Kajian tasawuf, dewasa ini, banyak digandrungi para akademisi. Hal ini terbukti dengan
semakin maraknya buku-buku yang mengkaji tentang tasawuf, baik di Timur maupun Barat,
muslim maupun non-muslim. Sebagai ilmu, tasawuf adalah suatu disiplin ilmuyang digunakan
untuk mengetahui terkait kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkan dari yang tercela dan
mengisi dengan sifat-sifat terpuji, caramelakuan sulukdan perjalanan menuju Allah Swt. Ada tiga
sudut pandang yang digunakan untuk mendefinisikan tasawuf, yaitu sudut pandang manusia
sebagai makhluk terbatas, sudut pandang manusia yang harus berjuang dan sudut pandang
manusia sabagai makhluk bertuhan.
Berdasarkan sudut pandang manusia sebagai makhuk terbatas, tasawuf didefinisikan
sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengruh kehidupan dunia dan
memusatkan perhatian kepada Allah swt. Dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang
harus berjuang, tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang
bersumber dari ajaran agama untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Sedangkan dari sudut
pandang manusia sebagai makhluk hidup yang bertuhan, maka tasawuf didefinisikan sebagai
kesadaran fitrah ketuhanan yang dapat mengarahkan jiwa agar tertuju kepada kegiatan-kegiatan
sehingga mampu menghubungkan manusia dengan Tuhan.
Perspektif dunia global, integritas ajaran Islam sedikit banyak mulai mengalami
disorientasi. Banyak kaum muslim yang kehilangan spirit dan nilai-nilai keislamannya. Gerakan
tasawuf muncul sebagai antithesis trend masyarakat yang sedang berkembang sebagai
keseimbangan di dalam siklus masyarakat bergaya hedonis dan materialis.
Sumber ajaran dasar atau konsep utama tasawuf juga banyak dijumpai dalam al-Qur’an
yang tersebar diberbagai ayat. Asumsi dasar hal ini adalah bahwa kehidupan manusia itu harus
seimbang. Jika manusia mengalami ketidakseimbaangan hidup, maka akan muncu masalah.
Orang yang berlimpah materi, sebagai contoh, terkadang aspek spiritual berkurang. Orang yang
disangka sudah sampai pada aspek spiritual, terkadang mendamba sesuatu yang berorientasi
materi. Hal ini sejalaan dengan firman Allah swt. Dalam QS. al-Qashas:77.
Melalui tasawuf, manusia harus kembali nilai-nilai yang bersumber dari al-Qur’an dan
hadits, karena pada dasarnya tasawuf hadir untuk membentuk perilaku kaum muslim sesuai
dengan aturan-aturan yang ada di dalam al-Qur’an dn hadits. Aturan-aturan yang memuat nilai
dan pronsip hidup tersebut populer dengan khazanah pemikiran sufi sebagai tasawuf akhlaqi.
PEMBAHASAN
Tasawuf ialah memilih jalan hidup secara zuhud dan menjauhkan diri dari perhiasan
hidup dalam segala bentuknya. Dalam pandangan sufi, manusia cenderung kepada hawa
nafsunya. Manusia dikendalikan oleh hawa nafsu, bukan manusia yang mengendalikan nafsu.
Itulah sebabnya untuk memasuki kehidupan taswuf, seseoang harus mampu menguasai nafsunya
agar tidak sampai membawa kepada kesesatan.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh yaitu:
A. Takhalli
Yang dimaksud dengan takhalli itu sendiri ialah mengosongkan diri dari setiap
ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi dengan cara menjauhkan diri dari maksiat dan
berusaha menguasai hawa nafsu. Takhalli (membersihkan diri dari sifat tercela) oleh sufi
dipandang penting karena semua sifat-sifat tercela merupakan dinding-dinding tebal yang
membatasi manusia dengan Tuhannya. Oleh karena itu, untuk dapat mendalami tasawuf
seseorang harus mampu melepaskan diri dari sifat tercela dan mengisinya dengan akhlak-akhlak
terpuji untuk dapat memperoleh kebahagiaan yang hakiki.1
B. Tahalli
Tahalli di sini maksudnya adalah menghiasi atau mengisi diri dari sifat dan sikap serta
perbuatan-perbuatan yang baik. Dengan kata lain, sesudah mengosongkan diri dari sifat yang
tercela (takhalli), maka usaha itu harus berlanjut terus ke tahap tahalli (pengisian jiwa yang telah
dikosongkan).
Adapun sikap-sikap yang dapat dibiasakan ialah sebagai berikut:
At-taubah
Al-Ghazali mengklasifikasikan tobat kepada tiga tingkatan, yaitu:
1. Meninggalkan kejahatan dalam segala bentuknya dan beralih kepada kebaikan dan
takut akan siksa Allah Swt.
2. Beralih dari situasi baik ke situasi yang lebih baik lagi.
3. Rasa penyesalan yang dilakukan semata-mata karena ketaatan dan kecintaan kepada
Allah Swt.
Cemas dan Harap (khouf dan raja’)
Dengan adanya rasa takut akan menjadi pendorong bagi seseorang untuk meningkatkan
pengabdiannya dengan harapan ampunan dan anugerah dari Allah Swt.
Zuhud
1
Ahmad Bangun Nasution, Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2013), 72.
Zuhud ialah melepaskan diri dari kehidupan duniawi denga mengutamakan kehidupan
akhirat.
Al-Faqr
Yaitu puas dan bahagia dengan apa yang dimiliki.
Ash-Shabru
Al-Ghazali membedakan sabar ke dalam beberapa nama, yaitu:
1. Iffah, yaitu ketahanan mental terhadap hawa nafsu perut dan seksual.
2. Hilm, yaitu kesanggupan menguasai diri agar tidak marah.
3. Qana’ah, yaitu ketabahan hati menerima nasib sebagaimanaa adanya.
4. Saja’ah, yaitu sikap pantang menyerah dalam menghadapi masalah.
Ridha
Adalah menerima dengan lapang dada dan hati terbuka apa saja yang datang dari Allah
Swt.
Muraqabah
Muraqabah bisa diartikan sebagai segala aktivitas yang dilakukan selalu ada
perhitungan, seberapa jauh ia dapat menunaikan kewajiban dan sampai mana ia telah
melakukan pelnggaran hukum Allah Swt.2
C. Tajalli
Tajalli dapat dikatakan terungkapnya nur ghaib untuk hati. Rasulullah Saw. bersabda:
“ada saat-saat tiba karunia dari Tuhanmu, maka siapkanlah dirimu untuk itu”. Oleh karena itu,
setiap calon sufi mengadakan latihan jiwa (riyadah), berusaha untuk membersihkan dirinya dari
sifat-sifat tercela, mengosongkan hati dari sifat yang keji ataupun dari hal-hal duniawi, lalu
mengisinya dengan sifat-sifat terpuji seperti: beribadah, zikir, menghindrkan diri dari hal-hal
yang dapat mengurangi kesucian diri dan seluruh jiwa (hati) semata-mata hanya untuk
memperoleh tajalli yaitu menerima pancaran ilahi.3
Apabila Tuhan telah menembus hati hambanya dengan nur-nya, maka berlimpah ruahlah
rahmat dan karunianya. Pada tingkatan ini, hati hamba akan bercahaya terang benderang,
dadanya terbuka luas, dan terangkat tabir rahasia alam malakut dengan karunia rahmat Tuhan
tersebut.
2
Ahmad Bangun Nasution, Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013), 73
3
Ahmad Bangun Nasution, Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013), 74
Adapun untuk memperdalam rasa cinta kepada Allah dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
Munajat
Adapun yang dimaksud dengan munajat ialah menyampaikan segala keluhan,
mengadukan nasib dengan untaian kalimat yang indah seraya memuji keagungan Allah.
Hal ini dapat dilakukan sewaktu selesai shalat tahajud. Latiahn dengan ibadah seperti:
perenungan, doa dan air mata adalah metode memperdalam penghayatan rasa ketuhanan,
sekali berjumpa ingin selalu bersama.
Muraqabah dan muhasabah
Memperbanyak wirid dan zikir
Tafakkur
Zikrul maut (mengingat Allah akan kematian yang pasti akan terjadi)4
Tajalli Af’al, yaitu tajallinya Allah dalam af’al-Nya, ialah ibarat dari penglihatan
dimana seorang hamba Allah berlaku pada sesuatu. Ketika itu, ia meliat Tuhan, maka
tiada lagi fi’il sang hamba. Gerak dan diam serta isbat hanyalah bagi Allah semata-
mata.
Tajalli Asma’, yaitu seorang hamba dari dirinya dan bebasnya dari genggaman sifat-
sifat kebaruan dan lepasnya ikatannya dari dirinya/tubuh kasarnya, ketika itu ia fana’
dalam kebaqaan Allah, karena telah sucinya ia dari sifat-sifat kebaruan. Bahwa
sesungguhnya Tajalli Asma’, sebenarnya tiada lagi yang dilihat kecuali dzatuzarfi dan
bukannya melihat Asma.
Dalam Insanul Kamil dikatakan: “Barangsiapa yang mendapatkan tajalli Allah dari
segi Asma’Nya yang disebut, maka terbukalah baginya dari nampaknya Nur Illahi
dalam keadaan biasa, maksudnya agar ia mendapatkan jalan kepada ‘ma’rifat’.
Bahwa sesungguhnya Allah ialah pada saat itu Tajallilah Allah Swt. baginya, karena
sesungguhnya Allah adalah dhohir. Ketika itu maka bertempatlah hamba pada tempat
yang bathin karena fana’ nya sifat-sifat kebaruannya ketika Nampak wujud Al haqqu
Ta’ala Yang Qodim.5
Tajalli Sifat, adalah sebagaimana yang disebutkan Insanul Kamil, yaitu ibarat
penerimaan tubuh seorang hamba Allah berlaku sifat dengan sifat Ketuhanan suatu
penerimaan asli dan ketentuan pasti.
4
Zahri, Mustafa, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997).
5
Syukur, M.Asywadie, Ilmu Tasawuf II, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1980).
Tajalli Dzat, menurut keterangan Litab Insanul Kamil, Dzat Tuhan itu ibarat dari
“wujud” yang mutlak. Selanjutnya diterangkan, bahwa dzat itu adalah ibarat dimana
bertempat karunia Ketuhanan. Manakala Allah Swt. Menghendaki terjadinya tajalli
atas hamba-Nya itu telah memfana’kan dirinya, maka bertempatlah padanya “karunia
Ketuhanan”. Dalam hal ini, hamba telah berada dalam situasi masiawallah, yaitu
dalam wujud Allah semata-mata.6
PENUTUP
Kesimpulan
6
Senali, Moh. Saifullah Al Aziz, Tasawwuf dan Jalan Hidup Para Wali,( Jawa Timur: Putra Pelajar, 2000),122-123
Takhalli ialah membersihkan diri dari sifat-sifat tercela (kotoran hati) seperti iri hati, dengki
atau benci, sangka buruk, sombong, merasa sempurna diri dari orang lain, memanerkan
kelebihan, cari-cari nama atau kemansyuran, kikir, kebendaan, pemarah, pengumpat, berbicara
dibelakang orang, dusta, munafik. Adapun cara membersihkannya ialah suci dari najis dan
hadast, mensucikan diri dari dosa lahir, suci dari dosa bathin, dan mensucikan hati
rabbaniyah.Tahalli adalah mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji (menyinari hati). Dan tajalli
adalah kenyataan Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Ahmad Bangun, Royani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf, Pengenalan, Pemahaman,
dan Pengaplikasiannya (Disertai Biografi dan Tokoh-Tokoh Sufi), Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2013.
Senali, Moh. Saifullah Al Aziz, Tasawwuf dan Jalan Hidup Para Wali, Jawa Timur: Putra
Pelajar, 2000.
Syukur, M.Asywadie, Ilmu Tasawuf II, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1980.
Zahri, Mustafa, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997.
MAKALAH
TAKHALLI, TAHALLI, DAN TAJALLI
Dosen Pengampu : Drs. M. Idris Syukur, M.Pd.i
Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf
Disusun oleh:
Amelia : 180103040062
PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN
2018