Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN BATU URETER

Disusun untuk Memenuhi Tugas


pada Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

DISUSUN OLEH
DEDY IRAWAN
PO 71.20.2.09.005

DOSEN PEMBIMBING :
Ni. KETUT SUJATI, APP. M.Kes.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN BATURAJA
2011BAB I

ASKEP BATU URETRA.DEDY IRAWAN


BATU URETER

A.PENGERTIAN

Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter . Batu ureter pada
umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. batu ureter mungkin dapat lewat
sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. batu ureter juga bisa
sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang
besar. batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi
kronik dengan hidroureter yang mungkin asimtomati.

Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu


ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran
perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang
terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai
pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai
beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam velvis ginjal. Gejala
rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine
berwarna keruh seperti teh atau merah.

B.FAKTOR PENYEBAB
a. Faktor Endogen
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan hiperoksalouria.
b. Faktor Eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air
minum.
c. Faktor lain
a) Infeksi
Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentukan Batu Saluran Kencing (BSK) Infeksi bakteri akan
memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH Urine
menjadi alkali.
b) Stasis dan Obstruksi Urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah Infeksi Saluran Kencing.
c) Jenis Kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan perbandingan 3 : 1
d) Ras
Batu Saluran Kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
e) Keturunan

ASKEP BATU URETRA.DEDY IRAWAN


Anggota keluarga Batu Saluran Kencing lebih banyak mempunyai kesempatan
f) Air Minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang minum menyebabkan kadar
semua substansi dalam urine meningkat.
g) Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu
dari pada pekerja yang lebih banyak duduk.
h) Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringan.
i) Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditas Batu
Saluran Kencing berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih
telur lebih sering menderita Batu Saluran Kencing (buli-buli dan Urethra).

C.JENIS KLASIFIKASI

1.Ginjal
Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia. Di samping
itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme terpenting homeostasis. Ginjal
berperan penting dalam pengeluaran zat-zat toksin/racun, memperlakukan suasana
keseimbangan air. mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan
mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam darah.
2.Ureter
Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung kemih) melalui ureter.
Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis (tulang punggung) yang
menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih. ,
Panjang ureter kurang lebih 30 cm dan berdiameter 0,5 cm. Uretra sebagian terletak
dalam rongga perut (pars abdominalis) dan selanjutnya berjalan di dalam rongga panggul
(pars pelvira). Otogenitis ureter termasuk berasal dari mesoderm, karena itu, ureter juga
terletak pada retroperitonialis. Dinding utera terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa,
otot polos, dan jaringan fibrosa.

3.Vesika urinaria

Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). Kandung
kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis, di dalam rongga panggul. Bila terisi penuh, kandung kemih dapat
terlihat sebagian ke luar dari rongga panggul.

ASKEP BATU URETRA.DEDY IRAWAN


4.Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkan semen. Pada laki-laki, uretra
berjalan berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian melewati tulang pubis, selanjutnya
menuju ke penis. Oleh karera itu, pada laki-laki, uretra terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pars
proetalika, pars membranosa, dan pars kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar disebut
meatus. Pada perempuan, uretra terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit
ke atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan terletak di sebelah
atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan berfungsi sebagai saluran
ekskretori.

D.PATOFISIOLOGI
Bata kandung kemih pada anak terutama karena faktor gizi yang kurang baik, sehingga
dapat mengakibatkan malnutrisi yang dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah
timbul infeksi. Pada infeksi saluran kemih bakteri dapat mengakibatkan sel-sel epitel
terlepas dan menjadi modus, kemudian mengendapkan zat-zat organik dan terbentuk batu.

E.DAMPAK PADA BERBAGAI SISTIMTUBUH


1. Nyeri disebabkan oleh sumbatan batu.

ASKEP BATU URETRA.DEDY IRAWAN


2. Infeksi karna proses peradangan.
3. Gangguan pola istirahat dan tidur.
4. Peningkatan suhu tubuh,metabolism cairan.
5. Pemeuhan aktipitas terganggu.
6. Potensial komplekasi berhubungan infeksi keronis.

F.MANIIFESTASI KLINIK

Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri pada saat
kencing atau sering kencing.
Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang
lebih besar seringkali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi peradangan
(periureteritis) serta menimbulkan obstruksi kronik berupa hidroureter/hidronefrosis Nyeri hebat
(kolik). Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut bagian depan, perut sebelah bawah, daerah
inguinal, dan sampai ke kemaluan.
· Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang
· Gejala infeksi
· Retensi urinarius
· Adanya aliran balik dan mencetuskan sistitis, prostatitis dan pielonefritis
(C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)
Derajat penyempitan uretra:
a. Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.
b. Sedang: oklusi 1/3 s.d 1/2 diameter lumen uretra.
c. Berat: oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra.
Ada derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal
dengan spongiofibrosis.
(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 )

G.PEROSEDUR DIAGNOSTIK

a. Urinalisa : warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan


hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal).
pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam
urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat),
Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal
5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi
sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular
Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam

ASKEP BATU URETRA.DEDY IRAWAN


saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal
laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen.
Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu
obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang
reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
d. Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang uriter.
e. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal
atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu
atau efek ebstruksi.
g. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

PENATALAKSANAAN

a. Filiform bougies untuk membuka jalan jika striktur menghambat pemasangan kateter
b. Medika mentosa
Analgesik non narkotik untuk mengendalikan nyeri.
Medikasi antimikrobial untuk mencegah infeksi.
c. Pembedahan
· Sistostomi suprapubis
· Businasi ( dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati.
· Uretrotomi interna : memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisau otis/sachse. Otis
dimasukkan secara blind ke dalam buli–buli jika striktur belum total. Jika lebih berat dengan
pisau sachse secara visual.
· Uretritimi eksterna: tondakan operasi terbuka berupa pemotonganjaringan fibrosis,
kemudian dilakukan anastomosis diantara jaringan uretra yang masih baik.
(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan keruh, pH : 7 atau
lebih besar, bakteria.
b. Kultur urin: adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella, pseudomonas, e. coli.
c. BUN/kreatin : meningkat

ASKEP BATU URETRA.DEDY IRAWAN


d. Uretrografi: adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk mengetahui panjangnya
penyempitan uretra dibuat foto iolar (sisto) uretrografi.
e. Uroflowmetri : untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksi
f. Uretroskopi : Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra
(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)

H.MENEJEMEN MEDIK
MedikamentosaDitujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm,
ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)
Endourologi
1.PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) : mengeluarkan batu yang berada di
saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kaliks melalui
insisi kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu.
2.Litotripsi : memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat
pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan
evakuator Ellik.
3.Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukkan alat ureteroskopi per uretram
guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi
tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat
dipecah melalui tuntunan ureteroskopi atau uretero-renoskopi ini.
4.Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya dengan
keranjang Dormia.

1. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang
berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
2. Bedah terbuka :
1).Pielolitotomi atau nefrolitotomi:mengambil batu di saluran ginjal
2).Ureterolitotomi:mengambil batu di ureter.
3).Vesikolitotomi:mengambil batu di vesica urinaria
4). Ureterolitotomi : mengambil batu di uretra

ASKEP BATU URETRA.DEDY IRAWAN


PENDEKATAN PADA KLIEN DENGAN DUGAAN OBSTRUKSI SALURAN KEMIH

Diduga obstruksi

Pungsi ginjal Gejala-gejala saluran Insufiensi


normal kemih bagian bawah ginjal

KUB/Tumogram/ Kateterisasi
IVB kandung kemih

diuresis Tidak ada diuresis Ultrasuara ginjal

Obstruksi saluran hidronefrosis Tidak ada


kemih bagian bawah hidronefrosis

Identipikasi Kecurigaan Terdeteksi penyakiit-


penyebab/tempat menetap penyakit-penyakit selain
obstruksi

Obstruksi Penyebab/tempat
diidentifikasi tidak jelas CT scan

Obstruksi Obstruksi diidentifiksi Penyebab Tidak ada pemeriksaan


hilang dan hilang tidak jelas leebih lanjut

Pemeriksaan
retrogerade/anterograde

Penyebab diidentipikasi

Obstruksi Hilang

ASKEP BATU URETRA.DEDY IRAWAN


I.KOMPLIKASI

a. Obstruksi Ginjal
b. Perdarahan
c. Infeksi
d. Hidronefrosis

ASKEP BATU URETRA.DEDY IRAWAN


ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN BATU URETER

1.Pengkajian
a) Anamnesa
Identitas pasien
Identitas Penanggungg Jawab
b) Keluhan Utama
Dilihat daritanda dan gejala penyakit
c) Riwayat penyakit sekarang
P:Riwayat penyakit dahulu
Q:Kualitas Nyeri
R:Daerah yang Dirasakan Sakit
S:Skala Nyeri
T:Waktu Nyeri
d) Riwayat penyakit dahulu
e) Riwayat Penyakit Keluarga
f) Pola Kebiasaan
1. Pola pemeliharaan kebiasaan
2. Pola latihan Aktipitas
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan di mana klien terpajan pada lingkungan
bersuhu tinggi, keterbatasan aktivitas / mobilitas sehubungan kondisi sebelumnya.
3. Pola nutrisi
Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin,
fosfat,Ketidakcukupan intake cairan

Tanda : Distensi abdominal, penurunan / tidak ada bising usus , muntah


kalsium oksalat /Pola istirahat dan tidur
4. Pola eliiminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronis, penurunan haluaran urine, distensi vesica
urinaria, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuruia, perubahan pola berkemih

Riwaya Spiritual,Sosial dan Konsep diri Tanda dan gejala gangguan/penyakit pada sistem
perkemihan dapat dilihat atau ditanyakan langsung pada pasien, yang meliputi:

ASKEP BATU URETRA.DEDY IRAWAN


Frekwensi buang berkemih (miksi):

 Poliuri (sering miksi)


 Oliguri (jumlah urine yang keluar kurang dari normal, minimal urine keluar kurang
lebih 400 cc)
 Stranguri (miksi sering tetapi sedikit-sedikit, lambat dan sakit).
 Urgensi (pasien berkeinginan untuk miksi, tetapi tidak terkontrol untuk keluar).
 Nokturi (pasien terbangun tengah malam untuk miksi).
 Pasien mengalami keraguan/kesukaran saat memulai untuk miksi.
Intermiten (pasien mengalami tempo berhenti arcs urinenya selama miksi).
 Urine keluar secara menetes atau tidak memancar).
 lnkontinen urine (urine keluar dengan sendirinya tanpa disadari).
Kelainan miksi:

 Disuri (adanya rasa sakit sewaktu miksi)


 Adanya rasa papas sewaktu miksi
 Hematuri (adanya darah yang keluar bercampur dengan urine).
 Piuri (adanya nanah dalam urine, keadaan ini diketahui melalui pemeriksaan
mikroskopis, disebabkan tidak semua urine menjadi keruh karena mengandung
nanah.
 Lituri (urine keluar bersama bate kecil sewaktu miksi)

2.Diagnosa keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra,
kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung
kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

C. Intervensi

NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional Evaluasi


keperawatan Kreteria Hasil
1 Gangguan rasa Nyeri 1. Pantau 1.Untuk
nyaman : nyeri berkurang / perubahan warna mengidentifikasi
berhubungan hilang saat urin, pantau pola indikasi kemajuan
dengan dan sesudah berkemih, atau
inflamasi dan berkemih masukan dan penyimpangan dari
infeksi uretra, keluaran setiap 8 hasil yang
kandung kemih jam dan pantau diharapkan
dan struktur hasil urinalisis

ASKEP BATU URETRA.DEDY IRAWAN


traktus ulang
urinarius lain. 2. Catat lokasi, 2.membantu
lamanya mengevaluasi
intensitas skala tempat obstruksi
(1-10) nyeri. dan penyebab
nyeri

3. Berikan tindakan 3.meningkatkan


nyaman, seperti relaksasi,
pijatan. menurunkan
tegangan otot.

4. Berikan 4.untuk mencegah


perawatan kontaminasi uretra
perineal

5. Jika dipaang 5.Kateter


kateter, memberikan jalan
perawatan bakteri untuk
kateter 2 kali per memasuki
hari. kandung kemih
dan naik ke
saluran
perkemihan

6. Alihkan perhatian 6.Relaksasi,


pada hal yang menghindari terlalu
menyenangkan merasakan nyeri.

1. Perub Kriteria Hasil : 1. Awasi 1. memberikan


ahan pola Pola eliminasi pemasukan dan informasi tentang
eliminasi membaik, pengeluaran fungsi ginjal dan
berhubungan tidak terjadi karakteristi urin adanya komplikasi
dengan tanda-tanda
obstruksi gangguan 2. Dorong 2. peningkatan
mekanik pada berkemih meningkatkan hidrasi membilas
kandung kemih (urgensi, pemasukan bakteri
ataupun oliguri, cairan
struktur traktus disuria) 3. retensi urin dapat
urinarius lain. 3. Kaji keluhan terjadi
pada kandung menyebabkan
kemih distensi jaringan
(kandung
kemih/ginjal)

4. Observasi 4. akumulasi sisa


perubahan uremik dan
tingkat kesadaran ketidakseimbanga
n elektrolit dapat
menjadi toksik
pada susunan
saraf pusat
Kolaborasi:
5. Awasi
pemeriksaan 5. Rasional:
laboratorium; pengawasan
elektrolit, BUN, terhadap disfungsi
kreatinin ginjal

6. Lakukan tindakan 6. Rasional: aam urin


untuk menghalangi
memelihara tumbuhnya kuman.
asam urin: Peningkatan

ASKEP BATU URETRA.DEDY IRAWAN


tingkatkan masukan sari buah
masukan sari dapt berpengaruh
buah berri dan dalm pengobatan
berikan obat-obat infeksi saluran
untuk kemih.
meningkatkan
aam urin.

Kurangnya Kriteria Hasil : 1. Berikan waktu 1. Mengetahui sejauh


pengetahuan menyatakan kepada pasien mana ketidak
tentang kondisi, mengerti untuk tahuan pasien
prognosis, dan tentang menanyakan apa tentang
kebutuhan kondisi, yang tidak di penyakitnya.
pengobatan pemeriksaan ketahui tentang
berhubungan diagnostik, penyakitnya.
dengan rencana 2. memberikan
kurangnya pengobatan, 2. Kaji ulang proses pengetahuan
sumber dan tindakan penyakit dan dasar dimana
informasi perawatan diri harapan yang pasien dapat
preventif. akan datang membuat pilihan
beradasarkan
informasi.

3. Berikan informasi 3. pengetahuan apa


tentang: sumber yang diharapkan
infeksi, tindakan dapat mengurangi
untuk mencegah ansietas dan
penyebaran, membantu
jelaskan mengembankan
pemberian kepatuhan klien
antibiotik, terhadap rencan
pemeriksaan terapetik.
diagnostik:
tujuan, gambaran
singkat,
persiapan ynag
dibutuhkan
sebelum
pemeriksaan,
perawatan
sesudah
pemeriksaan.

4. Anjurkan pasien 4. Pasien sering


untuk menghentikan obat
menggunakan mereka, jika tanda-
obat yang tanda penyakit
diberikan, minum mereda. Cairan
sebanyak kurang menolong
lebih delapan membilas ginjal.
gelas per hari.

ASKEP BATU URETRA.DEDY IRAWAN


B. ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
DS; Peningkatan tekanan Ureneria Gangguan rasa
DO:Klien
nyaman : nyeri
tanpak Penebalan dinding VU
gelisah berhubungan
Penurunan Kontraksi otot VU
dengan inflamasi
Kesulitan Berkemih dan infeksi uretra,
kandung kemih dan
Retensi Urin
sruktur traktus
Sistotomi
urinarius lain.
Luka Insisi

Risiko Inveksi

Gangguan rasa nyaman Nyeri

DO: Penyempitan Lumen Uretra Perubahan pola


DS:Klien
eliminasi
Tampak Kekuatan Pancaran dan jumlah urin berkurang
Lemah berhubungan
Obstruksi mekanik Pada kandung Kemih
dengan obstruksi
Perubahan Pola Eliminasi mekanik pada
kandung kemih
ataupun struktur
traktus urinarius lain.

ASKEP BATU URETRA.DEDY IRAWAN


DS; Peningkatan tekanan Ureneria Kurangnya
DO;Klien
pengetahuan
Tampak Penebalan dinding VU
cemas tentang kondisi,
Penurunan Kontraksi otot VU
prognosis, dan
Kesulitan Berkemih kebutuhan
pengobatan
Retensi Urin
berhubungan
Sistotomi
dengan kurangnya
Perubahan pola berkemih sumber informasi.

Kurangnya sumber informasi tentang penyakit

Kurangnya pengetahuan tentang kondisi,


prognosis, dan kebutuhan pengobatan

ASKEP BATU URETRA.DEDY IRAWAN


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan).
PT EGC. Jakarta.

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I


(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan Ikatan


Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.

ASKEP BATU URETRA.DEDY IRAWAN

Anda mungkin juga menyukai