Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA KASUS BESAR

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2019


UNIVERSITAS HALU OLEO

OD MIKROFTALMIA + OD MIKROKORNEA + OD
EKSOTROPIA + PSEUDOFAKIA

Disusun Oleh :
Agnes Puji Triastuti
K1A1 14 122

Pembimbing:
dr. Nevita Yonnia Ayu Soraya, Sp.M

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
BAB I
SKENARIO KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 31 tahun
Suku/Bangsa : Bugis Makassar/Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta (Penjual Sayur)
Tgl Pemeriksaan : 18 Februari 2019

B. Anamnesis
1. Keluhan utama :
Penglihatan kabur
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Mata RS Bhayangkara dengan keluhan
penglihatan kabur. Keluhan pada mata kanan dirasakan sekitar 1 tahun
yang lalu. Penglihatan yang kabur memburuk 1 bulan terakhir. Setelah
dilakukan operasi katarak sekitar 2 minggu lalu pasien mengeluh
penglihatan tetap seperti sebelum dilakukan operasi. Keluhan lain
sekarang: mata berair (+/-), merah (-/-), nyeri (-/-), gatal (+/-), bengkak
(-/-), sakit kepala (-), mual muntah (-).
3. Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat penyakit mata sebelumnya (-), pemakaian kacamata (-),
kontak lensa (-), alergi (-) trauma pada mata (-),obat tetes mata jangka
panjang (-), operasi mata sebelumnya (+). Riwayat hipertensi dan diabetes
melitus tidak diketahui.

2
4. Riwayat pengobatan :
Pasien pernah berobat ke dokter spesialis Mata dan dilakukan
operasi tetapi belum mengalami perubahan.
5. Riwayat keluarga :
Bapak pasien memiliki penyakit katarak.
C. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/Menit
Respirasi : 18 x/Menit
D. Pemeriksaan Oftalmologik
1. Inspeksi

Pemeriksaan OD OS
Palpebra Edema (-), ptosis (-) Edema (-), ptosis (-)
App. Lakrimalis Lakrimasi (+) Lakrimasi (-)
Silia Kesan Normal Kesan Normal
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Bola mata Normal, Ke segala arah Normal, Ke segala arah
Mekanisme
muskular

Nyeri saat menggerakkan Nyeri saat menggerakkan


bola mata (-) bola mata (-),
Kornea Jernih Jernih
Bilik mata depan Dangkal Dalam
Iris Coklat (+), kripte (+) Coklat (+), kripte (+)
Pupil Bulat, sentral Bulat, sentral
Lensa Jernih Jernih

2. Palpasi

3
Pemeriksaan OD OS

Tensi Okuler N N
Nyeri Tekan (-) (-)
Massa (-) (-)
Glandula Periaurikuler Pembesaran (-) Pembesaran (-)
3. Tonometri : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Visus
- VOD : 1/300
- VOS : 6/7,5
5. Slit Lamp
Pemeriksaan OD OS
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Jernih jernih
BMD Dangkal Dalam
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
Pupil Bulat, sentral, diameter 5 Bulat, sentral, diameter
mm, RC (+) 5 mm, RC (+)
Lensa Bening, shadow test (-) Bening, shadow test (-)

6. Campus Visual : Tidak dilakukan pemeriksaan


7. Colour Sense : Tidak dilakukan pemeriksaan
8. Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
9. Laboratorium : Tidak dilakukan pemeriksaan

10. Dokumentasi

4
Mata kanan Mata kiri

E. Resume
Ny. M usia 31 tahun, datang ke Poliklinik Mata RS Bhayangkara
dengan keluhan penglihatan kabur. Keluhan pada mata kanan dirasakan
sekitar 1 tahun yang lalu. Penglihatan yang kabur memburuk 1 bulan terakhir.
Setelah dilakukan operasi katarak sekitar 2 minggu lalu pasien mengeluh
penglihatan tetap seperti sebelum dilakukan operasi. Keluhan lain sekarang:
mata berair (+/-), merah (-/-), nyeri (-/-), gatal (+/-), bengkak (-/-), sakit kepala
(-), mual muntah (-).
Pada pemeriksaan ofthalmologi, pada mata kanan ditemukan BMD
dangkal, lensa jernih, shadow test (-) pupil bulat, sentral, diameter 5 mm, RC
(+).Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD 1/300.

F. Diagnosis
OD Mikroftalmia + OD Mikrokornea + OD Ekstropis + OD Pseudofakia

G. Penatalaksanaan
Tobroson eye 6 dd gtt OD
Eyefresh eye 6 dd gtt OD
Methylprednisolon tab 4 mg 3x1
Natrium Diklofenak tab 50 mg 2x1
H. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fuctionam : dubia at malam

5
Quo sanactionam : dubia at malam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI

6
1. Bola mata
Bola mata orang dewasa normal hampir bulat, dengan diameter
anteroposterior sekitar 24.2 mm (Voughan, Asbury, 2014).
2. Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis
yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva
palpebralis) dan permukaan anterior sclera (konjungtiva bulbaris).
Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi palpebra (suatu
sambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus (Voughan,
Asbury, 2014)
3. Sklera
Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar,
yang hampir seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan
berwarna putih serta berbatasan dengan kornea di sebelah anterior dan
duramater nervus opticus di posterior. Pita-pita kolagen dan jaringan
elastin membentang di sepanjang foramen sklera posterior, membentuk
lamina cribrosa, yang diantaranya dilalui oleh berkas akson nervus
opticus. Permukaan luar sclera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan
tipis jaringan elastik halus, episklera, yang mengandung banyak pembuluh
darah yang memperdarahi sklera. Lapisan berpigmen cokelat pada
permukaan dalam sklera adalah lamina fusca, yang membentuk lapisan
luar ruang suprakoroid (Voughan, Asbury, 2014).
4. Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya
sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan
ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini
disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550
mikrometer di pusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter
horizontalnya sekitar 11.75 mm dan vertikalnya 10.6 mm. dari anterior ke
posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang bebeda-beda:

7
a. Lapisan epitel (yang berbatasan dengan lapisan epitel konjungtiva
bulbaris). Lapisan epitel mempunyai lima atau enam lapis sel.
b. Lapisan Bowman merupakan lapisan jernih aseluler, yang merupakan
bagian stroma yang berubah.
c. Stroma menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Bagian ini tersusun
atas jalinan lamellaserat-serat kolagen dengan lebar sekitar 10-250
mikrometer dan tinggi 1-2 mikrometer yang mencakup hampir seluruh
diameter kornea.
d. Membran Descement, merupakan lamina basalis endotel kornea,
memiliki tampilan yang homogen dengan mikroskop cahaya tetapi
tampak berlapis-lapis dengan mikroskop elektron akibat perbedaan
struktur antara bagian pra dan pascanasalnya. Saat lahir, tebalnya
sekitar 3 mikrometer dan terus menebal selama hidup, mencapai 10-12
mikrometer.
e. Lapisan endotel, hanya memiliki satu lapis sel, tetapi lapisan ini
berperan besar dalam mempertahankan deturgesensi stroma kornea.
Endotel kornea cukup rentan terhadap trauma dan kehilangan sel-
selnya seiring dengan penuaan (Voughan, Asbury, 2014)
f. Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh-pembuluh
darah limbus, humor aquous, dan air mata. Kornea superficial juga
mendapatkan sebagian besar oksigen dari atmosfer. Saraf-saraf
sensorik kornea didapat dari cabang pertama (ophthalmicus) nervus
kranialis V (trigeminus) (Voughan, Asbury, 2014).
5. Traktus Uvealis
a. Iris, adalah perpanjangan corpus ciliare ke anterior. Iris berupa
permukaan pipih dengan aperture bulat yang terletak di tengah,
pupil. Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa,
memisahkan bilik mata depan dari bilik mara belakang, yang
masing-masing berisi aqueous humor. Iris mengendalikan banyaknya
cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil pada prinsipnya
dibentuk oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas

8
parasimpatis yang dihantarkan melalui nervus kranialis III dan
dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatis (Voughan, Asbury,
2014).
b. Corpus Ciliare, yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan
melintang, membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke
pangkal iris (sekitar 6 mm). Corpus ciliare terdiri atas zona anterior
yang berombak-ombak, pars plicata (2 mm), dan zona posterior yang
datar, pars plana (4 mm). processus ciliares berasal dari pars plicata.
Ada dua lapisan epitel ciliaris; satu lapisan tanpa pigmen di sebelah
dalam, yang merupakan perluasan neuroretina ke anterior; dan satu
lapisan berpigmen di sebelah luar, yang merupakan perluasan lapisan
epitel pigmen retina. Processus ciliares dan epitel siliaris
pembungkusnya berfungsi sebagai pembentuk aquous humor
(Voughan, Asbury, 2014)
c. Musculus ciliaris, otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa
sehingga lensa dapat mempunyai berbagai fokus baik untuk objek
berjarak dekat maupun yang berjarak jauh dalam lapangan pandang.
d. Koroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera.
Koroid tersusun atas tiga lapis pembuluh darah koroid; besar, sedang,
dan kecil. Semakin dalam pembuluh terletak di dalam koroid, semakin
lebar lumennya. Bagian dalam pembuluh darah koroid dikenal sebagai
koriokapilaris. Darah dari pembuluh koroid dialirkan melalui empat
vena vorticosa, satu di tiap kuadran posterior. Koroid di sebelah dalam
dibatasi oleh membrane Bruch dan disebelah luar oleh sklera. Ruang
suprakoroid terletak diantara koroid dan sklera. Koroid melekat erat ke
posterior pada tepi-tepi nervus optikus. Di sebelah anterior, koroid
bergabung dengan corpus ciliare. Kumpulan pembuluh darah koroid
mendarahi bagian luar retina yang menyokongnya (Eva & John, 2013).
6. Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna,
dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya

9
9 mm. Lensa tergantung pada zonula di belakang iris, zonula
menghubungkannya dengan corpus ciliare. Di sebelah anterior lensa
terdapat aqueous humor; disebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa
adalah suatu membrane semipermeabel (sedikit lebih permeabel dari pada
dinding kapiler) yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk
(Voughan, Asbury, 2014.
Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa
lebih keras daripada korteksnya. Seiring dengan bertambahnya usia, serat-
serat lamellar subepitel terus diproduksi sehingga lensa perlahan-lahan
menjadi lebih besar dan kurang elastic. Nucleus dan korteks terbentuk dari
lamellae konsentris yang panjang. Garis-garis persambungan (suture line)
yang terbentuk dari penyambungan tepi-tepi serat lamellar tampak seperti
huruf Y dengan slitlamp. Huruf Y ini tampak tegak di anterior dan terbalik
di posterior (Voughan, Asbury, 2014).
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang
dikenal sebagai zonula (zonula Zinnii), yang tersusun atas banyak fibril;
fibril-fibril ini berasal dari permukaan corpus ciliare dan menyisip ke
dalam ekuator lensa. Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air, sekitar
35%-nya protein (kandungan proteinnya tertinggi di antara jaringan-
jaringan tubuh). selain itu, terdapat sedikit sekali mineral seperti yang
biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di
lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,
pembuluh darah, atau saraf di lensa (Voughan, Asbury, 2014).
7. Aquous Humor
Aquous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Setelah memasuki
bilik mata belakang, aquous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata
depan, kemudian ke perifer menuju sudut bilik mata depan. Cairan ini
penting untuk membawa nutrien bagi kornea dan lensa (Voughan, Asbury,
2014).
8. Sudut Bilik Mata Depan

10
Sudut bilik mata depan terletak pada pertautan antara kornea
perifer dan pangkal iris. Ciri-ciri anatomis utama sudut ini adalah garis
Schwalbe, anyaman trabekula (yang terletak di atas kanal Schlemm), dan
taji sklera (scleral spur) (Voughan, Asbury, 2014).
9. Retina
Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan
semitransparan yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding
bola mata. Retina membentang ke anterior hampir sejauh corpus ciliare
dan berakhir pada serrata dengan tepi yang tidak rata. Lapisan-lapisan
retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai berikut:
a. Membran limitans interna
b. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang
berjalan menuju nervus opticus
c. Lapisan sel ganglion
d. Lapisan pleksiform dalam, yang mengandung sambungan sel ganglion
dengan sel amakrin dan sel bipolar
e. Lapisan inti dalam badan-badan sel bipolar, amakrin dan horizontal
f. Lapisan pleksiform luar, yang mengandung sambungan sel bipolar dan
sel horizontal dengan fotoreseptor
g. Lapisan inti luar sel fotoreseptor
h. Membran limitans eksterna
i. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut
j. Epitel pigmen retina. Lapisan dalam membrane Bruch sebenarnya
merupakan membrane basalis epitel pigmen retina (Voughan, Asbury,
2014).

10. Vitreus

11
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan
yang dibatasi oleh lensa, retina, dan diskus optikus. Permukaan luar
vitreus-membran hyaloids- normalnya berkontak dengan struktur-struktur
berikut: kapsul lensa posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan
epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis vitreus mempertahankan
penempelan yang kuat pada kapsul lensa dan caput nervi optici, tetapi
segera berkurang di kemudian hari (Voughan, Asbury, 2014).

Vitreus mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua


komponen, kolagen dan asam hialuronat, yang member bentuk dan
kosistensi mirip gel pada vitreus karena kemampuannya mengikat
banyak air (Voughan, Asbury, 2014).

Gambar 1. Anatomi Bola Mata


A K Khurana. 2007. Comprehensive ophthalmology fourth edition.
New age international (p) limited, publishers. India

B. DEFINISI
1. Mikroftalmia

12
Mikroftalmia adalah gangguan perkembangan mata yang terjadi
sejak janin. Penyakit ini membuat kedua atau salah satu mata menjadi
berukuran kecil. Selain berukuran kecil, biasanya mata memiliki anatomi
(struktur) yang juga tidak normal. Penderita dapat mengalami kebutaan.
Kondisi ini dapat diduga terjadi karena bayi mengalami infeksi atau
paparan zat beracun saat berada di dalam kandungan. Pada beberapa
kasus, mikroftalmia terkait dengan sindrom alkohol pada janin (fetal
alcohol syndrome). Mikroftalmia juga dapat disebabkan oleh kelainan
genetik (Ilyas, Sidharta, 2008).
2. Mikrokornea
Mikrokornea adalah keadaan mengecilnya kornea dari ukuran
normal yaitu 12 mm (Ilyas, Sidharta, 2008).
3. Ekstropia
Ekstropia, juling ke luar atau strabismus divergen manifest dimana
sumbu penglihatan kearah temporal. Ekstropia adalah suatu penyimpangan
sumbu penglihatan yang nyata di mana salah satu sumbu penglihatan
menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya
menyimpang pada bidang horizontal kearah lateral.
Bentuk-bentuk ektropia :
a. Ekstropia konkomitan, yaitu bila sudut penyimpangan sama besarnya
pada semua arah pandang.
b. Ekstropia nonkomitan, yaitu bila besarnya sudut penyimpanan
berbeda-beda pada arah pandang yang berbeda-beda.
Untuk selanjutnya yang dimaksud dengan ekstropia adalah hanya
yang nonkomiten.
Penyebab-penyebab ekstropia :
a. Herediter, unsure herediter sangat besar, yaitu traid autosomal
dominant
b. Inervasi, tetapi tidak terdapat abnormalitas yang berarti dalam
bidang sensorimotor

13
c. Anatomi, kelainan untuk rongga orbita misalnya pada penyakit
crouzon.
Pengobatan dengan koreksi refraksi pada ekstropia merupakan hal
yang penting dan harus dilakukan dengan hati-hati : bila pasien ekstropia
dengan hipermetropia maka harus diberi kacamata dengan ukuran yang
kurang dari seharusnya umtuk merangsang akomodasi dan konvergensi.
Bila pasien menderita miopia maka harus diberi kacamata yang
lebih besar ukurannya dari seharusnya untuk merangsang akomodasi
konvergensi.
Namun pada dasarnya pengobatan ialah operasi. Harus
dipertimbangkan sebelumnya hal-hal sebagai berikut :
a. Besarnya sudut deviasi
b. Perbandingan pengukuran deviasi untuk jauh dan dekat.
Operasi pada ekstropia tergantung pada jenis ekstropianya,
biasanya dilakukan resesi otot rektus lateral dan reseksi otot rektus medial
hipertropia, mata duduk tinggi.
4. Pseudofakia
Pseudoafakia adalah sebuah kondisi dimana mata aphakia telah
dilengkapi dengan lensa intraocular untuk mengganti lensa kristal. Lensa
intraocular adalah lensa buatan yang terbuat dari semacam plastic
(polimetilmetakrilat) yang stabil, transparan dan ditoleransi oleh tubuh
dengan baik.Lensa ini sangat kecil, lunak dengan diameter antara 5-7 mm
dan tebal 1-2 mm sehingga dapat menggantikan posisi lensa mata manusia
yang telah keruh/katarak.Karena dapat ditoleransi tubuh dengan baik maka
lensa tanam ini dipasang untuk seumur hidup (Ilyas, Sidharta, 2008).
Karena lensa tanam ini menggantikan posisi lensa yang telah
katarak maka tidak akan terjadi pembesaran benda yang dilihat, pandangan
samping tetap jelas, tidak perlu buka pasang dan penglihatan terasa lebih
nyaman. Lensa tanam ini juga dapat menjadi infeksi yang disebut infeksi
intraokuler, dimana sebagian besar berasal dari :
 Cairan yang tercemar

14
 Konjungtivitis menahun atau infeksi pinggir kelopak mata menahun atau
dacriocystitis menahun.
 Pembedahan yang memakan waktu terlalu lama.
5. Katarak Senilis
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi lensa dan denaturasi protein lensa (Voughan, Asbury,
2014). Katarak senile disebut juga ‘katarak terkait usia’, merupakan jenis
katarak yang didapat paling umum yang mempengaruhi orang yang sama
dari kedua jenis kelamin biasanya di atas usia 50 tahun. Pada usia 70
tahun, lebih dari 90% individu mengalami katarak senilis. Kondisi ini
biasanya bilateral, tetapi hampir selalu satu mata dipengaruhi lebih awal
dari yang lain (Khurana, 2016).
C. Etiologi
1. Katarak
Katarak pada dasarnya adalah proses penuaan. Meskipun
etiopatogenesis yang tepat tidak jelas, berbagai faktor yang terlibat adalah
sebagai berikut: herediter, radiasi ultraviolet, faktor makanan, krisis
dehidrasi, merokok, diabetes mellitus, miotonik distrofi, serta dermatitis
atopic (Khurana, 2016)

a. Klasifikasi Katarak
Katarak secara klinis di kenal dalam 4 stadium, yaitu insipien,
imatur, matur, hipermatur (Ilyas, 2017).

15
Tabel 1. Perbedaan Stadium Katarak Senilis (Ilyas, 2017)
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma

b. Manifestasi Klinik Katarak


Opasitas lensa mungkin ada tanpa menimbulkan gejala; dan dapat
ditemukan pada pemeriksaan mata rutin. Gejala umum katarak adalah
sebagai berikut : (Khurana, 2016)
- Kehilangan penglihatan
- Sukar melihat benda yang menyilaukan
- Poliopia uniokuler
- Halo, warna disekitar sumber sinar
- Bintik hitam di depan mata
- Gambar buram
Tanda katarak. Pemeriksaan berikut harus dilakukan untuk
mencari tanda-tanda katarak yang berbeda: (Khurana, 2016)
- Pengujian ketajaman visual. Tergantung pada lokasi dan pematangan
katarak, ketajaman visual dapat berkisar dari 6/9 hingga hanya PL +
(Perseption of light)
- Pemeriksaan iluminasi oblique. Ini mengungkapkan warna lensa di
daerah pupil yang bervariasi dalam berbagai jenis katarak.
- Uji bayangan iris. Ketika lensa benar-benar transparan atau benar-
benar buram, tidak ada bayangan iris yang terbentuk. Oleh karena
itu, kehadiran bayangan iris adalah tanda katarak yang belum
matang.

16
- Pemeriksaan ophthalmoskopik langsung jauh. Fundus kuning
kemerahan cahaya diamati tanpa adanya opacitas di media. Katarak
parsial menunjukkan bayangan hitam terhadap cahaya merah di
daerah katarak. Katarak total bahkan tidak menunjukkan cahaya
merah.
- Pemeriksaan slit-lamp harus dilakukan dengan pupil yang dilatasi
penuh. Pemeriksaan menunjukkan morfologi lengkap dari opasitas
(situs, ukuran, bentuk, pola warna dan kekerasan nukleus).
c. Diagnosis
Langkah-langkah pendekatan diagnostik, yaitu:
1. Anamnesis
Umumnya pasien katarak mengeluhkan penurunan tajam
penglihatan yang berangsur-angsur memburuk atau berkurang, silau di
tempat terang, silau dimalam hari karena lampu-lampu kendaraan,
berkabut, berasap, pada pasien dengan presbiopia terjadi perbaikan
pada penglihatan dekat, dan diplopia (Jogi R. 2009).
2. Pemeriksaan Fisis
Pada katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau
leukokoria, pemeriksaan leukokoria dilakukan dengan melebarkan
pupil untuk menyingkirkan diagnosis banding (Jogi R. 2009).
3. Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan dengan kartu Snellen, satu mata
ditutup untuk menguji mata lainnya untuk membaca huruf/angka (Jogi
R. 2009).

4. Pemeriksaan Slit-lamp
Pemeriksaan ini untuk melihat susunan mata bagian depan
dengan pembesaran, untuk melihat kekeruhan pada lensa mata (Jogi R.
2009).

17
5. Pemeriksaan funduskopi
Untuk melihat refleks fundus, semakin tebal kekeruhan pada
lensa maka refleks fundus semakin tidak terlihat (Jogi R. 2009).
d. Penatalaksanaan
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan, dilakukan
apabila tajam penglihatan sudah menurun sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari atau bila katarak menimbulkan penyulit seperti
glaukoma dan uveitis, pada katarak kongenital, operasi dilakukan bila
refleks fundus tidak tampak, bila katarak bersifat total operasi dilakukan
pada usia 2 bulan (Jogi R. 2009).
1. Extra Capsular Catarract Extraction (ECCE)
Teknik ini dilakukan dengan mengeluarkan isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan
korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.Meninggalkan
kantong kapsul sebagai tempat untuk menanamkan lensa intraokular
(Jogi R. 2009).
2. Intra Capsular Catarract Extraction(ICCE)
Suatu tindakan mengangkat seluruh lensa dan juga kapsulnya,
jarang dilakukan. Terdapat beberapa kekurangan ICCE, seperti
besarnya ukuran irisan yang mengakibatkan penyembuhan luka yang
lama, cystoid macular edema (CME), dan ablasio retina pasca operasi
jauh lebih tinggi pada tindakan ini. Namun bedah intra kapsular
biasanya digunakan apabila tidak tersedia fasilititas untuk melakukan
bedah ekstra kapsular (Jogi R. 2009).
3. Small Incision Catarract Surgery (SICS)
Teknik ECCE telah dikembangkan menjadi suatu teknik
operasi dengan irisan sangat kecil (7-8 mm) dan tidak membutuhkan
jahitan, teknik tersebut dinamakan SICS. Oleh karena irisan yang
sangat kecil, penyembuhan relatif lebih cepat dan risiko astigmatisma
lebih kecil dibanding ECCE konvensional (Jogi R. 2009).
4. Fakoemulsifikasi

18
Teknik fakoemulsifikasi menggunakan alat tip ultrasonik
untuk memecah nukleus lensa dan pecahan nukleus dan korteks lensa
diaspirasi melalui insisi yang sangat kecil, penyembuhan luka menjadi
cepat, perbaikan penglihatan lebih baik, dan tidak menimbulkan
astigmatisma pasca bedah (Jogi R. 2009).
e. Komplikasi dan Prognosis

Sebanyak 95% pasien katarak mengalami perbaikan penglihatan


setelah operasi. Komplikasi katarak dapat terjadi selama operasi maupun
setelah operasi. Pemeriksaan periodik pasca operasi katarak sangat
penting untuk mendeteksi komplikasi operasi (Voughan, Asbury, 2014).

Komplikasi selama operasi

a. Pendangkalan kamera okuli anterior (KOA)


Dapat terjadi karena cairan yang masuk ke KOA tidak cukup,
kebocoran melalui insisi yang terlalu besar
b. Posterior Capsule Rupture (PCR)
Studi di Hawaii menyatakan bahwa 0,68% pasien mengalami PCR dan
viterous loss selama prosedur fakoemulsifikasi, faktor risiko PCR
adalah miosis, KOA dangkal, dan zonulopati
c. Nucleus drop
Jatuhnya seluruh atau bagian nukleus lensa ke dalam ronggavitreus.
Jika hal ini tidak ditangani dengan baik, lensa yang tertinggal dapat
menyebabkan peradangan intraokular berat, glaukoma sekunder,
ablasio retina, bahkan kebutaan

f. Komplikasi setelah operasi


a. Edema kornea
Pada umumnya, edema akan hilang dalam 4-6 minggu. Edema kornea
yang menetap sampai >3 bulan biasanya membutuhkan keratoplasti

19
b. Perdarahan
Komplikasi perdarahan pasca operasi katarak antara lain, perdarahan
retrobulbar, dan hifema
c. Glaukoma sekunder
Bahan viskoelastik hialuronat yang tertinggal di dalam KOA pasca
operasi katarak dapat meningkatkan tekanan intra okular (TIO),
peningkatan TIO ringan bisa terjadi 4-6 jam setelah operasi, umumnya
dapat hilang sendiri tanpa pemberian terapi anti glaukoma
d. Dislokasi intraocular lens (IOL)
Angka kejadian dislokasi IOL dilaporkan sebesar 0,19-3,00%. Jika
terjadi dislokasi IOL maka diperlukan reposisi atau eksplantasi IOL

BAB III
DISKUSI KASUS

Pada kasus Ny.M, 31 tahun, di diagnosis Pseuodofakia OD. Pasien


mengeluh penglihatan mata kanan kabur sejak beberapa tahun yang lalu. Pasien

20
mengaku penglihatannya menjadi sangat kabur dalam 1 bulan terakhir. Dan pada
pasien telah dilakukan tindakan operasi katarak kurang lebih 2 minggu lalu.
Pasien mendeskripsikan pandangan yang buram seperti berkabut. Tidak ada faktor
yang memperburuk atau memperingan gejala tersebut. Keluhan pasien tidak
disertai dengan mata merah ataupun nyeri pada matakanannya, tetapi pasien juga
merasakan gatal dan berair pada mata kanannya. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan bahwa umumnya pasien katarak mengeluhkan penurunan tajam
penglihatan yang berangsur-angsur memburuk atau berkurang, silau di tempat
terang, silau dimalam hari karena lampu-lampu kendaraan, berkabut, berasap.
Pasien juga didiagnosis dengan Mikroftalmia OD, mikrokornea OD, serta
ekstropia OD. Mikroftalmia adalah gangguan perkembangan mata yang terjadi
sejak janin. Penyakit ini membuat kedua atau salah satu mata menjadi berukuran
kecil. Selain berukuran kecil, biasanya mata memiliki anatomi (struktur) yang
juga tidak normal. Penderita dapat mengalami kebutaan. Kondisi ini dapat diduga
terjadi karena bayi mengalami infeksi atau paparan zat beracun saat berada di
dalam kandungan. Pada beberapa kasus, mikroftalmia terkait dengan sindrom
alkohol pada janin (fetal alcohol syndrome). Mikroftalmia juga dapat disebabkan
oleh kelainan genetik. Mikrokornea adalah keadaan mengecilnya kornea.
Sedangkan Esotropia merupakan juling ke dalam atau strabismus konvergen
manifes dimana sumbu penglihatan mengarah ke arah nasal.
Setelah dilakukan anamnesis pasien mengatakan bahwa dirinya tidak
pernah mengalami trauma selama ini. Pasien juga mengatakan tidak memiliki
riwayat penyakit seperti hipertensi atau pun diabetes mellitus, pasien mengakui
bahwa bapak pasien juga pernah terkena katarak.
Pada pemeriksaan ofthalmologi, pada mata kanan ditemukan iktherus,
BMD dangkal, lensa jernih, shadow test (-) pupil bulat, sentral, diameter 5 mm,
RC (+). Pada mata kiri, ditemukan kornea jernih.. Pada pemeriksaan visus
didapatkan VOD 1/300.
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah farmakoterapi
dengan pemberian Tobroson eye 6 dd gtt OD yang memiliki kandungan antiseptik
(umumnya antibiotik) dan juga kortikosteroid, eyefresh eye 6 dd gtt OD

21
merupakan Tetes Mata yang digunakan untuk membantu meredakan mata merah
yang disebabkan oleh iritasi debu maupun polusi. Selain itu eyefresh eye juga
digunakan untuk melembapkan mata yang kering yang ditandai dengan mata yang
terasa perih saat berkedip.  Methylprednisolone 4 mg 3x1 adalah steroid dan
Natrium diklofenak 50 mg 2x1 yang digunakan sebagai anti nyeri.

DAFTAR PUSTAKA

22
1. Astari P. 2018. Katarak : Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi Operasi.

Majalah Cermin Dunia Kedokteran-269 45(1). Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

2. Ilyas,Sidharta.2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga.Jakarta:Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

3. Jogi R. 2009. Basic Ophtalmology Fourth Edition. India. Jaypee Brothers

Medical Publisher.

4. Voughan, Asbury. 2014. Oftalmologi Umum.EGC:Penerbit Buku Kedokteran

23

Anda mungkin juga menyukai