Disusun Oleh :
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat
dan karunia – Nya, kami selaku penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah “Askep Gawat Darurat Sistem Kardiovaskuler (AMI)”. Sholawat serta
salam kami curahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Yang
berkat hadirnya membawa cahaya yang membuat manusia melangkah keluar dari
dunia gelap.
Makalah ini jauh dari kata sempurna segala saran dan kritik sifatnya membangun,
senantiasa kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga Allah SWT
memberikan keberkatan pada kita semua. Amin.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 39
A. Kesimpulan ....................................................................................... 39
B. Saran.................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1 juta orang menderita infark miokard setiap tahunnya dan lebih dari 600
orang meninggal akibat penyakit ini. Infark miokard akut, yang dikenal
sel otot miokardium akibat suplai darah yang tidak adekuat ke suatu
darah yang diawali dengan hipoksia miokard (Setianto, et.al., 2003; dalam
Kasron 2012).
amerikan akan mengalami kejadian koroner pertama pada tahun 2006 dan
1
500.000 diantaranya akan rekuren (american heart association, 2002).
Salah satu bagian dalam perjalanan klinis penyakit jantung koroner adalah
acute coronary syndrome (ACS), Yang secara klinis dibagi menjadi dua
yang secara patogenesis dan gambaran klinis sama namun dengan tingkat
arteria koroner dengan erosi atau ruptur dari plak aterosklerosis. Erosi atau
1992).
2007 jumlah pasien penyakit jantung yangmenjalani rawat inap dan rawat
jalan di rumah sakit indonesia adalah 239.548 jiwa. Kasus tebanyak adalah
2
penyakit jantung iskemik, yaitu sekitar 110.183 kasus, case fatality rate
(CFR) tertinggi terjadi AMI (13,49%) dan diikuti oleh gagal jantung
penyakit jantung koroner. Pada tahun tersebut akan terjadi kenaikan angka
hanya 5%.
3
melihat efek pemberian terapi oksigen adalah dengan menilai saturasi
B. Tujuan
4
7. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Penaktalaksanaan
(AMI)
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Klasifikasi
Menurut Rendi dan Margareth, (2012), jenis-jenis miokard infark terbagi
menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Miokard infark subendokardial
Daerah subendokardial merupakan daerah miokard yang amat peka
terhadap iskemia dan infark. Miokard infark subendokardial terjadi akibat
aliran darah subendokardial yang relatif menurun dalam waktu lama
sebagai akibat perubaha derajat penyempitan arteri koroner atau
dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi, perdarahan, hipoksia.
6
Derajat nekrosis dapat bertambah bila disertai peningkatan kebutuhan
oksigen miokard misalnya akibat takikardia atau hipertrofi ventrikel.
2. Miokard infark transmural
Pada lebih dari 90% pasien miokard infark transmural berkaitan
dengan thrombosis koroner. Trombosis sering terjadi di daerah yang
mengalami penyempitan arterioskleorotik. Penyebab lain lebih jarang
ditemukan, termasuk disini misalnya perdarahan dalam plague
arterioskleorotik dengan hematom intramural, spasme yang umumnya
terjadi ditempat arterioskleorotik yang emboli koroner.
Miokard infark dapat terjadi walau pembuluh koroner normal,
tetapi hal ini amat jarang. Menurut Morton, 2012 (dikutip dalam Nurafif &
Kusuma, 2015) yang termasuk didalam Akut miokard infark :
a. Angina tidak stabil
Angina pectoris adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan nyeri dada atau ketidaknyamanan yang disebabkan
oleh penyakit arteri koronari, pasien dapat menggambarkan sensasi
seperti tekanan, rasa penuh, diremas, berat atau nyeri. Angina pictoris
disebabkan oleh iskemia myocardium reversible dan sementara yang
dicetuskan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen
myocardium dan suplai oksigen myocardium yang berasal dari
penyempitan arterosklerosis arteri koroner. Klasifikasi angina:
1) Angina stabil (dikenal sebagai angina stabil kronis, angina pasif,
atau angina ekssersional). Nyeri yang dapat diprediksi, nyeri terjadi
pada saat aktivitas fisik atau stress emosional dan berkurang
dengan istirahat atau nitrogliserin.
2) Angina tidak stabil juga disebut angina pra-infark atau angina
kresendo yang mengacu pada nyeri dada jantung yang biasanya
terjadi pada saat istirahat.
3) Angina varian yang juga dikenal sebagai angina prinzmetal atau
angina vasospatik, adalah bentuk angina tidak stabil.
7
b. Akut Miokard Infark tanpa elevasi ST (NSTEMI), disebabkan oleh
penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen
miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.
c. Akut Miokard Infark dengan elevasi ST (STEMI), umumnya terjadi
jika aliran dalam koroner menurun secara mendadak setelah oklusi
trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya . Ini
disebabkan karena injuri yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti
merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid.
C. Etiologi
Penyebabnya dapat karena penyempitan kritis arteri koronerakibat
arterosklerosis atau oklusi arteri komplet akibat embolus atau thrombus.
Penurunan aliran darah koroner dapat juga disebabkan oleh syok dan
hemoragi. Pada setiap kasus terdapat ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen miokard (Rendi dan Margareth, 2012). Menurut (Murwani,
2011) ada beberapa penyebab lain terjadinya AMI yaitu:
1. Sindroma klasik : sumbatan total yang terjadi secara tiba-tiba pada arteri
2. Koronaria besar oleh thrombosis
3. Hiperkholesterolemia atau meningkatnya kadar kolesterol dalam
pembuluh darah.
Secara garis besar terdapat dua jenis faktor resiko bagi setiap orang
untuk terkena AMI, yaitu faktpr resiko yang bias domodifikasi dan faktor
resiko yang tidak bias dimodifikasi. (Karson, 2012)
8
b. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
Merupakan faktor yang tidak bisa dirubah atau dikendalikan yaitu
diantaranya : usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, RAS, geografi, tipe
kepribadian, kelas social.
D. Manifestasi Klinis
Keluhan yang khas adalah nyeri dada retrosternal, seperti di remas-remas,
ditekan, ditusuk, panas atau tertindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke
lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan
epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pektoris dan tak
responsif terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang, terutama pada pasien
diabetes dan orang tua, tidak ditemukan nyeri sama sekali.
Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin,
berdebar-debar atau sinkope. Pasien sering tampak ketakutan. Walaupun AMI
dapat merupakan manifestasi pertama peyakit jantung koroner namun bila
anamnesis dilakukan teliti hal ini sering sebenarnya sudah didahului keluhan-
keluha angina, perasaan tidak enak di dada atau epigastrium (Kasron, 2012).
Menurut Karson (2012) tanda dan gejala Akut Miokard Infark (TRIAGEMI
AMI):
1. Klinis
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus menerus tidak
mereda, biasanya di atas region sternal bawah dan abdomen bagian
atas, ini merupakan gejala utama.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar
ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan
tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin (NGT).
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
9
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis
berat, pening atau kepala terasa melanyang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat
karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor (menumpulkan pengalaman nyeri).
2. Laboratorium
Pemeriksaan Enzim jantung
a. CPK-MB/CPK (Creatine Phosphokinase), Isoenzim yang ditemukan
pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24
jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b. LDH/HBDH (Laktat Dehidrogenase), Meningkat dalam 12-24 jam dan
memakan waktu lama untuk kembali normal.
c. AST/SGOT (Serum Glutamic Oxsalotransamine Test), Meningkat
(kurang nyata atau khusus) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam
24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari.
3. EKG (Electrocardiogram)
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T
tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan
yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q atau QS yang
menandakan adanya kematian jaringan
E. Patofisiologi
Akut Miokard Infark sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau
lebih faktor resiko seperti merokok, obesitas, hipertensi dan lain-lain. Faktor
ini disertai dengan proses kimiawi terbentuknya lipoprotein di tunika intima
yang dapat menyebabkan interaksi fibrin dan patelet sehingga menimbulkan
cedera endotel pembuluh darah koroner. Interaksi tersebut menyebabkan
invasi dan akumulasi lipid yang akan membentuk plak fibrosa. Timbunan plak
menimbulkan lesi komplikata yang dapat menimbulkan tekanan pada
pembuluh darah dan apabila ruptur dapat terjadi trombus. Trombus yang
dapat menyumbat pembuluh darah menyebabkan aliran darah berkurang
10
sehingga suplai oksigen yang diangkut darah ke jaringan miokardium
berkurang yang berakibat penumpukan asam laktat. Asam laktat yang
meningkat menyebabkan nyeri dan perubahan pH endokardium yang
menyebabkan perubahan elektrofisiologi endokardium, yang pada akhirnya
menyebabkan perubahan sistem konduksi jantung sehingga jantung
mengalami distritmia. Iskemik yang berlangsung lebih dari 30 menit
menyebabkan kerusakan otot jantung yang ireversibel dan kematian otot
jantung (infark) (Aspiani, 2015).
AMI terjadi ketika kekurangan oksigen yang terjadi berlangsung cukup
lama yaitu lebih dari 30-45 menit sehingga menyebabkan kerusakan seluler
yang ireversibel. Bagian jantung yang terkena infark akan berhenti
berkontraksi selamanya. Kekurangan oksigen yang terjadi paling banyak
disebabkan oleh penyakit arteri koroner atau coronary artery disieses (CAD).
Pada penyakit ini terdapat materi lemak (plaque) yang telah terbentuk dalam
beberapa tahun di dalam lumen arteri koronari (arteri yang mensuplai darah
dan oksigen pada jantung). Plaque dapat rupture sehingga menyebabkan
terbentuknya bekuan darah pada permukaan plaque. Jika bekuan menjadi
cukup besar, maka bisa menghambat aliran darah baik total maupun sebagian
pada arteri koroner (Kasron, 2012).
11
F. Komplikasi
12
Komplikasi yang terjadi pada penyakit Infark miokard akut antara lain (Rendi
dan Margareth, 2012):
G. Penaktalaksanaan
Prinsip umum penatalaksanaan AMI menurut (Kasron, 2012):
1. Diagnosa
Berdasarkan riwayat penyakit dan keluhan/tanda-tanda EKG awal
tidak menentukan, hanya 24-60% dari AMI ditemukan dengan EKG awal
yang menunjukan luka akut (Acute injury).
2. Diet makanan lunak atau sering serta redah
garam (bila ada gagal jantung).
3. Terapi Oksigen
a. Hipoksia menimbulkan metabolisme
anaerob dan metabolik asidosis, yang
menurunkan afektifitas obat-obatan dan
terapi elektrik (DC shock).
b. Pemberian oksigen menurunkan perluasan daerah iskemik.
c. Penolong harus siap dengan bantuan penafasan bila diperlukan.
13
4. Monitor EKG
Kejadian VF sangat tinggi pada beberapa jam pertama AMI.
Penyebab utama kematian beberapa jam pertama AMI adalah aritmia
jantung 3. Elevasi segmen ST > atau = 0,1 Mv pada 2 atau lebih hantaran
dari area yang terserang (anterior, lateral, inferior), merupakan indikasi
adanya serangan miokard akut.
5. Pemberian obat
Obat-obatan yang digunakan pada pasien AMI diantaranya:
a. Obat-obatan trombolitik
b. Beta blocker
14
d. Obat-obatan antikoagulan
e. Obat-obatan antiplatelet
H. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Kasron, 2012) penegakan diagnosa serangan jantung
berdasarkan gejala, riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, serta hasil test
diagnotik.
1. EKG (Electrocardiogram)
Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi masih berfungsi akan
menghasilkan perubahan gelombang T, menyebabkan inervasi saat
aliran listrik diarahkan menjauh dari jaringan iskemik, lebih serius lagi,
jaringan iskemik akan mengubah segmen ST menyebabkan depresi ST.
Pada infark miokard yang mati tidak mengkonduksi listrik dan gagal
untuk repolarisasi secara normal, mengakibatkan elevasi segmen ST.
Saat nekrosis terbentuk, dengan penyembuhan cicin iskemik disekitar
area nekrotik, gelombang Q terbentuk. Area nekrotik adalah jaringan
parut yang tak aktif secara elektrikal, tetapi zona nekrotik akan
menggambarkan perubahan gelombang T saat iskemik terjadi lagi. Pada
awal infark miokard, elevasi ST disertai dengan gelombang T tinggi.
Selama berjam-jam atau berhari-hari berikutnya, gelombang T membalik.
Sesuai dengan umur infark miokard, gelombang Q menetap dan segmen
ST kembali normal.
15
2. Tes Laboratorium Darah
3. Tes Radiologis
a. Coronary angiography
b. Foto dada
c. Pencitraan darah jantung (MUGA)
d. Angiografi koroner
e. Digital subtraksion angiografi (PSA)
f. Nuklear Magnetik Resonance (NMR)
16
nyeri dada pada klien secara PQRST yang meliputi :
1) Provoking Incident : Nyeri setelah
beraktivitas dan tidak berkurang dengan
istirahat dan setelah diberikan
nitrogliserin.
2) Quality of Paint : Seperti apa nyeri yang
dirasakan atau digambarkan klien. Sifat
nyeri dapat seperti tertekan, diperas atau
diremas.
3) Region Radiation, Relief : Lokasi nyeri
didaerah substernal atau nyeri diatas
perikardium. Penyebaran nyeri dapat
meluas hingga area dada. Dapat terjadi
nyeri dan ketidakmampuan
menggerakkan bahu dan tangan.
4) Severity (Scale)of Paint Klien ditanya
dengan menggunakan rentang 0-4 atau 0-10
(visual analogue scale – VAS) dan klien
akan menilai berapa berat nyeri yang
dirasakan. Biasanya pada saat angina terjadi,
skala nyeri berkisar antara 3-4 (skala 0-4)
atau 7-9 (skala 0-10).
5) Time : Sifat mulai timbulnya (onset).
Biasanya gejala nyeri timbul mendadak
Lama timbulnya (durasi) nyeri dada
umumnya dikeluhkan lebih dari 15 menit.
Nyeri oleh infark miokard dapat timbul
pada waktu istirahat, nyeri biasanya
dirasakan lebih berat dan berlangsung lebih
lama.
17
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh
klien pada masa lalu yang masih relevan dengan obat-obat antiangina
seperti nitrat dan penghambat beta serta obat-obatan antihipertensi.
Catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu, alergi obat, dan
reaksi alergi yang timbul.
d. Riwayat Keluarga
Perawat senantiasa harus menanyakan tentang penyakit yang
pernah dialami oleh keluarga, anggota keluarga yang meninggal, dan
penyebab kematian. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang
timbulnya pada usia muda merupakan faktor resiko utama terjadinya
penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
e. Riwayat Pekerjaan dan Pola Hidup
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkunyannya.
Demikian pula dengan kebiasaan sosial dengan menanyakan
kebiasaan dan pola hidup misalnya minum alkohol atau obat tertentu.
f. Pengkajian Psikososial
Perubahan integritas ego terjadi bila klien menyangkal, takut mati,
perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan yang
tak perlu, kuatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
2) Breathing
18
3) Blood
a) Inspeksi : Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien.
Keluhan lokasi nyeri biasanya didaerah substernal atau nyeri
diatas perikardium. Penyebaran nyeri dapat meluas di dada.
b) Palpasi : Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada AMI
tanpa komplikasi bisanya tidak ditemukan.
c) Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat
penurunan volume sekuncup yang disebabkan AMI. Bunyi
jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak
ditemukan pada AMI tanpa komplikasi
d) Perkusi : Batar jantung tidak mengalami pergeseran
4) Brain
5) Bladder
6) Bowel
7) Bone
19
menetap, dan jadwal olah raga tak teratur. Tanda klinis lain yang
ditemukan adalah takikardi, dipsnea pada saat istirahat maupun
saat beraktifitas.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon
individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual/potensial yang merupakan dasar untuk memilih
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung
jawab perawat (Dermawan, 2012).Menurut Herdinan & Kamitsuru, 2015
diagnosa keperawatan utama pasien mencakup yang berikut :
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi, perubahan membran kapiler.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
diabetes melitus, gaya hidup kurang gerak, hipertensi, kurang
pengetahuan tentang faktor pemberat, kurang pengetahuan tentang
proses penyakit, merokok.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, agen cidera
fisik, agen cidera kimiawi.
d. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian, ancaman pada
status terkini, hereditas, hubungan interpersonal, kebutuhan yang
tidak dipenuhi, konflik nilai, konflik tentang tujuan hidup, krisis
maturasi, pajanan pada toksin penularan interpersonal,
penyalahgunaan zat, perubahan besar, riwayat keluarga tentang
ansietas, stresor.
e. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemik atau nekrotik
jaringan miokard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung,
tekanan darah dalam aktifitas.
20
3. Perencanaan
a. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi,
perubahan membran kapiler.
1)Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan gangguan pertukaran gas teratasi.
2)Kriteria Hasil :
a) Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat.
b) Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda
distress pernapasan.
c) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih,
tidak ada sianosi dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
d) Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
3)Intervensi :
a) Manajemen jalan nafas
Buka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw trust,
sebagaimana mestinya.
Posisikan pasien untuk memksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
buatan
Masukkan alat nasopharyngeal airway (NPA) atau
oropharyngeal airway (OPA), sebagaimana mestinya
Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya
Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk
melakukan batuk atau menyedot lendir
Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan
batuk
Posisikan untuk meringankan sesak nafas
21
b) Terapi oksigen
Bersihkan mulut, hidung, dan sekresi trakea dengan tepat
Batasi (aktivitas) merokok
Pertahankan kepatenan jalan nafas
Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem
humidifier
Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
Monitor aliran oksigen
Monitor posisi perangkat (alat) pemberian oksigen
Anjurkan pasien mengenai pentingnya meninggalkan perangkat
alat pengiriman oksigen dalam keadaansiap pakai.
Pastikan pengkantian masker oksigen atau kanul nasal setiap
kali perangkat di ganti
c) Monitor pernafasan
Monitor kecepatan, kedalaman, irama, dan kesulitan bernapas.
Catat pergerakan dada,catat ketidaksimetrisan, penggunaan
otot-otot bantu nafas, retraksi pada otot supraclavicular dan
intercostal
Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok dan mengi
Catat lokasi tracea
Monitor kelelahan otot-otot diagfragma dengan pergerakan
parasoksikal
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan atau tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan suctiondengan mengauskultasi crakles
dan ronki pada jalan napas utama
Monitor kemampuan batuk efektif pasien
22
1)Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dapat teratasi.
2)Kriteria Hasil :
a) Tekanan systol dan diastole dalam rentang yang diharapkan
b) Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
c) Menunjukkan funsi sensori motori kranial yang utuh : tingkat
kesadaran membaik, tidak ada garakan-garakan involunter
d) Tidak ada ortostatik hipertensi
3) Intervensi
Manajemen sensasi perifer :
a) Monitor adanya daerah tertentu
yang hanya peka terhadap
panas, dingin tajam atau tumpul
b) Monitor adanya paretese
c) Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada isi
atau laserasi
d) Gunakan sarung tangan untuk
proteksi
e) Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
f) Monitor kemampuan BAB
g) Kolaborasi pemberian analgetik
h) Monitor adanya tromboplebitis
i) Diskusikan mengenai penyebab
perubahan sensasi.
23
c. Nyeri akut b.d agen cidera biologis, agen
fisik,agen cidera kimiawi.
1)Tujuan
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan nyeri
berkurang
2)Kriteria Hasil
a) Mampu mengontrol nyeri
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
c) Mampu mengenali nyeri
d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
3)Intervensi
a) Manajemen nyeri
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mengontrol nyeri
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
24
nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
b) Pemberian analgesik (2210)
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala
25
b) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan teknik
untuk mengontrol cemas.
c) Vital sign dalam batas normal.
d) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.
3) Intervensi
a) Pengurangan kecemasan
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur
Pahami perspektif pasien terhadap situasi stres
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut
Dorong keluarga untuk menemani anak
Lakukan back / neck rub
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
e. Intoleran aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan miokard
ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam
aktifitas.
1)Tujuan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam
intoleran aktifitas dapat teratasi.
26
2)Kriteria Hasil
a) klien berpartisipasi dalam aktifitas sesui kemampuan klien
b) nadi 60-100 x/menit
c) TD 120/80 mmHg
3)Intervensi
a) Kaji TTV tiap dua jam
b) Tingkatkan istirahat (di tempat tidur)
c) Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori
yang tidak berat
d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan (Brunner and Suddarth, 2013) :
a. Pasien menunjukan pengurangan nyeri
b. Tidak menunjukkan kesulitan dalam bernapas
c. Perfusi jaringan terpelihara secara adekuat
d. Memperlihatkan berkurangnya kecemasan
27
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT STROKE
HEMORAGIK
IDENTITAS
Nama Pasien: Tn. WS Umur: 55 tahun Jenis Kelamin:
√ L
28
Pengkajian Primer (Primary Survey)
AIRWAY Masalah/Diagnosis Keperawatan
Tidak terdapat sumbatan jalan nafas
Aktual
Resiko
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Jalan nafas √ Paten Tidak paten Intervensi :
Membersihkan jalan nafas
Obstruksi : Pangkal lidah jatuh Cairan
29
Gerakan Dada: : √ Simetris Asimetris Intervensi :
Mengobservasi nadi :
√
Irama Nafas : √ Cepat √ Dangkal Normal frekuensi,
irama, kedalaman
Frekuensi Napas: 28x/menit pernafasan
Pola Nafas
√ Ortopneau √ Mengobservasi tanda-tanda
distress pernafasan,
√ Sesak penggunaan otot bantu,
retraksi itercosta, pernafasan
cuping hidung
√
WOB (Work of Breathing): Ada Tidak
Memberikan posisi semi
√
Bunyi Nafas Tambahan: Ronchi Wheezing fowler jika tidak ada kontra
indikasi
Cracles
Melakukan fisioterafi dada jika
Tanda distres pernapasan: tidak ada kontraindikasi
√
Retraksi dada
Jenis pernapasan :
√ Pernapasan dada
Pernapasan perut
Lain-lain :
30
CIRCULATION Diagnosis Keperawatan
Tidak ada perdarahan Aktual Risiko
Nadi teraba, N: 113 x/menit, TD: 124/76 mmHg, S: 36,6
0
C Perfusi jaringan perifer tidak efektif
Aktual Risiko
Sianosis: Ya √ Tidak
√
Mengukur TD
√
CRT: : < 2 detik >2 Detik
Memberikan cairan peroral
√
Perdarahan: Ya Tidak
√ Memonitor perubahan turgor
Keluhan lain : Dhiaporesis membran mukosa dan CRT
Mengidentifikasi sumber
perdarahan
Memberikan penekanan
langsung sumber perdarahan
31
Memasang kateter
32
leher belakang dan bagian punggung, skala nyeri 7, nyeri dirasakan hilang
timbul sejak kemarin, namun dirasakan semakin berat sejak kemarin
malam dirasakan lebih dari 30 menit, dada terasa berat atau panas dan
sesak saat bernafas.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga pasien mengatakan pasien mempunyai penyakit jantung.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan di keluarga memiliki riwayat kesehatan
hipertensi dan diabetes melitus.
6. Integumen
Kulit kering, tidak ada lesi, tidak ada oedem
Pemeriksaan Penunjang
Hasil perekaman endokardiogram menunjukan ada infark pada
jantung. Sedangkan pada hasil laboratorium untuk enzim jantung
menunjukan adanya nilai positif pada troponin dan CKMB.
Terapi Medis :
- Terapi oksigen menggunakan nasal kanul
33
- Terapi analgetik, antiplatetlet, antiangina, analgesik,
antikoagulan, dan fibrinolitik
No. RM : 17029428
34
Diagnosis Keperawatan :
antara suplai dan kebutuhan oksigen pada miokard akut) ditandai dengan
timbulnya nyeri, nyeri muncul tiba-tiba saat sedang beraktifitas nyeri tidak
pasien mengatakan nyeri ulu hati menjalar ke dada, leher belakang dan
daerah dada).
ada infark pada jantung. Sedangkan pada hasil laboratorium untuk enzim
35
kanul O=
Hasil: pasien - ekspresi sudah
terpasang terpi tidak meringis
O2 3 lpm - pola napas
03.20 cukupmembaik
2. memberikan dengan RR :
posisi fisiologis: 23x/menit
semifowler - TD : 118/80
03.21 mmhg, N:
3. menganjurkan 98x/menit
teknik - Diaphoresis
nonfarmakologi sudah tidak ada
relaksasi napas - Levine sign
dalam pada saat tidak ada
nyeri
hasil : pasien A = masalah belum
mulai mampu mencapai target
melakukan maksimal 5
relaksasi napas P = pasien dilanjut
dalam perawatnnya diruang
03.28 rawat inap
4. berkolaborasi
dalam pemberian
analgetik
03.3
5 5. memonitor tanda-
tanda vital.
Hasil : TD:
118/70, N: 102
x/menit, RR:
26x/menit, S:
o
36,7 C
03.4 6. melakukan
0 pemeriksaan EKG
12 Lead
Hasil : tampak
gambaran
Perubahan
segment ST
(depresi atau
elevasi),
Perubahan
gelombang T
(inversi
gelombang T),
36
Gelombang q
patologis
7. Mengobservasi
kembali nyeri
03.4
komprehensif
5
meliputi lokasi,
krakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas,intensitas
atau beratnya
nyeri dan faktor
pencetus.
Hasil : nyeri
masih dirasakan
di daerah ulu hati
dengan skala
nyeri 4-5 nyeri
8. Mengobservasi
adanya petunjuk
nonverbal
03.4 mengenai
8 ketidaknyamanan
Hasil: pasien
tampak
memegangi dada
dan sedikit
gelisah
9. mengobservasi
adanya
diaphoresis
Hasil : akral
03.5
0
teraba dingin,
terdapat keringat
dingin
10. memonitor
37
kembali tanda-
tanda vital.
Hasil : TD:
112/70, N: 99
04.0 x/menit, RR:
5 25x/menit, S:
36,7oC
11. berkolaborasi
pemberian terapi
analgetik,
antiplatetlet,
antiangina,
analgesik,
antikoagulan, dan
fibrinolitik
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
38
Akut Miokard Infark (AMI) adalah suatu keadaan kematian jaringan
otot jantung akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
yang terjadi secara mendadak. Penyebab paling sering adalah adanya
sumbatan pembuluh jantung, sehingga terjadi gangguan aliran darah yang
diawali dengan hipoksia miokard, diagnosa yang dapat di angkat dari
makalah ini adalah Gangguan pertukaran gas, Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer, Nyeri akut, Ansietas, Intoleran aktifitas.
B. Saran
Pasien dengan kecurigaan adanya serangan jantung harus
mendapatkan diagnosis yang cepat, penyembuhan nyerinya, resusitasi dan
terapi reperfusi jika diperlukan. Pasien dengan kecurigaan atau telah
didiagnosis infark miokard harus dirawat oleh staf yang terlatih dan
berpengalaman di unit jantung yang modern. Mereka sebaiknya mempunyai
akses untuk mendapat metode diagnosis yang modern dan perawatan, baik itu
di tempat perawatan awal atau di tempat yang lebih khusus. Mereka harus
mendapat informasi yang cukup setelah pulang, rehabilitasi, dan pencegahan
sekunder.
39
DAFTAR PUSTAKA
Budi Widiyanto & Yamin, 2014. Terapi Oksigen Terhadap Perubahan Ssturasi
Oksigen Melalui Pemeriksaan Oksimetri pada Pasien Infark Miokard
Akut. ProSiding Konfrensi Nasional II PPNI Jawa Tengah 2014 Vol. 3
Suzane C Smeltzer & Brenda G Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC
Tri Sunaryo, Siti Lestari, Sunaryo, 2014. Pengaruh Relaksasi Benson terhadap
Penurunan Skala Nyeri Dada Kiri pada Pasien ACUTE
MYOCARDIAL INFARC DI RS Dr.MOEWARDI SURAKARTA
Tahun 2014. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Vol. 4 No. 2