Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

“RUBELLA”

KELOMPOK 4:

AFRIKHAN RIVALDO 1800001


MUTIARA ALHAYYU 1800029
PUTRI SONYA YULIARMI 1800035
UCI RAMADHANTY 1800051

DOSEN PENGAMPU:
Apt.MELZI OCTAVIANI, M.Farm

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul RUBELLA
tepat waktu.Makalah RUBELLA disusun guna memenuhi tugas pada mata
kuliah mikrobiologi dan parasitology di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca tentang Virus Rubella.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Apt.Melzi


Octaviani, M.farm selaku Dosenmata kuliah Mikrobiologi dan parasitologi.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni .

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Pekanbaru,22 Agustus 2020


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG VIRUS RUBELLA

Rubella adalah penyakit jenis campak yang dapat dicegah dengan


imunisasi atau dikenal dengan sebutan PD3I. Rubella dikenal juga dengan
nama Campak Jerman, Campak 3 Hari merupakan penyakit yang sangat
mudah menular. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus rubella yang
menyerang tubuh, terutama pada kulit dan kelenjer getah bening. Penularan
rubella dapat terjadi melalui droplet yaitu melalui percikan cairan seperti air
ludah, keringat yang terkena orang lain. Selain itu rubella juga dapat
ditularkan melalui plasenta oleh ibu hamil kepada janin yang ada di dalam
kandungannya atau dikenal dengan nama rubella kongenital.

Rubella pada dasarnya merupakan penyakit ringan, dan dapat sembuh


dengan sendirinya bagi orang normal. namun penyakit ini, apabila diderita
oleh wanita hamil terutama pada awal kehamilan atau 20 minggu pertama
kehamilan akan menjadi berbahaya karena dapat menyebabkan sindrom
rubella bawaan (Syndrome Rubella Congenital) pada bayi seperti bayi lahir
cacat, abortus, bayi lahir dengan mata katarak, gangguan pendengaran,
terjadi pengapuran otak, dan lain sebagainya.
.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan
bahwa penyakit rubella apabila terjadi pada ibu hamil yang tidak
mendapatkan vaksinasi, akan berpotensi terjadinya keguguran atau bayi
meninggal dunia setelah dilahirkan. Menurut Jannah dan Satria (2015)
bahwa saat ini diperkirakan sebanyak 10% dari total remaja yang ada di
dunia rentan terhadap infeksi virus Rubella. Rubella umumnya terjadi pada
kelompok umur < 15 tahun. CDC menyatakan bahwa lebih dari 100.000
anak lahir dengan CRS setiap tahunnya terutama di negara Afrika, Asia
Tenggara, dan Pasifik Barat

Kejadian rubella tersebar di seluruh dunia, yang mana angka


kejadiannya masih terbilang tinggi. WHO pada tahun 2017 melaporkan
angka kejadian rubella di dunia mencapai 16.112 kasus. Negara dengan
kasus rubella tertinggi pada tahun 2017 terjadi di Indonesia yaitu sebanyak
4.327 kasus, selanjutnya India dengan jumlah kasus sebanyak 2.946, dan
Cina dengan jumlah kasus sebanyak 1.601.

Indonesia salah satu negara penyumbang kasus Rubella terbesar di


dunia. Menurut data WHO pada tahun 2015 jumlah kasus rubella di
Indonesia mencapergi 1.379 kasus, kemudian pada tahun 2016 menurun
menjadi 1.170 kasus, dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 4.327 kasus.
Hasil penelitian pada tahun 2008-2013 yang dilakukan di rumah sakit
Sardjito Jogja, diperkirakan sebanyak 201 bayi terkena CRS. Kasus CRS di
Jawa Timur diperkirakan sebanyak 0,77 per 1000 kelahiran bayi atau 700
bayi dilahirkan dengan CRS per tahun.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa pada


tahun 2010-2015 dari kasus yang sudah dilaporkan terdapat 23.164 kasus
campak dan 30.463 kasus rubella. Akan tetapi hasil data yang diperoleh
menunjukkan fenomena gunung es karena diduga hasil yang ada dilapangan
jauh lebih tinggi.
Sebelum dilakukan imunisasi massal mulai tahun 1969, di Amerika
terjadi epidemi rubella tiap 6 – 9 tahun dengan epidemi terakhir pada tahun
1964 dengan perkiraan sebanyak lebih dari 20.000 kasus sindroma rubella
kongenital dan 11.000 kasus keguguran. Insidens tertinggi adalah pada
umur 5 – 9 tahun sebanyak 38,5 % dari kasus pada tahun 1966-1968.
Meskipun insiden rubella turun sampai 99 % antara 1966-1968, 32 % dari
semua kasus terjadi pada umur 15-29 tahun. Tanpa imunisasi, 10 % - 20%
populasi di Amerika dicurigai terinfeksi rubella.

Tujuan imunisasi adalah eradikasi infeksi rubella kongenital.


Jumlah kasus sindroma rubella kongenital yang dilaporkan turun sampai
99 % sejak tahun 1969. Setelah penurunan yang tajam dari insiden sindroma
rubella kongenital, insiden mendatar sekitar 0.05 per 100.000 kelahiran
hidup selama10 tahun terakhir karena infeksi rubella tetap berlanjut pada
wanita usia subur. Bila semua wanita ini telah divaksinasi (idealnya) insiden
sindroma rubella kongenital pasti akan turun sampai nol.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apa itu virus Rubella ?


1.2.2 Bagaimana cara perkembangbiakan virus Rubella?
1.2.3 Bagaimana proses penularan virus rubella?
1.2.4 Bagaimana cara pengobatan virus Rubella?
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN

1.3.1 Mengetahui dan memahami latar belakang timbulnya virus Rubella


1.3.2 Memahami apa itu virus Rubella
BAB II

ISI

2.1 PENGERTIAN VIRUS RUBELLA

Virus Rubella adalah virus RNA dari keluarga togavirus ukuran 60


nm, struktur ikosahendral, memiliki amplop virus, sensitif terhadap eter
pathogen kausatif rubella. Transmisi: mungkin infeksi tetes. Kultur: pada
kultur telur (korioallantois), di lakukan pertama kali oleh Anderson
(Melbourne, 1955).

Rubella adalah penyakit infeksi akut oleh virus yang di tandai dengan
demam ringan dan bintik dan bercak merah pada seluruh badan mirip
dengan campak.Congenital rubella syndrome terjadi pada kehamilan
trimester ke tiga yang dapat menyebabkan cataract, microphtalmia,
microcephaly, mental retardation. hepatomegaly, glaucoma, kelainan pada
katup jantung dan tulang. Perlu di lakukan diferesial diagnosis dengan
measles dan erisepalas. Distribusi penyakit dan prevalensi penyakit tersebar
di seluruh dunia dan bersifat endemis (zardvitasalensehe,2016)

Rubella adalah virus saluran nafas. Rubella berarti (merah kecil)


pertama kali dibedakan dari campak oleh seorang dokter jerman, dan
disebut juga German measles. Virus ini menimbulkan gejala demam akut
yang ditandai oleh ruam kulit dan limfadenopati auricular dan
suboccipital yang menyerang anak-anak dan dewasa muda. Ini merupakan
eksanthema viral umum yang paling ringan tetapi, infeksi selama awal
kehamilan menyebabkan abnormalitas serius pada janin, termasuk
malformasi kongenital dan retardasi mental. Akibat rubella dalam rahim
berkenan dengan sindroma rubella kongenital. Penyakit ini disebabkan oleh
suatu virus RNA dari golongan Togavirus

2.2 MORFOLOGI VIRUS RUBELLA

Virus rubella/virus RNA beruntai tunggal memiliki 3 protein


struktural utama yaitu 2 glycoprotein envelope, E1 dan E2 dan 1 protein
nukleokapsid. Secara morfologi, virus rubella berbentuk bulat (sferis)
dengan diameter 60– 70 mm dan memiliki inti (core) nukleoprotein padat,
dikelilingi oleh dua lapis lipid yang mengandung glycoprotein E1 dan E2.
Virus rubella dapat di hancurkan oleh proteinase, pelarut lemak, formalin,
sinar ultraviolet, PH rendah, panas dan amantadine tetapi nisbi (relatif)
rentan terhadap pembekuan, pencairan atau sonikasi. Virus Rubella (VR)
terdiri atas dua sub unit struktur besar, satu berkaitan dengan envelope virus
dan yang lainnya berkaitan dengan nucleoprotein core (Kadek, dan Darmadi,
2007).

2.3 CARA PERKEMBANGBIAKAN VIRUS RUBELLA

Virus Rubella berkembang biak dalam sel-sel yang melapisi bagian


belakang tenggorokan

2.4 CARA VIRUS RUBELLA MENULARKAN PENYAKIT

Cara penularan rubella melalui sekret nasofaring dari orang


terinfeksi. Infeksi terjadi melalui droplet atau kontak langsung dengan
penderita. Pada lingkungan tertutup seperti asrama calon prajurit, semua
orang yang rentan dan terpajan bisa terinfeksi. Bayi dengan CRS
mengandung virus pada sekret nasofarin dan urin mereka dalm jumlah besar,
sehingga menjadi sumber infeksi. Penularan juga terjadi melalui kontak
dengan cairan yang berasal dari nasopharynx penderita. Virus ini juga
menular melalui partikel udara.
Rubella biasanya di tularkan oleh ibu kepada bayinya, makanya di
sarankan untuk melakukan tes rubella sebelum hamil. Penularan virus
rubella dapat terjadi ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin atau
menular melalui kontak langsung dengan sekret pernapasan (seperti lendir)
orang yang terinfeksi. Rubella juga dapat di tularkan dari wanita hamil ke
janinya melalui aliran darah. Orang yang terinfeksi rubella juga dapat
menularkan penyakitnya bahkan sebelum gejalanya muncul. Rubella di
tularkan dari orang ke orang.

2.5 GEJALA YANG MUNCUL JIKA TERKENA VIRUS RUBELLA

Gejala-gejala dari virus rubella sebagai berikut:


a. Pembekakan pada kelenjar getah bening
b. Demam di atas 38º C
c. Mata terasa nyeri
d. Muncul bintik-bintik merah di seluruh tubuh
e. Kulit kering
f. Sakit pada persendian
g. Sakit kepala
h. Hilang nafsu makan
i. Wajah pucat dan lemas
j. Terkadang di sertai dengan pilek
2.6 PENGOBATAN JIKA TERKENA VIRUS RUBELLA
Imunisasi MMR pada usia 12 bulan dan 4 tahun. Vaksin rubella
merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak. Vaksin
MMR di berikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua di berikan pada
usia 4-6 tahun. Wanita usia subur bisa menjalani pemeriksaan serologi
untuk rubella. Jika tidak memiliki antibodi, di berikan imunisasi dan
baru boleh hamil 3 bulan setelah penyuntikkan. Vaksin sebaiknya tidak
di berikan ketika ibu sedang hamil atau kepada orang yang mengalami
gangguan sistem kekebalan akibat kanker, terapi kortikosteroid maupun
terapi penyinaran. Vaksin campak, gondong dan rubella (MMR)
merupakan kombinasi vaksin yang berfungsi melindungi anak-anak
dari serangan tiga virus ini. Vaksin MMR efektif memberikan
kekebalan pada kebanyakkan orang dan orang yang sudah terkena
rubella biasanya akan kebal seumur hidupnya. Vaksin MMR yang
pertama biasanya di berikan pada saat anak berusia 12 bulan, vaksin ke
dua di berikan saat usia 4-6 tahun. Walau sebenarnya vaksin ke dua
sudah bisa di berikan setelah 28 hari sejak pemberian vaksin pertama,
meskipun belum berusia 4 tahun.
Perawatan pencegahan terdiri dari regimen vaksin dua dosis
(bagian dari vaksin MMR campak (measles) parotitis Imumps rubella).
Vaksin rubella adalah vaksin yang hidup dan di lemahkan dan di
kontraindikasikan pada kehamilan. Tata laksana infeksi rubella
biasanya terdiri dari perawatan suportif karena rubella biasanya bersifat
ringan dan swasirna. Obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) efektif
untuk pasien dengan artralgia. Profilaksis pascapajana untuk perempuan
yang terpajan pada awal kehamilan yang tidak menginginkan terminasi
kehamilan terdiri dari imunoglobulin intramuskular (20Ml). Konsultasi
dengan spesialis penyakit obstetrikatau infeksi (atau keduanya) di
anjurkan. Pemberian imunoglobulin dalam waktu 72 jam setelah
pajanan paling efektif dalam mencegah infeksi. Tidak ada pengobatan
yang efektif untuk infeksi selama kehamilan atau untuk bayi dengan
CRS. Isolasi kontak harus di lakukan untuk setiap bayi untuk
kecurigaan CRS

2.7 USAHA YANG BISA DILAKUKAN MENCEGAH VIRUS


RUBELLA
a) Imunisasi aktif
b) Pemberian immune globulin (IG) pada wanita hamil setiap
trimester kehamilan
c) Kontrol/terapi: Medikamentosa

2.8 PENYAKIT YANG DISEBABKAN PLEH VIRUS RUBELLA


Penyakit yang disebabkan oleh virus ini yaitu campak jika
terjadi pada anak- anak dan orang dewasa. Pada ibu hamil penyakit ini
bisa mengakibatkan cacat pada janin yang dikandungnya

2.9 CARA MENCEGAH PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH


VIRUS RUBELLA
Pencegahan rubella juga dapat di lakukan dengan:
a) Melakukan penyuluhan kepada masyarakat umum mengenai cara
penularan dan pentingnya imunisasi rubella.
b) Berikan dosis tunggal vaksin hidup, yaitu vaksin virus rubella yang di
lemahkan Irubella Virus Vaccine, Live), dosis tunggal ini memberikan
respon antibodi yang signifikan yaitu kira-kira 98-99% dari orang yang
renta.
c) Vaksin ini di kemas dalam bentuk kering dan sesudah di larutkan harus
di simpan dalam suhu 2-8ºC atau pada suhu yang lebih dingin dan di
lindungi dari sinar mata hari agar tetap poten.
d) Jika di ketahui adanya infeksi alamia pada awal keahimaln, tindakan
aborsi sebaiknya di pertimbangkan karena riko terjadinya cacat pada
janin sangat tinggi.
e) IG yang di berikan sesudah pajanan pada awal masa kehamilan
mungkin tidak melindungi terhadap terjadinya infeksi atau viremia,
tetapi mungkin bisa mengurangi gejala klinis yang timbul
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Rubella adalah penyakit jenis campak yang dapat dicegah dengan
imunisasi atau dikenal dengan sebutan PD3I. Rubella dikenal juga dengan
nama Campak Jerman, Campak 3 Hari merupakan penyakit yang sangat
mudah menular. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus rubella yang
menyerang tubuh, terutama pada kulit dan kelenjer getah bening. Penularan
rubella dapat terjadi melalui droplet yaitu melalui percikan cairan seperti air
ludah, keringat yang terkena orang lain. Selain itu rubella juga dapat
ditularkan melalui plasenta oleh ibu hamil kepada janin yang ada di dalam
kandungannya atau dikenal dengan nama rubella kongenital.
DAFTAR PUSTAKA

Kadek, Darmadi S, 2007. Gejala Rubela Kongenital (Kongenital) berdasarkan Pemeriksaan


Serologis dan RNA Virus. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory :
13(2):63-71.

Sugishita Y, Akiba T, Sumitomo M, Hayata N, Hasegawa M, Tsunoda T, Okazaki T, Murauchi


K, Hayashi Y, Kai A, Seki N, Kayebeta A, Iwashita Y, Kurita M, Tahara N, 2015. Shedding of
rubella virus in congenital rubella syndrome: study of affected infants born in Tokyo, Japan,
2013–2014. Japanese Journal of Infectious Diseases.

Giambi C, Filia A, Rota MC, Manso MD, Declich S, Nacca1 G, Rizzuto E, Bella A, 2014.
Congenital rubella still a public health problem in Italy: analysis of national surveillance data
from 2005 to 2013. Surveillance and Outbreak Reports.

Nguyen TV, Pham VH, Abe K, 2015. Pathogenesis of congenital rubella virus infection in
human fetuses: viral infection in the ciliary body could play an important role in
cataractogenesis. EbioMedicine, 2: 59–63.

McLean H, Redd S, Abernathy E, Icenogle J, Wallace G,2012. Chapter 15: Congenital Rubella
Syndrome. In: VPD Surveillance Manual.Ed 5th

Lin C, Shih S, Tsai P, Liang A,2015. Is birth cohort 1985/9-1990/8 a suspceptibility window for
congenital rubella syndrome in Taiwan?. Taiwanese journal of Obstetrics & Gynecology.

Tian C, Ali SA and Weitkamp JH, 2010. Congenital Infections, Part I: Cytomegalovirus, Rubella
and Herpes simplex. Neoroviews 11(8):e436-45.

Quintana EM, Solórzano CC, Torner N, González FR, 2015. Congenital rubella syndrome: a
matter of concern. Pan American Journal of Public Health, 37 (3): 179- 186.

Anda mungkin juga menyukai