Anda di halaman 1dari 102

OPHTALMOLOGI

18 Januari 2018

Lulus UKMPPD Bulan Februari !!


• DD Mata Merah
• DD Mata Buram
• Xerophtalmia
• Penyakit Kelopak Mata
ANATOMI & FISIOLOGI MATA
• N. IV: M. Oblique superior
Melirik Ke bawah dalam
• N. VI: M. Rectus lateralis
gerak bola mata ke lateral
• N.III : M. Rectus Inferior
Melihat ke bawah luar
• N.III: M. Rectus superior
Melihat Ke atas luar
• N.III: M. Oblique inferior
Melirik ke atas dalam
• N. III: M. Rectus medialis
Gerak bola mata ke medial
Pemeriksaan visus
• 6/6  pasien dapat membaca tulisan dari jarak 6 meter
yang mana orang normal dapat membaca dari 6 meter
• 6/30  pasien dapat membaca tulisan dari jarak 6 meter
yang mana orang normal dapat membacanya dari 30 meter
• 1/60  pasien dapat melihat hitungan jari pada jarak 1
meter yang mana orang normal dapat melihatnya dari jarak
60 meter
• 1/300  pasien dapat melihat lambaian tangan pada jarak
1 meter padahal orang normal dapat melihat dari jarak 300
meter
• 1/~ : persepsi cahaya
Laki-laki 32 tahun mengeluhkan pandangannya
kabur. Pada pemeriksaan visus, dari jarak 1 meter
mata kanan hanya bisa melihat lambaian tangan,
sedangkan mata kiri dapat melihat hitung jari.
Berapakah visus mata kanan ?
A. 1/6
B. 1/60
C. 1/300
D. 1/~
E. 6/6
DD MATA MERAH
• Skleritis – Episkleritis
• Pterigium
• Konjungtivitis
• Perdarahan subkonjungtiva
• Keratitis
• Ulkus kornea
• Uveitis anterior
• Endoftalmitis
• panoftalmitis
SKLERITIS - EPISKLERITIS
Episkleritis  inflamasi jaringan ikat vaskular yang terletak
antara konjungtiva dan permukaan sklera

Skleritis  inflamasi sklera, biasa disebabkan oleh penyakit


sistemik

Episkleritis Skleritis
Episkleritis Skleritis
Subjektif • Nyeri • Nyeri hebat, dapat menyebar ke
• Mata merah, fotofobia, pedih dahi, alis, dagu
dan lakrimasi • Mata merah, fotofobia, pedih,
lakrimasi
Objektif • hiperemis terbatas pada • Hiperemis terbatas pada sklera
episklera • Bilateral
• Unilateral • Tes fenilefrin  blanching (-)
• Tes fenilefrin  blanching
(mata memutih)
Tatalaksana Sembuh sendiri dalam 1-2 Analgetik: NSAID  Indomethasin
minggu 100 mg/hari, ibuprofen 300 mg/hari
Simtomatik: Kortikosteroid Jika setelah 1-2 minggu tidak ada
topikal (dexamethasone 0,1%) 3- respon: prednisolone 80 mg/hari,
4 hari tappering off
PTERIGIUM
Pterigium  pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat
degeneratif dan invasif

Diagnosis Banding Pterigium:


Pingekuela
Grade Keterangan Grade Keterangan
1 Jaringan fibrovaskular menutupi 1 Jaringan fibrovaskular menutupi sklera tapi
sklera tapi tidak melewat limbus tidak melewat limbus (terbatas pada tepi
limbus)
2 Jaringan fibrovaskular diantara
limbus dan pupil 2 Jaringan fibrovaskular sudah melewati limbus
kornea tetapi kurang dari setengah jarak
3 Jaringan fibrovaskular sudah
antara pupil dan limbus
menutupi pupil dan mengganggu
aksis pengelihatan 3 Jaringan fibrovaskular sudah melewati limbus
kornea dan lebih dari setengah jarak antara
pupil dan limbus
4 Jaringan fibrovaskular sudah menutupi pupil
dan mengganggu aksis pengelihatan
Pterigium Pingekuela Iritans
Defenisi Pertumbuhan fibrovaskular Benjolan pada konjungtiva bulbi yang
konjungtiva yang bersifat ditemukan pada orang tua
degeneratif dan invasif
Etiologi Paparan sinar UV, debu, angin Paparan sinar matahari, debu, dan
berlebihan, mata kering dan iritasi. angin.
Gejala Klinis • Mata merah • Mata merah (injeksi konjungtiva)
• Selaput berbentuk segitiga • Benjolan kecil berwarna kuning
• Biasanya di sisi nasal pada kedua sisi kornea didaerah
• Jika mencapai pupil dapat fisure palpebra yang ukurannya
terjadi penurunan visus tetap dan mengalami iritasi
Tata Laksana • Lubrikasi topikal dilanjutkan • tidak perlu dilakukan terapi
dengan pembedahan (operasi
eksisi pterigium dengan
autograf)
• Penggunaan kacamata untuk
mengurangi paparan
KONJUNGTIVITIS
Konjungtivitis  peradangan pada konjungtiva yang dapat
disebabkan oleh mikrorganisme, iritasi, atau
reaksi alergi ditandai dengan dilatasi vaskular,
infiltrasi selular, dan eksudasi

Etiologi: Infeksi, alergi, iritasi, trauma, idiopatik

Sumber penularan konjungtivitis: Kontak Langsung


Peradangan bilateral konjungtiva pada infant berusia kurang dari 30 hari

• Senyawa kimia  akibat penggunaan silver nitrat atau antiobiotik untuk profilaksis
• infeksi gonokokal  sifat hiperakut, secret purulent, kemosis, dapat terbentuk membrane atau
pseudomembran, dan dapat menyebabkan kebutaan
• infeksi klamidia  sifat akut, secret mukopurulen

Profilaksis
• Salep mata tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5% atau solusio silver nitrat 1% segera setelah lahir
• Injeksi seftriakson 50 mg/kg (max dose 125 mg) IM atau IV pada bayi dari ibu yang terinfeksi
gonokokal
Kuratif
• senyawa kimia  self-limited
• infeksi Gonokokal  Irigasi mata, salep mata basitrasin , penicillin G 100 U/kg/hari IV dalam
dosis terbagi QID, seftriakson 75-100 mg/kg/hari IV/IM , sefotaksim 100-150 mg/kg/hari
IV/IM , siprofloksasin atau norfloksasin 10-20 mg/kg/hari IV/IM
• Infeksi klamidia  salep mata tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5% selama 3 minggu
PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
Perdarahan subkonjungtiva:
Pecahnya pembuluh darah yang terdapat di bawah lapisan
konjungtiva

Manifestasi Klinis
Tampak pewarnaan merah homogen dengan batas tegas pada
konjungtiva, darah akan direabsorbsi sempurna dalam 7-21 hari
PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
Etiologi
• Trauma
• Inflamasi konjungtiva
• Kongesti vena akibat peningkatan tekanan mendadak
(pertussis, strangulasi atau kompresi leher)
• Ruptur spontan dari kapiler
• Anomali vascular (telangiectasia, varises, aneurisme)
• Koagulopati
• Hipertensi
• Neoplasia
• nduksi obat
Penatalaksanaan:
• Kompres hangat
• Perdarahan akan hilang terserap dalam waktu
1-2 minggu tanpa pengobatan
HIFEMA
Seorang bayi perempuan berusia 3 hari dibawa ibunya ke
poliklinik dengan keluhan sejak lahir keduanya matanya
merah, bengkak, serta mengeluarkan kotoran berwarna
kekuningan kental dan banyak. Sejak kehamilan 8 bulan
ibunya menderita keputihan. Pemeriksaan ophtalmologis:
ODS: discharge berwarna kekuningan, kental, dan banyak.
Palpebra superior dan inferior: edem, konjunctiva tarsalis
superior / konjunctiva tarsalis inferior (++), kornea: jernih.
Lainnya tidak ada kelainan. Apa diagnosis penyakit pada
bayi tersebut:
a. Konjungtivitis alergika ODS
b. Konjungtivitis catarhalis ODS
c. Konjungtivitis adenovirus ODS
d. Konjungtivitis Gonorrhoeae ODS
e. Konjungtivitis pseudomembran ODS
KERATITIS
Keratitis  Peradangan pada kornea

Manifestasi Klinis
• Mata merah
• penurunan visus
• Nyeri
• Fotofobia
• Blefarospasme
• edema kornea
• infiltrate seluler
• dan injeksi siliar (perikornea)
Klasifikasi
• Infective Keratitis (bakterial, viral, fungal,
chlamydial, protozoal, spirochaetal)
• Allergic Keratitis (fliktenularis, vernal, atopic)
• Trophic Keratitis (keratomalasia)
• Traumatic Keratitis
• Idiopathic Keratitis
Seorang anak laki-laki, 11 tahun, datang dengan
keluhan mata merah dan pandangan kabur sejak
3 hari yang lalu. Sebelumnya pasien bermain di
ladang dan mata sempat tergores ranting
tanaman, apa kemungkinan diagnosis pasien?
a. Konjungtivitis fungal
b. Konjungtivitis viral
c. Konjungtivitis vernal
d. Keratitis bakterial
e. Keratitis fungal
ULKUS KORNEA
Ulkus kornea  Diskontinuitas permukaan epitelium kornea
disertai dengan nekrosis jaringan kornea di sekitarnya
(komplikasi keratitis)

Etiologi: Infeksi bakteri, virus, jamur

Klasifikasi:
- Sentral
- Marginal
Diagnosis Ulkus Kornea
Anamnesa:
• Mata merah, berair, nyeri hebat
• Sensasi benda asing
• Terdapat sekret
• Kelopak mata bengkak
• Nyeri apabila melihat cahaya terang
• Terdapat infiltrat bergantung dari kedalaman
lesi dan etiologi keratitis
Diagnosis Ulkus Kornea
Pemeriksaan Penunjang:
• Pemeriksaan visus
• Pemeriksaan TIO
• Pemeriksaan slit lamp  untuk melihat adanya
hipopion, infiltrat, dan segmen anterior
• Pemeriksaan sensibilitas kornea, tes fluorosens, dan tes
fistula
• Penilaian tingkat keparahan ulkus
• Pemeriksaan oftalmoskop untuk melihat posterior
mata
• Pemeriksaan gram, mikroskopik langsung KOH 10 %,
dan biakan dengan spesimen kerokan kornea
UVEITIS
Peradangan pada traktus uvea (iris, badan silier, dan koroid)

Anatomi
• Uveitis anterior (iridosiklitis)  peradangan pada iris hingga pars plicata
corpus siliaris
• Uveitis intermediate (pars planitis)  peradangan pada pars plana corpus
siliaris hingga bagian tepi retina
• Uveitis posterior  peradangan pada koroid (koroiditis)
• Panuveitis  peradangan dari keseluruhan jaringan uvea
Klinis
• Uveitis akut  durasi gejala 6 minggu – 3 bulan
• Uveitis kronik durasi gejala lebih dari 3 bulan
ENDOFTALMITIS
Endoftalmitis  Peradangan berat bola mata yang melibatkan Segmen
anterior dan posterior mata

Faktor Risiko:
• Pasca Operasi
• Pasca trauma
• Endogen (sepsis)

Gejala Klinis:
• Mata merah, floaters, fotofobia, nyeri
• Visus sangat menurun (1/300 sampai 1/~)
• Sekret (+/-)
• Konjungtiva: hiperemis, injeksi silier, injeksi konjungtiva, kemosis
• Kornea: keruh
• COA: hipopion, sel (+), flare (+), fibrin
• Pupil, iris, dan lensa biasanya sulit dinilai
• Funduskopi sulit di nilai (Kekeruhan vitreous, nekrosis retina)
• TIO meningkat
PANOFTALMITIS
Panoftalmitis  peradangan seluruh bola mata, termasuk sklera dan kapsul
tenon (bola mata merupakan rongga abses)

Anamnesis:
Mata merah, nyeri, pengelihatan kabur, atau sukar menggerakkan bola mata

Pemeriksaan:
• Visus sangat menurun (1/300 sampai 1/~)
• Sekret (+/-)
• Konjungtiva: hiperemis, injeksi silier, injeksi konjungtiva, kemosis
• Kornea: edema dan berkabut
• COA: penuh hipopion
• Pupil, iris, dan lensa biasanya sulit dinilai
• TIO sangat meningkat
Endoftalmitis vs Panoftalmitis

Endoftalmitis Panoftalmitis
Radang Intraokular Intraokular
Intraorbita
Demam Tidak nyata Nyata
Sakit bola mata Ada Berat
Pergerakan bola mata Masih dapat digerakkan Nyeri, tidak bisa digerakkan
Eksoftalmus Tidak ada Ada
Bedah Enukleasi Eviserasi Bulbi
DD MATA BURAM
• Kelainan refraksi
• Glaukoma
• Katarak
• Retinopati diabetik
• Retinopati hipertensi
• Ablasio Retina
• Oklusi vena & Arteri Retina
KELAINAN REFRAKSI
Klasifikasi Astigmatisme

• Astigmatisme miopia Simpleks


• Astigmatisme hipermetropia simplex
• Astigmatisme miopia Compositus
• Astigmatisme Hipermetropia Compositus
• Astimagtisme Mixtus
Wanita 29 tahun datang dengan keluhan
pandangan buram saat melihat jauh. VOD 6/6, VOS
6/60 dikoreksi S -1,25 menjadi 6/6; S -1,75 menjadi
6/6. Kacamata dengan ukuran mana yang paling
cocok?
A. -1,25
B. -1,75
C. -2,90
D. -6,00
E. -3,00
Terminologi pada Refraksi
• Anisometropia: suatu keadaan dimana dua mata
memiliki kekuatan refraksi yang berbeda lebih dari 2,00
D
• Antimetropia: satu mata miopia, mata yang lainnya
hipermetropi
• Ambliopia: penurunan tajam penglihatan, walaupun
sudah dikoreksi yang terbaik, bisa unilateral atau
bilateral.
• Emetropia: mata normal
• Aniseikonia: tidak samanya bentuk dan ukuran
bayangan pada kedua retina
• Afakia: tidak adanya lensa mata
Anak perempuan 5 tahun datang dibawa ibunya dengan
keluhan pandangan kabur saat melihat jauh. Dari
pemeriksaan visus didapatkan: AVOD AVOS 1/300
dikoreksi S-1 menjadi 1/50, dikoreksi dengan S -2 menjadi
6/18, dikoreksi dengan S-3 menjadi 6/18. Diagnosis yang
tepat?
A. Anisometropia
B. Aniseikonia
C. Ambliopia
D. Buftalmus
E. Retinopati premature
GLAUKOMA
Glaukoma  Kelompok penyakit neuropati optic progresif yang
ditandai dengan adanya perubahan spesifik pada diskus optikus dan
defek lapang pandang irreversible yang biasanya berhubungan
dengan peningkatan tekanan intraocular (TIO normal 10-22 mmHg)

Klasifikasi:
Congenital and Developmental Glaucomas
• Primary congenital glaucoma (without associated anomalies)
• Developmental glaucoma (with associated anomalies)
Primary Adult Glaucomas
• Primary open angle glaucoma (POAG)
• Primary angle closure glaucoma (PACG)
• Primary mixed mechanism glaucoma
Secondary Glaucomas
Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut terbuka  Peningkatan tekanan intraocular progresif
lambat (>21mmHg pada beberapa waktu pengukuran) dengan sudut
terbuka yang disertai dengan cupping diskus optikus dan defek lapang
pandang

Faktor risiko:
Herediter, usia, ras, myopia, diabetes, riwayat merokok, hipertensi,
tirotoksikosis

Gejala:
• Asimptomatik, beberapa mengeluhkan nyeri kepala dan mata
ringan
• Penurunan lapang pandang progresif kronik
• Delayed dark adaptation
Tanda:
• Anterior chamber  normal, sudut terbuka
• Perubahan TIO  awalnya bervariasi di mana TIO menurun saat malam
hari (diurnal variation test), pada tahap lanjut TIO meningkat secara
permanen
• Diskus optikus  atrofi, asimetris, cupping (normal cup-disk ratio 0.3-0.4
• Lapang pandang  terjadi konstriksi lapang pandang

Pemeriksaan Penunjang:
• Tonometri  mengukur TIO
• Gonioskopi  melihat sudut iridokornealis
• Perimetri  melihat defek lapang pandang
• Oftalmoskopi direk dan indirek  melihat perubahan fundus dan diskus
optikus
• Diurnal Variation Test
Prinsip Terapi
• Identifikasi target penurunan  mild to
moderate damage (16-18 mmHg), severe
damage (12-14 mmHg)
• Single drug therapy
• Combination therapy
• Monitoring of therapy
• Surgical therapy
Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup  Peningkatan tekanan intraokular oleh
karena tertutupnya sudut iridocornealis sehingga menurunkan outflow
aqueous humour

Faktor risiko:
• Faktor anatomis  hipermetropia, bola mata kecil, konfigurasi iris
plateau
• Faktor umum  usia, jenis kelamin (wanita:pria 4:1), musim,
riwayat keluarga, ras
• Faktor presipitatus  pencahayaan gelap, stress emosional,
penggunaan obat-obatan midriatikum (atropin, siklopentolat)

Gejala Klinis:
Nyeri mata, mual, muntah, penurunan visus, fotofobia, lakrimasi
Tanda:
• Palpebra  edema dan hiperemis
• Konjungtiva  kemosis, injeksi konjungtiva dan
silier
• Kornea  edema
• Anterior chamber  dangkal
• Sudut iridokornealis  tertutup
• Pupil  semi dilatasi, terfiksir, non-reaktif
• TIO  meningkat secara akut
KATARAK
Katarak  kekeruhan pada lensa yang terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, maupun terjadi
akibat keduanya.

Penyebab Katarak:
• Kelainan kongenital
• Usia lanjut (katarak senilis)
• Penyulit penyakit mata kronis (seperti glaukoma, uveitis, retinitis
pigmentosa)
• Bahan toksik (kimiawi & fisik)
• Keracunan beberapa obat (eserin, kortikosteroid, ergot, dan
antikolinesterase topikal)
• Kelainan sistemik atau metabolik (Diabetes mellitus)
• idiopatik
Klasifikasi:
• Congenital and developmental cataract
• Acquired cataract
- Senile cataract
- Traumatic cataract  “rossette opafication”
- Complicated cataract
• Morphology
- Capsular cataract
- Subcapsular cataract
- Cortical cataract
Gejala klinis katarak:
• Pengelihatan berkabut dan warna lebih kuning,
kadang ber-Halo, fotofobia, atau tampak ganda
(diplopia monukuler)
• Pengelihatan sempat membaik pada malam hari
dan pengelihatan membaik (second sight /
miopisasi)
• Tidak ada gangguan lapangan pandang
• Pemeriksaan: shadow test + (fase immatur),
penilaian funduskopi / segmen posterior mata
sulit dilakukan
Kejadian Lensa bengkak Opasitas tersebar Korteks Kapsul mengecil
krn kemasukan dipisahkan oleh seluruhnya opak dan mengkerut
air area bersih krn air keluar dari
lensa
Visus > 6/60 5/60 – 1/60 1/60 – 1/∞ 1/∞ - 0
kejadian Lensa Opasitas Korteks Kapsul mengecil
bengkak krn tersebar seluruhnya dan mengkerut
termasuki air dipisahkan opak krn air keluar dari
olh area lensa
bersih

visus > 6/60 5/60 -1/60 1/60 – 1/∞ 1/∞ - 0


RETINOPATI DIABETIKA
Retinopati diabetika  kelainan pada retina yang tidak diakibatkan
oleh radang ditandai dengan peningkatan kadar dula darah
menyebabkan perubahan mikrovaskular pada seluruh organ termasuk
mata. Merupakan komplikasi dari DM dan dapat menimbulkan
kebutaan

Klasifikasi:
• Non-proliferative diabetic retinopathy (NPDR)
Mild NPDR
Moderate NPDR
Severe NPDR
Very Severe NPDR
• Proliferative diabetic retinopathy (PDR)
• Diabetic maculopathy
• Advanced diabetic eye disease (ADED)
RETINOPATI HIPERTENSI
Retinopati hipertensi  kelainan pada retina yang tidak
diakibatkan oleh radang ditandai dengan kelainan vaskular
retina pada penderita tekanan darah

Tanda dan Gejala:


• Penyempitan arteriolar general dan fokal
• Nicking arteriovenous , AV crossing
• Perdarahan retina dengan bentuk flame shaped, cotton
wool spots
• Edema papil
• Makula star
• Cooper wire
• Silver wire
OKLUSI ARTERI RETINA
OKLUSI VENA RETINA
ABLASIO RETINA
Ablasio retina  suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang
retina dengan sel epitel pigmen retina

Terdapat 3 bentuk ablasio retina:


• Regmantosa  akibat robekan pada retina sehingga cairan masuk
ke belakang sel pigmen epitel dengan retina. Retina jadi mengapung
• Eksudatif
• Traksi  koroiditis

Gejala:
• Gangguan pengelihatan terlihat seperti tirai yang menutup
• Terdapat pijaran api (fotopsia) pada lapangan pengelihatan
• Pada funduskopi tidak terlihat robekan retina berwarna merah

Pengobatan: pembedahan
XEROFTALMIA
Xeroftalmia  penyakit mata akibat kekuranagan vitamin A

Faktor risiko:
• BBLR
• Tidak mendapat ASI ekslusif sampai 2 tahun
• Anak tidak mendapat MPASI yang cukup baik mutu maupun
jumlahnya
• Anak kurang gizi
• Anak menderita penyakit infeksi (campak, diare, TBC,
pneumonia) dan cacingan
• Anak yang tidak pernah mendapat kapsul vitamin A di
posyandu
Klasifikasi Xeroftalmia (WHO 1996)
• XN  buta senja: pengelihatan menurun pada senja hari,
anak sering membentur benda.
• X1A  Xerosis konjungtiva: selaput lendir bagian bola
mata tampak kering, berkeriput, berpigmentasi, kasar dan
kusam. Mata tampak kering berubah menjadi kecoklatan
• X1B  Bercak bitot: bercak putih di celah kelopak mata
temporal maupun nasal, mata bersisik atau timbul busa.
Harus segera diberi vitamin A
• X2  Xerosis Kornea  kornea suram, kering, permukaan
korne kasar (KU pasien buruk: Campak, ISPA, diaere)
• X3 A / X3B  Keratomalasia dan ulserasi Kornea: kornea
keruh disertai infiltrasi ke dalam stroma kornea, nekrosis,
melunak seperti bubur, perlukaan dan ulkus
• XS  sikatriks (jaringan parut) kornea  parut pada
bagian bawah kornea (kornea mata tampa menjadi putih
atau bola mata tampak mengempis)
Terapi:
• Artificial tears per 3-4 jam
• Vitamin A pada hari ke 1, 2, dan 15
Penyakit kelopak Mata
• Hordeolum
• Chalazion
• Blefaritis
BLEFARITIS
Blefaritis  Peradangan subakut atau kronik pada kelopak mata.

Etiologi:
Overproduksi lipid dari kelenjar air mata, infeksi bakteri stafilokokal,
disfungsi kelenjar Meibom

Gejala klinis:
Kelopak mata merah, gatal, edema, nyeri, eksudat lengket, epifora,
bulu mata rontok

Tipe:
•Blefaritis Anterior (Blefaritis Seboroik dan Blefaritis Stafilokokal)
•Blefaritis Posterior (Disfungsi Glandula Meibom)
Blefaritis Seboroik Blefaritis Stafilokokal
HORDEOLOUM
Trichiasis Distichiasis

Entropion Ektropion
DAKRIOADENITIS & DAKRIOSISTITIS

DAKRIOADENITIS DAKRIOSISTITIS
• Radang pada glandula lakrimalis • Radang pada sakus lakrimalis
• Sering pada anak sebagai karena sumbatan duktus
komplikasi penyakit sistemik nasolakrimalis, biasanya unilateral
seperti morbili, pada dewasa oleh • Manifestasi klinis  epifora,
karena trauma eksudat, uji regurgitasi+, sakit,
• Manifestasi klinis  nyeri dan merah, nyeri tekan pada daerah
bengkak di orbita bag temporal nasal
• Etiologi  S. aureus, S.
pneumoniae, Candida albicans, H.
influenz bag temporal
Anak laki-laki usia 7 tahun datang dibawa ibunya ke klinik
umum tempat anda bekerja dengan keluhan benjolan pada
tepi kelopak mata kanan. Dari pemeriksaan terdapat benjolan
di tengah kelopak mata kanan dengan ukuran sebesar biji
kacang ijo, merah, dan nyeri saat ditekan. Keluhan tidak
disertai mata kering dan berair. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan visus ODS: 6/6. Apa diagnosis penyakit tersebut?
A. Blefaritis
B. Pterigium
C. Hordeolum interna
D. Hordeolum eksterna
E. Kalazion
RETINOBLASTOMA
Retinoblastoma  Tumor ganas kongenital yang berasal dari neurosensoris
retina immature pada satu atau kedua mata.

Gambaran Klinis:
Quiescent stage (6 bulan – 1 tahun)
• Leukocoria  reflex pupil putih kekuningan (amaurotic cat’s eye
appearance)
• Strabismus
• Nistagmus
• Penurunan visus
• Ophthalmoskopi  ekstensi endofitik dan eksofitik
Glaucomatous stage
• Nyeri hebat, mata merah, epifora
• Peningkatan IOP
• Gejala menyerupai uveitis anterior
Stage of extraocuar etension
• Proptosis, tumor keluar dari bola mata
Stage of distant metastasis
CORPUS ALIENUM MATA
Defenisi:
Benda yang dalam keadaan normal tidak dijumpai
pada mata. Pada umumnya bersifat ringan, pada
beberapa keadaan dapat berakibat serius terutama
pada benda asing yang bersifat asam atau basa

Manifestasi klinis:
Nyeri, mata merah dan berair, sensasi benda asing,
dan fotofobia
TRAUMA KIMIA MATA
Defenisi: Merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat
terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat
merusak struktur bola mata tersebut

Etiologi:
• Bahan bersifat asam (pH<7)
• Bahan bersifat basa (pH>7)

Pemeriksaan Penunjang:
• Kertas lakmus  cek pH berkala
• Slit lamp  cek bagian anterior mata dan lokasi luka
• Tonometri  cek IOP
• Funduskopi direk dan indirek
Penatalaksanaan
Tatalaksana Emergensi
• Irigasi  untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan
bahan kimia dan menormalkan pH mata  dengan larutan
normal saline minimal 1 Liter/mata, selama minimal 15-30
menit
• Double eversi kelopak mata  untuk memindahkan
material
• Debridemen  pada epitel kornea yang nekrotik

Tatalaksana Medikamentosa
• Steroid  mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutrofil
• Siklopegik  mengistirahatkan iris, mencegah iridosiklitis
(atropine atau scopolamin)  dilatasi pupil
• Antibiotik  mencegah infeksi oleh kuman oportunis
NEURITIS OPTIKUS
Defenisi  Peradangan dan kelainan demyelinisasi
pada nervus optikus

Gejala Klinis:
• Penurunan pengelihatan yang tiba-tiba
• Pandangan kabur atau berkabut yang tiba-tiba
• Nyeri ketika menggerakkan bola mata
• Buta warna  merah
• Dewasa: unilateral, anak-anak: bilateral
Medical Exeminations:
• The head of the optic nerve can easily be visualised by a slit lamp with
high plus or by using direct ophthalmoscopy
• However, frequently there is no abnormal appearance of the nerve head
in optic neuritis (in cases of retrobulbar optic neuritis), though it may be
swollen in some patients (anterior papillitis or more extensive optic
neuritis)

Anatomical Clasification:
• Papillitis  involvement of the optic disc in inflammatory and
demyelinating disorders
• Neuroretinitis  combined involvement of optic disc and surrounding
retina in the macular area
• Retrobulbar neuritis  involvement of optic nerve behind the eyeball
RETINITIS PIGMENTOSA
Defenisi:
Distrofi primer pigmen retina  kelainan herediter
dominan yang mempengaruhi sel batang > kerucut

Gejala Klinis:
• Visual symptoms  night blindness, dark adaptation,
tunnel vision
• Fundus changes  retinal pigmentary changes,
narrowed retinal arterioles, pale optic disc
Pemeriksaan Penunjang

Anda mungkin juga menyukai