Anda di halaman 1dari 21

KELOMPOK 2

SISTEM PEMBIAYAAN FASILITAS KESEHATAN

1. ANGELINA WEA 11. MUSZAKIRATUN ISMAIL


2. CHRISTIANO HUMA 12. ROSLIANTI P. BALLO
3. ERNIATI L. MALO 13. SEROLYA S. KADANG
4. MARIA A.M PUTRI 14. URIANI A. LAPENANGGA
5. MARIA INA BEWA 15. VERONIKA EKA PUTRI
6. MATILDIS Y. HANMINA 16. WELI NOMLENI
7. MELIANA GONSALVES 17. YOHANA DIMU
8. MERI D. TANEO 18. YOHANIS LODONG
9. MELIANTI O. R. LESIANGI

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehigga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“SISTEM PEMBIAYAAN FASILITAS KESEHATAN” tepat pada waktunya. Makalah ini
di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah pembiayaan dan peganggaran kesehatan dan untuk
menambah wawasan bagi mahasiswa yang akan membacanya.
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati segala usaha kita. Amin

Kupang, 30 Oktober 2019

penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1.LATAR BELAKANG.........................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................1
1.3.TUJUAN..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN SISTEM PEMBIAYAAN FASILITAS KESEHATAN.......................3
2.2 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM PEMBIAYAAN............3
2.3 CARA PEMBAYARAN FASILITAS KESEHATAN...................................................6
2.4 SYARAT POKOK PEMBIAYAAN KESEHATAN....................................................8
2.5MASALAH YANG TERJADI DALAM SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN
DAN SOLUSI UNTUK MENGATASINYA.........................................................................10
BAB III PENUTUP................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Masalah Kesehatan sampai saat ini belum bisa terselesaikan. Mulai dari negara
berkembang hingga negara maju sampai saat ini belum bisa menyelesaikan
permasalahan di bidang kesehatan. Penyediaan layanan kesehatan yang memadai
sangat membantu mengurangi permasalahan di bidang kesehatan. Pelayanan yang
baik harus didukung oleh tenaga kesehatan yang profesional serta peralatan yang
canggih. Pelayanan kesehatan yang memadai tidak bisa dipisahkan dengan
pembiayaan kesehatan. 2 hal ini adalah satu kesatuan yang tidak bisa berdiri sendiri.
Biaya kesehatan adalah besarnya pengorbanan dalam hal materi untuk mendapatkan
atau memanfaatkan fasilitas kesehatan yang diperlukan oleh individu,kelompok/
masyarakat. Pembiayaan kesehatan yang kuat ,stabil dan berkesinambungan
memegang peranan penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam
rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu
negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses ( equitable
acces to health care ) dan pelayanan yang berkualitas (assured quality). Oleh karena
itu,reformasi kebijakan kesehatan di suatu negara seharusnya memberikan fokus
penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin terselenggaranya
kecukupan(adequacy),pemerataan (equity),efisiensi ( efficiency), dan
efektivitas( effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu sendiri(Departemen
Kesehatan RI,2004)
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.2.1. Apa pengertian tentang sistem pembiayaan fasilitas kesehatan?
1.2.2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pembiayaan kesehatan?
1.2.3. Bagaimana cara pembayaran fasilitas kesehatan?
1.2.4. Apa saja syarat pokok pembiayaan fasilitas kesehatan?
1.2.5. Apa saja masalah yang terjadi dalam sistem pembiayaan fasilitas kesehatan
dan solusi untuk mengatasinya?
1.3. TUJUAN
1.3.1 Agar kita dapat mengetahui pengertian sistem pembiayaan fasilitas kesehatan.
1.3.2 Agar kita dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sistem
pembiayaan kesehatan.
1.3.3 Agar kita dapat mengetahui cara pembayaran fasilitas kesehatan
1.3.4 Agar kita dapat mengetahui syarat pokok pembiayaan fasilitas kesehatan
1.3.5 Agar kita dapat mengetahui masalah yang terjadi dalam sistem pembiayaan
fsilitas kesehatan dan solusi untuk mengatasinya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SISTEM PEMBIAYAAN FASILITAS KESEHATAN


2.1.1 Sistem pembiayaan fasilitas kesehatan menurut WHO
WHO mendefinisikan pembiayaan kesehatan sebagai :
Fungsi sistem kesehatan berkaitan dengan mobilisasi, akumulasi dan alokasi uang untuk
menutupi kebutuhan kesehatan masyarakat, baik secara individu maupun kolektif dalam
sistem kesehatan.

2.1.2 Sistem pembiayaan fasilitas kesehatan menurut para ahli


1. Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
deperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Azrul Azwar :
2004)
2. Sistem pembiayaan kesehatan dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang mengatur
mengenai besarnya alokasi dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan
dan/atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat. (Helda : 2011)
3. Subsistem pembiayaan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya
penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan sumber daya keuangan secara terpadu
dan saling mendukung untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
(Ana Faiza : 2013)

2.2 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM PEMBIAYAAN


Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan kesehatan
1. Kemampuan perencanaan/proses RASK, yang terdiri dari variabel: komitmen daerah,
kemampuan advokasi, keseimbangan alokasi antara mata anggaran, skala prioritas
masalah kesehatan, intervensi program.
2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
3. Dana perimbangan
4. Lain-lain pendapatan yang sah
5. Informasi alur pembiayaan
1. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan harus melalui proses buttom up planning pada Musyawarah
Rencana Pengembangan (Musrenbang) dari tingkat desa, kecamatan sampai tingkat
kabupaten. Perencanaan terdokumentasi ke dalam Rencana Anggaran Satuan Kerja
(RASK) yang diajukan oleh setiap instansi termasuk dinas kesehatan dan RSUD sebagai
sector utama kesehatan. Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK) merupakan informasi
perencanaan anggaran terdokumentasi secara jelas dan tegas yang menyatakan nominal
anggaran, sumber anggaran, fungsi anggaran dan pelaksana anggaran. Perencanaan perlu
dilakukan berdasarkan RASK agar perenncanaan yang dilakukan sesuai dengan
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) sehingga setiap program yang diusulkan dalam
RASK dapat diakomodir dalam DASK.
Peran pimpinan dalam proses perencanaan juga menjadi hal yang patut diperhatikan
karena kepemimpinan dapat memberi motivasi dan kepercayaan. Pemimpin yang benar-
benar menguasai bidangnya akan sangat membantu proses perencanaan karena apapun
yang diusulkan oleh instansinya dia mengerti seberapa besar dan pentingnya masalah
tersebut, sehingga ketika mempertahankan kegiatan yang akan dihapus oleh tim
anggaran dapat melakukan pembelaan dengan memberi alasan yang tepat atau dengan
kata lain dapat memberikan justifikasi dan disinilah peran advokasi bermain.
Kemampuan perencanaan dalam hal ini proses RASK dikontribusi oleh beberapa
variabel yaitu: komitmen daerah, kemampuan advokasi, prioritas masalah, intervensi
masalah dan keseimbangan antara mata anggaran.
Hubungan komitmen daerah dengankemampuan perencanaan / proses RASK ini bahwa
komitmen daerah merupakan bentuk pernyataan para pengambil kebijakan dalam
menentukan proporsi anggaran, sehingga dengan diketahuinya proporsi tersebut nilai
nominal atau besaran RASK akan dapat diketahui oleh instansi pengusul. Hubungan
kemampuan advokasi dengan proses RASK dapat dijelaskan bahwa advokasi yang
dilakukan adalah kegiatan “follow up” dari instansi pengusul terhadap komitmen daerah
yang ada sehingga besaran RASK akan bertambah jika advokasi yang dilakukan diterima
para pengambil kebijakan sebagai sesuatu yang mendesak dan berdampak luas terhadap
masyarakat.Hubungan prioritas masalah dengan besaran RASK dijelaskan bahwa
semakin banyak program prioritas yang tertuang di dalam RASK semakinbesar nominal
RASK yang diusulkan. Demikian juga dengan intervensi masalah, ketika penentuan
prioritas masalah terjadi diikuti dengan tindakan intervensi, sehingga banyaknya
intervensi yang dilakukan akan menambah nominal usulan dalam dokumen RASK.
Keseimbangan antara mata anggaran dimaksudkan bahwa setiap adanya investasi maka
biaya operasional dan pemeliharaan harus disiapkan dan hal ini tertuang dalam dokumen
perencanaan yang pada RASK akan diklasifikasi menurut mata anggaran masing-masing.
2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber pendapatan dalam APBD
sesuai dengan UU No. 33/2004. Jika suatu Daerah memiliki PAD yang besar maka
kontribusi terhadap pembiayaan kesehatan juga baik namun jika PAD dari daerah kecil
maka kontirbusi PAD terhadap pembiayaan kesehatan juga kecil. Hal ini dapat
disebabkan belum tergalinya potensi PAD yang riil dimiliki daerah dan belum
optimalnya pengelolaan kekayaan daerah, sehingga PAD ini tidak memberikan pengaruh
yang berarti kepada pembiayaan kesehatan daerah karena sistem keuangan di daerah
tidak menganut proporsi anggaran berdasarkan setoran PAD tetapi anggaran berbasis
kinerja sesuai Kepmendagri No. 29/2002.
3. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang menjadi sumber pendapatan yang paling besar
memberikan kontribusi terhadap pembiayaan kesehatan daerah. Besarnya kontribusi
dana perimbangan terhadap pembiayaan kesehatan disebabkan jumlah pendapatan pada
APBD sesuai struktur APBD yang diatur UU No. 33/2004 menghasilkan dana
perimbangan memberikan kontribusi terbesar yaitu 94,71% dari total APBD dengan
DAU sebagai sumber pendapatan terbesar. Dana Alokasi Umum (DAU) yang diberikan
kepada daerah ditetapkan sekurang-kurangnya 25% dari Penerimaan Dalam Negeri yang
ditetapkan dalam APBN. Dana perimbangan menentukan besar kecilnya alokasi untuk
pembiayaan kesehatan. Semakin besar dana perimbangan khususnya DAU maka
semestinya semakin besar pula alokasi untuk pembiayaan kesehatan.
4. Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
Item lain-lain pendapatan yang sah sesuai struktur APBD menurut UU No. 33/2004
memberikan kontribusi sebesar 7,86% dari total pembiayaan kesehatan daerah yang
bersumber pada APBD. Pendapatan tersebut didapat dari dana hibah pemerintah pusat
kepada daerah dalam bentuk proyek pengembangan sumber daya kesehatan atau HWS.
Pemerintah daerah dalam otonomi mempunyai empat sumber pendapatan untuk
membiayai kegiatan yaitu: (1) alokasi dari pusat dalam bentuk DAU dan DAK, (2)
anggaran perimbangan atau bagi hasil yang diperoleh dari pertambangan, migas, hasil
hutan dan perikanan, (3) pendapatan dari pajak dan retribusi, dan (4) pinjaman dalam
negeri dan luar negeri. Azwar16 mengatakan jumlah dana yang tersedia di daerah dalam
bentuk APBD mempengaruhi pembiayaan kesehatan daerah.
5. Informasi alur pembiayaan
Alur pembiayaan kesehatan diharapkan menjadi pedoman pada level pengambilan
kebijakan pembiayaan kesehatan daerah, sehingga kesinambungan informasi ini sangat
dibutuhkan.
Data pembiayaan kesehatan daerah saat ini dapat diolah melalui format DHA yang
merupakan jabaran dari National Health Account (NHA), sehingga alur pembiayaan
yang memuat jumlah dana, sumber dana, pengelola dana sampai ke mana saja dana
tersebut dialokasikan terekam dalam sistem DHA. Salah satu faktor yang mempengaruhi
pembiayaan kesehatan daerah adalah kemampuan menyajikan informasi alur pembiayaan
kesehatan daerah termasuk informasi sumber-sumber dana yang ada sampai bagaimana
penggunaan dana tersebut terhadap pencapaian program-program kesehatan.
Informasi alur pembiayaan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pembiayaan
kesehatan daerah karena adanya alur informasi ini pihak perencana dan pihak pengambil
kebijakan dapat menganalisis apakah kebijakan dibidang kesehatan telah dapat
mengakomodasi dan memecahkan permasalahan kesehatan di daerah tersebut.

2.3 CARA PEMBAYARAN FASILITAS KESEHATAN


Secara umum pembayaran kepada fasilitas ksehatan diatur dalam pasal 24 UU SJSN
baik mengenai cara menetapkan besarnya pembayaran, waktu pembayaran dan
pengembangan sistem pembayaran pelayanan kesehatan untuk meningkatkan efisiensi
dan efektifitas jaminan kesehatan. Mengenai waktu pembayaran ditentukan bahwa BPJS
wajib membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling
lambat 15 (lima belas) hari sejak permintaan pembayaran diterima.
Dalam penjelasan pasal 24 ayat (2) UU SJSN dikemukakan “ ketentuan
menghendaki agar BPJS membayar fasilitas kesehatan secara efektif dan efisien. BPJS
dapat memberikan anggaran tertentu kepada suatu rumah sakit di suatu daerah untuk
melayani sejumlah peserta atau membayar sejumlah tetap per kapita per bulan (kapitasi).
Anggaran tersebut sudah mencakup jasa medis, biaya perawatan, biaya penunjang, dan
biaya obat-obatan yang penggunaan rincinya diatur sendri oleh pimpinan rumah sakit.
Selanjutnya UU SJSN menentukan juga bahwa BPJS mengembangkan sistem
pembayaran pelayanan kesehatan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas jaminan
kesehatan.ihwal pembayaran kepada fasilitas kesehatan diatur secara rinci dalam
peraturan presiden nomor 12 tahun 2013 tentang jaminan kesehatan
2.3.1 Besaran dan waktu pembayaran

Peraturan presiden nomor 12 tahun 2013 mengatur secara teknis operasional


mengenai besaran dan waktu ppembayaran kepada fasilitas kesehatan. Pasal 37 peraturan
presiden nomor 12 tahun 2013 menetukan bahwa besaran pembayaran kepsds fasilitas
kesehatan ditentukan berdasarjan kesepakan bpjs kesehatan dengan asosiasi fasilitas
kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh
menteri kesehatan. Berkenaan dengan besaran pembayaran fasilitas kesehatan menteri
kesehatan berperan dalam dua hal yaitu:

a) Memutuskan besaran pembayaran atas program jaminan kessehatan dalam hal tidak
ada kesepakatan antara BPJS kesehatan dan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah
atas besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan. Peranaan menteri kesehatan
dalam hal ini diperlukan untuk memberi jalan keluar jika tidak tercapai kesepakatan
antara BPJS kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah yang
bersangkutan.
b) Menetapkan asosiasi fasilitas kesehatan
Mengenai waktu pembayaran kepada fasilitas kesehatan pasal 38 UU BPJS
mewajibkan BPJS membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan yang diberikan
kepada peserta,paling lambat 15 hari sejak dokumen klaim diterima lengkap.
1.3.2 Cara pembayaran untuk fasilitas kesehatan

Cara pembayaran untuk fasilitas kesehatan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

a) Pembayaran untuk fasilitas kesehatan tingkat pertama,menurut pasal 39 ayat 1 dan 2


peraturan presiden nomor 12 tahun 2013 dilakukan secara praupaya oleh BPJS
kesehatan diberikan kewenangan untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme
lain yang lebih berhasil guna .Peraturan presiden nomor 12 tahun 2013 tidak
menjelaskan apa yang dilakukan dengan”mekanisme lain yang lebih berhasil
guna”.BPJS kesehatan diberikan keleluasaan untuk menentukannya.
b) Untuk fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan,pasal 39 ayatb 3 peraturan presiden
nomor 12 tahun 2013 menetukan bahwa pembayaran oleh BPJS kesehatan dilakukan
berdasarkan cara indonesian case based grups (INA CBG’s).
Perlu ditambahkan bahwa besaran kapitasi dan INA CBG’s ditinjau sekurang kurangnya
setiap dua tahun sekali oleh menteri kesehatan setelah berkoordinasi dengan menteri
keuangan. Peninjauan besaran kapitasi dan INA CBG’s perlu dilakukan untuk
menyesuaikan dengan perkembangan keadaan guna menjamin kesinambungan
pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
c) Untuk pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang tidak
menjamin kerjasama dengan BPJS kesehatan menurut pasal 40 ayat 1 peraturan
presiden nomor 12 tahun 2013, dibayar dengan penggantian biaya. Biaya tersebut
ditagihkan langsung oleh fasilitas kesehatan kepadaa BPJS kesehatan. BPJS kesehatan
memberikan pembayaran kepada fasilitas kesehatan dimaksud setara dengan tarif
yang berlaku di wilayah tersebut. Fasilitas kesehatan tersebut diatas tidak
diperkenankan menarik biaya pelayanan kesehatan kepada peserta.

2.4 SYARAT POKOK PEMBIAYAAN KESEHATAN


2.4.1 Suatu biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat pokok yakni:

a) Jumlah
Tersedianya dana dalam jumlah yang cukup dalam arti dapat membiayai
penyelenggaraan seluruh upaya kesehatan yang dibutuhkan serta tidak menyulitkan
masyarakat yang memanfaatkannya.
Intervensi pemerintah dalam pembiayaan kesehatan masyarakat Indonesia
juga diatur dalam Perpres No.72/2012  dalam sebuah ayat yang menyampaikan bahwa
pembiayaan kesehatan Indonesia berasal dari berbagai sumber seperti pemerintah
(pusat atau daerah), swasta, organisasi masyarakat dan masyarakat itu
sendiri. Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat menjadi tanggung jawab
pemerintah karena tergolong ke dalam barang publik. Sedangkan untuk pembiayan
pelayanan perseorangan, pemerintah hanya memberikan bantuan pembiayaan untuk
masyarakat miskin (tidak mampu) saja.
Ketersediaan dana untuk Sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia lain:
1. Dari pemerintah:
a. 5% (menurut undang-undang APBN (bersumber dari pajak dan non-pajak)
Kesehatan)
b. 10% (APBD (bersumber dari Pendapatan Asli Daerah) (menurut UU
Kesehatan)
c. BOK (Bantuan Operasional Kesehatan)
d. Non-PBIDana Iuran Jaminan Sosial (BPJS Kesehatan)
2. Dari perusahaan / swasta
a. Perusahaan asuransi swasta
b. Dana kesehatan di perusahaan swasta (self-insurance)
3. Dari rumah tangga
Rumah Tangga – Out of Pocket
4. Dari lembaga/Organisasi
a. Lembaga Swadaya Masyarakat
b. Lembaga Donor Kesehatan (mis: Global Fund, AusAid)
b) Penyebaran

Mobilisasi dana kesehatan yang ada sesuai dengan kebutuhan. Sistem


pembiayaan kesehatan di Indonesia terbagi menjadi dua sistem yakni sistem Fee for
Service (Out of Pocket) serta sistem Health Insurance. Berdasarkan data Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, sampai dengan 17 Maret 2017
peserta JKN-KIS telah mencapai 175 juta jiwa dari beberapa segmen kepesertaan.Ini
berarti baru 70 persen penduduk Indonesia yang telah menjadi peserta JKN-KIS. Dari
jumlah tersebut, sebanyak 25 juta peserta (beserta keluarga) merupakan pekerja yang
didaftarkan oleh sang pemberi kerja.

c) Pemanfaatan
Alokasi dana pelayanan disesuaikan dengan tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan.
1. Sumber dari APBN digunakan untuk
a. Anggaran kemenkes
b. Anggaran kesehatan kementrian lain
c. Anggraran kesehatan daerah (pemda)
d. Penerima bantuan iuran (PBI) BPJS
e. Anggaran kesehatan daerah
f. Jaminan kesehatan daerah
2. Sumber dari APBD
a. Anggaran kesehatan daerah
b. Jaminan kesehatan daerah
3. Sumber dari iuran Non-PBI BPJS kesehatan
a. Membayar pelayanan primer
b. Membayar pelayan rujukan
4. Sumber dari bantuan oprasional kesehatan (BOK)
Membiayai program kesehatan unggulan di puskesmas
5. Sumber dari perusahaan asuransi swasta
Membayar pelayanan kesehatan (prpimer dan rujukan)
6. Sumber dari dana kesehatan perusahaan / dana Yankes
Membiayai pelayanan kesehatan pekerja
7. Sumber dari rumah tangga (OOP)
Membayar pelayanan kesehatan (primer dan rujukan)
8. Sumber dari lembaga donor
Membiyaai program kesehatan masyarakat. fasilitas kesehatan primer seperti
puskesmas atau jumlah dokter saat ini masih menjadi masalah. Kesiapan JKN dinilai
dengan pola JKN sekarang, masyarakat harus dihadapkan dengan perubahan pola
layanan berjenjang. Dalam arti, masyarakat harus memeriksakan diri terlebih dahulu
di puskesmas atau klinik baru selanjutnya bisa ke Rumah Sakit jika tidak bisa
tertangani.

MASALAH YANG TERJADI DALAM SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN DAN


SOLUSI UNTUK MENGATASINYA
Jika diperhatikan syarat pokok pembiayaan kesehatan sebagaimana dikemukakan di
atas, segera terlihat bahwa untuk memenuhinya tidaklah semudah yang diperkirakan. Sebagai
akibat makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan juga karena telah
dipergunakarmya berbagai peralatan canggih, menyebabkan pelayanan kesehatan semakin
bertambah komplek. Kesemuanya ini disatu pihak memang mendatangkan banyak
keuntungan yakni makin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, namun di pihak lain
temyata juga mendatangkan banyak masalah. Adapun berbagai masalah tersebut jika ditinjau
dari sudut pembiayaan kesehatan secara sederhana dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Kurangnya dana yang tersedia


Di banyak negara terutama di negara yang sedang berkembang, dana yang
disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tidaklah memadai.
Rendahnya alokasi anggaran ini kait berkait dengan masih kurangnya kesadaran
pengambil keputusan akan pentingnya arti kesehatan. Kebanyakan dari pengambilan
keputusan menganggap pelayanan kesehatan tidak bersifat produktif melainkan
bersifat konsumtif dan karena itu kurang diprioritaskan. Kita dapat mengambil
contoh di Indonesia misalnya, jumlah dana yang disediakan hanya berkisar antara 2 –
3% dari total anggaran belanja dalam setahun.
2) Penyebaran dana yang tidak sesuai
Masalah lain yang dihadapi ialah penyebaran dana yang tidak sesuai, karena
kebanyakan justru beredar di daerah perkotaan. Padahal jika ditinjau dari penyebaran
penduduk, terutama di negara yang sedang berkembang, kebanyakan penduduk
bertempat tinggal di daerah pedesaan.
3) Pemanfaatan dana yang tidak tepat
Pemanfaatan dana yang tidak tepat juga merupakan salah satu masalah yang
dihadapi dalam pembiayaan kesehatan ini. Adalah mengejutkan bahwa di banyak
negara tenyata biaya pelayanan kedokterannya jauh lebih tinggi dari pada pelayanan
kesehatan masyarakat. Padahal semua pihak telah mengetahui bahwa pelayanan
kedokteran dipandang kurang efektif dari pada pelayanan kesehatan masyarakat.
4) Pengelolaan dana yang belum sempurna
Seandainya dana yang tersedia amat terbatas, penyebaran dan pemanfaatannya
belum begitu sempuma, namun jika apa yang dimiliki tersebut dapat dikelola dengan
baik, dalam batas-batas tertentu tujuan dari pelayanan kesehatan masih dapat dicapai.
Sayangnya kehendak yang seperti ini sulit diwujudkan. Penyebab utamanya ialah
karena pengelolaannya memang belum sempurna, yang kait berkait tidak hanya
dengan pengetahuan dan keterampilan yang masih terbatas, tetapi juga ada kaitannya
dengan sikap mental para pengelola.

5) Biaya kesehatan yang makin meningkat

Masalah lain yang dihadapi oleh pembiayaan kesehatan ialah makin meningkatnya
biaya pelayanan kesehatan itu sendiri. Banyak penyebab yang berperanan di sini, beberapa
yang terpenting adalah (Cambridge Research Institute, 1976; Sorkin, 1975 dan Feldstein,
1988):

a. Tingkat inflasi. Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat inflasi
yang terjadi di masyarakat. Apabila terjadi kenaikan harga di masyarakat, maka secara
otomatis biaya investasi dan biaya operasional pelayanan kesehatan masyarakat akan
meningkat.

b. Tingkat permintaan. Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat


permintaan yang ditemukan di masyarakat. Untuk bidang kesehatan peningkatan permintaan
tersebut dipengaruhi setidak-tidaknya oleh dua faktor. Pertama, karena meningkatnya
kuantitas penduduk yang memerlukan pelayanan kesehatan, yang karena jumlah orangnya
lebih banyak menyebabkan biaya yang harus disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan akan lebih banyak pula. Kedua, karena meningkatnya kualitas penduduk, yang
karena pendidikan dan penghasilannya lebih baik, membutuhkan pelayanan kesehatan yang
lebih baik pula. Kedua keadaan yang seperti ini, tentu akan besar penga ruhnya pada
peningkatan biaya kesehatan.

c. Kemajuan ilmu dan teknologi. Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh
pemanfaatan berbagai ilmu dan teknologi, yang untuk pelayanan kesehatan ditandai dengan
makin banyaknya dipergunakan berbagai peralatan modern dan canggih.

d. Perubahan pola penyakit. Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh


terjadinya perubahan pola penyakit dimasyarakat. Jika dahulu banyak ditemukan berbagai
penyakit yang bersifat akut, maka pada saat ini telah banyak ditemukan berbaga penyakit
yang bersifat kronis. Dibandingkan dengan berbagai penyakit akut, perawatan berbagai
penyakit kronis ini temyata lebih lama. Akibatnya biaya yang dikeluarkan untuk perawatan
dan penyembuhan penyakit akan lebih banyak pula. Apabila penyakit yang seperti ini banyak
ditemukan, tidak mengherankan jika kemudian biaya kesehatan akan meningkat dengan
pesat.

e. Perubahan pola pelayanan kesehatan. Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi


oleh perubahan pola pelayanan kesehatan. Pada saat ini sebagai akibat dari perkembangan
spesialisasi dan subspesialisasi menyebabkan pelayanan kesehatan menjadi terkotak-kotak
(fragmented health services) dan satu sama lain tidak berhubungan. Akibatnya, tidak
mengherankan jika kemudian sering dilakukan pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang
yang pada akhirya akan membebani pasien. Lebih dari pada itu sebagai akibat makin banyak
dipergunakanya para spesialis dan subspesialis menyebabkan hari perawatan juga akan
meningkat. Penelitian yang dilakukan Olell Feklstein (1971) menyebutkan jika Rumah Sakit
lebih banyak mempergunakan dokter umum, maka Rumah Sakit tersebut akan berhasil
menghemat tidak kurang dari US$ 39.000 per tahun per dokter umum, dibandingkan jika
Rumah Sakit tersebut mempergunakan dokter spesialis dan atau subspesialis.

Untuk mengatasi berbagai masalah sebagaimana dikemukakan, telah dilakukan berbagai


upaya penyelesaian yang memungkinkan. Berbagai upaya yang dimaksud secara sederhana
dapat dibedakan atas beberapa macam yakni :

1) Upaya meningkatkan jumlah dana

a. Terhadap pemerintah, meningkatkan alokasi biaya kesehatan dalam anggaran


pendapatan dan belanja negara.

b. Terhadap badan-badan lain di luar pemerintah, menghimpun dana dari sumber


masyarakat serta bantuan luar negri.

2) Upaya memperbaiki penyebaran, pemanfaatan dan pengelolaan dana

a. Penyempurnaan sistem pelayanan, misalnya lebih mengutamakan pelayanan


kesehatan masyarakat dan atau melaksanakan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
dan terpadu.

b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola.

3) Upaya mengendalikan biaya kesehatan

a. Memperlakukan peraturan sertifikasi kebutuhan, dimana penambahan sarana atau


fasilitas kesehatan hanya dapat dibenarkan jika dibuktikan dengan adanya kebutuhan
masyarakat. Dengan diberlalukannya peraturan ini maka dapat dihindari berdiri atau
dibelinya berbagai sarana kesehatan secara berlebihan

b. Memperlakukan peraturan studi kelayakan, dimana penambahan sarana dan


fasilitas yang baru hanya dibenarkan apabila dapat dibuktikan bahwa sarana dan
fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dapat menyelenggarakan kegiatannya dengan
tarif pelayanan yang bersifat sosial.

c. Memperlakukan peraturan pengembangan yang terencana, dimana penambahan


sarana dan fasilitas kesehatan hanya dapat dibenarkan apabila sesuai dengan rencana
pengembangan yang sebelumnya telah disetujui pemerintah
d. Menetapkan standar baku pelayanan, diman pelayanan kesehatan hanya
dibenarkan untuk diselenggarakan jika tidak menyimpang dari standar baku yang
telah ditetapkan.

e. Menyelenggarakan program menjaga mutu.

f. Menyelenggarakan peraturan tarif pelayanan.

g. Asuransi kesehatan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
- System pembiayaan fasilitas kesehatan berhubungan dengan mobilisasi,
akumulasi dan alokasi uang yang menutupi kebutuhan kesehatan masyarakat,
baik secara individu maupun kolektif dalam system kesehatan.
- Factor factor yang mempengaruhi system pembayaran kesehatan yaitu
kemampuan perencanaan, pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan,
lain lain pendapatan yang sah, informasi alur pembiayaan
- Cara pembiayaan fasilitas kesehatan secara umum diatur dalam pasal 24 UU
SJSN mengenai besaran pembayaran, waktu pembayaran pelayanan kesehatan
untuk efisiensi dan pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15
hari sejak permintaan pembayaran diterima
- Peran mentri kesehatan dalam besaran pembayaran fasilitas kesehatan yaitu
memutuskan besaran pembayaran atas program jaminan kesehatan dalam hal
tidak ada kesepakatan antara BPJS kesehatan dan asosiasi fasilitas kesehatan
di wilayah atas besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan dan
menetapkan asosiasi fasilitas kesehatan mengenai waktu pembayaran kepada
fasilitas kesehatan sesuai dengan pasal 38 UU BPJS
- Cara pembayaran kesehatan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu pembayaran
tingkat pertama, untuk fasilitas rujukan, dan pelayanan gawat darurat
- Pembiayaan kesehatan harus memenuhi syarat pokok seperti jumlah,
penyebaran dan pemanfaatan dari dana kesehatan tersebut
- Kurangnya dana yang tersedia, penyebaran dana yang tidak sesuai,
pemanfaatan dana yang tidak tepat, pengelolaan dana yang belum sempurna,
biaya kesehatan yang makin meningkat adalah masalah yang ditemui dalam
system pembiayaan kesehatan
- Untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan dilakukan upaya peningkatan
dana, memperbaiki penyebaran, pemanfaatan dan pengelolaan dana
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
diatas
DAFTAR PUSTAKA
1. www.jamsosindonesia.com di akses pada 29 Oktober 2019 pukul 13.00
2. https://id.scribd.com/document/284046804/Sistem-Pembiayaan-Kesehatan
di akses pada 28 Oktober 2019 pukul 12.00
3. https://id.scrib.com/document/366579137/Syarat-Pokok-Pembiayaan-Kesehatan
di akses pada 29 Oktober 2019 pukul 22.00
4. Harmana, T, Adisaswito, W. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan
kesehatan daerah bersumber anggaran pendapatan belanja daerah tahun 2006.
2006. J. Manajemen Pelayanan Kesehatan. 9(3). 136-143
https://www.google.com/search?q=faktor-
faktor+yang+mempengaruhi+sistem+pembiayaan+kesehatan&oq=faktor-
faktor+yang+mempengaruhi+sistem+pembiayaan+kesehatan&aqs=chrome..69i57
j33.24658j0j4&client=ms-android-samsung&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-
8 diakses pada 30 Oktober 2019 pukul 12.02
5. https://delfistefani.wordpress.com di akses pada 29 Oktober 2019 pukul 13. 00

Anda mungkin juga menyukai