Anda di halaman 1dari 148

THT

ANATOMI TELINGA
Tes Pendengaran Objektif
Audiometri Impedans

• Terdiri dari pemeriksaan fungsi 3 komponen :


Timpanometri, Refleks stapedius, Tuba Eustachius

OAE (Otoacoustic Emissions)

• Tes ini mendeteksi getaran yang dihasilkan oleh sel


rambut luar saat distimulus oleh suara
• Sering dipakai untuk screening pendengaran pada bayi
baru lahir

BERA (Brainstem Evoked Response


Audiometry
• Menggunakan elektroda yang dipasang di kepala, tes ini
mendeteksi fungsi koklea dan jalur sensoris di otak
(brain pathway)
• Pasien diperiksa saat sedang tenang atau tidur
• Dapat digunakan juga untuk screening bayi baru lahir
TES PENDENGARAN SUBJEKTIF
Suara berbisik, setengah ekspirasi, pemeriksa
Tes Bisik (Whispered mengucapkan materi tes.
Voice Test) Telinga tidak diperiksa ditutup & pasien tidak
melihat bibir pemeriksa (pemeriksa berdiri
sekitar 0.6m dibelakang pasien)
Syarat :
Tes Garputala 1. Ruangan cukup sepi, kebisingan
maksimal 40 dB.
2. Ruangan cukup lebar, jarak 6 meter.
Audiometri Nada 3. Materi tes disiapkan, diusahakan
Murni (Pure tone memakai perkataan
yang digunakan sehari-hari.
audiometry)
4. Pemeriksa harus terlatih
mengucapkan
Audiometri Nada
Tutur (Speech materi tes.
audiometry)
Tes Bisik (Whispered
Voice Test) TES RINNE

Tes Garputala

TES WEBER
Audiometri Nada
Murni (Pure tone
audiometry)

Audiometri Nada TES SCHWABACH


Tutur (Speech
audiometry) BACK
Garpu tala 512 HZ!!!
PEMERIKSAAN PENDENGARAN

Tes Garpu Tala  menggunakan Garpu Tala 512 Hz

1. Tes Rinne  membandingkan Air Conduction (AC) dengan Bone


Conduction (BC)
• Bunyikan garpu tala frekuensi 512 Hz, letakkan tangkainya tegak
lurus pada planum mastoid penderita sampai penderita tak
mendengar, kemudian cepat pindahkan. Apabila penderita
masih mendengar garpu tala disebut Rinne positif, bila tidak
mendengar disebut Rinne negatif.
• Interpretasi
Positif jika AC lebih panjang dari BC  Normal atau tuli
sensorineural
Negatif Jika AC lebih pendek dari BC  Tuli konduktif
2. Tes Waber  membandingkan BC antara kedua telinga, yang dinilai
adalah lateralisasi dari pada BC. Sebagai konfirmasi dari Tes Rinne.
• Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya
diletakkan tegak lurus di garis median, biasanya di dahi (dapat pula
pada vertex, dagu, atau pada gigi insisivus) dengan kedua kaki pada
garis horisontal.
• Penderita diminta untuk menunjukkan telinga mana yg mendengar
atau mendengar lebih keras.
• Bila mendengar pada satu telinga disebut lateralisasi ke sisi tellinga
tersebut. Bila kedua telinga tak mendengar atau sama-sama
mendengar berarti tak ada lateralisasi.
• Interpretasi:
Lateralisasi (+) ke telinga yang terganggu  Tuli Konduktif
Lateralisasi (+) ke telinga yang sehat  Tuli sensorineural
3. Tes Schwabach  Membandingkan hantaran lewat tulang antara
penderita dengan pemeriksa
– Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya
diletakkan tegak lurus pada mastoid pemeriksa, bila pemeriksa
sudah tidak mendengar, secepatnya garpu tala dipindahkan ke
mastoid penderita. Bila penderita masih mendengar maka
Schwabach memanjang, tetapi bila penderita tidak mendengar,
terdapat dua kemungkinan yaitu Scwabach memendek atau normal.
– Untuk membedakan kedua kemungkinan ini maka tes dibalik
– Interpretasi:
Normal : Schwabach normal
Tuli konduksi : Schwabach memanjang
Tuli sensori neural : Schwabach memendek
TES RINNE WEBER SCHWABACH

TUJUAN AC VS BC BC Ka VS Ki BC Px VS Pasn

©Bimbel UKDI MANTAP


Tes Bisik (Whispered
Voice Test)

Tes Garputala

Audiometri Nada
Murni (Pure tone
audiometry)

Audiometri Nada
Tutur (Speech
audiometry)
Tes Bisik (Whispered
Voice Test)

Tes Garputala • Kata-kata  sumber bunyi


• Kegunaan :
1. Mengetahui jenis & derajat ketulian
Audiometri Nada 2. Mengetahui lokasi kerusakan rantai
pendengaran
Murni (Pure tone 3. Mengetahui kenaikan ambang
audiometry) pendengaran post-timpanoplasti
4. Untuk pemilihan hearing aid
• SRT Speech Reception Threshold  menirukan secara
Audiometri Nada betul kata-kata yang disajikan sebanyak 50%.
• SDS Speech Discrimination Score  Diperoleh dg ↑
Tutur (Speech intensitas antara 25 – 40 dB diatas titik SRT 
audiometry) menirukan jumlah kata disajikan antara 90 – 100%.
BACK
Check Point
Pemeriksaan garpu tala, Telinga kiri didapatkan
Rinne negatif, Weber lateralisasi ke telinga kiri,
Swabach telinga kiri memanjang. Diagnosisnya?
a. Tuli konduktif telinga kiri
b. Tuli persepektif telinga kiri
c. Tuli konduktif telinga kanan
d. Tuli perspektif telinga kanan
e. Tuli campuran telinga kiri
Check Point
Seorang pasien perempuan mengeluh pendengaran
kedua telinganya menurun. Pasien telah bekerja di
bandara sejak 8 tahun yang lalu. Pemeriksaan Rinne +/+,
Weber lateralisasi ke kanan. Diagnosis pasien ini adalah:
a. Conductive hearing loss, kanan lebih berat dari kiri
b. Conductive hearing loss, kiri lebih berat dari kanan
c. Sensorineural hearing loss, kanan lebih berat dari kiri
d. Sensorineural hearing loss, kiri lebih berat dari kanan
e. Tuli campuran
Tuli
• Tuli konduktif • Tuli Sensorineural
• Kelainan di telinga luar : • Tuli sensorineural
– Kelainan kongenital : – Tipe koklea
• Atresia liang telinga – Tipe retrokoklea
• Mikrotia • Pemeriksaan
– Otitis Eksterna Audiometri khusus :
– Osteoma liang telinga – Berfungsi untuk
– Sumbatan serumen membedakan tuli tipe
• Kelainan di telinga tengah koklea atau retrokoklea
: – Jenis tes :
• SISI,ABLB,ToneDecay,
– Gangguan fungsi tuba eustakhius • Tympanometri,Bekessy,BERA
– Barotrauma ,
– Otitis media • Elektrokokleografi,OAE
– Otosklerosis, Timpanosklerosis
– Hemotimpanum
– Dislokasi tulang pendengaran
Tuli
Otosklerosis
Presbikusis  Penyakit pada kapsul tulang labirin yang
• Atrofi & perubahan vaskuler pd mengalamai spongiosis di daerah kaki
stria vaskularis. Degenerasi sel- stapes sehingga stapes menjadi kaku dan
sel rambut penunjang di organ tidak dapat menghantarkan getaran suara
Corti. Berkurangnya jumlah & ke labirin dengan baik
ukuran sel ganglion & saraf Awal penyakit akan muncul tuli konduktif yang
• Klinis: dapat menjadi tuli campur bila penyakit sudah
– Usia >60 tahun menyebar ke koklea
– pendengaran berkurang perlahan & •Gejala :
progresif, simetris, –Pendengaran terasa berkurang secara
– Telinga berdenging progresif
– Tidak enak berbicara di –Keluhan lain: tinitus dan terkadang vertigo
tempat ramai (Cocktail party
deafness) –Lebih sering bilateral, perempuan lebih banyak
– Bila mendengar suara keras terasa dari laki-laki, antara 11-45 tahun
nyeri –Pemeriksaan :
(recruitment) •Membran timpani intak, tuba paten
– Uji Penala : R: +, W lateralisasi ke •Dapat ditemukan gambaran membran timpani
telinga sehat (tuli sensorineural) yang kemerahan karena pelebaran pembuluh
– Audiogram : tuli sensorineural
penurunan darah promontium (Schwarte’s sign)
biasanya mulai frek.>1000Hz •Pasien merasa pendengaran terdengar lebih
– Audiometri tutur : gangguan baik dalam ruangan bising (paracusis willisii)
diskriminasi wicara
Tuli
• Tuli akibat obat ototoksik • Tuli akibat bising (NIHL =
Noise Induced Hearing Loss)
• Kerusakan sel rambut, stria vaskularis
• Kerusakan bagian organ Corti :
• Klinis: membran, stereosilia, sel rambut,
– pendengaran terganggu Kadang • Klinis:
disertai vertigo
– pendengaran terganggu biasanya
– Telinga berdenging
bilateral
– Riwayat konsumsi obat ototoksik :
aminoglikosida, diuretik, anti – Telinga berdenging
inflamasi (salisilat), anti malaria – Riwayat terpajan bising dalam
(Klorokuin), anti Kanker (CIS jangka waktu lama
platinum) – Bising > 85 dB >8 jam perhari atau
40 jam perminggu
– Uji Penala : R: +, W : tak ada
– Pada gangguan pendengaran cukup
lateralisasi, atau lateralisasi ke sisi berat,
• sukar menangkap percakapan
• yg lebih baik (tuli sensorineural) – Uji Penala : R: +, W : tak ada
– Audiogram : tuli sensorineural, lateralisasi, atau lateralisasi ke sisi yg
lebih baik (tuli sensorineural)
penurunan tajam pada pada
– Audiogram : tuli sensorineural,
frekuensi tinggi penurunan pada frek 3000-
– Audiometri tutur : gangguan 6000Hz, terdapat takik pd frek
diskriminasi wicara 4000Hz (“Kahart Notch”)
– Audiometri tutur : gangguan
diskriminasi wicara
OTITIS EKSTERNA
Otitis Eksterna Furunkulosa (Sirkumskripta)
• Penyebab: Staph. Aureus, Staph. Albus.
• Terletak di folikel rambut atau gld.sebasea yang tersumbat.
• Hanya terjadi di 1/3 ext canal (part kartilaginosa)
• TRAUMA ABRASION / MACERATION  STAPHY. SP (DM) 
INFECTION  SPONTANEUS / RECURRENCY
FURUNKEL

Otitis eksterna difusa (swimmer’s ear)


• Penyebab: Pseudomonas (usually), Staph albus, E. Coli.
• Mengenai seluruh CAE, menyebabkan penyempitan kanal
• Manipulasi liang telinga  hilangnya lapisan lemak muara kelenjar
terbuka  resorbsi cairan dari luar  oedem  sekresi kelenjar sebacea
& sudorifera   permukaan kulit kering  rasa gatal pada liang telinga
 ingin menggaruk /mengorek & laserasi kulit  mempermudah
invasi kuman  sakit (Mawson 1974 )
Terapi OE
Furunkulosa/Sirkumskripta Difusa
Otitis eksterna sirkumskripta pada stadium Pada otitis eksterna difus dengan memasukkan
infiltrat diberikan salep ikhtiol atau antibiotik tampon yang mengandung antibiotik ke liang
dalam bentuk salep seperti polymixin B atau telinga supaya terdapat kontak yang baik antara
basitrasin. (PPM Puskesmas) obat dengan kulit yang meradang. Pilihan
antibiotika yang dipakai adalah campuran
polimiksin B, neomisin, hidrokortison dan
anestesi topikal. (PPM Puskesmas)

Kebanyakan furunkel direabsorpsi secara


spontan, namun jika dalam 24-48 jam bisulnya
belum pecah maka dilakukan insisi dan
drainase
Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup berat. Diberikan pada
orang dewasa ampisillin 250 mg qid, eritromisin 250 qid. Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per
kg BB.
Topical antibiotics usually contains boric or acetic acid to decrease pH of the canal
neomycin, actives againts gram negative bacteria ex: Proteus sp., Klebsiella sp., and E.coli.
polymyxin B or E, active againts Pseudomonas sp., E. coli, and Klebsiella sp.
gentamicin, actives againts Pseudomonas sp.
newer quinolon preparations of ciprofloxacin and ofloxacin appear to equally efficacious in
controlling acute otitis externa
Malignant Otitis Eksterna
(Necrotizing OE)
• Merupakan komplikasi Otitis • Manifestasi Klinis:
eksterna bakterial  infeksi – Severe otalgia extend
menginvasi lebih dalam to
mengenai katilago, jaringan temporomandibular
lunak dan tulang  Selulitis,
chondritis, dan osteomyelitis joint  pain at
• Sering terjadi pada penderita chewing
diabetes, usia tua atau – Purulent otorrhea
imunokompromised – Cranial nerve
• 95% kasus disebabkan oleh paralysis, most often
P.aeruginosa facial nerve paralysis
• Dapat mengenai saraf kranial • Terapi: antibiotik dan
terutama nervus VII debridement agresive
meskipun dapat juga – For adults,
mengenai nervus kranial yang ciprofloxacin (400 mg
lain kecuali nervus I, III, IV intravenously [IV]
• Kematian  jika terjadi every 8 hours; 750 mg
trombosis sinus lateralis orally every 12 hours)
remains the antibiotic
of choice
Otomycosis
Overview
• Otitis Eksterna yang disebabkan oleh jamur
• Mikosis pembengkakan,  pengelupasan epitel superfisial 
penumpukan debris yang berbentuk hifa, disertai suppurasi, dan nyeri

Gejala
• Gatal Aspergillus niger:
• Otalgia dan otorrhea sebagai gejala yang paling banyak dijumpai, Newspaper mass
• Kurangnya pendengaran, like appearance
• Rasa penuh pada telinga
• edema&eritema pada liang telinga, debris keputihan,kelabu,atau
kehitaman

Faktor Resiko
• Cuaca yang lembab,
• Ketiadaan serumen,
• Instrumentasi pada telinga, Candida sp :
• Olah raga air Cotton wool
• Status pasien yang immunocompromised , appearance
• Peningkatan pemakaian preparat steroid dan antibiotik topikal.
Pemeriksaan penunjang Manajemen

• Preparat langsung : • Ear toilet


• skuama dari kerokan kulit • Obat anti jamur topikal
liang telinga diperiksa dengan • Nystatin  efektif untuk
KOH 10 %  hifa-hifa lebar, Candida sp.
berseptum, dan dapat • Miconazole  efektif utk
ditemukan spora-spora kecil. Aspergillus sp.
• Pembiakan : • Asam asetat 2 % dalam alkohol
• Skuama dibiakkan pada media  sebagai keratolytic
Agar Saboraud, dan • Jaga telinga tetap kering dan
dieramkan pada suhu kamar. cegah manuver2 pada telinga
Koloni akan tumbuh dalam
satu minggu.

1. P Hueso Gutirrez, S Jimenez Alvarez, E Gil-carcedo Sanudo, et al. (2005). Presumed diagnosis :
Otomycosis. A study of 451 patients. Acta Otorinolaringol Esp, 56, 181-186.
Otitis Media

Akut
Otitis Media Efusi
(Air Bubble (+))
Infeksi (-)
Kronik
Glue Ear

Oklusi tuba

Akut
< 3 bulan

Infeksi (+) Otitis Media


Kronik
> 3 bulan
OTITIS MEDIA AKUT
Acute :
<3 minggu

Subacute :
3 minggu – 2
bulan

Chronic
> 2 bulan
Otitis Media
Otitis Media Efusi
• Terjadi ketika suatu
oklusi tuba tidak
teratasi. Perjalanan
pesawat.
Terjadi pengumpulan
cairan serosa di dalam
cavum timpani dengan
gejala khas berupa
gelembung udara pada
pemeriksaan otoskop
(Air Bubble)
Otitis Media
• Otitis media: peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga, tuba eustachius, antrum mastoid
dan sel mastoid.
• Otitis media akut dengan perforasi membran
telinga akan menjadi otitis media kronik setelah 2
bulan.
• Etiologi: Streptococcus pneumoniae 35%,
Haemophilus influenza 25%, Moraxella catarrhalis
15%.
Stadium Otitis Media Akut
• Tahapan:
– Oklusi tuba: retraksi membran
timpani atau berwarna keruh.
– Hiperemik/presupurasi: tampak
hiperemis dan pelebaran
pembuluh darah.
– Supurasi: edema yanghebat pada
mukosa telinga tengah, bulging,
demam, nyeri
– Perforasi: membran timpani
Ruptur  discharge, demam
menurun
– Resolusi: jika membran timpani
tetap utuh maka membran
timpani akan kembali normal.
TATALAKSANA OMA
Otitis Media Supuratif Kronis
• Infeksi kronis pada sebagian atau seluruh
telinga tengah yang dikarakteristikkan dengan
perforasi permanen dari membran timpani
dan adanya sekret telinga yang keluar secara
terus menerus.
• Dialami diatas 12 minggu
Etiologi

• Infeksi aerob 42%


Infeksi : • Infeksi anaerob 2%
• Infeksi aerob-anaerob 55%

• Pseudomonas aeruginosa 31 %,
Bakteri aerob : • Klebseilla pneumoniae 27%
• Proteus mirabilis 16%

Bakteri anaerob : • Bacteroides fragilis 71 %


Patogenesis
Infeksi Akut Telinga Tengah

Respon peradangan: edema, ulserasi,


kerusakan jaringan epitel

Infeksi tidak dapat teratasi

Terbentuknya jaringan granulasi

Destruksi struktur sekitar


Safe Dangerous/Unsafe
Perforasi Central Attic or marginal
Discharge Frekuensi Intermiten Kontinu
Mukus Mukopurulen/purulen Selalu purulent
Bau tidak enak +/- +
Warna Putih/kekuningan Kekningan/kecoklatan/kehijauan
Berdarah Jarang Bisa ada darah
Volume Banyak Sedikit
Hubungan ↑ Tidak berpengaruh
dengan URTI
Polyp Jarang Sering
Kolesteatoma Sangat jarang Hampir selalu ada
Tuli Konduksi – ringan sampai Konduksi atau mix – Ringan
sedang sampai berat
Complication Sangat jarang Sering
Radiograph mastoid Seluler or sklerotik Sklerotik with erosi

B
Kolesteatom

Epitel kulit yang berada di


tempat yang salah.

Epitel fisiologis
bertransfromasi akibat:
• Invaginasi membran timpani
• Invasi epithelial
• Metaplasia
• Hiperplasia sel basal
Gejala

Otorrhea

Gangguan pendengaran

Demam, vertigo, atau nyeri dapat menunjukkan adanya


komplikasi intratemporal atau intrakranial.

Riwayat OMSK persisten harus dicurigai sebagai adanya


kolesteatoma.
Pemeriksaan Fisik

KAE: edema, krusta, radang

Otoskop: sekret, perforasi,


jaringan granulasi, kolesteatom

Mukosa telinga tengah yang


terlihat edema dan/atau pucat
Diagnosis OMSK
• D/ OMSK tegak  perforasi MT + riwayat
otore menetap atau berulang lebih dari 2
bulan
DIAGNOSIS OMSK
39

Anamnesis
• Keluar cairan telinga
• Riwayat OMA berulang, perforasi Pemeriksaan Penunjang
traumatik, pemasangan pipa ventilasi • Apusan sekret dari telinga tengah 
pada telinga
biakan mikrobiologi aerob dan
• Penurunan pendengaran
• Demam, vertigo, nyeri Riwayat OMSK anaerob, uji sensitivitas
persisten setelah terapi adekuat  • Tes fistula
komplikasi intratemporal/intrakranial • Pemeriksaan audiologi : audiometri,
Pemeriksaan Fisik • Foto polos mastoid (Schuller dan
• Inspeksi pinna dan regio postauricular Stenver)
• Otoskopi: jaringan parut pada liang telinga • Computed tomography (CT)  jika
luar, polip, jaringan granulasi, perforasi dicurigai invasif ke intrakranial
membran timpani, edema, inflamasi
mukosa telinga tengah, cairan telinga
KLASIFIKASI OMSK
40

OMSK Benigna OMSK Maligna


• Tahap Awal :
• Perforasi sentral : perforasi pars – Perforasi marginal : sebagian tepi
tensa dikelilingi sisa membran perforasi langsung berhubungan
timpani di tepi perforasi dengan anulus/sulkus timpanikum
– Perforasi atik :perforasi pada pars
• Tanpa kolesteatom flaksida
• Tahap Lanjut :
– Atik-koantral  mengenai tulang
dinding liang telinga luar,atik,antrum,
sel mastoid
– Abses/fistula retroaurikuler
– Polip/jaringan granulasi liang telinga
– Kolesteatoma

OMSK Benigna OMSK Maligna


KOMPLIKASI OMSK

Komplikasi intratemporal Komplikasi intrakranial


• Mastoiditis • Meningitis
• Labirinititis • Abses otak
• Fistula labirin • Abses lobus temporalis
• Abses serebelum
MASTOIDITIS
• Pembengkakan pada
dinding sel mastoid di
bagian temporal
• Gejala : Pembengkakan
pada belakang telinga,
kemerahan, otalgia,
discharge ear
• Merupakan salah satu
komplikasi pada OMA
(Mastoiditis akut) dan
OMSK (Mastoiditis Kronik)
Pemeriksaan radiologi
Labyrinthitis
• Definisi: Inflamasi pada • Gejala Klinis
liang telinga dalam atau – Vertigo
pada labirin – Hearing Loss
• Memiliki riwayat OMSK – Tinnitus
• Etiologi: – Fever
• Bakterial – Otalgia
– Facial Weakness
• Virus
– Prenatal : Rubella, CMV
– Postnatal : Mumps
Measles, Rubella Virus
TATALAKSANA OMSK BENIGNA
45

Konservatif Pembedahan
• Aural toilet: cuci telinga H2O2 3% • Masteidoktomi sederhana
selama 5 hari Indikasi : OMSK tipe aman yang tidak membaik
dengan terapi konservatif
• Apabila sekret berkurang, berikan
obat tetes telinga kombinasi • Miringoplasti
antibiotik dan steroid < 1-2 minggu. Indikasi: OMSK tipe aman yang tenang dengan
tuli ringan hanya akibat perforasi membran
• Antibiotik topikal  ofloksasin timpani
• Antibiotik oral • Timpanoplasti
• Tangani sumber infeksi  Indikasi : OMSK tipe aman dengan kerusakan
lebih berat, OMSK tipe aman yang gagal dengan
adenoidektomi, tonsilektomi medikamentosa
• Observasi 2 bulan masih ada
perforasi meskipun sekret hilang
TATALAKSANA OMSK MALIGNA
46

• Terapi konservatif diberikan


sementara sebelum pembedahan
• Mastoidektomi dinding
Pembedahan : utuh
• Mastoidektomi dinding runtuh
(canal wall) 1. Mastoidektomi kortikal
1. Mastoidektomi radikal 2. Timpanoplasti dengan
Indikasi OMSK bahaya mastoidektomi dinding
dengan infeksi/ liang utuh
kolesteatoma luas.
3. Teknik obliterasi
2. Mastoidektomi radikal
Indikasi : OMSK dengan
4. Teknik rekonstruksi liang
kolesteatoma atik namun telinga
belum merusak seluruh
kavum timpani
Perempuan, 20 tahun, datang ke poli THT-KL dengan
keluhan bengkak di belakang telinga kanan sejak 6 hari lalu.
Pasien memiliki riwayat keluar cairan kuning, kental, dan
berbau dari telinga kanan sejak 2 tahun lalu. Pada
pemeriksaan didapatkan benjolan kemerahan di belakang
telinga kanan yang mendorong telinga ke depan. Pada
pemeriksaan otoskop, didapatkan sekret (+). Foto rontgen
yang sesuai untuk pemeriksaan?
a. Schuller & Schedel
b. Schuller & Stenver
c. Waters & Caldwell
d. Waters & Shedel
e. Schuller & Submentovertex
OTITIS MEDIA SEROSA
OTITIS MEDIA SEROSA
49

Definisi Etiologi
• Keadaan akumulasi sekret • Streptococcus pneumoniae (35%)
nonpurulen dalam telinga tengah • Haemophilus influenza (20%)
dengan membran timpani yang utuh, • Moraxella catarrhalis (4-13%)
tanpa gejala, dan tanpa radang
maupun infeksi • Streptococcus pyogenes
• Staphylococcus aureus
Faktor predisposisi • Bakteri enterik gram negatif
• Usia • Bakteri anaerob
• Balita >>>
• Pemberian minum lewat botol susu Klasifikasi
• Tinggal di kawasan banyak perokok • Otitis media serosa akut
• Sosioekenomi rendah • Otitis media serosa kronik
• Pemberian makan saat anak
berbaring
• Gangguan tuba
OTITIS MEDIA SEROSA AKUT
50

• Definisi: Akumulasi sekret pada Manifestasi Klinis


telinga tengah yang timbul mendadak • Penurunan pendengaran
akibat gangguan fungsi tuba • Rasa tersumbat/penuh pada telinga
• Prevalensi : usia dewasa • Diplacusis binauralis (suara sendiri
• Etiologi : terdengar lebih nyaring pada telinga
– saluran tuba, yang sakit)
• Sensasi cairan bergerak dalam telinga
barotrauma saat perubahan posisi kepa
• Otalgia minimal saat awal penyakit
– Infeksi virus pada namun kemudian berangsur
saluran napas atas menghilang
• Tinitus ringan, Vertigo, Pusing
– Alergi • Gangguan keseimbangan
– Idiopatik
OTITIS MEDIA SEROSA AKUT
51

Pemeriksaan Fisik Tatalaksana :


• Uji penala : tuli konduktif • Dekongestan nasal (obat
• Timpanometri : Tipe B tetes hidung)
(datar) • Antihistamin
• Perasat valsava jika tidak
ada infeksi saluran napas
atas
• Tanpa perbaikan dalam 1-2
minggu  miringotomi 
pipa ventilasi
OTITIS MEDIA SEROSA KRONIK (MUKOID)

• Definisi: Akumulasi sekret pada Pemeriksaan Fisik


telinga tengah yang timbul bertahap
• Uji penala : tuli konduktif
dengan gejala yang berlangsung
kronik tanpa nyeri • Timpanometri : Tipe B (datar)
• Prevalensi : usia anak-anak
• Etiologi : Tata laksana :
– OMA tidak sembuh sempurna • Tangani penyebab dasar
– Gangguan tuba • Tahap awal: dekongestan tetes
– Infeksi virus hidung, kombinasi antihistamin,
– Alergi dekongestan per oral selama 3
• Manifestasi klinis bulan
– Penurunan pendengaran lebih • Pengobatan tahap awal gagal 
berat (tuli konduktif 40-50 dB) miringotomi, pipa ventilasi.
– Sekret telinga kental seperti lem
Check Point
Laki-laki 19 tahun dengan keluhan
telinga kanan sakit dan PF ditemukan
robekan marginal pada membran
timpani serta terdapat kolesteatom.
Diagnosis yang tepat adalah..
a. Otitis media eksterna maligna
b. Otitis media eksterna benigna
c. Otitis media akut
d. Otitis media supuratif kronik
e. Otitis media efusi kronik
Seorang laki-laki usia 25 tahun datang dengan keluhan keluar
cairan dari telinga kanan. Keluhan inidirasakan pada usia 15 tahun,
pada awalnya keluar cairan putih kental, tidak berbau. Keluhan
dirasakan kembali 18 bulan yang lalu, keluar cairan kuning kental,
berbau busuk, disertai sakit pada telinga kanan. Pasien berobat ke
puskesmas namun keluhan tidak kunjung sembuh. Pada kanalis
auditori eksterna terdapat jaringan granulasi dan kolesteatoma
serta perforasi marginal pada membran timpani. Apakah terapi
definitif yang tepat pada pasien ini?
a. Medikamentosa
b. Mastoidektomi
c. Miringotomi
d. Timpanoplasti
e. Timpanosintesis
Cerumen Prop

Ear wax  mixture of secretions of the ceruminose & pilosebaseus


glands, squames of epithelium, dust & other foreign debris located in
the cartilaginous portion of the ears canal.

Faktor Risiko
• 1. Dermatitis kronik liang telinga luar
• 2. Liang telinga sempit
• 3. Produksi serumen banyak dan kering
• 4. Adanya benda asing di liang telinga
• 5. Kebiasaan mengorek telinga
Tanda dan Gejala:
• Hearing impairment (deafness)  CHL
• Earache
• Reflex cough
• Fullness in the ear
• Tinitus – vertigo
Penatalaksanaan
• Menghindari membersihkan telinga secara berlebihan
• Menghindari memasukkan air atau apapun ke dalam telinga
• Serumen yang lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas.
• Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.Apabila dengan cara ini
• Serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan lebih dahulu dengan
tetes karbogliserin 10% selama 3 hari.
• Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga sehingga dikuatirkan
menimbulkan trauma pada membran timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan
dengan mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.

Indikasi untuk mengeluarkan serumen


• Sulit untuk melakukan evaluasi membran timpani
• Otitis eksterna
• Oklusi serumen dan bagian dari terapi tuli konduktif.

Kontraindikasi dilakukannya irigasi adalah adanya perforasi membran timpani. Bila


terdapat keluhan tinitus, serumen yang sangat keras dan pasien yang tidak kooperatif
merupakan kontraindikasi dari suction

Serumen dianjurkan dikeluarkan setiap 6-12 bulan sekali


CORPUS ALLIENUM TELINGA
Vertigo
Gejala Vertigo Perifer Vertigo Sentral
Onset Mendadak Tersembunyi
Intensitas Berat Ringan -Sedang
Munculnya Episodik Konstan
Durasi Singkat Panjang
Eksaserbasi posisi Berat Ringan
Nistagmus Horizontal atau torsional Vertikal, horizontal,
torsional
Romberg- test mata
• Terbuka Normal Abnormal
• Tertutup Abnormal Abnormal
Gejala Neurologis Jarang Sering
BPPV
KRITERIA DIAGNOSIS BPPV:

a. Recurrent vestibuler vertigo


b. Duration of attack always < 1 minute
c. Symptoms invariably provoked by the following
changes of head position:
- lying down or
- turning over in the supine position
- or at least 2 of the following manouvres:
- reclining the head
- rising up from supine position
- bending forward
d. Not attributable to another disorder
(Brevern et al., 2007)
DIX-HALLPIKE MANEUVER
D
I
A
G
N
O
S
I
S

©Bimbel UKDI MANTAP


a. Reclined head hanging 45 degree b. Rotate 45 degrees contralateral
turn

EPLEY

d.Keep head
turn and to
sitting
e.Turn
forward chin
down 20
degrees

c. Head and body rotated to 135 degrees from supine


©Bimbel UKDI MANTAP
Meniere disease
Disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa pada koklea dan vestibulum

Trias Meniere :
• Vertigo (Periodik yang semakin mereda pada serangan berikutnya)
• Tinnitus
• Tuli sensorineural terutama nada rendah

Px penunjang :
Tes Gliserin  Pasien diberi minuman gliserin 1,2cc/kgBB setelah
diperiksa tes kalori dan audiogram. Setelah 2 jam diperiksa ulang, bila
menunjukan perbaikan bermakna menunjukan adanya hidrops endolimfa

Terapi : Simtomatik vertigo, diuretik, pengaturan diet (hindari garam,


coklat, kafein)
Terapi Simptomatik Vertigo
Pengobatan simptomatik vertigo :
• Ca-entry blocker (mengurangi aktivitas eksitatori SSP dengan menekan pelepasan
glutamat, menekan aktivitas NMDA spesial channel, bekerja langsung sebagai
depresor labirin): Flunarisin (Sibelium) 3x 5-10 mg/hr
• Antihistamin (efek antikolinergik dan merangsang inhibitory; monoaminergik
dengan akibat inhibisi n. vestibualris) : Cinnarizine 3 x 25 mg/hr, Dimenhidrinat
(Dramamine) 3 x 50 mg/hr.
• Histamin Agonis (inhibisi neuron potisinaptik pada n. vestibularis lateralis) :
Betahistine (Merislon) 3 x 8 mg.
• Fenotiazine (pada kemoreseptor trigger zone dan pusat muntah di M. oblongata):
Chlorpromazine (largaktil) : 3 x 25 mg/hr
• Benzodiazepine (Diazepam menurunkan resting activity neuron pada n.
vestibutaris) 3 x 2-5 mg/hr
• Antiepileptik : Carbamazepine (Tegretol) 3 x 200 mg/hr, Fenitoin (Dilantin) 3 x 100
mg (bila ada tanda kelainan epilepsi dan kelainan EEG)
• Campuran obat-obat di atas.

Pengobatan simptomatik otonom (mis. muntah) :


• Metoclopramide (Primperan, Raclonid) 3 x 10 mg/hr
OTHEMATOM
• Merupakan hematoma daun
telinga akibat trauma tumpul 
tertimbunnya darah dalam
ruangan antara perikondrium dan
kondrium
• Bila bekuan darah tidak
dikeluarkan tonjolan menjadi
padat dan permanen.
• Sering pada remaja atau orang
dewasa yang mempunyai kegiatan
memerlukan kekerasan, namun
bisa saja dijumpai pada usia lanjut
dan anak-anak.
OTHEMATOM
Tatalaksana
• Drainase hematom untuk
mencegah reakumulasi darah,
mencegah selulitis sekunder atau
perikondritis dan mencegah
deformitas telinga (cauliflower
ear)
PERIKONDRITIS
Infeksi bakteri pada perikondrium atau
kartilago aurikula
Gejala: merah, nyeri, bengkak, biasa akibat
selulitis, OE, atau tindik
Tatalaksana
• Perikondritis diobati segera dengan
antibiotika spektrum luas.
• Jika ada sekret  hapusan kultur-tes
sensitivitas.
• Bakteri penyebab: sering Pseudomonas
aeruginosa.
• Jika terbentuk abses subperikondrial 
kultur abses & drainase
• Bila ada alergi akibat gigitan serangga :
antihistamin and steroid topikal
Preaulikular Fistel
PENYAKIT HIDUNG
ANATOMI RONGGA HIDUNG

73
Rhinorrhea
Diagnosis Clinical Findings
Rhinosinusitis Two or more symptoms, included nasal obstruction or nasal discharge as one
of them and: facial pain/pressure or hyposmia/anosmia.

KNF Elderly with history of smoking, preservative food. Tinnitus, otalgia epistaxis,
diplopia, neuralgia trigeminal. Posterior rhinoscopy: mass at fossa rosenmuller

Angiofbroma Male, young adult, with recurrent epistaxis. Anterior rhinoscopy: red
shiny/bluish mass. No lymph nodes enlargement.

Ozaena/atrophic Caused by Klebsiella ozaena or staphyloccoc, streptoccoc, P. Aerugonas in poor


rhinitis. economic/hygiene people. Thick, greenish secrete, foul breath, nasal
obstruction, decrease ability to smell, headache. Rhinoscopy: hypotrophy or
atrophy of konka inferior & media, purulent secrete & greenish crust.
Th: wide spectrum AB or surgery if there’s no improvement

Traumatic anosmia Can occur in about 10% of patients with significant head injury → shearing
action of olfactory fibers at the cribiform plate.

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.


Rhinitis
• Rhinitis vasomotor: Suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa
adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal, dan
pajanan obat. Pencetus: asap rokok, bau menyengat, parfum.
Hidung tersumbat bergantian kiri dan kanan.
• Rhinitis medikamentosa: kelainan hidung yang disebabkan oleh
penggunaan vasokonstriktor topikal dalam waktu lama dan
berlebihan (drug abuse)
• Rhinitis atrofi: infeksi hidung kronik yang ditandai adanya atrofi
progresif mukosa dan tulang konka.
• Rhinitis akut: umumnya disebabkan oleh rhinovirus, sekret serosa,
demam, sakit kepala, mukosa bengkak dan merah.
• Rhinitis alergi: penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi
dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator
kimia ketika terjadi paparan berulang.
Rinitis Alergi
Terkait atopi  reaksi
hipersensitivitas tipe I
Gejala
• Bersin
• Hidung tersumbat
• Rhinorea + gatal
• Konjungtivitis
• PND
Rhinitis Alergi
– Klinis
• Pada rhinoskopi
anterior: mukosa
edema, basah,
pucat/livid
• Allergic shiner: bayangan
gelap dibawah mata
akibat stasis vena
• Allergic salute: anak
menggosok-gosok
hidung dengan
punggung tangan
karena gatal
• Allergic crease:
penggosokan hidung
berulang akan
menyebabkan timbulnya
garis di dorsum nasi
sepertiga bawah.
KLASIFIKASI DERAJAT RHINITIS ALERGI (ARIA 2012)

Ringan (harus memiliki semua kriteria) Sedang-berat (moderate-severe)


• Tidak ada gangguan tidur • Gangguan tidur
• Tidak ada gangguan pada • Gangguan pada aktivitas sehari-
aktivitas sehari-hari, olahraga dan hari, olahraga dan rekreasi
rekreasi • Gangguan pada pekerjaan dan
• Tidak ada gangguan pada aktivitas belajar
pekerjaan dan aktivitas belajar • Gejala yang berat
• Tidak ada gejala yang berat

78
KLASIFIKASI RHINITIS ALERGI
(Berdasarkan Frekuensi)

Intermiten: Persisten :
<4 hari/minggu >4 hari dalam
Atau <4 minggu seminggu dan >4
berturut-turut minggu berturut-
turut

79
GEJALA DAN TANDA RHINITIS ALERGI
(ARIA 2012)
RHINITIS ALERGI
Manifestasi Klinis
• Nasal/allergic crease
• Allergic shiners
• Allergic salute
Allergic shiners Nasal/allergic crease
• hidung gatal, merah, berair, tersumbat
• Mata merah, gatal, berair
• Telinga gatal, berdengung
• Tenggorokan gatal, nyeri, post nasal drips
(+)

Pemeriksaan Fisik
• Rhinoskopi anterior: Mukosa hidung /
konka tampak edematosa/ hipertrofi,
pucat kebiruan, sekret cair 81
RHINITIS ALERGI
Pemeriksaan Penunjang Tatalaksana
• Tes alergi (skin prick test) Umum
• Darah perifer lengkap (eosinofilia) • Cegah paparan, jaga kebersihan
• IgE total
Medikamentosa
• Sitologi hidung
• Antihistamin oral (gejala ringan)
• Contoh: cetirizine 1x 10 mg PO atau loratadin 1 x
10 mg PO
• Kortikosteroid intranasal (gejala sedang)
• Contoh: budesonide (252 ϻg/hari)
• Dekongestan intranasal
• Contoh: pseudoefedrin drop

Imunoterapi (kasus berat yang tidak


membaik dengan mendikamentosa)

Cuci hidung dengan larutan NaCl fisiologis


82
TATALAKSANA RHINITIS ALERGI
(ARIA 2012)
Frekuensi Derajat Keparahan Tata Laksana
Intermiten Ringan Antihistamin-H1 oral
Antihistamin H1 intranasal
Dekongestan
Antileukotrien
Sedang-berat Antihistamin-H1 oral
Persisten Ringan Antihistamin-H1 intranasal
Kortikosteroid intranasal
Dekongestan
Antileukotrien
Sedang-berat Kortikosteroid intranasal
Antihistamin-H1
Antileukotrien
Konjungtivitis : antihistamin oral, intraokular atau kromon intraokular
Edukasi : hindari pajanan alergen dan iritan 83
RHINITIS VASOMOTOR
RHINITIS VASOMOTOR

Definisi Manifestasi Klinis


Gangguan pada mukosa • Gejala =rinitis alergi, sulit
hidung yang ditandai dengan dibedakan.
adanya edema yang persisten • Umumnya :
dan hipersekresi kelenjar pada Gejala hidung tersumbat,
mukosa hidung apabila dipengaruhi oleh posisi
terpapar oleh iritan spesifik.

85
RHINITIS VASOMOTOR
Etiologi
Etologi pasti belum diketahui, diduga akibat gangguan keseimbangan sistem saraf
otonom yang dipicu oleh zat-zat tertentu.

Obat-obatan: Faktor Endokrin:


Ergotamin, Kehamilan, pubertas,
chlorpromazin, anti - pemakaian pil
hipertensi kontrasepsi,
vasokonstriktor topikal. hipotiroidisme.

Faktor Fisik:
asap rokok, udara
Faktor Psikis:
dingin,kelembaban
stress, ansietas fatigue.
udara yang tinggi bau
yang merangsang.
86
RHINITIS VASOMOTOR
TATALAKSANA

Dekongestan Kortikosteroid Antihistamin


• Pseudoefedrin Topikal • Cetirizine
• Phenylpropanol • Fluticasone • Loratadin
amine • Flunisolide
• Phenylephrine • Beclomethason
• Oxymetazoline e

87
RHINITIS ALERGI vs RHINITIS VASOMOTOR
Rhinitis Alergi Rhinitis Vasomotor
Belasan tahun Dekade ke- 3-4
Mulai serangan
Riwayat terpapar alergen (+) Riwayat terpapar alergen (-)

Reaksi neurovaskular terdahap


Reaksi Ag-Ab terhadap rangsangan
Etiologi beberapa rangsangan mekanis
sel spesifik
atau kimia, juga faktor psikologis

Gatal dan bersin menonjol Tidak menonjol


Gatal di mata Sering dijumpai Tidak dijumpai
Test kulit Positif Negatif
Sekret hidung Peningkatan eosinofil Eosinofil tidak meingkat
Eosinofil darah Meningkat Tidak meningkat
IgE darah Meningkat Tidak meningkat
Neurektomi
Tidak membantu membantu
n.vidianus
88
RHINITIS MEDIKAMENTOSA
RHINITIS MEDIKAMENTOSA
Definisi Etiologi
• Kelainan hidung berupa
gangguan respons normal
vasomotor yang
diakibatkan oleh
pemakaian vasokonstriktor
topikal (tetes hidung atau
semprot hidung) dalam
waktu yang lama dan
berlebihan, sehingga
menyebabkan sumbatan
hidung yang menetap.
90
RHINITIS MEDIKAMENTOSA

91
Rhinitis ozaena
Rhinosinusitis
Diagnosis Clinical Findings
Acute Rhinosinusitis Two or more symptoms, included nasal obstruction or nasal
discharge as one of them and: facial pain/pressure or
hyposmia/anosmia.

Chronic sinusitis Subacute: 4 weeks-3 months. Chronic: > 3 months. Symptoms


are nonspesific, may only consist of 1 or 2 from these →
chronic headache, post nasal drip, chronic cough, throat
disturbace, ear disturbance, sinobronchitis.
Dentogen sinusitis The base of maxilla are processus alveolaris, where tooth roots
are located. Tooth infection can spread directly to maxillary
sinus. Symptoms: unilateral sinusitis with purulent nasal secrete
& foul breath.
Fungal sinusitis Predisposition: diabetes, neutropenia, AIDS, long term
treatment in hospital. Etiology: Candida or Aspergillus.
Symptoms/signs: unilateral sinusitis which not responded by
antibiotic, destroyed sinus wall, greyish white membrane

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.


RHINOSINUSITIS
• Sinusitis adalah peradangan, atau pembengkakan, dari jaringan yang
melapisi sinus. Biasanya sinus berisi udara, tetapi ketika sinus tersumbat
dan berisi cairan, kuman (bakteri, virus, dan jamur) dapat berkembang
dan menyebabkan infeksi.

94
95
RHINOSINUSITIS AKUT

Etiologi Faktor Predisposisi


• Rinitis akut • Obstruksi mekanis:
• Faringitis • Septum deviasi
• Adenoiditis & tonsilitis • Korpus alienum & tumor
• Karies dentis • Obstruksi ostium : Rinitis kronis &
• Berenang / menyelam rinitis alergi
• Trauma • Perubahan mukosa dan silia:
• Barotrauma polusi, udara dingin dan kering

96
PATOGENESIS

97
RHINOSINUSITIS AKUT

Gejala Klinis Pemeriksaan Fisik


• Gejala berlangsung < 4 minggu Inspeksi
• Demam, sakit kepala Ingus kental (bau), • Pembengkakan muka, pipi 
dahak (post nasal drip) Hidung tumpat sinusitis maksila akut.
Nyeri pada lokasi sinus yang dikenai Nyeri
alih • Pembengkakan kelopak mata atas 
sinusitis frontal akut
Palpasi:
• Nyeri tekan/ketok gigi  sinusitis
maksila.
• Nyeri tekan medial atap orbita
sinusitis frontal
• Nyeri tekan cantus mediasinusitis
etmoid

98
RHINOSINUSITIS AKUT
Pemeriksaan Penunjang Tatalaksana:
• Transiluminasi • Medikamentosa:
• Radiologi: posisi Waters, PA, – Antibiotik golongan
Lateral dan Cald well-Luc. penisilin selama 14 hr
• CT.Scan : potongan koronal – Dekongestan lokal / oral
• MRI – Mukolitik, Antiinflamasi,
• Endoskopi Analgetik/antipiretik
• Nasoendoskopi • Pembedahan: Bila
terjadi komplikasi
(selulitis orbita)

99
RHINOSINUSITIS KRONIK
Gejala
• Hidung sekret bau
Definisi • Nasofaring  PND
• Infeksi sinus menahun (>3 • Faring  batuk malam / pagi rasa
bulan) tidak nyaman
• Telinga gangguan pendengaran
(tuba Eutachius)
Etiologi: • Mata infeksi (duktus
• Sinusitis akut tidak sembuh nasolakrimalis)
sempurna • Saluran napas  bronkhitis,
bronkhiektasis ( sinobronkhial
• Sinusitis akut berulang sindrom) asmabronkhial
• Saluran cerna mukos tertelan

100
RHINOSINUSITIS KRONIK

PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Radiologik: Perselubungan • Punksi sinus (s. maksila) :
(penebalan / fluid level) fosa kanina pus penebalan
kista tumor mukosa tumor
• CT-Scan : Basis kranii (keros • Sinuskopi (s. maksila): Fosa
I, II, III) sel Onodi kanina meatus inferior
• Histopatologi : Biopsi

101
SINUSITIS KRONIK

TATALAKSANA
Konservatif Operatif
• Dekongestan topikal / oral • S. etmoid  Etmoidektomi intra /
ekstra nasal
• Antibiotik (spektrum luas)
• S. frontal Sondase duktus
• Mukolitik nasofrontal Ekstra nasal
• Analgetik • S. Sfenoid  Intra nasal
• Anti alergi • S.maksila  antrostomi, caldwel
• Diatermi sinar gelombang luc
pendek (Ultra Short Wave)
Ultra Korte Golof (UKG)
perbaikan vaskularisasi

102
SINUSITIS KRONIK
KOMPLIKASI
Komplikasi intra kranial:
• Meningitis
• Abses ekstra / subdural
• Trombosis sinus cavernosus

Komplikasi paru:
• Bronkhitis (sindrom sinobronkhial) Bronkhiektasis
103
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi
• Waters: menilai sinus maksila, frontal, etmoid,
sphenoid
• Caldwell: Menilai sinus frontal, etmoid, bola
orbita, dinding orbita medial, os zigoma, os
nasal, septum nasi, mandibula
• Lateral: menilai sinus sphenoid
• Schuller: menilai mastoid, kanalis akustikus
eksternus, TMJ
Rhinosinusitis
• Pemeriksaan penunjang rhinosinusitis:
– Foto polos: posisi waters, caldwell, lateral  airfluid
level
– CT scan→ gold standard. Karena mahal, hanya
dikerjakan utk penunjang sinusitis kronik yang tidak
membaik atau pra-operasi untuk panduan operator.

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.


FOTO POLOS
• Waters: menilai sinus • Caldwell: Menilai sinus
maksila, frontal, etmoid, frontal, etmoid, bola
sphenoid orbita, dinding orbita
medial, os zigoma, os
nasal, septum nasi,
mandibula
EPISTAKSIS

Anamnesis Pemeriksaan Fisik


• Derajat keparahan, frekuensi, • Dengan spekulum nasal, cari sumber
durasi epistaksis perdarahan. Bisa dengan bantuan
tampon anterior dengan
• Sisi yang mengalami perdarahan, vasokonstriktor (adrenalin 1/5000-
satu atau kedua sisi 1/10.000 dan pantokain atau lidocain
• Riwayat trauma, epistaksis 2%) biarkan tampon selama 10-15
sebelumnya, mudah lebam, menit.
hipertensi, penyakit hati, leukemia, • Jika sumber perdarahan tidak dapat
penyakit sistemik lainnya ditemukan/ mengalir terus,
pertimbangkan kemungkinan epistaksis
• Pada anak-anak: eksplorasi posterior
kemungkinan benda asing dalam
hidung
Pemeriksaan Penunjang
• Pengunaan obat-obatan : terutama • Lab lengkap dan profil hemostastis
antitrombosit atau antikoagulan (waktu perdarahan, PT,aPTT, INR)
• MRI atau CT scan untuk kecurigaan
keganasan

109
TATALAKSANA

Epistaksis Anterior

• Posisikan pasien duduk tegak


condong ke depan,posisi kepala
terangkat tapi tidak hiperekstensi.
• Lakukan penekanan langsung dengan
jari pada kedua cuping hidung arah
septum selama 10-15 menit. Pasien
bernapas melalui mulut
• Apabila tidak berhenti, pasang
tampon anterior atau tampon
adrenalin 0,5 % (1:10.000) selama
2x24 jam

110
TATALAKSANA

Epistaksis Posterior
• Dilakukan pemasangan tampon Bellocq
(tampon posterior). Kontraindikasi
apabila ada trauma fasial.
• Tampon belloq dipasang selama 2-3
hari
• Alternatif pengganti tampon Bellocq :
kateter folley dengan balon, tampon
buatan pabrik dengan balon khusus
hidung tampon gel hemostatik.
• Rujuk Sp.THT

111
Epistaksis
Epistaksis anterior Epistaksis posterior
• Perdarahan dari arteri • Perdarahan dimulai dari
eithmoidalis anterior atau arteri ethmoidalis posterior
pleksus kisselbach
atau arteri sphenopalatina
• Biasanya diawali oleh trauma
atau infeksi • Mempengaruhi pasien
• Penanganan awal berupa dengan hipertensi atau
penekanan digital selama 10- arteriosklerosis
15 menit. Jika perdarahan
• Terapi: aplikasi tampon
terlihat dapat dikauter
• Jika masih berdarah dapat
belloq/posterior selama 2-3
ditampon anterior 2x24 jam hari.
Bila sumber perdarahan
terlihat  Kaustik (Kimia,
elektrik) Buku ajar ilmu THTK&L FKUI edisi keenam
Polip Hidung
Massa lunak dan berwarna putih/ keabu-abuan
yang terdapat pada rongga hidung. Bertangkai
dengan permukaan licin.

Epidemiologi
• Biasanya timbul di dewasa usia >20 thn dan lebih sering di usia
> 40 thn
• menyerang pria 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan
wanita

Berasal dari kompleks ostio-meatal di meatus media


dan sinus ethmoid

Polip koana
• tumbuh kearah belakang dan membesar di nasofaring
• Berasal dari sinus maxillaris
• Disebut juga polip antro-koana
Etiologi Polip Hidung
Inflamasi kronik : Sinusitis Kronis, Rhinitis allergi,
Asma

Fibrosis Kistik

Predisposisi genetik

Disfungsi saraf autonom

Intoleransi alkohol “Chronic inflammation causes a


reactive hyperplasia of the
intranasal mucosal membrane,
Intoleransi aspirin which results in the formation of
polyps.
The precise mechanism of polyp
Edema  Peningkatan tekanan cairan interstitial
sehingga timbul edema mukosa hidung
formation is incompletely
understood.”
Polip Hidung
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
– Gejala Utama • Rhinoskopi anterior  massa berwarna pucat,
berasal dari meatus medius dan mudah
• Hidung tersumbat digerakkan
• Rinore (dari jernih sampai
purulen) Stadium polip(Mackay dan Lund ;1997)
• Hiposmia / Anosmia • Stadium 1 polip masih terbatas di meatus
medius
• Nyeri pada hidung • Stadium 2  polip sudah keluar dari meatus
• Sakit kepala medius, tampak di rongga hidung tapi belum
memenuhi rongga hidung
– Gejala Sekunder • Stadium 3  polip yang masif
• Bernafas melalui mulut
Pemeriksaan Penunjang
• Suara sengau
• Naso-Endoskopi
• Halitosis • Foto polos SPN (posisi Waters, AP, Caldwell dan
• Gangguan tidur lateral)
• Penurunan kualitas hidup • CT Scan SPN
Tatalaksana Polip Hidung

• Medikamentosa • Operasi
– Kortikosteroid – Indikasi: anak dengan multipel ,
benign polip nasi atau
• Intranasal rather than oral rhinosinustitis kronis yang tidak
corticosteroids should be membaik dengan terapi medis
maximum
used as first-line treatment.
Multiple randomized trials
– Polipektomi
have found that fluticasone • Etmoidektomi
(200 mcg bid), budesonide intranasal/ekstranasal  polip
(200 mcg twice daily), and etmoid
• Operasi Caldwell-Luc  sinus
mometasone (280 mcg maxilla
daily) are superior – ESS (Endoscopic sinus surgery)
• Melebarkan celah di meatus
– Antileukotriene media  rekurensi berkurang
– Antiallergi
– Daily lavage of the sinuses
CORPUS ALIENUM HIDUNG
• Paling sering pada anak-
anak
• Gejala  riwayat
memasukkan benda asing
ke hidung tanpa gejala,
Sekret mukopurulent
Unilateral, Sekret yang
berbau, hidung tersumbat,
epistaksis (jarang),
bernapas dari mulut
• Tatalaksana: ekstraksi
menggunakan hook atau
forsep alligator
Karsinoma Nasofaring
• Etiologi: Epstein-Barr • Pemfis:
Virus – Massa pada leher ,
• Faktor risiko: Genetik, pembesaran KGB,
gangguan saraf kranial.
rokok, ikan asin,
– Massa nasofaring terutama
pengawet makanan. di fossa resenmuller
• Gejala: Tx: Kemoterapi (Cisplatin, 5FU),
– Hidung: perdarahan, Radioterapi
obstruksi, sekret, epistaksis
– Telinga: infeksi, penurunan
pendengaran, tinitus
– Nyeri kepala
– Pembengkakan pada leher
Tonsilitis
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina
yang merupakan bagian dari cincin waldeyer

Cincin waldeyer:

• tonsil pharyngeal (adenoid)


• tonsil palatina (faucial)
• tonsil lingual (tonsil pangkal lidah) dan
• tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding
faring/Gerlach’s tonsil)

Rute penyebaran infeksi: airborne droplets,


kontak langsung

Dapat terjadi pada semua umur, terutama


pada anak
©Bimbel UKDI MANTAP
Tonsillitis
• Acute tonsillitis:
– Viral: similar with acute rhinitis +
sore throat
– Bacterial: GABHS, pneumococcus, S.
viridan, S. pyogenes.
• Detritus → follicular tonsillitits
• Detritus coalesce → lacunar tonsillitis.
• Sore throat, odinophagia, fever, malaise,
otalgia.
• Th: penicillin or erythromicin

• Chronic tonsillitis
– Persistent sore throat, anorexia, dysphagia, &
pharyngotonsillar erythema
– Lymphoid tissue is replaced by scar  widened
crypt, filled by detritus.
– Foul breath, throat felt dry.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
• penularan mikroorganisme melalui
droplet  menginfiltrasi lapisan epitel
jaringan tonsil  epitel terkikis  reaksi
Tonsilitis dari jaringan limfoid superfisial  reaksi
radang berupa keluarnya leukosit
akut polimorfonuklear  terbentuk detritus
(kumpulan leukosit, bakteri yang mati, dan
epitel yang terlepas)  mengisi kriptus
tonsil dan tampak sebagai bercak kuning

• Jika proses radang ini berulang  epitel


mukosa dan jaringan limfoid akan terkikis
Tonsilitis  jaringan parut pengerutan sehingga
kripta tertarik dan melebar  drainase
kripta menjadi kurang baik  retensi
kronis debris sel  menembus kapsul tonsi
 perlekatan dengan jaringan di
sekitar fossa tonsilaris.
BACK
TATALAKSANA
TATALAKSANA
Dewasa Anak • Menjaga hidrasi dan
asupan kalori yang
Penisilin V 500 mg per oral Penisilin V 25-50 adekuat
selama 10 hari mg/kg/hari per oral selama • Kontrol nyeri dan
10 hari demam (kompres atau
Benzathin penisilin G 1.2 Benzathin penisilin G obat-obatan)
juta U i.m 25.000U/kgbb i.m • Obat kumur untuk
menjaga higienitas
Amoksisilin 2x 500-875 mg Amoksisilin 50mg/kg/hari mulut
atau 3x250-500 mg per dalam 2-3 dosis p.o selama • Antibiotik spektrum luas
oral 10 hari
Bila alergi penisilin
Azitromisin 1x500 mg Azitromisin 1x12mg/kg p.o
selama 5 hari selama 5 hari
Eritromisin 4x500mg p.o Eritromisin 4x20 mg/p.o
selama 10 hari selama 10 hari 123
Tonsilitis difteri

• Disebabkan oleh bakteri gram • Terapi


positif Corynebacterium • Anti difteri serum 20.000-
diphteriae.
100.000 unit
• Gejala: kenaikan suhu
subfebris, nyeri kepala, tidak • Antibiotik Penicillin atau
nafsu makan, badan lemah, Eritromisin 25-50 mg/kg
nadi lambat serta keluhan nyeri dibagi 3 dosis selama 14 hari
menelan. • Kortikosteroid 1,2 mg/kgbb/
• Pemeriksaan fisik: Tonsil hari
membengkak ditutupi bercak • Pengobatan simptomatis
putih kotor yang melekat erat (antipiretik)
dengan dasarnya, mudah • Isolasi dan tirah baring
berdarah, infeksi yang menjalar selama 2-3 minggu
ke kelenjar limfe bull neck (+)
• Dx: Swab tenggorok  Kultur
Tonsilitis kronis
• Defined by persistent sore
throat, anorexia, dysphagia,
and pharyngotonsillar
erythema.
• It is also characterized by the
presence of malodorous
tonsillar concretions and the
enlargement of jugulodigastric
lymph nodes.
• The organisms involved are
usually both aerobic and
anaerobic mixed flora, with a • Pada tonsilitis kronis,
predominance of streptococci. permukaan tonsil tampak
tidak rata, tampak pelebaran
kripta, dan beberapa kripta
dapat terisi oleh detritus.
DERAJAT PEMBESARAN TONSIL

Cara Penulisan status:


Ditemukan:
To: T2-T2 hiperemis
Kripta (-)
Detritus (-)

126
TONSILITIS KRONIS
Faktor Predisposisi : Tata Laksana:
Pajanan radiasi, kebiasaan
kebersihan mulut yang buruk, rokok, • Terapi suportif obat
perubahan cuaca, penggunaan obat- kumur
obatan
• Tonsilektomi (sesuai
Gejala Klinis : indikasi)
Rasa mengganjal di tenggorok, nyeri
menelan berulang, napas berbau
(halitosis)

127
TONSILITIS AKUT VS TONSILITIS KRONIS

AKUT KRONIS
• Tonsil hiperemis & • Tonsil
swollen membesar/mengecil
• Kripta tidak melebar • Hiperemis (-)
• Detruitus +/- • Kripta melebar
• Detruitus +
TONSILEKTOMI

Indikasi absolut Indikasi relatif


• Pembengkakan tonsil yang • Terjadi  3 episode infeksi
menyebabkan obstruksi saluran tonsil per tahun dengan terapi
nafas, disfagia berat, gangguan tidur
dan komplikasi kardiopulmunar antibiotik adekuat
• Abses peritonsil yang tidak membaik • Halitosis akibat tonsilitis kronis
dengan pengobatan medis dan yang tidak membaik dengan
drainase
• Tonsilitis yang menyebabkan kejang
pemberian terapi medis
demam • Tonsilitis kronis atau berulang
• Tonsilitis yang membutuhkan biopsi pada karier streptococcus yang
untuk menentukan patologi anatomi
tidak membaik dengan
pemberian antibiotik
laktamase resisten
TONSILEKTOMI

Kontraindikasi absolut Kontraindikasi relatif


• Penyakit pembekuan darah • Palatoschizis
• Penyakit sistemik yang tidak • Anemia dengan Hb < 10
terkontrol • Infeksi akut saluran napas
• Poliomielitis
• Usia < 3 tahun
LARINGITIS
Tanda dan Gejala
Definisi
• Suara serak/afonia
• Kondisi peradangan di
daerah laring dan mukosa
pita suara yang disebabkan
oleh berbagai etiologi.
• Akut <3 minggu

Etiologi:
Mukosa laring hiperemis,
• Infeksi virus (paling sering), pita suara yang menebal
bakteri, jamur.
ireguler (bisa ditutupi
mukus)  suara serak
131
LARINGITIS

Pemeriksaan Penunjang Tatalaksana


• Apus tenggorok dan kultur • Pencegahan penggunaan suara
• Laringoskop langsung atau berlebihan, hindari iritan
laringoskopi serat optik • Umumnya sembuh sendiri
• Bila disertai batuk produktif 
mukolitik
• Bila perlu kortikosteroid,
antihistamin
• Antibiotik hanya bila disertai infeksi
dan peradangan paru

132
FARINGITIS
• Peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (paling sering),
bakteri, alergi, trauma, ataupun penyebab lainnya seperti refluks
gastroesofageal.

Faringitis Faringitis
Akut Kronik

Faringitis Faringitis Faringitis


Viral Bakterial Fungal

133
FARINGITIS VIRAL
Etiologi
• Epstein-Barr virus, Coxsakie virus,
adenovirus, rhinovirus, retrovirus,
respiratory synctial virus (RSV),
influenza, parainfluenza virus. Faring dan tonsil hiperemis
ataupun lesi ulseratif intra-
Tanda dan Gejala oral yang tersebar diskrete.
• Nyeri tenggorok
• Konjungtivitis
Tatalaksana
• Rinorea • Istirahat, minum cukup, kumur
• Batuk dengan air hangat.
• Suara serak • Analgetika : asetaminofen atau
• Demam subfebris ibuprofen.
• Pada infeksi herpes simpleks 
antivirus metisoprinol 60-100mg/kg
(dewasa), 50mg/kgbb dibagi 4-6
dosis (anak)
134
FARINGITIS BAKTERIAL
Etiologi Penunjang
• Grup A streptokokus beta hemolitikus
• Kultur apusan tenggorok
(GABHS).

Tanda dan Gejala


• Nyeri tenggorok
• Nyeri menelan
• Demam.
• Tonsil membesar, tonsil dan faring
hiperemis dengan atau tanpa
eksudat,
• Pembesaran KGB servikal anterior.
• Ptekiae palatum

135
Obat, Rute Dosis

Individu tidak alergi penisilin


Penisilin V, oral Anak2: 2-3x 250 mg 10 hari
Remaja & dewasa 4x250 mg
atau 2x500mg
Amoksisilin, 50mg/kgbb 1x/hari 10 hari
oral (maks.1000mg) atau
25mg/kgbb 2x/hari
Benzatin <27 kg 600.000 U 1 dosis
penisilin G, i.m >27kg: 1.200.000 U

Komplikasi Faringitis Bakterial Individu alergi penisilin


Endokarditis, meningitis, Sefaleksin, oral 2x20mg/kg/dosis 10 hari
Otitis media, pneumonia, (maks.500mg/dosis) sehari
abses peritonsil, limfadenitis
Sefadroksil, 1x30 mg/kg/hari (maks.1 10 hari
servikal, demam rematik, dan
oral gram)
glomerulonephritis post-
streptokokus. Klindamisin,ora 3x7 mg/kg dosis (maks.300 10 hari
l mg/dosis)

Azitromisin, 1x12 mg/kg (maks.500 mg) 5 hari


oral 136
FARINGITIS FUNGAL
Etiologi Diagnosis
• Candida Sp. • Biakan dalam agar sabouroud
dextrosa
Tanda dan Gejala
• Gejala umumnya sama dengan Terapi
etiologi lainnya (nyeri tenggorok, Nistatin 100.000-400.000 2x sehari.
nyeri menelan).
Pemeriksaan Fisik:
• Plak putih di daerah orofaring dan
mukosa faring tampak hiperemis.

137
FARINGITIS KRONIK
Faringitis Kronik Hiperplastik Faringitis Kronik Atrofi
• Hiperplasia jaringan limfatik • Sering timbul dengan rinitis atrofi
dinding faring posterior  • Pemeriksaan cermin: Mukosa
perubahan pada mukosa dinding faring tertutup lendir kental, bila
posterior faring  besar, diangkat tampak mukosa kering,
bergranular, tidak rata licin, halus
Tata Laksana: Tata Laksana:
• Larutan nitras atau kauter listrik • Tata laksana rinitis atrofi+ obat
• Terapi suportif : antitusif, kumur
ekspektoran, obat kumur/tablet
hisap

138
1. Acute pharyngitis
2. Chronic catarrhal pharyngitis
– Mucosa of the pharynx moderately thickened, visible
dilated veins, often enlarged follicles
3. Chronic atrophic pharyngitis
– Mucous membrane of the throat is dry, shiny, as if
covered with a varnish.
4. Chronic hypertrophic pharyngitis
– Membrane thickened, covered enlarged follicles side
bolsters of the pharynx increased, on the mucous
membrane of accumulation of mucus.
5. Chronic granular pharyngitis
– = No.4
6. Chronic side pharyngitis.
– = No.4
Abses Peritonsiler
Kumpulan pus di belakang tonsil palatina. Nama lain dari abses ini adalah
abses quinsy
SIMPTOM SIGN
Demam Palatum molle
edematous, hiperemis;
deviasi uvula ke sisi
kontralateral;
pembesaran tonsil
Malaise Trismus
Nyeri tengorrokan Drooling
(lebih pada satu sisi)
Dysphagia Hot potato voice
Otalgia (ipsilateral Halitosis
Cervical lymphadenitis
Abses Peritonsiler

DIAGNOSIS
• Dibuat melalu anamnesis dan
pemeriksaan fisik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Aspirasi dengan jarum – pus
mengkonfirmasi diagnosis
• Intraoral USG – cellulitis VS abses
(Steyer, 2002)
• Suspek penyebaran infeksi selain Pasien dengan PTA dextra
peritonsiler / komplikasi leher lateral =
CT/MRI diindikasi Tonsil displaced ke inferior dan
medial + deviasi kontralateral
uvula (Gallioto, 2008)
Abses Peritonsiler
TATALAKSANA
• Pilihan Antibiotik
Supportive
Drainage Antibiotics (hydration dan
kontrol nyeri)

©Bimbel UKDI MANTAP


Angina Ludwig (Phlegmon)
Infeks Ruang submandibula • Gejala:
• Demam
Ditandai dengan pembengkakan • Nyeri tenggorokan
(edema) pada bagian bawah ruang • Pembengkakan
submandibula yang mencakup jaringan • Drooling
yang menutupi otot-otot antara laring • Trismus
dan dasar mulut • Terjadi secara bilateral

Peradangan  kekerasan berlebihan


jari. Dasar mulut  mendorong lidah ke
atas dan belakang  obstruksi jalan
napas

Penyebab:
- Infeksi gigi molar, premolar
- Tindik lidah  peradangan kelenjar
limfe servikal
PHLEGMON
Pemeriksaan Fisik
Tatalaksana
• Demam, takikardi, takipneu
• Hipersalivasi • Tatalaksana jalan nafas
• Bengkak dan nyeri pada daerah • Resusitasi cairan
leher (submental, submandibular, • Pemberian antibiotik :
sublingual) simetris, keras  bull’s Kombinasi penicillin,
neck
clindamycin dan metronidazole
• Lidah terangkat ke arah posterior
• Drainase
• Nutrisi dan hidrasi cukup
Pemeriksaan Penunjang

• Darah rutin Prognosis


• Urinalisis
• USG • Bergantung pada cepat atau
• CT-Scan tidaknya penaganan
• MRI
Nodul Pita Suara (Vocal Nodule)
• Disebabkan oleh
penyalahgunaan suara
dalam waktu lama
(penyanyi, MC)  Singer
Nodule
• Gejala: Serak, batuk, tidak
nyaman ditenggorokan.
• Pemeriksaan: (+) nodul
pada sepertiga anterior
pita suara sebesar kacang
hijau berwarna keputihan
• Terapi: istirahat suara
OBSTRUKSI SALURAN NAPAS ATAS

Anda mungkin juga menyukai