Adoc - Pub - Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Occupational PDF
Adoc - Pub - Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Occupational PDF
Abstrak
Sejalan dengan perkembangan industri di Indonesia, terjadi perubahan pola penyakit atau kasus penyakit akibat kerja.
Penyakit kulit akibat kerja menduduki tempat kedua tertinggi diantara penyakit-penyakit akibat kerja, setelah kelainan
saluran nafas. Penyakit kulit akibat kerja dapat berupa dermatitis dan urtikaria. Dermatitis kontak akibat kerja mencapai
90% dari dermatosis akibat kerja (DAK). Dermatitis kontak terjadi akibat kontak dengan bahan-bahan di tempat pekerjaan.
Sebuah Perusahaan nanas kaleng terbesar ketiga di dunia (PT. Great Giant Pineaple (GPP)) dengan kekhasan agroindustri
mempunyai bahaya potensial yaitu air nanas yang merupakan kandungan dari buah nanas sebagai produk utama dari
perusahaan tersebut. Diketahui bahwa air nanas mengandung bahan yang dapat menyebabkan dermatitis di tempat kerja.
Pajanan air nanas dalam waktu tertentu di tempat kerja menyebabkan dermatitis okupasional. Hal ini melatar belakangi
penulis untuk melakukan studi kasus tentang hal tersebut berkaitan dengan kejadian dermatitis okupasional akibat paparan
air nanas (Ananas comosus) di PT.GGP.
Kata kunci: dermatitis kontak, kedokteran okupasi, penyakit kulit akibat kerja
Korespondensi : Siti Soraya Mandasari, S. Ked., Alamat Jl. M Yunus Ujung Gg. Bumi Agung LK-1 No. 200 Tanjung Senang
Bandar Lampung, Hp +6281223680099, e-mail mandasari.ssoraya@yahoo.com
iritan baik fisika maupun kimia yang bersifat Pasien bekerja seperti biasa kemudian
tidak spesifik, pada selsel epidermis dengan pasien mengeluh kedua punggung tangannya
respon peradangan pada dermis dalam terasa gatal dan perih. Selama 1 bulan
waktu dan konsentrasi yang cukup.4 Jumlah keluhan gatal dan perih makin terasa
penderita DKI diperkirakan cukup banyak, memberat saat pasien bekerja, dan diikuti
terutama yang berhubungan dengan dengan kulit berubah menjadi kemerahan.
pekerjaan, namun angkanya secara tepat Karena keluhan tersebut maka pasien
sulit diketahui. Hal ini disebabkan penderita memutuskan untuk berobat ke Balai
dengan gejala ringan dan tanpa keluhan pengobatan Factory PT. GPP.
tidak datang berobat.5 Dermatitis kontak Anamnesis okupasi juga dilakukan pada
akibat kerja adalah dermatitis eksogen yang pasien berupa jenis pekerjaan yang dilakukan
terjadi karena kontak dengan bahan-bahan sejak pertama kali pasien bekerja dan lama
yang ada ditempat kerja, dan hal ini tidak waktu kerja ditempat tersebut.
terjadi bila penderita tersebut tidak
bekerja.6 Tabel 1. Jenis pekerjaan serta lama kerja di setiap
Sekitar 80-90% kasus dermatitis pekerjaan
kontak iritan (DKI) disebabkan oleh paparan Jenis bahan yang tempat lama
iritan berupa bahan kimia dan pelarut. pekerjaan digunakan kerja kerja
Inflamasi dapat terjadi setelah satu kali
a. Buruh - Mesin jahit PT.Selaras ± 4 tahun
pemaparan ataupun pemaparan berulang. jahit - Kain Lausa
Kelianan kulit yang terjadi selain ditentukan - Benang Busana
oleh molekul, daya larut dan konsentrasi - Jarum (Bekasi)
bahan paparan serta lama kontak.7
b. Harian - Buah nanas Di pabrik ± 2 tahun
Kasus tetap utuh beserta
Ny. J, perempuan, 32 tahun, datang ke bagian kulitnya lingkunga
Balai Pengobatan Factory PT. GPP dengan produksi - Mesin n yang
nanas operasional panas,
keluhan gatal dan perih pada punggung lembab,
kaleng - Kipas angin
tangan kiri dan kanan. Keluhan tersebut mulai - Kaporit pengap
dirasakan pasien sejak 1 bulan yang lalu. - APD
Awalnya pasien merasakan gatal dan perih - Pinset
pada kedua tangannya, diikuti dengan - Baskom
timbulnya kulit yang berubah warna menjadi
lebih merah dibandingkan kulit sekitarnya.
Keluhan ini dirasakan pasien muncul saat
bekerja dan keluhan berkurang saat pasien
pulang kerja.
Pasien menjelaskan bahwa ia bekerja di
bagian pengolahan buah nanas menjadi
produk akhir berupa nanas kaleng. Bekerja di
bagian ini memang sering membuat tangan
selalu lembab dan basah karena cairan nanas
tersebut. Pasien sebelumnya tidak mengira
bahwa awal keluhannya disebabkan terkena
cairan tersebut karena pasien merasa selalu
menggunakan sarung tangan. Tidak lama
kemudian pasien merasa tangan kiri dan
kanannya terasa panas lalu pasien membuka
sarung tangan dan melihat kemerahan pada
kulit tangannya. Tidak lama kemudian setelah
pasien pulang kerja keluhannya sudah
berkurang. Karena merasa keluhannya sudah
membaik pasien belum memutuskan untuk
berobat.
regionalnya. Hal ini akan memudahkan untuk Pada kasus diberikan obat-obatan yang
mencari bahan penyebabnya. 5 menekan proses peradangan merupakan
Manajemen penatalaksanaan yang penatalaksanaan yang tepat selain itu yang
diberikan adalah medikamentosa dan non terpenting adalah menghindari pajanan bahan
medikamentosa. Terapi medikamentosa iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis atau
dengan antihistamin (CTM 3x2 mg), CTM kimiawi serta menyingkirkan faktor yang
mengandung chlorpheniramine maleate. memperberat.
Chlorpheniramine maleate termasuk dalam Terapi nonmedikamentosa, cara yang
kategori agen antialergi, yaitu histamin (H1- terbaik dalam mengatasi penyakit kulit
receptor antagonist). Chlorpheniramine akibat pekerjaaan adalah pencegahan serta
maleate memiliki nama kimia 2- melakukan proteksi yaitu dengan
Pyridinepropanamine, b-(4-chlorophenyl)-N,N- menghindakan kulit dari bahan iritan. Selain
dimethyl. itu, prinsip pengobatan penyakit ini adalah
Terapi reaksi hipersensitivitas segera dengan menghindari bahan iritan, melakukan
bertujuan untuk menghambat degranulasi sel proteksi (seperti penggunaan sarung tangan),
mast, melawan efek mediator sel mast dan dan serta menggunakan sarung tangan
mengurangi inflamasi. Histamin merupakan sebagai alat pelindung diri (APD) dengan cara
mediator utama dalam reaksi hipersensitivitas pemakaian yang benar dan tepat.10,11
atau reaksi alergi. Oleh karena itu, salah satu
terapi utama dalam alergi adalah pemberian Simpulan
antihistamin. Antihistamin merupakan Penyakit yang diderita oleh pasien
antagonis reseptor histamin yang mempunyai merupakan penyakit akibat kerja yang
sifat menghambat efek histamin. Antihistamin disebabkan oleh terpajan bahan iritasi yang
mempunyai struktur yang menyerupai berlangsung berulang, serta penggunaan alat
histamin sehingga dapat menempati reseptor pelindung diri yang kurang benar semestinya
histamin.9 digunakan. Kejadian dermatitis kontak
memiliki hubungan dengan suatu pekerjaan,
sehingga para pekerja harus mempersiapkan
dirinya dengan menggunakan alat pelindung
diri yang baik agar terhindar dari dermatitis
kontak.
Saran bagi pasien sebaiknya memeriksa
kembali kelayakan alat pelindung diri (APD)
yang akan digunakan. Paien juga harus
memperhatikan kebersihan dirinya selama
berada di lingkungan kerja, mencuci tangan
sebelum dan sesudah bekerja serta mengganti
Gambar 2. Mekanisme kerja antihistamin pakaian serta membilas tubuh yang terkena
bahan kimia. Bagi pihak perusahaan dapat
Menurut jenis reseptornya, golongan terus meningkatkan kembali pengawasan
antihistamin dapat dibagi 2 kelompok yaitu yang sudah dijalankan dan memberi
yang menghambat reseptor histamin-1 (H1) peringatan ataupun sanksi bagi pekerja yang
dan yang menghambat reseptor histamin-2 tidak patuh terhadap peraturan untuk
(H2). Antagonis reseptor H1 (AH1) telah menjaga kebersihan diri pekerja dan
digunakan secara luas untuk terapi kelainan penggunaan APD yang tidak benar.
alergi.
Pada lesi kronik dibutuhkan Daftar Pustaka
kortikosteroid topikal yang lebih kuat, seperti 1. Wasitaatmadja SM. Ilmu penyakit kulit
krim betametason valerat 0,01% dengan dan kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
oklusi selama 1 sampai 3 minggu atau 2005.
kelompok kortikosteroid topikal yang sangat 2. Dailli ES, Menaldi SL, Wisnu. Penyakit
kuat seperti salep betametason dipropionat Kulit yang Umum di Indonesia: sebuah
0,05% tanpa oklusi. panduan bergambar. Jakarta: PT. Medical
Multimedia; 2005.