Anda di halaman 1dari 4

e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan

Volume II No 1 Oktober 2013


ISSN: 2302-3600

PENGARUH METIL METSULFURON TERHADAP


JARINGAN INSANG PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus)

Lisa Novalia*, Berta Putri†‡ dan Henni Wijayanti Maharani†

ABSTRAK

Patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan jenis ikan air tawar yang dapat
dibudidayakan pada kolam tanah dari lahan sawah. Patin siam yang dipelihara
dengan cara tersebut kemungkinan dapat terpapar senyawa kimia akibat
penggunaan herbisida yang tidak terkontrol. Metil metsulfuron merupakan bahan
aktif herbisida yang sistemik untuk gulma. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
pengaruh berbagai tingkat konsentrasi metil metsulfuron (0; 15,6 dan 39 ppm)
terhadap perubahan jaringan insang patin siam. Hasil pengamatan terhadap jaringan
insang menunjukkan terjadi kerusakan berupa hiperplasia lamella insang,
deskuamasi, kongesti dan hemoragik. Konsentrasi metil metsufuron yang semakin
tinggi menyebabkan tingkat kerusakan jaringan insang yang beragam.

Kata kunci: metil metsulfuron, insang, histologi, bio-assay, minapadi

Pendahuluan salah satunya adalah metil metsulfuron.


Patin siam (Pangasius hypopthalmus) Metil metsulfuron bekerja dengan
merupakan salah satu ikan air tawar menghambat enzim sintase acetolactase
yang populer dan diminati di kalangan yang dapat mencegah terjadinya
masyarakat. Budidaya patin siam pembelahan sel pada akar dan daun
merupakan salah satu cara yang dapat sehingga mematikan jaringan (US EPA,
digunakan untuk memenuhi kebutuhan 1986).
dan permintaan pasar. Penggunaan Sebagian besar residu herbisida yang
lahan sawah yang sudah tidak produktif digunakan dalam kegiatan pertanian
merupakan salah satu alternatif sebagai akan masuk ke dalam perairan
tempat untuk membudidayakan ikan. kemudian mengendap dalam sedimen
Penggunaan lahan bekas sawah sebagai atau terakumulasi dalam tubuh
tempat budidaya ikan perlu dicermati organisme hidup di perairan (Rudiyanti
lebih lanjut, karena aktivitas di sawah dkk., 2009). Efek pencemaran perairan
banyak menggunakan bahan-bahan banyak dilakukan dengan mengamati
berbahaya seperti herbisida. Jenis kerusakan pada insang karena insang
herbisida yang sering digunakan petani sebagai organ pertama yang mengalami

*
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Unila

Dosen Jurusan Budidaya Perairan Unila

Surat elektronik korespondensi: berta.putri[at]fp.unila.a.id
e-JRTBP Volume 2 No 1 Oktober 2013
176 Pengaruh Metil Metsulfuron

kontak langsung dengan lingkungan untuk menganalisis perubahan jaringan


yang terkontaminasi (Salami dkk., insang patin siam dan parameter
2006). Insang merupakan organ kualitas air.
pernapasan bagi ikan, apabila terjadi
gangguan pada insang dapat Hasil dan Pembahasan
menyebabkan kematian dalam waktu Pengamatan pada preparat insang,
singkat. Tujuan dari penelitian adalah terlihat bahwa struktur lamella insang
untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pada perlakuan 15,6 ppm dan 39 ppm
metil metsulfuron yang berbeda mengalami perubahan bila
terhadap jaringan insang patin siam. dibandingkan dengan struktur lamella
insang normal. Jaringan insang pada
Bahan dan Metode kondisi normal (0 ppm) (Gambar 1)
Penelitian dilakukan pada Juli 2012 di menunjukkan lamella insang berbentuk
Laboratorium Budidaya Perikanan seperti sisir, bentuk lamella primer dan
Universitas Lampung. Pembuatan sekunder dapat terlihat jelas (Agus,
preparat histologi insang dilakukan di 1998). Pada perlakuan 15,6 ppm
Balai Penyidikan dan Pengembangan (Gambar 1) lamella insang mengalami
Veteriner (BPPV) Lampung. Tingkat hiperplasia, deskuamasi, dan kongesti
konsentrasi metil metsufuron yang sehingga terjadi perubahan bentuk pada
diamati adalah 0; 15,6 dan 39 ppm. jaringan. Pengamatan terhadap preparat
Parameter kualitas air yang diamati insang pada konsentrasi 39 ppm
adalah suhu air, pH dan oksigen terlarut. (Gambar 1), insang mengalami
Analisis secara deskriptif digunakan hiperplasia, kongesti, dan hemoragik.

Gambar 1. Perubahan jaringan insang patin siam karena paparan metil


metsufuron pada konsentrasi 0; 15,6 dan 39 ppm.
Figure 1. Changes histology of asian catfish gills to exposure metsufuron-
methyl at concentrations 0; 15,6 dan 39 ppm.
Keterangan:
Kiri-struktur insang masih dalam keadaan normal (0 ppm) tanpa perubahan pada lamella primer (a) dan lamella sekunder
(b). Tengah-insang mengalami kerusakan berupa hiperplasia lamella sekunder (a), deskuamasi (kerontokan) pada lamella
insang (b) dan kongesti (c) pada konsentrasi metil metsufuron 15,6 ppm. Kanan-insang mengalami kerusakan berupa
hiperplasia pada bagian lamella sekunder (a), kongesti (b) dan hemoragik di sekitar jaringan (c) pada konsentrasi metil
metsufuron 39 ppm. Hemotoxylin-Eosin (HE). 1 bar = 20 µm.
Information:
Left-The structure of normal gills (0 ppm) are still seen the primary lamella (a) and secondary lamella (b). Middle-
histology on gills showed hyperplasia secondary lamella (a), desquamation lamella (b), and congestion (c) at concentration
15,6 ppm. Right-histology on gills showed hyperplasia secondary lamella (a), congestion (b), and hemorrhage (c) at
concentration 39 ppm. Hemotoxylin-Eosin (HE). 1 bar = 20 µm.

e-JRTBP Volume 2 No 1 Oktober 2013


Lisa Novalia, Berta Putri, Henni Wijayanti 177

Hiperplasia adalah peningkatan ukuran Terlepasnya sel epitel pada lamella


dari suatu organ oleh karena primer dan lamella sekunder biasa
meningkatnya jumlah dari sel di dalam disebut dengan deskuamasi.
organ tersebut (Kurniasih, 1999). Deskuamasi yang terjadi pada insang
Hiperplasia disebabkan oleh merupakan bentuk pertahanan diri
meningkatnya jumlah sel kloride yang insang terhadap bahan-bahan kimia
merupakan bentuk adaptasi terhadap (Pazra, 2008).
reaksi metil metsulfuron untuk Hemoragik merupakan keluarnya
mempertahankan keseimbangan eritrosit dari pembuluh kapiler dan
elektrolit dalam tubuh. Metil berada pada jaringan insang, sedangkan
metsulfuron akan menyebabkan ikan kongesti pada insang ditandai dengan
memproduksi mukus (lendir) untuk eritrosit masih berada di pembuluh
melindungi bagian yang tereduksi darah (Pazra, 2008). Hemoragik dan
partikel racun agar tidak mengalami kongesti pada lamella insang terjadi
kerusakan (Suparjo, 2009). Metil akibat kontak langsung dengan bahan
metsulfuron yang masuk ke dalam toksik sehingga terjadi iritasi yang
insang akan memicu terjadinya menyebabkan tingginya daya osmotik
kegagalan fungsi sel kloride sehingga pembuluh darah, dan cairan kapiler
menyebabkan peningkatan jumlah sel darah keluar (Suparjo, 2009).
akibat terganggunya proses difusi Tingkat kerusakan insang semakin
oksigen akibat lamella insang tertutup meningkat pada konsentrasi yang lebih
mukus. Peningkatan jumlah sel kloride tinggi. Struktur insang pada perlakuan
menyebabkan lamella sekunder 15,6 ppm masih terlihat bentuk lamella
mengalami penebalan, sehingga primer dan lamella sekunder, sedangkan
mengakibatkan berkurangnya area pada perlakuan 39 ppm bentuk dari
respirasi (Widayanti dkk., 2010). lamella sekunder sudah tidak terlihat
Hiperplasia pada lamella insang yang akibat meningkatnya hiperplasia
semakin meningkat, serta kondisi sel lamella sekunder yang disebabkan
yang tidak mampu memperbaiki ruang antar lamella sekunder penuh
kerusakan sel dapat menyebabkan dengan sel-sel baru yang saling melekat
terjadinya kematian sel sehingga sel (Widayanti dkk., 2010).
akan lepas dari jaringan penyokongnya.

Tabel 1. Kualitas air pada paparan konsentrasi metil metsufuron yang berbeda
terhadap perubahan jaringan insang patin siam (Pangasius
hypopthalmus).
Table 1. The water quality of metsulfuron-methyl concentration on histology to
Asian catfish (Pangasius hypopthalmus) gills.
Parameter Konsentrasi
0 15,6 39 Optimal*
Suhu (oC) 25 - 27,8 25 - 27,5 25 - 26,8 25 - 33
pH 7 7 7 5-9
Oksigen terlarut (ppm) 5 - 7,04 5,18 - 7,40 5,54 - 7,20 3-7
*
Minggawati et al. (2012)

e-JRTBP Volume 2 No 1 Oktober 2013


178 Pengaruh Metil Metsulfuron

Nilai kualitas air uji menunjukkan Pazra, D. F. 2008. Gambaran


bahwa parameter tersebut masih dalam Histopatologi Insang, Otot, dan
ambang batas yang layak bagi patin Usus pada Ikan Lele (Clarias spp.)
siam (Tabel 1). Pengukuran suhu air Asal dari Daerah Bogor. Skripsi.
selama uji berlangsung berkisar antara Fakultas Kedokteran Hewan.
25 - 28oC. Kisaran tersebut didukung Institut Pertanian Bogor. 64 hal.
oleh pernyataan Minggawati dkk. Rudiyanti, S., dan Ekasari, A. D. 2009.
(2012) yang menyebutkan bahwa patin Pertumbuhan dan survival rate ikan
dapat hidup pada suhu air 25 - 33oC. mas (Cyprinus carpio Linn) pada
Pengamatan pH air pada saat pengujian berbagai konsentrasi pestisida
menunjukkan bahwa air masih pada Regent 0,3 G. Jurnal Saintek
keadaan normal yaitu berkisar antar 5 - Perikanan 5(1): 39 - 47
7. Pengukuran oksigen terlarut pada saat Salami, I. R. S., Rahmawati, S.,
perlakuan menunjukkan nilai batas Kristijarti, A. P., dan Yusuf, A. T.
aman menurut Minggawati dkk. (2012) 2006. Studi akumulasi dan depurasi
yaitu 3 - 7 ppm. Metil metsulfuron tidak logam Tembaga (Cu) pada ikan nila
menyebabkan perubahan terhadap (Oreochromis niloticus).
kualitas air uji karena masih dalam batas LIMNOTEK 13(2): 35 - 43
aman bagi patin siam dan sebaliknya Suparjo, M. N. 2009. Kerusakan
kualitas air uji tidak mempengaruhi jaringan insang ikan nila
kandungan metil metsulfuron dalam (Oreochromis niloticus L.) akibat
media uji. Residu metil metsulfuron deterjen. Jurnal Saintek Perikanan
akan lebih cepat berkurang pada pH 5(2): 1 - 7
rendah dan suhu yang tinggi (WSDOT, United States Environmental Protection
2006). Agency (US EPA). 1986. Pesticide
Factsheet, No. 71, Metsulfuron-
Daftar Pustaka Methyl. Office of Pesticide
Agus, S. H. E. 1998. Programs - United States
Toksikohistopatologi Urea Environmental Protection Agency.
terhadap Insang Ikan Nila Washington DC, USA. 13 p.
(Oreochromis niloticus). Skripsi. Washington States Department Of
Fakultas Kedokteran Hewan, Transportation (WSDOT). 2006.
Universitas Gadjah Mada, Metsulfuron-Methyl. Roadside
Yogyakarta. 37 hal. Vegetation Management Herbicide
Kurniasih. 1999. Deskripsi Fact Sheet. 4 p.
Histopatologi dari Beberapa Widayanti, D.E., Aiunurrohim, dan
Penyakit Ikan. Pusat Karantina Abdulgani, N. 2011. Studi
Pertanian, Departemen Pertanian. Histopatologi Insang Ikan Mujair
Jakarta. 54 hal. (Oreochromis mossambicus) pada
Minggawati, Infa dan Saptono. 2012. Konsentrasi Sublethal Air Lumpur
Parameter kualitas air untuk Sidoarjo. Tugas Akhir Fakultas
budidaya ikan patin (Pangasius Matematika dan Ilmu Pengetahuan
pangasius) di karamba sungai Alam. Institut Teknologi Sepuluh
Kahayan, Kota Palangkaraya. November Surabaya. 58 hal.
Jurnal Ilmu Hewani Tropika 1(1): 1
-4
e-JRTBP Volume 2 No 1 Oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai