Konsentrasi albumin 40% karena albumin pada konsentrasi 120 mg dapat
memberikan penyembuhan pada luka pasca operasi.
2. Dibuatnya sediaan emulsi karena telah dilakukkan beberapa penelitian
oleh Sinambela (2012) salep ekstrak ikan gabus dan Gusdi (2012) dalam
bentuk sediaan gel ekstrak ikan gabus menyebutkan bahwa ke-2 sediaan
topikal tersebut dapat menyembuhkan luka sayat. Hingga saat ini
penelitian secara oral fase minyak ekstrak ikan gabus masih belum
dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang uji
aktivitas oral.
3. Kegunaan albumin sebagai zat aktif karena menurut Taslim (2004), bukti
khasiat secara uji klinis kandungan albumin terhadap proses penyembuhan
luka pasca operasi dan terdapat mekanisme albumin dalam proses
penutupan luka
4. Natrium benzoat digunakan sebagai pengawet karena menurut Nurhayati,
dkk (2012), natrium benzoat memiliki fungsi sebagai antimikroba yang
dapat menghambat pertumbuhan kapang dan khamir dengan cara
menghancurkan sel-sel mikroba terutama kapang.
5. Sorbitol sebagai pemanis karena menurut Suseno, dkk (2008), sorbitol
memiliki tingkat kemanisan 60% dibandingkan dengan sukrosa. Sorbitol
juga tidak menimbulkan efek toksik, sehingga aman dikonsumsi manusia
(BPOM, 2008).
6. Antioksidan yang digunakan dalam emulsi oral albumin ekstrak ikan
gabus adalah antioksidan fase minyak atau fase luar.
D. MASTER FORMULA
1. Nama produk : Albumultion
2. Jumlah produk : 1 Botol
3. Tanggal formula : 07/09/2020
4. Tanggal Produksi : 30/09/2020
5. No. registrasi : DBL 2000100132 A1
6. No. batch : A 01001001
E. URAIAN BAHAN
1. Albumin (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ALBUMINUM
Nama lain : Albumin
Pemerian : Cairan jernih warna cokelat merah sampai cokelat
jingga tua tergantung dari kadar protein.
Kelarutan : Larut dalam air.
pH : 6,7-7,3
Stabilitas : Albumin adalah protein dan karena itu rentan
terhadap bahan kimia degradasi dan denaturasi
dengan paparan ekstrem pH, konsentrasi garam
tinggi, panas, enzim, pelarut organik, dan agen kimia
lainnya. Solusi albumin harus dilindungi dari cahaya
dan disimpan pada suhu 2-25°C atau seperti yang
ditunjukkan pada label.
Khasiat : Bukti khasiat secara uji klinis terhadap proses
penyembuhan pasien pascaoperasi (Taslim, 2004).
Kegunaan : Sebagai zat aktif
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan tidak
tembus cahaya (Kemenkes RI, 2014).
2. Natrium Benzoat (Dirjen Pom, 1979)
Nama resmi : NATRII BENZOAS
Nama lain : Natrium Benzoat
Rumus struktur :
F. ALASAN PENAMBAHAN
1. Albumin digunakan sebagai zat aktif karena kandungan khasiat albumin
secara uji klinis terhadap proses penyembuhan pasien pascaoperasi
(Taslim, 2004).
2. Sorbitol digunakan sebagai pemanis karena sorbitol memiliki tingkat
kemanisan 60% dibandingkan dengan sukrosa (Suseno dkk., 2008).
3. Natrium benzoat digunakan sebagai pengawet karena natrium benzoat
memiliki fungsi sebagai antimikroba yang dapat menghambat
pertumbuhan kapang dan khamir dengan cara menghancurkan sel-sel
mikroba terutama kapang (Nurhayati, dkk, 2012).
4. Natrium benzoat lebih digunakan sebagai pengawet karena lebih mudah
larut dibanding asam benzoate.
5. Agen pewarna digunakan terutama untuk memberikan penampilan yang
khas ke bentuk dosis farmasi (Rowe, 2009).
6. Butylated hydroxytoluene digunakan sebagai pengawet untuk menunda
atau mencegah ketengikan oksidatif lemak dan minyak serta untuk
mencegah hilangnya aktivitas vitamin yang larut dalam minyak (Rowe,
2009).
G. PERHITUNGAN
Fase Dalam : Zat Aktif = 43%
Tween 80 = 2%
Air = 4,9%
Buffer = 0,1%
3. Perhitungan Dosis
a. Dewasa 16g/60 ml (The Journal Of International Journal Of Science
and technology, Vol.1 No.2, June 2012, 1-8)
b. Anak-anak ½ x dosis dewasa (Syamsuni, 2007)
c. Kadar albumin untuk dewasa
16 g
x 600 = 160 g/ml
60 ml
H. CARA KERJA
1. Mortir dan stamper dipanaskan
2. Tween 80 diencerkan dengan aquadest (sesuai data kelarutan) sebanyak
170 ml di dalam beaker glass 250 ml aduk ad homogen (fase cair)
3. Span 80 dicampurkan dengan oleum maydis (corn oil) aduk ad homogen
(fase minyak)
4. Fase air (tween dan air ) dan fase minyak (span dan minyak) dipanaskan
di atas Hotplate hingga pada suhu 60°C-70°C
5.
6. Diambil fase minyak ekstrak ikan gabus yang berada dilapisan atas
7. Tahap terakhir fase minyak ekstrak yang didapat disimpan dalam wadah
yang tertutup rapat.
I. EVALUASI
No Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Jumlah
Syarat
sampel
Sediaan berwarna
kuning
Dilakukan
1. FISIKA Sediaan berasa manis
pengujian rasa, 1 botol
Organoleptis diikuti rasa jeruk
bau, dan warna
Sediaan beraroma
jeruk
FISIKA 1 botol teteskan 1 botol Suspensi dianggap
2 Homogenitas menggunakan homogen jika ukuran
pipet ke dalam partikel terlihat sama
kaca arloji, lalu secara visual.
diratakan dan
dilihat ukuran
partikelnya,
dilakukan
sebanyak 3 kali.
Teteskan sedikit
sediaan emulsi
Zat warna terlarut dan
pada kaca arloji,
berdifusi homogen pada
3 FISIKA tambahkan
1 botol fase eksternalnua berupa
Tipe emulsi indikator metilen
air. (Farmasi fisika hlm.
blue dan amati
1144-1145)
perubahan yang
terjadi.
Menggunakan
piknometer
bersih dan kering
yang telah
FISIKA dikalibrasi
Bobot jenis sediaan
Penetapam dengan
harus mendekati atau
4 Bobot Jenis menetapkan 3 botol
sama dengan bobot jenis
(FI V hlm. bobot
air : 1 g/ml
1553) piknometer dan
bobot air yang
baru dididihkan,
dinginkan hingga
25oC
5 FISIKA Menggunakan 1 botol Ditentukan dengan
Penetapan pH indikator pH spesifikasi internal
(FI V hlm. universal. (ditetapkan setelah
1563) Pengukuran sediaan jadi)
dilakukan pada
suhu 25oC –
30oC kecuali
dinyatakan lain
pada masing-
masing
monografi
Pengukuran
kekentalan
menguunakan
alat viskometer
stormer dengan
FISIKA memasukkan
Uji viskositas larutan suspensi Viskositas sekitar 500
6 3 botol
(FI V hlm. ke dalam wadah, cP s – 700 cP s
1562) lalu spindel
dimasukkan dan
dinyalakan.
Akan tertera
viskositas
sediaan tersebut.
7 Volume Tuang isi 3 botol Volume rata-rata larutan
terpindahkan perlahan-lahan yang diperoleh tidak
dari tiap wadah kurang dari 100% dan
ke dalam gelas untuk 1 botol tidak lebih
ukur kering dari 95%, seperti yang
terpisah dengan tertera pada etiket.
kapasitas gelas
ukur tidak lebih
dari 2.5 kali
volume yang
diukur dan telah
dikalibrasi,
secara hati-hati
untuk
menghindarkan
pembentukan
gelembung udara
pada waktu
penuangan, dan
diamkan selama
tidak lebih dari
30 menit. Jika
telah bebas dari
gelembung
udara, ukur
volume dari tiap
campuran.
Sediaan emulsi
dituangkan ke
dalam gelas ukur
dan disimpan
dalam suhu
Tidak terjadi pemisahan
kamar selama
8 Pemisahan fase 1 botol fase/tidak terjadi
waktu tertentu
creaming.
dan diamati
terjadinya
creaming
(pemisahan
fase).
9 Ukuran globul Penentuan 3 botol Ukuran globul berkisar
ukuran globul
rata-rata dengan
0,1 – 10 µm dan
selang waktu
mengikuti distribusi
tertentu
normal.
menggunakan
mikroskop.
KIMIA
Identifikasi zat
Dengan
aktif
menggunakan
10 (British 3 botol -
kromatografi
Pharmacopeia
lapis tipis.
vol. I dan II p.
1)
Menggunakan
KIMIA
11 HPLC atau 3 botol -
Penetapan kadar
densitometri
12 BIOLOGI Pengawet adalah 3 botol Harus ditunjukkan untuk
Uji efektifitas zat antimikroba semua produk dosis
pengawet yang ganda
(FI V hlm. ditambahkan
1354) pada sediaan
non-steril unuk
melindungi
sediaan terhadap
pertumbuhan
mikroba yang
ada atau yang
masuk secara
tidak sengaja
selama/sesudah
proses produksi
DAFTAR PUSTAKA
Asfar, M., Tawali, A. B., Pirman, P., & Mahendradatta, M. (2019). Ekstraksi
Albumin Ikan Gabus (Channa Striata) Pada Titik Isoeletriknya. Jurnal
Agercolere, 1(1), 6-12.
Depkes RI, 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI; 2015.
Nurhayati, Siadi, K., dan Harjono, 2012, Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat Dan
Lama Penyimpanan Pada Kadar Fenolat Total Pasta Tomat, Indonesian
Journal Of Chemical Science, 1 (2), 159-162.
Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.
Suseno, T.I.P., N. Fibria dan Kusumawati, N. 2008. Pengaruh Penggatian Sirup
Glukosa dengan Sirup Sorbitol dan Penggantian Butter dengan Salatrim
Terhadap Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Kembang Gula Karamel.
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi 7 (1).
Taslim, N. A., (2004). Penyuluhan gizi, pemberian soy protein dan perbaikan status
gizi penderita tuberkulosis di Makassar. J. Med Nus, 25, 59–64.