Anda di halaman 1dari 12

Mohamad Harisudin

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret,


Surakarta

*) Email korespondensi: harisfpuns@gmail.com

AGRARIS: Journal of Agribusiness


Strategi Bersaing Pasar Legi Kota Surakarta
and Rural Develpoment Research dalam Menghadapi Pasar Modern
Vol. 5 No. 1 Januari-Juni 2019
Competitive Strategy of Pasar Legi Surakarta
City in Facing Modern Markets

DOI: http://dx.doi.org/10.18196/agr.5174

ABSTRACT
The presence of modern markets in strength and opportunity. The most priority strategy by the manager of
Surakarta city is accepted by its Pasar Legi to face of the existence of the modern market is to build a good
resident, this can be seen from the service system between market traders and consumers.
increasing number of modern markets
in recent year. Modern market Keywords: Strategy, Market, Grand Strategy, SWOT, QSPM
consumers have taken a portion of
traditional market consumers. This INTISARI
situation needs to be anticipated by Kehadiran pasar modern di kota Surakarta diterima oleh masyarakatnya, hal ini
traditional market managers in the form
dapat diketahui dari semakin banyaknya pasar modern yang ada di Kota
of competitive strategies. The purpose
of this study was to determine the Surakarta. Konsumen pasar modern telah mengambil sebagian dari konsumen
strengths, weaknesses, opportunities pasar tradisional. Keadaan ini perlu diantisipasi oleh pengelola pasar tradisional
and threats factors that affect the dalam bentuk strategi bersaing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
development and the strategies used in faktor-faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang
developing Pasar Legi toward the mempengaruhi dinamika perkembangan Pasar Legi Kota Surakarta dan strategi
presence of modern market. The basic yang tepat digunakan dalam mengembangkan Pasar Legi dalam menghadapi
method of this research was descriptive
hadirnya Pasar Modern. Metode dasar penelitian adalah deskriptif analitis.
analysis. Data collection methods was
done by interviewing, observing and Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan
recording techniques. Key informants pencatatan. Informan kunci dipilih secara purposive berdasar kualitas informasi,
were selected purposively based on the yang terdiri Kepala Pasar Legi, pedagang pasar dan Konsumen/Pembeli di Pasar
quality of information, which consists Legi. Pemilihan lokasi dipilih secara purposif sesuai tujuan penelitian, yaitu Pasar
of the manager of Pasar Legi, market Legi Kota Surakarta. Metode analisis datanya menggunakan analisis Matriks
traders and consumers/buyers in this Grand Strategi, Matriks SWOT, dan matriks QSPM dari Fred R. David. Hasil
traditional market. The market was
penelitian menunjukkan bahwa posisi strategis Pasar Legi berada pada sel
chosen purposively according to the
research objectives, namely Pasar Legi kwadran I, yaitu perpaduan antara kekuatan dan peluang. Prioritas strategi
Surakarta City. Data analysis method yang tepat dijalankan pengelola Pasar Legi dalam menghadapi eksistensi Pasar
used analysis of Grand Strategy Matrix, Modern adalah membangun sistem pelayanan yang baik antara pedagang
SWOT Matrix, and QSPM from Fred R. pasar dengan konsumen.
David. The results showed that the
strategic position of Pasar Legi was in
Kata kunci: Strategi, Pasar, Grand Strategy, SWOT, QSPM
quadrant I, which was a combination of

PENDAHULUAN
Perdagangan di kota Surakarta didukung oleh lebih dari 38
pasar tradisional serta lebih dari 16 pasar modern seperti minimarket,
44
AGRARIS: Journal of Agribusiness
and Rural Development Research

supermarket dan hypermarket (Nugraha, 2013). Hal persaingan antara keduanya. Menjamurnya pusat
mendasar yang membedakan pasar tradisional dan perbelanjaan modern dikhawatirkan akan mematikan
pasar modern adalah pada proses interaksi dan pola keberadaan pasar tradisional yang merupakan refleksi
pengelolaan atau manajemen antara keduanya. Pasar dan ekonomi kerakyatan (Susanti et al., 2014).
modern dikelola oleh pengusaha swasta, sedang pasar Kekhawatiran tersebut dimungkinkan, karena pasar
tradisional dikelola oleh pemerintah. Kekhususan lain tradisional diidentikkan sebagai tempat yang kumuh,
yang terjadi pada pasar tradisional adalah terjadinya kotor dan bau; sehingga memberikan atmosfer yang
interaksi langsung antara penjual dan konsumen, tidak nyaman dalam berbelanja. Hal ini merupakan
dengan proses tawar menawar yang khas. Pasar kelemahan terbesar pasar tradisional. Sebaliknya, pasar
tradisional juga memiliki praktek transaksi yang khas, modern memberikan suasana berbelanja yang lebih
yaitu adanya sistem tawar-menawar yang intensif antara nyaman serta dilengkapi pendingin ruangan.
penjual dan konsumen. Praktek tawar-menawar barang Didorong untuk mempertahankan eksistensi
di pasar tradisional yang membedakan dengan pasar tradisional di tengah maraknya keberadaan pasar
transaksi di pasar modern. Konsumen mendatangi modern, maka manajemen pasar tradisional dirasa
penjual barang di pasar, konsumen memilih dan perlu untuk merumuskan strategi bersaing pasar
mengambil barang dagangan yang dikehendaki, terus tradisional yang dikelolanya. Strategi menurut Jauch
dikumpulkan, dan diserahkan kepada penjual untuk dan Glueck (1998) adalah rencana yang disatukan,
dihitung berapa jumlah uang yang harus dibayarkan. menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan
Setelah harga diberitahukan, konsumen membayar dan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan yang
barang diserahkan (Geertz, 1989). dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama
Sementara pada pasar modern, umumnya perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang
konsumen melakukan kegiatan secara swalayan, atau tepat oleh perusahaan. Dalam pengertian yang lebih
terdapat pramuniaga, dan sistem pembelian dilakukan spesifik, strategi bersaing didefinisikan sebagai sebuah
dengan harga yang sudah ditetapkan, terdapat label upaya yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam
harga pada barang yang dijual. Pasar modern yang memenangkan persaingan di pasar sasaran dengan cara
dimaksud meliputi pertokoan, mall, plasa, minimarket, memberikan keunggulan-keunggulan sehingga dipilih
supermarket dan hypermarket. Kemunculan pasar oleh pembeli yang dimaksud.
modern mengakibatkan konsumen memiliki alternatif Keberadaan pasar tradisional di Kota Surakarta
pilihan dalam melakukan aktivitas berbelanja. tidak hanya sebagai tempat terjadinya transaksi antara
Hadirnya pasar modern juga meningkatkan tuntutan penjual dan konsumen semata, namun pasar
konsumen atas layanan yang diinginkan saat tradisional juga merupakan ekologi dan sejarah.
melakukan belanja. Hal ini dikarenakan kondisi pasar Interaksi sosial dalam bentuk tawar-menawar dan
modern memiliki bangunan yang megah dan adanya semangat berani bersaing melalui mekanisme
permanen, fasilitas memadahi, aman, ada potongan pasar merupakan roh pasar tradisional, termasuk pasar
harga serta harga tercantum pada setiap produk tradisional di Kota Surakarta (Syafe’i, 2013). Beberapa
sehingga membuat konsumen lebih nyaman untuk pasar tradisional yang tergolong besar dan sangat
berbelanja (Khomah dan Harisudin, 2016). Pasar melekat bagi masyarakat kota Surakarta adalah Pasar
Modern saat ini tidak hanya berkembang di kota besar Legi, Pasar Klewer dan Pasar Gede, disamping beberapa
saja, kini pasar modern telah merambah di pinggir kota pasar lainnya. Pasar Legi merupakan pasar induk
bahkan kota kecil sekalipun. terbesar di Kota Surakarta. Sejak dibangun oleh Pura
Eksistensi pasar modern seperti minimarket, Mangkunegaran, Pasar Legi berkembang cukup pesat
supermarket hingga hipermarket “sedikit mengusik” sebagai salah satu pasar induk yang menjadi pusat
keberadaan pasar tradisional. Kesamaan fungsi sebagai transaksi barang-barang hasil bumi. Namun seiring
penyedia barang bagi konsumen yang dimiliki pasar perkembangan zaman, eksistensi pasar tradisional
modern dan pasar tradisional telah menimbulkan termasuk Pasar Legi mulai terusik dengan munculnya
45
Vol.5 No.1 Januari-Juni 2019

berbagai jenis pasar modern. Oleh karena itu, memiliki pilihan alternatif pasar modern (utamanya
diperlukan inovasi strategi yang lebih baik agar produk sayuran).
keberadaan Pasar Legi tetap mampu bertahan ditengah Metode pengumpulan data dalam penelitian
persaingan serta tidak tergerus oleh keberadaan pasar- ini dilakukan dengan wawancara secara mendalam
pasar modern. Memang bukanlah pekerjaan mudah untuk mengetahui faktor-faktor keberhasilan penting,
untuk memperbaiki kinerja pasar tradisional (Murshid, penilaian rating, pembobotan serta penilaian prioritas
2011; Vega-Jurado, et al, 2015), hal ini dikarenakan strategi. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan
pasar tradisional juga merupakan produk budaya melalui teknik observasi tidak terlibat. Observasi yang
masyarakat. dilakukan meliputi proses jual beli, perilaku pedagang-
Selama ini, penelitian terkait pasar tradisional pembeli serta pengelolaan pasar legi. Penentuan faktor
dan pasar modern masih menekankan pada aspek keberhasilan penting dan bobot dilakukan dengan
deskripsi persaingannya (Utomo, 2011; Dewi dan wawancara mendalam kepada seluruh Pengelola Pasar
Winarni, 2013), perlunya perbaikan fisik pasar Legi dan Kepala Dinas Perdagangan Kota Surakarta
tradisional (Tanuwidjaya dan Wirawan, 2015), yang membawahi seluruh Pasar Kota Surakarta.
pengembangan pasar yang mempertimbangkan Agregasi dari variasi jawaban key informance pengelola
kebutuhan konsumen (Khomah dan Harisudin, 2016) pasar dan Kepala Dinas Perdagangan dilakukan dengan
serta pelaksanaan revitalisasi pasar tradisional oleh teknik triangulasi sumber (Moleong, 2010) seperti yang
Pemerintah (Dewi dan Winarni, 2013; Prastyawan et tersaji dalam Gambar.
all, 2015; Lee, 2017). Semua penelitian tersebut
Informan A
menekankan pada perbaikan aspek teknis, dan belum
ada yang lebih menekankan pada aspek manajerial yang
bersifat strategis. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
Wawancara Informan B
penelitian ini memiliki kebaruan dalam hal
manajemen strategi, utamanya strategi bersaing.
Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka tujuan Informan C
penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana
GAMBAR 1. TRIANGGULASI SUMBER
posisi aktual Pasar Legi Kota Surakarta dalam dinamika
persaingan pasar tradisional dan pasar modern, 2) Apa Trianggulasi adalah sebuah teknik
strategi bersaing yang tepat dilakukan oleh manajemen pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
Pasar Legi Kota Surakarta dalam menghadapi sesuatu yang lain diluar data yang diperoleh untuk
gencarnya penetrasi pasar modern. keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data yang diperoleh. Tujuan utama dari
METODE PENELITIAN
trianggulasi adalah untuk memperoleh informasi dari
Metode dasar yang digunakan dalam
narasumber lain, dibandingkan dengan narasumber
penelitian ini adalah deskriptif analitis. Metode
yang sebelumnya. Penentuan nilai rating ditanyakan
deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
kepada 30 konsumen (Mahmud, 2011) di Pasar Legi.
memusatkan perhatian kepada masalah-masalah
Dikarenakan tidak adanya kerangka sampel, maka
sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan, hasil
penentuan ke-30 konsumen dilakukan dengan teknik
penelitian kemudian diolah dan dianalisis dan
convenience sampling. Convenience sampling adalah
dijelaskan (Sugiyono, 2009). Penentuan lokasi
sebuah teknik pengambilan sampel nonprobability
penelitian dilakukan dengan teknik purposive, yaitu
yang didasarkan pada ketidak tersediaan data pasti
Pasar Legi Kota Surakarta. Pertimbangan Pasar Legi
berapa jumlah elemen populasi dan
dipilih sebagai lokasi penelitian karena Pasar Legi
mempertimbangkan kemudahan dalam mendapatkan
merupakan pasar tradisional yang konsumennya
informasi dari responden. Data rating berskala interval
(1-4), maka penentuan nilai rating dari seluruh
46
AGRARIS: Journal of Agribusiness
and Rural Development Research

konsumen dilakukan dengan menggunakan modus sampah, bak sampah, container, jaringan listrik,
dari setiap nilai rating yang diberikan konsumen jaringan air bersih.
(Siegel, 1997).
FAKTOR INTERNAL PASAR LEGI
HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan internal Pasar Legi adalah
KONDISI UMUM PASAR LEGI berbagai hal yang terkait langsung dengan Pasar Legi,
Pasar Legi merupakan pasar induk tradisional serta berpengaruh pada capaian kinerja pengelola Pasar
di Kota Surakarta. Pasar Legi didirikan pada masa Legi. Hasil dari analisis lingkungan internal
Mangkunegoro I (Pangeran Samber Nyawa) pada tahun menghasilkan daftar terbatas dari kekuatan dan
1930. Manajemen Pengelolaan Pasar Legi sepenuhnya kelemahan Pasar Legi. Faktor internal pasar legi yang
menjadi tanggungjawab dan kewenangan Pemerintah dianalisis meliputi keadaan pasar, pedagang, sarana
Kota Surakarta melalui Dinas Pengelola Pasar (DPP). dan prasarana, serta pemasaran. Hasil analisis
Namun dalam hal pembangunan dan perawatan jika trianggulasi sumber diperoleh sebagai berikut : faktor
terjadi kerusakan pasar, DPP bekerjasama dengan strategis yang berupa kekuatan atau keunggulan Pasar
pedagang pasar untuk menyelesaikan permasalahan Legi meliputi harga, mutu produk yang ditawarkan
yang ada. Terkait dengan kebersihan pasar, terdapat beragam, harga barang terjangkau dan dapat ditawar,
petugas kebersihan yang bertugas membersihkan pasar Keamanan pasar semakin baik, interaksi sosial yang
pada pagi dan sore hari. Untuk penanganan sampah tinggi antara penjual dan konsumen, Akses ke pasar
diambil oleh armada dari DPP dan di bawa ke TPA legi mudah, penopang perekonomian masyarakat,
Puteri Cempo setiap hari. Keamanan pasar terjamin, sedangkan faktor strategis yang menjadi kelemahan
sebab terdapat petugas keamanan yang bertugas selama Pasar Legi meliputi banyaknya kios yang masih kosong,
24 jam. Untuk pengelolaan parkir dan air bersih, tata ruang pasar kurang ergonomis, fasilitas umum
dikelola oleh pihak swasta. kurang terawat, kondisi jalan didalam pasar sempit dan
Pasar Legi berlokasi di Jalan Sutan Syahrir di kotor, tempat parkir kurang luas, tidak ada jaminan
Kelurahan Setabelan, Kecamatan Banjarsari. Pasar ini kualitas produk (Tabel 1).
berdiri diatas Hak Pakai dengan luas tanah 16.640 m²
dan konstruksi bangunan pasar bertingkat seluas TABEL 1. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS INTERNAL PADA PASAR LEGI KOTA
±1.750 m². Bangunan Pasar Legi saat ini termasuk SURAKARTA
bangunan yang sudah tua. Bentuk renovasi terakhir Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
Keadaan Pasar  Penopang Perekonomian  Banyak kios yang masih
berupa perbaikan atap pada tahun 2006, terdapat
Masyarakat kosong
penambahan bangunan dibagian timur pada tahun  Akses ke pasar legi mudah  Pengatuan layout pasar
2008. Tersedia lahan parkir namun bukan milik pasar, kurang ergonomis
namun milik perseorangan yang dikelola oleh UPT Pedagang  Interaksi sosial yang
tinggi antara penjual dan
Perparkiran. Pasar legi juga menyediakan tempat konsumen
bongkar muat barang di sebelah selatan pasar dan di Sarana dan  Keamanan pasar semakin  Fasilitas umum kurang
lahan parkir sebelah utara pasar. Letak pasar yang Prasarana baik terawat
strategis membuat aksesibilitas ke Pasar Legi cukup  Kondisi jalan didalam pasar
sempi dan kotor
mudah dijangkau baik menggunakan kendaraan  Tempat parkir kurang luas
pribadi maupun kendaraan umum. Pemasaran  Harga barang terjangkau  Tidak ada jaminan kualitas
Pasar Legi terbagi ke dalam 2 bagian wilayah dan dapat ditawar produk
pasar, yaitu jam 08.00-16.00 untuk pedagang yang  Mutu produk yang
ditawarkan beragam
berada di dalam dan jam 16.00-08.00 untuk pedagang Sumber : Analisis Data Primer, 2017
yang berada di luar. Infrastruktur sarana prasarana
berupa masjid, mushola, MCK, pos keamanan, gerobak
47
Vol.5 No.1 Januari-Juni 2019

FAKTOR EKSTERNAL PASAR LEGI evaluasi faktor eksternal (peluang dan ancaman).
Lingkungan eksternal pasar legi adalah Dalam mengevaluasi faktor internal dilakukan dengan
berbagai hal yang tidak terkait langsung dengan pasar membuat matriks evaluasi faktor internal (EFI).
legi, namun keberadaannya berpengaruh pada capaian Matriks EFI digunakan untuk menentukan berapa nilai
kinerja pengelola pasar legi. Hasil analisis lingkungan internal yang dimiliki Pasar Legi Surakarta. Tinggi-
eksternal menghasilkan daftar terbatas dari peluang rendahnya nilai internal yang diperoleh menunjukkan
dan ancaman Pasar Legi. Faktor eskternal adalah seberapa besar kohesitas internal Pasar Legi dalam
faktor-faktor yang berasal dari luar. menghadapi pesaingnya (pasar modern).
Faktor eksternal Pasar Legi yang dianalisis Bedasarkan agregasi rataan nilai bobot dan
meliputi kondisi perekonomian, sosial budaya, sarana modus rating yang diperoleh, serta perkalian dantara
transportasi, konsumen, persaingan dan peran keduanya maka kohesitas internal Pasar Legi dapat
pemerintah. Hasil analisis trianggulasi sumber disajikan pada Tabel 3.
diperoleh hasil sebagai berikut : faktor strategis yang
berupa peluang adalah banyak lembaga keuangan yang TABEL 3. MATRIKS EVALUASI FAKTOR EKSTERNAL (EFI) PASAR LEGI KOTA
menawarkan bantuan modal, tingkat pertumbuhan SURAKARTA
Kekuatan Bobot Rating Nilai
penduduk tinggi, kebutuhan masyarakat yang makin
Harga barang terjangkau dan dapat ditawar 0,1241 4 0,4964
meningkat, banyak pemasok produk ke Pasar Legi dan Mutu produk yang ditawarkan lebih beragam 0,0937 4 0,3748
adanya kebijakan revitalisasi. Sedangkan faktor Interaksi social yang tinggi antara penjual 0,1007 4 0,4028
strategis yang menjadi ancaman Pasar Legi meliputi : dan konsumen
Keamanan pasar tradisional semakin baik 0,0609 4 0,2436
kondisi perekonomian yang tidak stabil, kesan
Penopang perekonomian masyarakat 0,0703 4 0,2812
masyarakat terhadap pasar tradisional relative rendah, Akses ke pasar legi mudah 0,0937 3 0,2811
perubahan gaya hidup modern, peningkatan jumlah Jumlah nilai kekuatan 2,0799
pasar modern, dan kebijakan pemerintah yang kurang Kelemahan
Tidak ada jaminan kualitas produk 0,0890 1 0,0890
konsisten atas pasar tradisional. Hasil identifikasi
Tempat parkir kurangluas 0,0679 2 0,1358
faktor-faktor strategis eksternal dapat dilihat pada Banyak kios yang masih kosong 0,0562 1 0,0562
Tabel 2. Pengaturan layout pasar kurang baik 0,0726 1 0,0726
Fasilitas umum kurang terawatt 0,0796 2 0,1592
TABEL 2. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL PADA PASAR LEGI KOTA Kondisi jalan di dalam pasar sempit dan kotor 0,0913 2 0,0913
SURAKARTA Jumlah nilai kelemahan 0,6041
Selisih nilai kekuatan dan nilai kelemahan 1,4758
Faktor Eksternal Peluang Ancaman
Sumber :Analisis Data Primer, 2017
Kondisi  Banyak lembaga keuangan yang  kondisi perekonomian yang
Perekonomian menawarkan bantuan modal tidak stabil
 Kesan masyarakat terhadap Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa
Sosial Budaya pasar tradisional relatif selisih nilai kekuatan dan nilai kelemahan pada matriks
rendah
Konsumen  Tingkat pertumbuhan penduduk  Perubahan gaya hidup
EFI sebesar 1,4758. Hasil nilai selisih tersebut, maka
tinggi modern dapat diketahui bahwa lingkungan internal pasar legi
 Kebutuhan masyarakat yang bernilai positif. Dengan kata lain, Pasar Legi memiliki
makin meningkat
Persaingan  Banyak pemasok produk ke  Peningkatan jumlah pasar nilai kekuatan yang lebih besar daripada nilai
pasar legi modern kelemahannya.
Peran  Adanya kebijakan revitalisasi  Kebijakan pemerintah yang
Setelah diperoleh nilai internalnya, maka
Pemerintah kurang konsisten atas pasar
tradisional langkah selanjutnya adalah mengevaluasi faktor
Sumber : Analisis Data Primer, 2017 eksternal guna memperoleh nilai eksternal pasar legi.
Dalam mengevaluasi faktor eksternal dilakukan dengan
TAHAP MASUKAN
membuat matriks evaluasi faktor eksternal (EFE).
Rumusan strategi bersaing Pasar Legi dalam
Matriks EFE digunakan untuk menentukan berapa
menghadapi pasar modern dimulai dengan melakukan
nilai eksternal yang dimiliki Pasar Legi Surakarta.
evaluasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
48
AGRARIS: Journal of Agribusiness
and Rural Development Research

Tinggi-rendahnya nilai eksternal yang diperoleh Robinson (2013). Manfaat dari penggunaan matriks
menunjukkan seberapa besar daya adaptasi Pasar Legi Grand Strategy adalah dapat menjelaskan posisi
terhadap pengaruh eksternal terkait hadirnya pasar strategis dari Pasar Legi. Adapun cara kerja dari matriks
modern di Surakarta. Grand Strategy adalah : dari titik selisih kedua faktor
Bedasarkan agregasi rataan nilai bobot dan (internal dan eksternal) kemudian ditarik garis dari
modus rating yang diperoleh, serta perkalian dantara titik absis dan ordinat yang bertemu pada koordinat
keduanya maka daya adaptasiPasar Legi terhadap tertentu. Sehingga akan diketahui posisi bersaing atau
pengaruh eksternal hadirnya pasar modern disajikan kedudukan Pasar Legi Surakarta dalam menyikapi
pada Tabel 4. hadirnya pasar modern di Kota Surakarta. Gambar 1
menjelaskan posisi bersaing Pasar Legi dalam
TABEL 4. MATRIKS EVALUASI FAKTOR EKSTERNAL (EFE) PASAR LEGI KOTA menghadapi pasar modern di Kota Surakarta.
SURAKARTA
Peluang Bobot Rating Nilai
Adanya kebijakan revitalisasi 0,0847 3 0,2541
Banyak pemasok produk ke pasar legi 0,0896 4 0,3584
Kebutuhan masyarakat semakin meningkat 0,1211 4 0,4844
Tingkat pertumbuhan penduduk tinggi 0,1114 4 0,4456
Banyak lembaga keuangan yang 0,0702 3 0,2106
menawarkan bantuan modal
Jumlah nilai Peluang 1,7531
Ancaman
Perubahan gaya hidup modern 0,1308 1 0,1308
Kondisi perekonomian yangtidakstabil 0,1017 2 0,2034
Kebijakan pemerintah yang kurang konsisten 0,0969 1 0,0969
atas pasar tradisional
Kesan masyarakat terhadap pasar tradisional 0,0799 2 0,1598
relatif rendah
Peningkatan jumlah pasar modern 0,1138 2 0,2276 GAMBAR 1. KUADRAN MATRIKS GRAND STRATEGY PASAR LEGI KOTA
Jumlah nilai ancaman 0,8185 SURAKARTA
Selisih nilai peluang dan nilai ancaman 0,9346
Sumber :Analisis Data Primer, 2017 Berdasarkan Gambar 1, Pasar Legi Surakarta
berada di kuadran I (positif, positif) dengan titik
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa
perpotongan 1,4758 dan 0,9346. Angka1,4758
selisih nilai peluang dan nilai ancaman pada matriks
diperoleh dari selisih jumlah nilai kekuatan (2,0799)
EFE sebesar 0,9346. Hasil nilai selisih tersebut bernilai
dengan jumlah nilai kelemahan (0,6041). Angka
positif, maka berdasar nilai positif tersebut dapat
0,9346 diperoleh dari selisih jumlah nilai peluang
diketahui bahwa peluang yang ada lebih besar daripada
(1,7531) dengan jumlah nilai ancaman (0,8185). Posisi
ancaman. Dengan kata lain, pasar legi memiliki
ini menandakan Pasar Legi Surakarta adalah pasar
peluang yang lebih besar daripada ancamannya.
organisasi yang kuat dan berpeluang maju. Kwadran 1
berarti progresif, artinya Pasar Legi dalam kondisi
TAHAP PENCOCOKAN
Mendasarkan selisih nilai kekuatan dan prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan
untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar
kelemahan seperti yang tertulis pada matriks EFI dan
pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
selisih nilai peluang dan ancaman seperti yang tertulis
pada matriks EFE, maka langkah selanjutnya adalah : Strategi didefinisikan sebagai pencocokan yang
kedua matriks (EFI dan EFE) tersebut disintesakan dibuat suatu organisasi antara faktor-faktor strategis
dalam sebuah alat analisis lain, yaitu matriks Grand internal (kekuatan dan kelemahan) dengan faktor-
Strategy (David, 2013). Cara kerja dari matriks ini sama faktor strategis eksternal (peluang dan ancaman) dalam
seperti matriks yang dikembangkan oleh Pearce dan menghadapi mengantisipasi isu-isu strategis untuk
49
Vol.5 No.1 Januari-Juni 2019

mencapai tujuan organisasi (Harisudin, 2014). Hasil seperti yang ditawarkan pada semua pasar modern.
rumusan strategi ini sangat membantu manajer dalam Dengan perbaikan sarana-prasarana pasar yang
menyusun kebijakan-kebijakan yang efektif sebuah difokuskan pada peningkatan kenyamanan konsumen
organisasi. Strategi (sintesis kekuatan atau kelemahan (Pramudyo, 2014), maka Pasar Legi akan memberi rasa
internal dengan peluang atau ancaman eksternal) nyaman bagi konsumen loyalnya sekaligus dapat
menjadi dasar manajer dalam mencapai tujuan menarik konsumen pasar modern yang
organisasi. Proses perumusan strategi yang dibuat mempertimbangkan rasa nyaman berbelanja seperti
dengan cara mensintesakan kekuatan, kelemahan, yang diberikan pasar modern selama ini.
peluang dan ancaman disusun dalam sebuah bangunan Peningkatan kualitas sarana-prasarana Pasar
matriks, sehingga dinamakan matriks SWOT. Legi dapat dipandang sebagai bagian dari kebijakan
revitalisasi pasar tradisional (Setyawan et al., 2015)
TABEL 5. MATRIKS SWOT akan merubah citra kotor, kumuh, tidak nyaman
Kekuatan
INTERNAL 1. Harga barang terjangkau dan dapat namun tetap memiliki keunikan yang berbeda dengan
ditawar pasar modern. Perbaikan sarana prasarana yang
2. Mutu produk yang ditawarkan lebih dimaksud memperluas area parkir, manajemen fasilitas
beragam
3. Interaksi sosial yang tinggi antara umum seperti kamar mandi, pengaturan tata letak
penjual dan konsumen sampah pasar dan menambah kios-kios untuk produk
EKSTERNAL 4. Keamanan pasar tradisional semakin
baik pendukung. Tujuan dari strategi ini adalah untuk
5. Penopang perekonomian masyarakat meningkatkan jumlah kehadiran konsumen ke pasar
6. Akses ke pasar legi mudah
tradisional serta kenyamanan selama didalam Pasar
Peluang Strategi S-O
1. Banyak lembaga keuangan yang 1. Membangun sarana prasarana pasar Legi.
menawarkan bantuan modal bagi kenyamanan konsumen (S5, O1, Alternatif strategi kedua yaitu Branding pasar
2. Tingkat pertumbuhan penduduk O5)
tinggi 2. Brandingpasar legi dengan positioning
legi dengan positioning baru (S1,S4, O3, O5). Strategi
3. Kebutuhan masyarakat yang makin baru (S1,S4,O3, O5) ini dirumuskan sebagai upaya untuk menghapus citra
meningkat 3. Membangun sistem pelayanan yang pasar tradisional yang tingkat kenyamanannya seolah-
4. Banyak pemasok produk ke pasar baik antara pedagang pasar dengan
legi konsumen (S2, S3, S4, O4, O5) olah selalu dibawah pasar modern. Strategi ini menjadi
5. Adanya kebijakan revitalisasi tepat karena branding pasar dapat merubah persepsi
Sumber : Analisis Data Primer, 2017
konsumen, yang selanjutnya dapat mempengaruhi
keputusan konsumen untuk melakukan pembelian di
Mendasarkan pada hasil posisi strategi Pasar
Pasar Legi. Perlunya branding pasar sama seperti yang
Legi yang berada pada kwadran I (Progresif) pada
direkomendasikan Prabowo dan Rahadi (2015) untuk
matriks Grand Strategy, maka rumusan strategi yang
memperbaiki kinerja pasar tradisional. Membangun
dilakukan hanya mendasarkan pada kekuatan
citra baru yang berbeda dari citra lama yang sudah
(internal) dan peluang (ancaman). Tabel 5 menjelaskan
melekat kuat memang membutuhkan konsistensi
rumusan alternatif-alternatif strategi Pasar Legi dalam
kebijakan dari pengelola Pasar Legi. Hal ini
menghadapi hadirnya pasar modern di Kota Surakarta.
dikarenakan terkait dengan mindset, rentang waktu
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui 3
dan merubah budaya. Strategi branding dengan
rumusanalternatif strategi (Comparative Advantages)
positioning baru sudah banyak menunjukkan
yang merupakan sintesis dua elemen, yaitu antara
keberhasilan di berbagai organisasi bisnis.
kekuatan dan peluang.Rumusan alternatif yang
Merujuk pada kekuatan harga barang
pertama adalah : Membangun sarana prasarana pasar
terjangkau dan dapat ditawar dan peluang banyak
bagi kenyamanan konsumen (S5, O1, O5) dipilih
lembaga keuangan yang menawarkan bantuan modal,
sebagai sebuah alternatif strategi dengan maksud untuk
maka membangun branding dengan posisi baru
menarik para konsumen yang sudah memiliki
merupakan suatu tindakan atau langkah-langkah untuk
pertimbangan mencari kenyamanan dalam berbelanja
mendesain citra pasar yang baik, apabila pasar sudah
50
AGRARIS: Journal of Agribusiness
and Rural Development Research

dikenal dengan citrabaru (dan terlepas dari citra Jika konsumen sudah menjadi pelanggan,
sebelumnya), maka konsumen yang sebelumnya sensitif maka fungsi konsumen tidak hanya berfungsi sebagai
dengan citra lama bisa berubah menjadi konsumen konsumen saja tetapi bisa menjadi tenaga pemasar
baru. Strategi ini semakin efektif dilaksankan karena kepada konsumen yang lain agar membeli keperluan
keberpihakan Pemerintah Kota Surakarta melalui memasak dan sayur mayur rumah tangganya ke Pasar
serangkaian peraturan daerahnya (Setyawan et al., Legi. Peningkatan kualitas layanan ini akan lebih baik
2015). lagi jika pengelola Pasar Legi secara aktif membuka
Alternatif strategi ketiga yaitu membangun saluran komunikasi dengan konsumen, dan secara
sistem pelayanan yang baik antara pedagang pasar positif merespon masalah dan masukan yang
dengan konsumen (S3, S4, O4, O5). Strategi ini disampaikan konsumen. Saluran komunikasi bisa
dirumuskan merujuk pada kekuatan interaksi sosial dibuat berupa kotak saran dipintu masuk pasar legi
yang tinggi antara penjual dan konsumen dan ataupun dalam website resmi serta media sosial yang
keamanan pasar tradisional semakin baik (pada dimiliki Pasar Legi Kota Surakarta.
lingkungan internal) dan banyaknya peluang tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi, banyaknya TAHAP KEPUTUSAN
pemasok produk dan adanya kebijakan revitalisasi QSPM (Quantitive Strategic Planning Matrix)
pasar (lingkungan eksternal). Perumusan strategi ini merupakan alat analisis yang secara obyektif dapat
memiliki kemungkinan berhasil tinggi karena pada menetapkan strategi alternatif yang diprioritaskan.
dasarnya modal sosial penjual di Pasar Legi sudah bagus Sebagai suatu teknik, QSPM memerlukan intuisi yang
(Andriani dan Ali, 2013). Dengan demikian, apabila baik dalam penilaian. Alat analisis ini
strategi ini diterapkan akan meningkatkan loyalitas direkomandasikan bagi para ahli strategi untuk
atau kesetiaan konsumen dalam melakukan pembelian melakukan evaluasi alternatif strategi secara obyektif,
di Pasar Legi. Pelayanan yang baik diterapkan di Pasar berdasarkan faktor kunci keberhasilan (faktor strategis)
Legi adalah atribut kecepatan dan keramahan baik internal maupun eksternal yang telah
pelayanan (Utomo, 2011). Prioritas strategi ini sama diidentifikasikan sebelumnya. QSPM adalah alat
dengan hasil penelitian Alfianita et al. (2015) dengan analisis untuk menetapkan kemenarikan relatif dari
topik yang sama saat melakukan penelitian Pasar alternatif-alternatif strategi yang telah dirumuskan pada
Tradisional dalam Perspektif Good Governance di matriks SWOT (Fauzi, et al, 2016; Nugroho, et al,
Kabupaten Malang. 2017)), untuk menentukan strategi mana yang paling
Perbaikan kualitas layanan manajemen pasar tepat untuk diimplementasikan (David, 2013). QSPM
legi dan para penjual kepada setiap konsumen yang juga menjadi alat analisis yang membantu manajer
hadir lebih mengena pada diri konsumen dan dapat dalam membuat prioritas strategi diantara alternatif
menjadi sebab meningkatnya status konsumen menjadi strategi yang telah dirumuskan dalam tahap
pelanggan Pasar Legi (Rahadi, 2012). Bentuk layanan pencocokan dengan memperhatikan unsur efisien dan
yang bisa dilakukan oleh pengelola Pasar Legi selain efektivitas (Capps and Glissmeyer, 2012; Sohel et all,
bentuk layanan yang bersifat kualitatif juga bisa 2014 dan Harisudin et all, 2016). QSPM sangat
dikembangkan layanan yang sifatnya membantu berhubungan dengan metode-metode lain yang
konsumen dalam melakukan pembelian produk di digunakan dalam tahap input dan analisis sebagai
Pasar Legi seperti memaksimalkan teknologi informasi bentuk informasi untuk tahap QSPM sendiri. Faktor
(Rufaidah, 2008; Murshid, 2011), sistem grading untuk strategis eksternal-internal pasar legi sangat diperlukan
peningkatan kualitas produk seperti yang menjadi dalam penggunaan metode ini, sehingga dapat
alasan konsumen memilih pasar modern dalam diputuskan pemilihan prioritas strategi mana yang
melakukan belanja kebutuhan sehari-hari (Utomo, akan digunakan sesuai dengan keadaan pasar legi.
2011). Struktur matriks QSPM dalam menentukan prioritas
51
Vol.5 No.1 Januari-Juni 2019

strategi Pasar Legi dalam menghadapi hadirnya pasar


modern dapat dilihat pada Tabel 6.

TABEL 6. QSPM PASAR TRADISIONAL PADA PASAR LEGI KOTA SURAKARTA


Faktor-faktor Strategis Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
Harga barang terjangkau dan dapat ditawar 0,1241 2 0,2482 4 0,4964 3 0,3723
Mutu produk yang ditawarkan lebih beragam 0,0937 3 0,2811 2 0,1874 4 0,3748
Interaksi sosial yang tinggi antara penjual dan
0,1007 4 0,4028 1 0,1007 2 0,2014
pembeli
Keamanan pasar tradisional semakin baik 0,0609 1 0,0609 4 0,2436 3 0,1827
Penopang perekonomian masyarakat 0,0703 4 0,2812 1 0,0703 2 0,1406
Akses ke pasar tradisional mudah 0,0937 3 0,2811 2 0,1874 4 0,3748
Kelemahan
Tidak ada jaminan kualitas produk 0,0890 3 0,2670 2 0,1780 4 0,3560
Tempat parkir kurang luas 0,0679 4 0,2716 1 0,0679 3 0,2037
Banyak kios yang masih kosong 0,0562 2 0,1124 1 0,0562 3 0,1686
Pengaturan layout pasar kurang baik 0,0726 3 0,2178 1 0,0726 4 0,2904
Fasilitas umum kurang terawat 0,0796 3 0,2388 1 0,0796 4 0,3184
Kondisi jalan didalam pasar sempit dan kotor 0,0913 4 0,3652 2 0,1826 3 0,2739
Jumlah 1 3,0281 1,927 3,2576
Peluang
Adanya kebijakan revitalisasi 0,0847 4 0,3388 2 0,1694 3 0,2541
Penjual tidak hanya bergantung pada satu pemasok 0,0896 4 0,3584 2 0,1792 3 0,2688
Kebutuhan masyarakat semakin meningkat 0,1211 1 0,1211 2 0,2422 4 0,4844
Tingkat pertumbuhan penduduk tinggi 0,1114 3 0,3342 2 0,2228 4 0,4456
Banyak Lembaga keuangan yang menawarkan
0,0702 1 0,0702 2 0,1404 3 0,2106
bantuan modal
Ancaman
Perubahan gaya hidup modern 0,1308 4 0,5232 3 0,3924 1 0,1308
Kondisi perekonomian yang tidak stabil 0,1017 2 0,2034 4 0,4068 3 0,3051
Kebijakan pemerintah yang kurang konsisten atas
0,0969 4 0,3876 2 0,1938 3 0,2907
pasar tradisional
Kesan masyarakat terhadap pasar tradisional relatif
0,0799 2 0,1598 4 0,3196 3 0,2397
rendah
Peningkatan jumlah pasar modern 0,1138 3 0,3414 2 0,2276 4 0,4552
1 2.8381 2.4942 3.085
Total Nilai TAS 5,8662 4,4212 6,3426

Berdasarkan analisis matriks QSP pada Tabel 6 dan konsumen di pasar legi sangat dekat karena
diperoleh nilai total TAS untuk strategi pertama diantara mereka sering bertemu untuk bertransaksi jual
sebesar 5,8662, strategi kedua sebesar 4,4212, strategi beli atau bisa disebut bahwa konsumen adalah
ketiga sebesar 6,3426. Untuk itu, strategi yang memiliki pelanggan tetap. Peningkatan kualitas interaksi antara
nilai terbesar adalah strategi ke-tiga (Membangun pedagang dan konsumen adalah inti dari kualitas pasar
sistem pelayanan yang baik antara pedagang pasar tradisional (Prastyawan et al, 2015).
dengan konsumen). Kualitas layanan yang baik memunculkan
Membangun sistem pelayanan yang baik antara loyalitas yang selanjutnya berdampak pada konsistensi
pedagang dengan konsumen penting untuk dilakukan jumlah pengunjung pasar yang membeli produk di
sebab pelayanan yang baik adalah salah satu unsur yang pasar Legi. Selain itu, dengan adanya pembangunan
disukai pelanggan (Mukbar, 2007). Interaksi penjual sistem
52
AGRARIS: Journal of Agribusiness
and Rural Development Research

pelayanan yang baik akan mempermudah saluran ini juga dapat ditindaklanjuti oleh peneliti yang lain
distribusi produk dari penjual ke konsumen. Hal ini untuk mengidentifikasi komponen yang dapat
dapat mendukung lancarnya kegiatan jual-beli di Pasar meningkatkan kualitas hubungan antara pedagang dan
Legi sehingga akan meningkatkan penjualan produk pembeli di Pasar Legi Surakarta.
yang nantinya akan berdampak pada meningkatnya
pendapatan pasar serta terpenuhinya kebutuhan dan DAFTAR PUSTAKA
kepuasan konsumen yang berbelanja di Pasar Legi. Alfianita, E. Wijaya, A.F & Siswidiyanto. (2015).
Revitalisasi Pasar Tradisional dalam Perspektif
Salah satu bentuk kualitas layanan yang baik Good Governance (Studi di Pasar Tumpang
adalah menyediakan produk-produk yang berkualitas Kabupaten Malang). Jurnal Administrasi
(Aufanada, et al, 2017). Namun demikian, bukan Publik (JAP), 3 (5), 758-762
berarti rekomendasi strategi ini menghapus kebijakan Andriani, M.N.,&Ali, M.M. (2013). Kajian Eksistensi
Pasar Tradisional Kota Surakarta. Teknik PWK
revitalisasi pasar tradisional yang telah ditetapkan
(Perencanaan Wilayah Kota), 2(2), 252-269.
Pemerintah Kota Surakarta. Strategi ini justru
Aufanada, V., Ekowati, T. dan Prastiwi, W.D., (2017).
melengkapi kebijakan revitalisasi fisik pasar legi Kesediaan Membayar Produk Sayuran Organik
(Masitoh, 2013; Pramudyo, 2014; Lee, 2017) agar di Pasar Modern Jakarta Selatan. AGRARIS:
eksistensi pasar legi tetap terjaga dan memiliki Journal of Agribusiness and Rural
Development Research, 3(2), 67-75; DOI:
keunggulan kompetitif terhadap pasar modern. https://doi. org/10.18196/agr.3246
Prastyawan dan Isbandono (2018) memberi Capps, C.J., Glissmeyer, M.D. (2012). Extending The
rekomendasi agar sistem pelayanan yang Competitive Profile Matrix Using Internal
dikembangkan memperleh efektivitas, maka sebaiknya Factor Evaluation and External Factor
melibatkan pedagang dan konsumen harus melibatkan Evaluation Matrix Concepts. The Journal of
Applied Business Research. 28(5),1059-1062.
pemangku kepentingan dalam perencanaan, http://dx.doi.org/10.19030/jabr.v28i5.7245
pelaksanaan hingga pengawasannya. David, F.R. (2013). Strategic Management, Concepts
and Cases, Thirdteenth Edition.Prentice Hall
KESIMPULAN Boston.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Posisi Dewi U. dan Winarni F. (2013). Pengembangan Pasar
bersaing Pasar Legi berada pada kuadran I (kekuatan, Tradisional Menghadapi Gempuran Pasar
peluang), dan rekomendasi pada kwadran 1 adalah Modern di Kota Yogyakarta. Proceeding
Simposium Nasional ASIAN III Universitas 17
Strategi bersaing yang bersifat Progresif. Dari Posisi Agustus 1945 Semarang, ISBN: XXX-XXX
kuadran I ini, maka rekomendasi strategi yang paling XXX-X-X.
tepat dilaksanakan pengelola Pasar Legi Kota Surakarta Fauzi, D,. Baga, L.M,. Tinaprilla, N. (2016). Strategi
dalam menghadapi pasar modern adalah membangun Pengembangan Agribisnis Kentang Merah di
Kabupaten Solok. AGRARIS: Journal of
sistem pelayanan yang baik antara pedagang dengan
Agribusiness and Rural Development
konsumen. Research. 2 (1); 87-96; DOI:10.18196/agr.21
Dari rekomendasi strategi tersebut, maka 29
pengelola Pasar Legi harus mengidentifikasi kebutuhan Geertz, C. (1989). Penjaja dan Raja. Jakarta: Yayasan
penjual dan pembeli/konsumen Pasar Legi. Setelah Obor Indonesia.
mengidentifikasi kebutuhannya, pengelola Pasar Legi Harisudin, M. Setyowati, N and Utami, B.W. (2014).
Formulating and Choosing Strategy of
sebaiknya merumuskan indikator kinerja yang dapat Processed Catfish Product Development Using
dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan bisnis proses the SWOT Matrix and QSPM; a Case Study in
pengelolaan pasar legi. Selain itu, pengelola pasar legi Boyolali Regency. World Applied Sciences
harus membangun sebuah sistem pelayanan yang Journal 30 (Innovation Challenges in
Multidiciplinary Research & Practice), 56-61;
berorientasi pada hubungan yang berkualitas antara DOI: 10.5829/idosi.wasj.2014.30.icmrp.9
pedagang dan pembeli dalam 3 perspektif pendekatan Harisudin, M. Rizali, N. Antriyandarti, E and Ani, S.W.
sistem (input, proses dan output). Hasil dari penelitian (2016). Competitive Strategy of Tie-Dyed
53
Vol.5 No.1 Januari-Juni 2019

Cloth Smes in Facing the Existence of Batik 49 – 56; DOI: https://doi.org/10.23917/ben


Cloth in Yogyakarta City. Journal of Research efit.v18i1.1387
in Business, Economics and Management Pearce, A and Robinson, R.B. (2013). Manajemen
(JRBEM). 7(1), 1020-1030 Strategis (Formulasi, Implementasi dan
Mukbar, S. (2007). Denyut Usaha Kecil di Pasar pengendalian). Buku 1 Edisi 12.Jakarta :
Tradisional dalam Himpitan Hypermarket. Salemba Empat
Jurnal Analisis Sosial. 12 (1), 37-60 Porter, M.E. 1985. The Competitive Advantage: Creating
Jauch, L.R dan Glueck, W.F. (1998). Manajemen and Sustaining Superior Performance. NY:
Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Free Press
Terjemahan Murad dan Henry Sitanggang . Prabowo.F.S.A dan Rahadi, R.A. (2015). David vs
Penerbit Erlangga. Jakarta. Goliath: Uncovering The Future of Traditional
Khomah, I dan Harisudin, M. (2016). Strategi Markets in Indonesia. Mediterranean Journal
Pengembangan Pasar Tradisional yang of Social Sciences 6 (5), 28-36
Berorientasi pada Kepuasan Masyarakat di Pramudyo, A. (2014). Menjaga Eksistensi Pasar
Surakarta. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis, 4 (2); Tradisional di Yogyakarta. Jurnal Bisnis,
227-234 DOI: http://dx.doi.org/10.23960/jiia Manajemen dan Akuntansi, 2(1),78-93.
.v4i2.%25p
Prastyawan, A., Suryono, A., Soeaidy, M.S.,&Muluk, K.
Lee, S. (2017). A Study on Traditional Market Decline (2015). Revitalization of Traditional Markets
and Revitalization in Korea - Improving the into a Modern Market in the Perspective of
Iksan Jungang Traditional Market. Journal of Local Governance Theory (Studies on
Asian Architecture and Building Engineering Revitalization Wonokromo Market in
(JAABE). 16 (3), 455-462; DOI : http://doi.org/ Surabaya.International Journal of Humanities
10.3130/jaabe.16.455 and Social Science. 20(9), 1-6. DOI: 10.9790
Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. /0837-20940106
Bandung: Pustaka Setia Prastyawan, A dan Isbandono, P. (2018). The role of
Masitoh, E.A. (2013). Upaya Menjaga Eksistensi Pasar local governments in traditional market
Tradisional: Studi Revitalisasi Pasar Piyungan revitalization. Journal of Physics: Conf. Series
Bantul. Jurnal PMI, 10(2), 63-78 953 (2018) 012164; DOI :10.1088/1742-
Moleong, L.J., (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif . 6596/953/1/012164
PT. Remaja Rosda Karya. Bandung Rahadi, R.A. (2012). Repeat Consumption Behaviour in
Murshid, K.A.S. (2011). Traditional Market Institutions Traditional Markets: Bandung and
and Complex Exchange; Exploring Transition Surrounding Regions. Journal of asian
and Change in the Bangladesh Rice Market. Behavioural Studies. 2(5), 79-91
Centre for Policy Dialogue (CPD) House 40/C, Rufaidah, P. (2008). Peran Teknologi Komunikasi dalam
Road 11 (New), Dhanmondi R/A Dhaka 1209, Rantai Nilai Pedagang di Pasar Tradisional.
Bangladesh Jurnal Sosioteknologi. 7 (14), 399-414
Nugraha, AS. (2013). Analisis Pola Persebaran Pasar Setyawan, E.I., Samudro, B.R,.& Pratama, Y.P. (2015).
Tradisional dan Pasar Modern di Kota Analisis Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta
Surakarta dengan Aplikasi Sistem Informasi Mengenai Pasar Tradisional dan Pasar
Geografis (SIG). Skripsi pada Fakultas Geografi Modern. Jurnal Ilmu Ekonomi dan
Universitas Muhammadiyah Surakarta. http:// Pembangunan. 15(1), 77-93.
eprints.ums.ac.id/24511/11/Publikasi_Ilmiah_ Siegel, S. (1997). Statistik Nonparametric untuk Ilmu-
Naskah.pdf diakses 9 Novemver 2018 ilmu Sosial. PT. Gramedia
Nugroho, A.D., Waluyati, L.R., Rohmah, F. & Al Rosyid, Sohel, S.M., Rahman, A.M.A., and Uddin, M. A. (2014).
A.H. (2017). Strategi Pengembangan Sub Competitive Profile Matrix (CPM) As A
Terminal Agribisnis (STA) Salak Pondoh di Competitors‟ Analysis Tool: A Theoretical
Kabupaten Sleman. AGRARIS: Journal of Perspective. IJHPD, 3 (1), 40-47.
Agribusiness and Rural Development
Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif,
Research, Vol. 3 (2), 93-102; DOI; https://doi
Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
.org/ 10.18196/agr.3249
Susanti, I.A.M. D., Darmawan, D.P., dan Astiti, N.W. S.,
Nurhayati, S.F. (2014). Pengelolaan Pasar Tradisional
(2014). Strategi Pengembangan Pasar
Berbasis Musyawarah Untuk Mufakat.
Tradisional Kertha, Desa Kesiman Kertalangu,
BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis. 18(1),
54
AGRARIS: Journal of Agribusiness
and Rural Development Research

Kecamatan Denpasar Timur. Jurnal Planning in the Era of Uncertainty:


Manajemen Agribisnis. 2(1), 11-21. Sustainable Development. http://repository.
Syafe’i, M. (2013). Pengaruh Keamanan Dan petra. ac.id/ 17011/ diakses 1 Oktober 2018
Kenyamanan Pasar Terhadap Minat Membeli Utomo, T.J. (2011). Persaingan Bisnis Ritel: Tradisional
Bagi Konsumen di Pasar Batik Klewer. Skripsi VS Modern. Fokus Ekonomi. 6 (1), 122 - 133
pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Vega-Jurado, J,. Julio-Esparragoza, D., Paternina-
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Arboleda, C.D and Velez, M.C, (2015).
http://eprints.ums.ac.id/23514/2/BAB_I.pdf Integrating Technology, Management and
diakses tanggal 9 November 2018 Marketing Innovation through Open
Tanuwidjaja, G dan Wirawan, R. (2015). Creative – Innovation Models. J. Technol. Manag. Innov.
Sustainable Traditional Market Design in 10(4), 85-90. DOI; http://dx.doi.org/10.4067
Malang. The 2nd International Conference /s0718-27242015000400009

Anda mungkin juga menyukai