Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUUAN

LATAR BELAKANG

Pernahkah anda mendengar kata Taat dan Maksiat? Apabila kita


perhatikan secara lahiriah, bahwa taat artinya, adalah patuh kepada segala perintah
Allah dan ajaran-ajarannya, untuk diamalkan, disamping menjauhkan larangan-
laranagnnya, baik yang besar maupun yang kecil. Dan tentulah kita melihat bahwa
taat dalam hati adalah baik dan seolah-olah sama sekali tiada celaannya.

Demikian pula dalam melihat Maksiat, yang pengertiannya sepintas lalu


dalam arti yang lahir ialah : kedurhakaan kepada Allah swt, disebabkan tidak
menjalankan perintahnya dan melanggar larangannya. Tetapi kadangkala kita
melihat ada taat yang tidak murni dan suci, dan ada maksiat yang membawa
kepada akibat baik dan kesudahannya yang terpuji.

Di makalah ini kita akan membahas apa itu taat lahir, taat batin, maksiat
lahir, dan maksiat batin, apa saja contoh yang termasuk di dalamnya, dan sikap
manusia dalam melaksanakan ketaatan dan menghindari kemaksiatan.

1
PEMBAHASAN

A.Pengertian Taat Lahir dan Taat Batin

1). Taat Lahir

Taat lahir berarti melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan tuhan,
termasuk berbuat baik kepada sesame manusia dan lingkungan, dan dikerjakan
oleh angggota lahir, beberapa berbuatan yang dikategorekan taat lahir dalah:

a. Tobat
b. Amar ma’ruf nahi munkar
c. Syukur

2). Taat Batin

Sedangkan taat batin adalah segala sifat yng baik, yang terpuji yang
dilakukan oleh anggot batin (hati).

a. Tawakkal, yaitu berserah diri dan berpegang teguh kepada Allah,


2tidak dapat dikatakan tawakal jika belum berserah diri secara
ikhlas.1
b. Sabar dibagi kedalam beberapa bagian, yaitu sabar dalam
beribadah, sabar ketika dilanda malapetaka, sabar terhadap
kehidupan dunia, sabar terhdap maksit, sabar dalam perjuangan
c. Qana’ah, yaitu merasa cukup dan rela dengan pemberian yang
dianugerahkan oleh Allah.
Menurut Hamka, qana’ah meliputi:
1) Menerima dengan apa rela akan apa yang ada.
2) Memohon kepada Tuhan tambahan yang pantas dan
ikhtiar.
3) Menerima dengn sabar akan ketentuan Tuhan.

1
Dr. Fatah Syukur, M.Ag. Akidah-Akhlak, Semarang: Rahma media pustaka, hal 22
http://m.facebook.com/zahrotul.mukminat.sh/posts/484021845005464, diakses pada 13
oktober 2018

2
4) Bertawakal kepada Tuhan
5) Tidak tertarik dengan tipu daya dunia.

Nilai-nilai positif perilaku tawakkal, sabar dan Qana’ah:

a. Dicukupkan rezekinya oleh Allah swt, dikuatkan imannya.


b. Menjadi orang yng disayang Allah swt, selalu dekat dengan Allah,
merasa hidupnya menjadi lapang, banyak orang yang
menyayanginya, menumbuhkan sikap pantang menyerah dan tidak
mengenal putus asa.
c. Menerima dengan rela apa yang ada, senantiasa bertawakal kepada
Allah swt, tidak tertarik oleh tipu daya yang bersifat duniawi.2

Selain itu, masih banyak terdapat sifat-sifat mahmudah lainnya. Bahkan


Ahmad Mustafa dalam bukunya Akhlak Tasawuf, menyebutkan 33 bagian sifat
mahmudah lainnya.

Taat batin memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan taat
lahir, karena batin merupakan penggerak dan sebab bagi terciptanya
ketaatan lahir, dengan terciptanya ketaatan batin (hati dan jiwa), maka
pendekatan diri kepada Tuhan (bertarrub) melalui perjalanan rohani (salik)
akan dapat dilakukan.

Taat kepada Allah secara lahir dan menyerah kepadanya secara


batin sangat penting bagi berlangsungnya konsistensi kita dalam beribadah
kepada Allah swt.

Secara lahir seseorang beribadah kepada Allah swt dan batinnya pasrah
kepada dzat yang Maha suci dan sifat-sifat keagungan-Nya sehingga
menjadikan tenang dan damai, sehingga secara lahir ibadahnya dapat

2
Dr. Fatah Syukur, M.Ag. Akidah-Akhlak, Semarang: Rahma media pustaka, hal 28
http://m.facebook.com/zahrotul.mukminat.sh/posts/484021845005464, diakses pada 13
oktober 2018

3
terlaksana secara teratur dan ketenangan batinnya menjadi sumber energni
kekuatan tersendiri yang menguatkannya dalam menjalani hidup sesuai
dengan hukum-hukum Allah swt.

Sehingga Ibnu Athaillah mengatakan “Apabila Allah menjadikan


anda secara lahir taat pada perintah-Nya dan menganugrahi anda secara
batin menyerah secara penuh (pasrah) pada kekuasan-Nya, maka
sesungguhnya itu meerupakan anugrah besar bagi anda”

Abu Hasan r.a berkata “ketakutan kepada Allah selalu menyelimut


aku ketika masih berada di hutan, aku berkhlawat didalam gua, dengan
harapan agar kiranya aku bias menjadi wali Allah, dan Allah berkenan
membukakan pintu kewalian kepadaku, sebagaimana para wali lainnya.
Aku menjalaninya, dan dalam hatiku berkata mungkin dalam bulan ini,
tetapi belum juga Allah berkenan membukakan pintu itu kepadaku.
Beguitulah, terus aku jalani dalam gua, tiba-tiba ada seorang syehc
menghampiri pintu gua dan meminta izin kepadaku untuk masuk. Dia lalu
masuk member salam kepadaku. Aku menjawabnya dan bertanya siapakah
tuan?” Dia menjawab “Abdul Malik” Mendegar jawabannya aku menjadi
tahu bahwa dia adalah wali Allah. Aku bertanya kepadanya “bagaimana
keadaan anda?” mendapat pertanyaan dariku, dia kembali bertanya seakan
tidak menyukaiku “bagaimana keadaan orang yang mengatakan pada
dirinya sendiri, bahwa jumat ini aku menjadi wali, dalam bulan ini aku
akan menjadi wali, namun anda tak kunjung menjadi WALI. Ketahuilah
tidak ada kewalian keberuntungan dunia dan akhirat, wahai orang asing”,
“Mengapa anda tidak beribadah menyembah kepada Allah secara tulus
ikhlas karena-Nya sebagaimana yang diperintahkan kepada anda.
Bukankah Allah telah berfirman:3

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supya mereka
mengabdi kepada-ku.

3
http://m.facebook.com/zahrotul.mukminat.sh/posts/484021845005464, diakses pada 13
oktober 2018

4
Setelah menguhcapkan itu, ia menghilang pergi berlalu, hal itu
mengingatkan dan menyadarkan aku, dari mana dia datang dan mengtahui
kondisiku alhamdulillah Allah telah menjadikan aku tahu dan Allah
merahmatiku.Maka aku kembali mencaci maki diriku sendiri serya berkata
“wahai jiwaku, siapa anda ini, apa amal anda, serta apa yang anda katakan
dalam hati anda itu” sadarkah bahwa anda ini,tidak adaapa-apanya, tidak
punya apa dan tidak bias apa-apa, semuanya hanya kepunyaan Allah
semata-mata maka akupun bertobat dan beristigfar memohon ampun
kepada Allah swt. Hingga akhirnya Allah berkenan membukakan pintu
kewalian kepadaku, berkat anugrah dan kemurahan-Nya semata.4

Taat kepada Allah swt apabila disertai dengan kedaan-keadaan


yang tidak cocok itu dapat menghapuskan taat dan dapat membatalkan
pahala-pahalanya. Sebab tat itu telah disertai dengan sifat-sifat yang tidak
layak dengan kehambaan manusia yang mana mengajarkan taat itu kepada
Allah SWT karena itu wajiblah kita melaksanakan taat itu dalam gambaran
lahir dan batin dengan memperlihatkan dan menghayati seakan kitanpenuh
dengan dosa, kehinaan kita kepada Allah dan merasakan dalam kefakiran
kita kepadaNya. Jika perasaan itu kita tidak ada dan malah sebaliknya kita
merasakam dengan keadaan saat kita beribadah dan taat kepada Allah
dengan rasa perasaaan yang takabbur, dan rasa tinggi hati, yang
hakikatnya kita hanya seorang hamba, maka itu sangat dibeni oleh Allah
SWT yang dapat menyebabkan semua amalan kita dan pahala-pahala kita
dapat terhapuskan karena sifat yang kita rasakan tadi. Akan tetapi apabila
seorang hamba itu telah mengerjakan maksiat sedemikian rupa, sedangkan
hatinya selalu diliputi dengan perasaan kehambaannya kepada Allah SWT,
maka dengan perasaan dan kesadaran akan kehambaan. Kesadaran yang
demikian itu, apabila ada izin Allah, akan dapat menghapuskan maksiat-
maksiat yang dikerjakannya dan juga dapat menghilangkan dosa maksiat-
maksiat ittu dengan ridha Allah SWT.

4
http://m.facebook.com/zahrotul.mukminat.sh/posts/484021845005464, diakses pada 13
oktober 2018

5
3. Bahaya yang mengancam orang-orang yang taat

Ketahuilah bahwa dalam menjalankan segala ketaatan dan


meninggalkan segala kemaksiatan terdapat dua bahaya, yaitu: melakukan
dosa, dan menyepelekan pahala.

Adapun orang yang terjebak ke dalam perbuatan dosa adalah orang


yang membanggakan perbuatan yang telah dilakukannya pada masa lalu
dan membanggakan ketaatan yang telah diperbuatnya pada msa
lampau.Membangganggakan atau menyombongkan diri karena amal dan
ketaatan yang telah diperbuatnya menjerumuskan pelakunya kepada dua
hal yang tercela:5

Pertama, orang yang membanggakan diri dengan amal akan


mengungkit-ungkit amal yang telah dilakukannya. Dan orang yang
mengungkit-ungkit amal kepada Allah, niscaya akan mengingkari
nikmatnya.

Kedua, orang yang membnggakan amal perbuatannya, niscaya


akan menyombongkan diri karenanya. Orang yang sombng dengan
amalnya, niscaya akan merasa bahwa hanya diriny yang telah
melaksanakannya.

Adapun orang yang menyepelekan pahala adalah orang yang hanya


membatsi diri pada apa yang telah dikerjakannya pada masa lalu, dan hany
melakukan sesuatu yang telah dilakukan sejak dahulu (tidak mau
meningkatkan amal perbuatan dan ketaatannya).

Pertama, membatasi diri hanya kepada amal yang telah


dilakukannya sejak dulu, dan menganggap remeh amal yang lainnya yang
baru diketahuinya kemudian.

5
Al-Imam Al-Mawardi, Kenikmatan kehidupan dunia dan agama: Etika dalam pergaulan
([Jakarta: Pustaka Azzam,2001), 147

6
Kedua, orang yang membatasi diri kepada amal dan ketaatan
tertentu berarti dia merasa aman (dari siksa Allah), dan orang yng merasa
aman dari azab Allah tidak termasuk orang yang merasa khawatir, Orang
yang tidak merasa khawatir akan azab Allah, niscaya segala urusannya
akan diliputi kehinaan, dan mudah terjerumus kepada perbuatan yang
tercela.

B. Pengertian Maksiat Lahir dan Maksiat Batin

1. Maksiat Lahir

Maksiat dari bahasa arab, ma’siyah, artinya “pelanggaran oleh orang yang
berakal balig (mukallaf), karena melakukan perbuatan yang dilarang dan
meninggalkan pekerjaan yang diwajibkan oleh syari’at islam. Maksiat
lahir dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:6

a. Maksiat lisan, seperti berkata-kata yang tidak memberikan


manfaat, berlebih-lebihan dalam percakapan, berbicara hal yang
batil, berdebat dan berbantah yang hanya mencari menangnya
sendiri tanpa menghormati orang lain, berkata kotor, mencci makai
atau mengucapkan kata laknat baik kepada manusia, binatang
maupun kepada benda-benda lainnya, menghina, mentertawakan,
atau merendahkan orang lain, berkata dusta, dan lainnya.
b. Maksiat telinga, seperti mendengarkan pembicaraan orang lain
yang sedang mengumpat, mendengarkan orang yang sedang
namimah, mendengarkan nyanyian-nyanyian atau bunyi-bunyian
yang dapat melalaikan ibadah kepada Allah swt.
c. Maksiiat mata, seperti melihat aurat wanita yang bukan
muhramnya, melihat aurat laki-laki yang bukan muhrimnya, ,elihat
orang lain dengan gaya menghuna, melihat kemunkaran tanpa
beramal makruf nahi munkar.

6
http://khazanahslam.blogspot.com/2015/10/?m=1, diakses pada 13 0ktober 2018

7
d. Maksiat tangan, seperti menggunakan tangan untuk mencuri,
menggunakan tangan untuk merampok, menggunakan tangan
untuk mencopet, menggunakan tangan untuk merampas,
menggunakan tangan untuk mengurangi timbangan.

Maksiat lahir, karena dilakukan dengan menggunakan alat-alat


lahirlah, akan mengakibatkan kekacauan dalam masyarakat, dan tentu saja
amat berbahaya bagi keimanan dan ketentraman masyarakat, seperti
pencurian dan perampokan, pembunuhan, perkelahian (akibat fitnah, adu
domba.

2. Maksit Batin

Maksiat batin lebih berbahaya dibandingkan dengan maksiat lahir,


karena tidak terlihat, dan lebih sukar dihilangkan. Selama maksiat batin
belum dilenyapkan, maksiat lahir tidak bias dihindarkan dari manusia.
Bahkan pari sufi menganggap bahwa maksiat bathin sebagai najla
maknawi, yang karena adanya nakis tersebut, tidak memungkinkannya
mendekati tuhan (taqarrub ila Allah).

Maksiat batin berasal dari dalam hati manusia, atau digrerakkan


oleh tabi’at hati. Sedangkan hati memiliki sifat yang ditak tetap, terbolak
balik, berubah-ubah, sesuai dengan keadaan atau Sesuatu yang
mempengaruhinya ,hati terkadang baik, simpati, dan kasih sayang, tetapi
disaat lainnya hati terkadang jahat, pendendam, syirik dan sebagainya.
Beberapa contoh penyakit batin (akhlak tercela) adalah:

a. Marah (ghadab), dapat dikatakan seperti nyala api yang terpendam


di dalam hati, sebagai salah satu godaan setan terhadap manusia.
Seperti Marah tanpa sebab, Mudah tersinggung, tidak bias
mengendalikan diri dan mengontrol emosi. Islam menganjurkan,
orang yang marah agar berwudhu (menyiram api kemarahan
dengan air).7
7
http://khazanahslam.blogspot.com/2015/10/?m=1, diakses pada 13 0ktober 2018

8
b. Dongkol (hiqd), perasaan jengkel yang ada di dalam hati, atau buah
dari kemarahan yang tidak tersalurkan. Rasulullah bersabda,
“orang mukmin itu bukanlah orang yang suka mendongkol”.
c. Dengki (hasad), penyakit hati yang ditimbulkan kebencian diri, dan
ambisi. Islam melarang bersikp dengki, sebagaiman sabda nabi,
“jauhilah olehmu akan dengki, karena sesungguhnya dengki dapat
memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar”,
d. Sombong (takabbur), perasaan yang terdapat di dalam hati
seseorang, bahwa dirinya hebat, dan mempunyai
kelebihan.8Perilaku takabur dapat digolongkan ke dalam tiga
macam bentuk, yaitu: Takabbur kepada Allah, takabbur kepada
rasul, dan takabur kepada manusia.

Namun jika sudah melakukan hal-hal yang berbau maksiat atau yang
merupakan dosa besar, ada cara-cara yang harus dijalani dengan niat dan
tidak boleh ada rasa keterpaksaan untuk menghapus dosa tersebut. Cara-
cara tersebut adalah:9

a. Taubat nasuha

Cara inillah merupakan hal yang harus dilakukan setelah berbuat


maksiat atau dalam arti wajib dan sangat penting dilakukan oleh orang-
orang tersebut. Adala jenis taubat paling tinggi yang di anjurkan alquran
dan memang digunakan sebagai taubat penghapus dosa besar yang telah
dilakukan oleh seseorang. Caranya tidak terlalu berat namun harus dengan
sepenuh hati dan juga harus dilakukan ikhlas karena allah, dan pastinya
tidak ada paksaan dari manapun dan siapapun.

Beberapa syarat taubat yang merupakan taubat yang benar itu maka
pendahuluannya ada 3 macam

8
Dr. Fatah Syukur, M.Ag. Akidah-Akhlak, hal 45 dan 46
9
https://www.beritaislamiterkini.com/2016/01/hal-yang-harus-dilakukan-setelah-berbuat-
maksit.html, diakses pada 15 oktober 2018

9
1. Mengingat kepd akibat dosa yang bias menimbulkan kejelekan.
2. Mengingat akan besarnya siksaan Allah dan kemurkaannya
yang tidak akan sanggup menanggung penderitaan akibatnya.
3. Ingatlah akan lemahnya tubuh serta hilangnya rasa malu ketika
mengerjakan dosa tersebut. Padahal tidak akan sanggup
menahan derita akan panasnya api neraka jahannam, pukulan
malaikat Zabaniah, gigitan ular-ular yang sebesar leher unt,
kalajengking-kalajengking yang sebesar keledai yang
diciptakan oleh Tuhann buat siksaan di neraka.

Dengan demikian mak berlindunglah kita pada Allah dari kemurkaan dan
siksaannya. Semoga Allah akan memberikan pada kita dengan karunianya.10

b. Memperdalam ilmu gama

Dengan memperdalam ilmu agama maka bias dipastikan akan


dituntun ke jalan Allah dan tidak lagi melakukan hal-hal yang
merupakan sumber dosa besar tersebut termasuk berbuat maksiat.

c. Menjauhi pengaruh buruk lingkungan

Pengaruh-pengaruh di sekitartempat kita mungkin menjadi salah


satu penyebab yang menggiring kita untuk melakukan perbuatan
maksiat yang telah kita lakukan sebelumnya. Maka dari itu sebaiknya
kita berlahan-lahan menjauhi pengaruh-pengaruh yang terdapat pada
lingkungan kita.11

d. Berteman denagn orang-orang ynag sholeh

Dengan berteman dengan orang-orang yang “mengerti


agama”ataupun dalam artian orang-orang yang sholeh dan sholehah

10
Imam Ghazali, Pedoman Ahli Ibadat (Minhajul ‘Abidin), Surabaya: Al-Ikhlas, 1986, 49
11
https://www.beritaislamiterkini.com/2016/01/hal-yang-harus-dilakukan-setelah-berbuat-
maksit.html, diakses pada 15 oktober 2018

10
insyaallah bias menuntun kita ke jalannya Allah yaitu ke jalan yang
benar dan tidak akan kembali jatuh ke hal-hal yang berbau maksiat.

e. Menjalankan seluruh perintah Allah daan menjauhi larangannya.

Beriman kepada Allah merupakan hal yang bis menghapus dosa


besar. Selain itu dengan terbiasa menjalankan seluruh perintah dan
menjauhi larangannya juga bias mencerminkan bahwa kita
merupakan makhluk allah yang taat.12

C. Sikap manusia dalam melaksanakan ketaatan dan menghindari kemaksiatan.

Sikap manusia terhadap hal-hal yng diperintah ataupun yang dilarang


terbagi menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Oranag yang selalu melaksanakan ketaatan dan menghindari


kemaksiatan. Sikap yang seperti ini merupakan sikap yang paling
sempurna yang dilakukan oleh seorang pemeluk agama, dan
merupakan sifaat orang takwa yang paling utama, sehingga mereka
berhk mendapatkan pahala.
2. Orang yang menghindri ketaatan dan berani melakukan kemaksiatan.
Sikap orang yang semacam ini dianggap sebagai sikap yng paling
buruk yang dilakukan oleh seorang yang beragama dan termasuk sifat
seorang hamba Allah yang paling jelek yang menyebabkannya layak
mendapatkan siksaan.
3. Orang yng melaksanakan ketaatan dan juga melaksanakan
kemaksiatan. Orang yang bersikap demikian pantas mendapat ganjaran
(siksaan), karena kemaksiatan itu dapat menghanccurkan ketaatan.
4. Orang yang menghindari ketaatan dan juga menghindari kemaksiatan.
Orang yang seperti ini pantas mendapatkan ganjaran (siksaan) karena

12
https://www.beritaislamiterkini.com/2016/01/hal-yang-harus-dilakukan-setelah-berbuat-
maksit.html, diakses pada 15 oktober 2018
Al-Imam Al-Mawardi, Kenikmatan kehidupan dunia dan agama: Etika dalam pergaulan, 144-
145

11
termasuk orang yang melupakan agamanya dan lemah keyakinan yang
dimilikinya.13

13
Al-Imam Al-Mawardi, Kenikmatan kehidupan dunia dan agama: Etika dalam pergaulan, 146.

12
PENUTUP

KESIMPULAN

Taat terbagi dua yaitu taat lahir dan taat batin, Taat lahir berarti melakukan
seluruh amal ibadah yang diwajibkan tuhan ialah Tobat, Amar ma’ruf nahi
munkar, Syukur. Dan taat batin adalah segala sifat yang baik, yang terpuji yang
dilakukan oleh anggot batin (hati) seperti tawakkal,sabar dan qana’ah

Maksiat jug terbagi dua yaitu maksiat lahir dan batin. Maksiat dari bahasa
arab, ma’siyah, artinya “pelanggaran oleh orang yang berakal balig (mukallaf),
karena melakukan perbuatan yang dilarang dan meninggalkan pekerjaan yang
diwajibkan oleh syari’at islam, ialah maksiat tangan, maksiat mata, maksiat lisan,
dan maksiat telinga. Sedangkan maksiat batin berasal dari dalam hati manusia,
atau digrerakkan oleh tabi’at hati. Sedangkan hati memiliki sifat yang ditak tetap,
terbolak balik, berubah-ubah, sesuai dengan keadaan atau Sesuatu yang
mempengaruhinya ,hati terkadang baik, simpati, dan kasih sayang, tetapi disaat
lainnya hati terkadang jahat, pendendam, syirik dan sebagainya. Seperti marah,
dengki, sombong dan dongkol.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mawardi, Al-Imam. Kenikmatan kehidupan dunia dan agama: Etika dalam


pergaulan ([Jakarta: Pustaka Azzam,2001).

Ghazali, Imam. Pedoman Ahli Ibadat (Minhajul ‘Abidin), Surabaya: Al-Ikhlas,


1986

http://khazanahslam.blogspot.com/2015/10/?m=1, diakses pada 13 0ktober 2018

http://m.facebook.com/zahrotul.mukminat.sh/posts/484021845005464, diakses
pada 13 oktober 2018

https://www.beritaislamiterkini.com/2016/01/hal-yang-harus-dilakukan-setelah-
berbuat-maksit.html, diakses pada 15 oktober 2018

Syukur, Fatah. Akidah-Akhlak, Semarang: Rahma media pustaka

14

Anda mungkin juga menyukai