ANATOMI TELINGA
Tes Pendengaran Objektif
Audiometri Impedans
Tes Garputala
TES WEBER
Audiometri Nada
Murni (Pure tone
audiometry)
TUJUAN AC VS BC BC Ka VS Ki BC Px VS Pasn
Tes Garputala
Audiometri Nada
Murni (Pure tone
audiometry)
Audiometri Nada
Tutur (Speech
audiometry)
Tes Bisik (Whispered
Voice Test)
Gejala
• Gatal Aspergillus niger:
• Otalgia dan otorrhea sebagai gejala yang paling banyak dijumpai, Newspaper mass
• Kurangnya pendengaran, like appearance
• Rasa penuh pada telinga
• edema&eritema pada liang telinga, debris keputihan,kelabu,atau
kehitaman
Faktor Resiko
• Cuaca yang lembab,
• Ketiadaan serumen,
• Instrumentasi pada telinga, Candida sp :
• Olah raga air Cotton wool
• Status pasien yang immunocompromised , appearance
• Peningkatan pemakaian preparat steroid dan antibiotik topikal.
Pemeriksaan penunjang Manajemen
1. P Hueso Gutirrez, S Jimenez Alvarez, E Gil-carcedo Sanudo, et al. (2005). Presumed diagnosis :
Otomycosis. A study of 451 patients. Acta Otorinolaringol Esp, 56, 181-186.
Otitis Media
Akut
Otitis Media Efusi
(Air Bubble (+))
Infeksi (-)
Kronik
Glue Ear
Oklusi tuba
Akut
< 3 bulan
Subacute :
3 minggu – 2
bulan
Chronic
> 2 bulan
Otitis Media
Otitis Media Efusi
• Terjadi ketika suatu
oklusi tuba tidak
teratasi. Perjalanan
pesawat.
Terjadi pengumpulan
cairan serosa di dalam
cavum timpani dengan
gejala khas berupa
gelembung udara pada
pemeriksaan otoskop
(Air Bubble)
Otitis Media
• Otitis media: peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga, tuba eustachius, antrum mastoid
dan sel mastoid.
• Otitis media akut dengan perforasi membran
telinga akan menjadi otitis media kronik setelah 2
bulan.
• Etiologi: Streptococcus pneumoniae 35%,
Haemophilus influenza 25%, Moraxella catarrhalis
15%.
Stadium Otitis Media Akut
• Tahapan:
– Oklusi tuba: retraksi membran
timpani atau berwarna keruh.
– Hiperemik/presupurasi: tampak
hiperemis dan pelebaran
pembuluh darah.
– Supurasi: edema yanghebat pada
mukosa telinga tengah, bulging,
demam, nyeri
– Perforasi: membran timpani
Ruptur discharge, demam
menurun
– Resolusi: jika membran timpani
tetap utuh maka membran
timpani akan kembali normal.
TATALAKSANA OMA
Otitis Media Supuratif Kronis
• Infeksi kronis pada sebagian atau seluruh
telinga tengah yang dikarakteristikkan dengan
perforasi permanen dari membran timpani
dan adanya sekret telinga yang keluar secara
terus menerus.
• Dialami diatas 12 minggu
Etiologi
• Pseudomonas aeruginosa 31 %,
Bakteri aerob : • Klebseilla pneumoniae 27%
• Proteus mirabilis 16%
B
Kolesteatom
Epitel fisiologis
bertransfromasi akibat:
• Invaginasi membran timpani
• Invasi epithelial
• Metaplasia
• Hiperplasia sel basal
Gejala
Otorrhea
Gangguan pendengaran
Anamnesis
• Keluar cairan telinga
• Riwayat OMA berulang, perforasi Pemeriksaan Penunjang
traumatik, pemasangan pipa ventilasi • Apusan sekret dari telinga tengah
pada telinga
biakan mikrobiologi aerob dan
• Penurunan pendengaran
• Demam, vertigo, nyeri Riwayat OMSK anaerob, uji sensitivitas
persisten setelah terapi adekuat • Tes fistula
komplikasi intratemporal/intrakranial • Pemeriksaan audiologi : audiometri,
Pemeriksaan Fisik • Foto polos mastoid (Schuller dan
• Inspeksi pinna dan regio postauricular Stenver)
• Otoskopi: jaringan parut pada liang telinga • Computed tomography (CT) jika
luar, polip, jaringan granulasi, perforasi dicurigai invasif ke intrakranial
membran timpani, edema, inflamasi
mukosa telinga tengah, cairan telinga
KLASIFIKASI OMSK
40
Konservatif Pembedahan
• Aural toilet: cuci telinga H2O2 3% • Masteidoktomi sederhana
selama 5 hari Indikasi : OMSK tipe aman yang tidak membaik
dengan terapi konservatif
• Apabila sekret berkurang, berikan
obat tetes telinga kombinasi • Miringoplasti
antibiotik dan steroid < 1-2 minggu. Indikasi: OMSK tipe aman yang tenang dengan
tuli ringan hanya akibat perforasi membran
• Antibiotik topikal ofloksasin timpani
• Antibiotik oral • Timpanoplasti
• Tangani sumber infeksi Indikasi : OMSK tipe aman dengan kerusakan
lebih berat, OMSK tipe aman yang gagal dengan
adenoidektomi, tonsilektomi medikamentosa
• Observasi 2 bulan masih ada
perforasi meskipun sekret hilang
TATALAKSANA OMSK MALIGNA
46
Definisi Etiologi
• Keadaan akumulasi sekret • Streptococcus pneumoniae (35%)
nonpurulen dalam telinga tengah • Haemophilus influenza (20%)
dengan membran timpani yang utuh, • Moraxella catarrhalis (4-13%)
tanpa gejala, dan tanpa radang
maupun infeksi • Streptococcus pyogenes
• Staphylococcus aureus
Faktor predisposisi • Bakteri enterik gram negatif
• Usia • Bakteri anaerob
• Balita >>>
• Pemberian minum lewat botol susu Klasifikasi
• Tinggal di kawasan banyak perokok • Otitis media serosa akut
• Sosioekenomi rendah • Otitis media serosa kronik
• Pemberian makan saat anak
berbaring
• Gangguan tuba
OTITIS MEDIA SEROSA AKUT
50
Faktor Risiko
• 1. Dermatitis kronik liang telinga luar
• 2. Liang telinga sempit
• 3. Produksi serumen banyak dan kering
• 4. Adanya benda asing di liang telinga
• 5. Kebiasaan mengorek telinga
Tanda dan Gejala:
• Hearing impairment (deafness) CHL
• Earache
• Reflex cough
• Fullness in the ear
• Tinitus – vertigo
Penatalaksanaan
• Menghindari membersihkan telinga secara berlebihan
• Menghindari memasukkan air atau apapun ke dalam telinga
• Serumen yang lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas.
• Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.Apabila dengan cara ini
• Serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan lebih dahulu dengan
tetes karbogliserin 10% selama 3 hari.
• Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga sehingga dikuatirkan
menimbulkan trauma pada membran timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan
dengan mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.
EPLEY
d.Keep head
turn and to
sitting
e.Turn
forward chin
down 20
degrees
Trias Meniere :
• Vertigo (Periodik yang semakin mereda pada serangan berikutnya)
• Tinnitus
• Tuli sensorineural terutama nada rendah
Px penunjang :
Tes Gliserin Pasien diberi minuman gliserin 1,2cc/kgBB setelah
diperiksa tes kalori dan audiogram. Setelah 2 jam diperiksa ulang, bila
menunjukan perbaikan bermakna menunjukan adanya hidrops endolimfa
73
Rhinorrhea
Diagnosis Clinical Findings
Rhinosinusitis Two or more symptoms, included nasal obstruction or nasal discharge as one
of them and: facial pain/pressure or hyposmia/anosmia.
KNF Elderly with history of smoking, preservative food. Tinnitus, otalgia epistaxis,
diplopia, neuralgia trigeminal. Posterior rhinoscopy: mass at fossa rosenmuller
Angiofbroma Male, young adult, with recurrent epistaxis. Anterior rhinoscopy: red
shiny/bluish mass. No lymph nodes enlargement.
Traumatic anosmia Can occur in about 10% of patients with significant head injury → shearing
action of olfactory fibers at the cribiform plate.
78
KLASIFIKASI RHINITIS ALERGI
(Berdasarkan Frekuensi)
Intermiten: Persisten :
<4 hari/minggu >4 hari dalam
Atau <4 minggu seminggu dan >4
berturut-turut minggu berturut-
turut
79
GEJALA DAN TANDA RHINITIS ALERGI
(ARIA 2012)
RHINITIS ALERGI
Manifestasi Klinis
• Nasal/allergic crease
• Allergic shiners
• Allergic salute
Allergic shiners Nasal/allergic crease
• hidung gatal, merah, berair, tersumbat
• Mata merah, gatal, berair
• Telinga gatal, berdengung
• Tenggorokan gatal, nyeri, post nasal drips
(+)
Pemeriksaan Fisik
• Rhinoskopi anterior: Mukosa hidung /
konka tampak edematosa/ hipertrofi,
pucat kebiruan, sekret cair 81
RHINITIS ALERGI
Pemeriksaan Penunjang Tatalaksana
• Tes alergi (skin prick test) Umum
• Darah perifer lengkap (eosinofilia) • Cegah paparan, jaga kebersihan
• IgE total
Medikamentosa
• Sitologi hidung
• Antihistamin oral (gejala ringan)
• Contoh: cetirizine 1x 10 mg PO atau loratadin 1 x
10 mg PO
• Kortikosteroid intranasal (gejala sedang)
• Contoh: budesonide (252 ϻg/hari)
• Dekongestan intranasal
• Contoh: pseudoefedrin drop
85
RHINITIS VASOMOTOR
Etiologi
Etologi pasti belum diketahui, diduga akibat gangguan keseimbangan sistem saraf
otonom yang dipicu oleh zat-zat tertentu.
Faktor Fisik:
asap rokok, udara
Faktor Psikis:
dingin,kelembaban
stress, ansietas fatigue.
udara yang tinggi bau
yang merangsang.
86
RHINITIS VASOMOTOR
TATALAKSANA
87
RHINITIS ALERGI vs RHINITIS VASOMOTOR
Rhinitis Alergi Rhinitis Vasomotor
Belasan tahun Dekade ke- 3-4
Mulai serangan
Riwayat terpapar alergen (+) Riwayat terpapar alergen (-)
91
Rhinitis ozaena
Rhinosinusitis
Diagnosis Clinical Findings
Acute Rhinosinusitis Two or more symptoms, included nasal obstruction or nasal
discharge as one of them and: facial pain/pressure or
hyposmia/anosmia.
94
95
RHINOSINUSITIS AKUT
96
PATOGENESIS
97
RHINOSINUSITIS AKUT
98
RHINOSINUSITIS AKUT
Pemeriksaan Penunjang Tatalaksana:
• Transiluminasi • Medikamentosa:
• Radiologi: posisi Waters, PA, – Antibiotik golongan
Lateral dan Cald well-Luc. penisilin selama 14 hr
• CT.Scan : potongan koronal – Dekongestan lokal / oral
• MRI – Mukolitik, Antiinflamasi,
• Endoskopi Analgetik/antipiretik
• Nasoendoskopi • Pembedahan: Bila
terjadi komplikasi
(selulitis orbita)
99
RHINOSINUSITIS KRONIK
Gejala
• Hidung sekret bau
Definisi • Nasofaring PND
• Infeksi sinus menahun (>3 • Faring batuk malam / pagi rasa
bulan) tidak nyaman
• Telinga gangguan pendengaran
(tuba Eutachius)
Etiologi: • Mata infeksi (duktus
• Sinusitis akut tidak sembuh nasolakrimalis)
sempurna • Saluran napas bronkhitis,
bronkhiektasis ( sinobronkhial
• Sinusitis akut berulang sindrom) asmabronkhial
• Saluran cerna mukos tertelan
100
RHINOSINUSITIS KRONIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Radiologik: Perselubungan • Punksi sinus (s. maksila) :
(penebalan / fluid level) fosa kanina pus penebalan
kista tumor mukosa tumor
• CT-Scan : Basis kranii (keros • Sinuskopi (s. maksila): Fosa
I, II, III) sel Onodi kanina meatus inferior
• Histopatologi : Biopsi
101
SINUSITIS KRONIK
TATALAKSANA
Konservatif Operatif
• Dekongestan topikal / oral • S. etmoid Etmoidektomi intra /
ekstra nasal
• Antibiotik (spektrum luas)
• S. frontal Sondase duktus
• Mukolitik nasofrontal Ekstra nasal
• Analgetik • S. Sfenoid Intra nasal
• Anti alergi • S.maksila antrostomi, caldwel
• Diatermi sinar gelombang luc
pendek (Ultra Short Wave)
Ultra Korte Golof (UKG)
perbaikan vaskularisasi
102
SINUSITIS KRONIK
KOMPLIKASI
Komplikasi intra kranial:
• Meningitis
• Abses ekstra / subdural
• Trombosis sinus cavernosus
Komplikasi paru:
• Bronkhitis (sindrom sinobronkhial) Bronkhiektasis
103
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi
• Waters: menilai sinus maksila, frontal, etmoid,
sphenoid
• Caldwell: Menilai sinus frontal, etmoid, bola
orbita, dinding orbita medial, os zigoma, os
nasal, septum nasi, mandibula
• Lateral: menilai sinus sphenoid
• Schuller: menilai mastoid, kanalis akustikus
eksternus, TMJ
Rhinosinusitis
• Pemeriksaan penunjang rhinosinusitis:
– Foto polos: posisi waters, caldwell, lateral airfluid
level
– CT scan→ gold standard. Karena mahal, hanya
dikerjakan utk penunjang sinusitis kronik yang tidak
membaik atau pra-operasi untuk panduan operator.
109
TATALAKSANA
Epistaksis Anterior
110
TATALAKSANA
Epistaksis Posterior
• Dilakukan pemasangan tampon Bellocq
(tampon posterior). Kontraindikasi
apabila ada trauma fasial.
• Tampon belloq dipasang selama 2-3
hari
• Alternatif pengganti tampon Bellocq :
kateter folley dengan balon, tampon
buatan pabrik dengan balon khusus
hidung tampon gel hemostatik.
• Rujuk Sp.THT
111
Epistaksis
Epistaksis anterior Epistaksis posterior
• Perdarahan dari arteri • Perdarahan dimulai dari
eithmoidalis anterior atau arteri ethmoidalis posterior
pleksus kisselbach
atau arteri sphenopalatina
• Biasanya diawali oleh trauma
atau infeksi • Mempengaruhi pasien
• Penanganan awal berupa dengan hipertensi atau
penekanan digital selama 10- arteriosklerosis
15 menit. Jika perdarahan
• Terapi: aplikasi tampon
terlihat dapat dikauter
• Jika masih berdarah dapat
belloq/posterior selama 2-3
ditampon anterior 2x24 jam hari.
Bila sumber perdarahan
terlihat Kaustik (Kimia,
elektrik) Buku ajar ilmu THTK&L FKUI edisi keenam
Polip Hidung
Massa lunak dan berwarna putih/ keabu-abuan
yang terdapat pada rongga hidung. Bertangkai
dengan permukaan licin.
Epidemiologi
• Biasanya timbul di dewasa usia >20 thn dan lebih sering di usia
> 40 thn
• menyerang pria 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan
wanita
Polip koana
• tumbuh kearah belakang dan membesar di nasofaring
• Berasal dari sinus maxillaris
• Disebut juga polip antro-koana
Etiologi Polip Hidung
Inflamasi kronik : Sinusitis Kronis, Rhinitis allergi,
Asma
Fibrosis Kistik
Predisposisi genetik
• Medikamentosa • Operasi
– Kortikosteroid – Indikasi: anak dengan multipel ,
benign polip nasi atau
• Intranasal rather than oral rhinosinustitis kronis yang tidak
corticosteroids should be membaik dengan terapi medis
maximum
used as first-line treatment.
Multiple randomized trials
– Polipektomi
have found that fluticasone • Etmoidektomi
(200 mcg bid), budesonide intranasal/ekstranasal polip
(200 mcg twice daily), and etmoid
• Operasi Caldwell-Luc sinus
mometasone (280 mcg maxilla
daily) are superior – ESS (Endoscopic sinus surgery)
• Melebarkan celah di meatus
– Antileukotriene media rekurensi berkurang
– Antiallergi
– Daily lavage of the sinuses
CORPUS ALIENUM HIDUNG
• Paling sering pada anak-
anak
• Gejala riwayat
memasukkan benda asing
ke hidung tanpa gejala,
Sekret mukopurulent
Unilateral, Sekret yang
berbau, hidung tersumbat,
epistaksis (jarang),
bernapas dari mulut
• Tatalaksana: ekstraksi
menggunakan hook atau
forsep alligator
Karsinoma Nasofaring
• Etiologi: Epstein-Barr • Pemfis:
Virus – Massa pada leher ,
• Faktor risiko: Genetik, pembesaran KGB,
gangguan saraf kranial.
rokok, ikan asin,
– Massa nasofaring terutama
pengawet makanan. di fossa resenmuller
• Gejala: Tx: Kemoterapi (Cisplatin, 5FU),
– Hidung: perdarahan, Radioterapi
obstruksi, sekret, epistaksis
– Telinga: infeksi, penurunan
pendengaran, tinitus
– Nyeri kepala
– Pembengkakan pada leher
Tonsilitis
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina
yang merupakan bagian dari cincin waldeyer
Cincin waldeyer:
• Chronic tonsillitis
– Persistent sore throat, anorexia, dysphagia, &
pharyngotonsillar erythema
– Lymphoid tissue is replaced by scar widened
crypt, filled by detritus.
– Foul breath, throat felt dry.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
• penularan mikroorganisme melalui
droplet menginfiltrasi lapisan epitel
jaringan tonsil epitel terkikis reaksi
Tonsilitis dari jaringan limfoid superfisial reaksi
radang berupa keluarnya leukosit
akut polimorfonuklear terbentuk detritus
(kumpulan leukosit, bakteri yang mati, dan
epitel yang terlepas) mengisi kriptus
tonsil dan tampak sebagai bercak kuning
126
TONSILITIS KRONIS
Faktor Predisposisi : Tata Laksana:
Pajanan radiasi, kebiasaan
kebersihan mulut yang buruk, rokok, • Terapi suportif obat
perubahan cuaca, penggunaan obat- kumur
obatan
• Tonsilektomi (sesuai
Gejala Klinis : indikasi)
Rasa mengganjal di tenggorok, nyeri
menelan berulang, napas berbau
(halitosis)
127
TONSILITIS AKUT VS TONSILITIS KRONIS
AKUT KRONIS
• Tonsil hiperemis & • Tonsil
swollen membesar/mengecil
• Kripta tidak melebar • Hiperemis (-)
• Detruitus +/- • Kripta melebar
• Detruitus +
TONSILEKTOMI
Etiologi:
Mukosa laring hiperemis,
• Infeksi virus (paling sering), pita suara yang menebal
bakteri, jamur.
ireguler (bisa ditutupi
mukus) suara serak
131
LARINGITIS
132
FARINGITIS
• Peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (paling sering),
bakteri, alergi, trauma, ataupun penyebab lainnya seperti refluks
gastroesofageal.
Faringitis Faringitis
Akut Kronik
133
FARINGITIS VIRAL
Etiologi
• Epstein-Barr virus, Coxsakie virus,
adenovirus, rhinovirus, retrovirus,
respiratory synctial virus (RSV),
influenza, parainfluenza virus. Faring dan tonsil hiperemis
ataupun lesi ulseratif intra-
Tanda dan Gejala oral yang tersebar diskrete.
• Nyeri tenggorok
• Konjungtivitis
Tatalaksana
• Rinorea • Istirahat, minum cukup, kumur
• Batuk dengan air hangat.
• Suara serak • Analgetika : asetaminofen atau
• Demam subfebris ibuprofen.
• Pada infeksi herpes simpleks
antivirus metisoprinol 60-100mg/kg
(dewasa), 50mg/kgbb dibagi 4-6
dosis (anak)
134
FARINGITIS BAKTERIAL
Etiologi Penunjang
• Grup A streptokokus beta hemolitikus
• Kultur apusan tenggorok
(GABHS).
135
Obat, Rute Dosis
137
FARINGITIS KRONIK
Faringitis Kronik Hiperplastik Faringitis Kronik Atrofi
• Hiperplasia jaringan limfatik • Sering timbul dengan rinitis atrofi
dinding faring posterior • Pemeriksaan cermin: Mukosa
perubahan pada mukosa dinding faring tertutup lendir kental, bila
posterior faring besar, diangkat tampak mukosa kering,
bergranular, tidak rata licin, halus
Tata Laksana: Tata Laksana:
• Larutan nitras atau kauter listrik • Tata laksana rinitis atrofi+ obat
• Terapi suportif : antitusif, kumur
ekspektoran, obat kumur/tablet
hisap
138
1. Acute pharyngitis
2. Chronic catarrhal pharyngitis
– Mucosa of the pharynx moderately thickened, visible
dilated veins, often enlarged follicles
3. Chronic atrophic pharyngitis
– Mucous membrane of the throat is dry, shiny, as if
covered with a varnish.
4. Chronic hypertrophic pharyngitis
– Membrane thickened, covered enlarged follicles side
bolsters of the pharynx increased, on the mucous
membrane of accumulation of mucus.
5. Chronic granular pharyngitis
– = No.4
6. Chronic side pharyngitis.
– = No.4
Abses Peritonsiler
Kumpulan pus di belakang tonsil palatina. Nama lain dari abses ini adalah
abses quinsy
SIMPTOM SIGN
Demam Palatum molle
edematous, hiperemis;
deviasi uvula ke sisi
kontralateral;
pembesaran tonsil
Malaise Trismus
Nyeri tengorrokan Drooling
(lebih pada satu sisi)
Dysphagia Hot potato voice
Otalgia (ipsilateral Halitosis
Cervical lymphadenitis
Abses Peritonsiler
DIAGNOSIS
• Dibuat melalu anamnesis dan
pemeriksaan fisik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Aspirasi dengan jarum – pus
mengkonfirmasi diagnosis
• Intraoral USG – cellulitis VS abses
(Steyer, 2002)
• Suspek penyebaran infeksi selain Pasien dengan PTA dextra
peritonsiler / komplikasi leher lateral =
CT/MRI diindikasi Tonsil displaced ke inferior dan
medial + deviasi kontralateral
uvula (Gallioto, 2008)
Abses Peritonsiler
TATALAKSANA
• Pilihan Antibiotik
Supportive
Drainage Antibiotics (hydration dan
kontrol nyeri)
Penyebab:
- Infeksi gigi molar, premolar
- Tindik lidah peradangan kelenjar
limfe servikal
PHLEGMON
Pemeriksaan Fisik
Tatalaksana
• Demam, takikardi, takipneu
• Hipersalivasi • Tatalaksana jalan nafas
• Bengkak dan nyeri pada daerah • Resusitasi cairan
leher (submental, submandibular, • Pemberian antibiotik :
sublingual) simetris, keras bull’s Kombinasi penicillin,
neck
clindamycin dan metronidazole
• Lidah terangkat ke arah posterior
• Drainase
• Nutrisi dan hidrasi cukup
Pemeriksaan Penunjang