Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN GERAKAN MUHAMMADIYAH DENGAN BERBAGAI GERAKAN

PEMBAHARUAN ISLAM DI JAZIRAH ARAB, MESIR, PAKISTAN DAN MAROKO

I. PENDAHULUAN

Muhammadiyah didirikan K.H. Ahmad Dahlan pada 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah atau
18 November 1912 Miladiyah. Muhammadiyah merupakan sebuah persyarikatan
gerakan Islam. Di dalamnya disusun majelis-majelis yang mengikuti peredaran zaman
serta bedasarkan syura yang dipimpin hikmah kebijaksaaan dalam permusyawaratan
atau Muktamar.1

KH. Ahmad Dahlan mendirikan persyarikatan Muhammadiyah karena situasi dan


kondisi umat Islam saat itu. Sevara umum terdapat faktor internal dan eksternal. Yang
mebnjadi salah satun faktor sekstrenalnya adalah adanya pembaruah pemikiran dari
beberapan tokoh Islam di Timur Tengah dan sekitarmya. Pengaruh ini diawali dari
perjalan haji beliau yang dilakukan sebanyak dua kali, konon beliau pun sempat
beretemu dengan tokoh pemikir Islam yang fenomenal saat itu, yakni Rasyid Ridho di
tanah suci.

II. GERAKAN PEMBAHARUAN MUHAMMADIYAH

Jika dikaji dari sudut pandang kebahasaan, Muhammadiyah adalah gabungan dari dua
kata, yaitu “Muhammad” dan “yah”. Kata “Muhammad”, tentunya kita sudah mengetahui
bahwa ini adalah nama Nabi dan Rasul terakhir yang diutus Allah SWT untuk

1
Haedar Nashir, Memahami Ideology Muhammadiyah, Yogjakarta: Suara Muhammadiyah, 2014, hal 73.
menyampaikan risalah Islam kepada seluruh alam. Sementara kata “yah”, dalam basaha
Arab biasanya dinisbatkan kepada sesuatu. Maksudnya sesuatu, yaitu yang diikutkan atau
diidentikan dengan sesuatu yang lain. Maka, kalau disambung menjadi
“Muhammadiayah”, pengertiannya adalah orang yang mengikuti jalan Nabi Muhammad
SAW. Atau bisa kita artikan sebagai perjuangan yang mengikuti jejak Nabi Muhammad
SAW.

Secara istilah, Muhammadiyah adalah sebuah organisasi (persyarikatan) yang bermaksud


mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW dalam mengamalkan dan menegakkan kebenaran
Islam, mengamalkan ajaran Alquran dan menghidupkan Sunnah Nabi dalam kehidupan
Muslim, mengangkat martabat hidup manusia sekaligus memerangi kemunkaran
(kejahatan), sehingga tercapailah masyarakat idaman yang beradab dan diridhai Allah
SWT.2 Muhammadiyah sebagai suatu persyarikatan didirikan K.H. Ahmad Dahlan di
Kampung Kauman Yogyakarta, pada 8 Dzulhijjah 1330 H atau 18 November 1912.
Berdirinya Muhammadiyah ini adalah hasil dari perenungan, pemahaman, dan pemikiran
K.H. Ahmad Dahlan dari mentadabburi Alquran Q.S Ali Imron (3) ayat 104.

Di samping itu juga terdapat sebab-sebab Muhammadiayah berdiri. Yakni faktor internal
dan eksternal. Faktor internal adalah adanya ketidakmurnian amalan Islam, yang masih
terpengaruh keyakinan dan budaya dari luar Islam yang tidak berdasarkan Alquran dan
Sunnah. Lembaga pendidikan yang dimiliki umat Islam belum mampu menyiapkan
generasi yang siap sebagai kalifah Allah di bumi. Sedangkan yang manjadi faktor
eksternal yaitu, semakin gencarnya kristenisasi pada masyarakat, penjajahan terhadap
bangsa Indonesia, dan adanya pengaruh tokoh-tokoh pembaruan Islam dan tokoh-tokoh
kebangsaan.

Faktor berdirinya Muhammadiyah yang akan disoroti dalam makalah ini adalah salah
satu faktor eksternalnya, yaitu adanya pengaruh tokoh-tokoh pembaharuan Islam. Proses
beridrinya Muhammadiyah tidak lepas dari getar-getar pembaharuan Islam yang kala itu
sedang menggema di beberapa negeri Muslim terutama di Timur Tengah dan Mesir.
2
Tim Penulis, Pendidikan Kemuhammadiyahan untuk SMP/MTS Muhammadiyah. Surabaya: Majelis Diknasmen
Jatim
Sebagaimana diketahui, pembaruan (reformasi dan modernisasi) Islam sejatinya telah di
mulai sejak bergulirnya pemikiran Ibnu Taimiyah (1263-1328) dan Ibnu Qayyim al-
Jauziyah (1292-1350). Pemikiran kedua ulama ini kemudian disempurnakan dlam bentuk
gerakan pembaharuan oleh Muhammad Abduh al-Wahhab (1703-1787) di jazirah Arab
dan popular dengan gerakan Wahabi. Beberapa tahun kemudian, setafet pembaharuan
dilanjutkan oleh sayyid Jamaluddin al-Afghani (1838-1897) di Mesir dengan ‘senjata”
majalah Al-urwatu Al-Wutsqa. Jejak ini dilanjutkan oleh muridnya Muhammad Abduh
(1849-1905) melalui tulisan-tulisan tajam terutama tafsir al-Manar. Cita-cita Muhammad
Abduh disempurnakan oleh muridnya Muhammad Rasyid Ridho (1856-1935), yang
mengoleksi tulisan-tulisan sang guru dan disulap menjadi “senjata” ampuh berupa
majalah perjuangan Al-manar.3

Gerakan pembaharuan Islam ini sangat berdampak besar bagi pembaharuan di wilayah
lainnya. Hal ini bisa dipahami sebagai pertautan emosional antar jiwa pembaharu yang
sedang menggelorakan perlawanan terhadap dunia penjajahan yang dialami di berbagai
belahan dunia, juga kecintaan yang besar terhadap agama dan bangsa. Hingga gema ini
akhirnya masuk sampai ke wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Beberapa majalah yang berisi buah pikiran para pembaharu, seacara perlahan tapi pasti
pada aakhirnya dapat menembus rapatnya blockade dan sensor penjajah belanda di
Indonesia dan jatuh ke tangan pemuka-pemuka Islam, termasuk KH. Ahmad dahlan.
Konon majalah dan tulisan-tulisan tersebut masuk ke Indonesia melalui rute yang
panjang dan berliku, terutama melalui penelusuran cermat di beberapa pelabuhan kecil
seperti pelabuhan Tuban.4 Selain itu perjalan haji yang dilakukan dau kali oleh KH.
Ahmad Dahlan tentu juga berpengaruh terhadap pemikiran-pemikiran beliau terhadap
pembaharuan Islam.

3
Tim Penulis, Pendidikan Kemuhammadiyahan untuk SMP/MTS Muhammadiyah. Surabaya: Majelis Diknasmen
Jatim.2012

4
Tim Penulis, Pendidikan Kemuhammadiyahan untuk SMP/MTS Muhammadiyah. Surabaya: Majelis Diknasmen
Jatim.2012
Namun, faktor eksternal yang satu ini tidak serta merta dijadikan sebagai landasan bahwa
Muhammadiyah merupakan kelanjutan dari gerakan pembaharuan di Timur Tengah dan
Mesir. Karena selain tidak ditemukan data otentik mengenai keterkaitan Muhammadiyah
dalam hal ini KH. Ahmad Dahlan dengan para tokoh pembaharu., meskipun konon
katanya KH. Ahmad Dahlan sempat bertemu dengan Rasyid Ridha di Mekkah. Selain itu,
ciri khas gerakan Muhammadiyah berbeda dengan gerakan pembaharuan sebelumnya.
Jadi Muhammadiyah bukan barang impor, melainkan murni gerakan perlawanan dan
bagian dari inti perkembangan Islam di Jawa.

Muhammadiyah selama ini sering disebut sebagai gerakan Islam modern dan reformis.
Namun, ada sebagian orang yang kadang mengkonfrontasikan antara Islam dan
Muhammadiyah. Hal itu jelas keliru. Muhammadiyah tidak pernah menyepadankan diri
dengan Islam. Muhammadiyah menjadikan Islam sebagai landasan, fondasi, filisofi,
bingkai, misi, cita-cita. Muhammadiyah itu merupakan gerakan yang memperjuangkan
terwujudnya Islam dan menjadikan umat Islam hidup sepanjang ajaran Islam dan dapat
meraih kejayaan dalam peradaban hidupnya. Muhammadiyah itu gerakan Islam yang
berusaha menjadikan Islam sebagai Minhaj al-Hayat (Sistem Kehidupan) sekaligus
menjadi rahmatan lil “alamin .5

Namun, tidak identik memahami Islam maka akan memahami Muhammadiyah.


Muhammadiyah itu gerakan Islam yang sejak kelahirannya berdasarkan pemahaman Kiai
Ahamd Dahlan tentang Islam. Pemahaman yang dikembangkan Kiai Ahmad Dahlan itu
Islam yang berkemajuan, Islam yang membawa misi dakwah, Islam yang bercorak tajdid
atau pembaharuan. Muhammadiyah meski menjunjung tinggi ukhuwah dengan gerakan
Islam lain, tentu memiliki perbedaan dalam karakter pemahamannya tentang Islam.
Walau pada dasarnya gerakan-gerakan pembaharuan di jazirah Arab dan sekitarnhya
mempunyai pengaruh terhadap pemikiran KH. Ahmad Dahlan, tapi gerakan
Muhammadiyah mempunyai ciri khas tersendiri, tidak bisa disamakan dengan secara
keseluruhan dengan gerakan pembaharuan di Timur tengah tersebut.

5
Haedar Nashir, Memahami Ideology Muhammadiyah, Yogjakarta: Suara Muhammadiyah, 2014, hal 27
Spirit gerakan Muhammadiyah adalah tajdid (pembaharuan) dengan akal yang
bersumber dari kesucian jiwa patriot muslim. Tajdid yaitu pembaruan terhadap dua hal,
pertama terhadap pemahan ajaran agama. Maka tajdid berarti upaya mengembalikan
pemahaman agama Islam kepada sumber aslinya (al-Qur’an dan Sunnah). Paham agama
yang kolot, tradisional kaku dan sinkertis dikembalikan kepada pemahaman agama yang
progresif, fleksibel, bebas dan murni. Adapun tajdid terhadap amal agama, berarti
modernisasi (dinamisasi) pengamalan agama Islam yang sesuai dengan kondisinya.

III. GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM DI JAZIRAH ARAB, MESIR, PAKISTAN


DAN MAROKO

Setidaknya ada beberapa sebab mundurnya umat Islam di dunia adalah umat Islam
sendiri kehilangan ruhul jihad dan prinsip ukhuwah islamiyah, dua hal ini yang pada
abad ke 18 Masehi menjadi penyebab hilangnya semangat juang untuk menjadi
banngsa yang medeka. Sehingga hilanglah nilai-nilai hak-0hak demokrasi yang
berprinsip islam, bahkan kehikangan rasa keagamaan itu sendiri. Islam berada pada
kejumudan pemikiran yang sangat tradisoanal dan kionservatif, sehingga menutup
pintu-pintu akal untuk perkembangan ilmu pengetahun, di tambah lagi dengan
semakinbercampurnya ajaran islam dengan kebiasaan jahiliyah dan tradisi yang tidak
sehat
Dengan keadaan umat islam yang seperti ini maka lahirlah cita-cita dari sebagian
tokoh-tokoh Islam untuk mempersatuka umat Islam dan mengembalikan mereka
pada prinsip-prinsip hidup yang terdapat dalam AL—Quran dan snnah shahih Nabi
Muhammad saw.
Tokoh-tokoh yang mempelopori kebangkitan pembaruan Islam ini anatara lain adalah
Syaikh Ibnu Taimiyah, Syaik, Muhammad bin Abdul Wahab, Jmaluddin al-Afghani
dan lain-lain
a. Syaihk Islam Ibnu Taimiyah
Taqiyuddin Abdurrahman Ibnu Taimiyah namanya, lahir hari seni 10 Rabiul Awal 1661
H (22 Januari 1263 M). masa perjuangan berhadapan dengan praktek taqlid, bid’ah dan
khurafat. Yang sangat mempengaruhi cara berpikir umat Islam di masa itu. Pamggilan
adalah Ibnu Taimiyah, seorang ulama syariat islam yang sangat mumpuni ilmunya,
seklaigus sebagaibpanglima pernga berhadapan dengan tentara tartar yang menyerang
Siria. Beliau adalah ulama salaf yang berjuiang mengembalika aqidah dan syiriah sesuai
dengan sunnah Nabi Muhammmad saw. Ia sanga teliti menyeleksi hadis Nabi saw., dan
menafsirkan ayat-ayat La-Quran agar benar-benar sesuai dengan sunnah Nabi
Muhammad saw. Ia sangat menentang syirik dan bid’ah hampir semua karya tulisnya
membahas masalah sirik dan bid;ah dalam ibadah.6

b. MUhamaad bin Abdul Wahab

Muhammad bin Abdul Wahab, lahir di Arab Tengah 1760 M. beliau adalah seoarang ulama
bermadzhab Hambali (Ahmad ibnu Hanbal). Gerakannya terkenal dengan nama gerakan
Wahabi. Ia memfatwakan bahwa sannya semua amal yang diaadakan dan baru termasuk
bid,ah. Demukian juag dengan larangan memuliakan orang-orang yang dianggp keramat,
berziarah dan meminta bantuan kepada orang shaleh yang telah meningggal dunia. Ia ingin
kembali dengan ajaran Nabi Muhammad saw. Para penganut Abdul wahab ini menamakan
dirinya golongan muawahhiidun. Usaha dan gerakan Abdul Wahab mendapat dukungan
sepenuhnya dari kerajaan Arab Saudi.

c. Jamalududdin Al Afghani

Jamaluddin al-Afghani -selanjutnya disebut Afghani- adalah seorang pemimpin


pembaharuan politik di dunia Islam abad ke-19. Ia lahir di Afghanistan tahun 1839 dan
wafat di Istanbul, Turki tahun 1897.5 Sebutan al-Afghani, tampaknya, dinisbatkan
kepada tempat lahirnya atau suku Afghan yang ada di Afghanistan. Ia memperoleh
pendidikan agama sejak kecil. Dalam usia yang masih muda, Afghani sudah menguasai
6
Tim Penulis, Pendidikan Kemuhammadiyahan untuk SMA/MA Muhammadiyah. Surabaya: Majelis Diknasmen
Jatim.2012
ilmu-ilmu keagamaan, seperti Sejarah Islam, Ushul Fiqh, Ilmu Fiqh, Tafsir, Hadits dan
lainnya. Ia melanjutkan pendidikannya ke India. Di kota inilah Afghani untuk pertama
kali mempelajari ilmu moderen, seperti matematika yang diajarkan orang-orang Eropa.6
Ia menguasai beberapa bahasa, yaitu bahasa Afghanistan, Arab, Turki, Persia, Perancis,
dan Rusia.7

Dalam bidang pendidikan ia membuka sekolah dengan sistem dan metode pendidikan
yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman. Ide dalam dalam bidang pendidikan ini
salah satu yang diadopsi oleh KH. Ahmad Dahlan dalam metode dan sistem pendidikan
yang beliau terapkan di Muhammadiyah. Beliau mengintegrasikan antara pendidikan
agama dan ilmu umum.

Kehidupan berpikir dan social masyarakat menurut Jamaluddin al-Afghani selalu


berubah ata dinamanis. Fenenomena seperti ini dapat dipahami oleh para pendukung
perjuangan pembaruan Islam. Untuk itu ia menerbitkan media massa sebagai cara
menyampaikan gagasannya. Melalui media massa, ia menggulirkan ide-ide dan gagasan
baru guna menmbangunkan kembali umat Islam yang pada saat itu sedang tertidur
nyenyak dalam kejumudan dan kemuduran.

Jamaluddin mengadakan kunjumgam ke beberapa Negara Islam dan Negara barat untuk
menyampaikan buah pikiran dan gagasan bagi masyarakat dab Negara Islam. Ia
berkehendak agar Negara-negara yang bermasyarakat Islam melepaskan dirinya dari
penjajah dan ikatan-ikatan yang merusak kehidupan masyarakat Islam. Untuk
melaksanakan gagagsaan-gasagasanny ini, maka jamaluddin mnengumandangkan pan
islam ( mempersatuka Negara dan masyarakat Islam dalam satu garis komando, sebagai
kekuatan dunia baru, menghadapi kekuatan kaum kavitalis dan imperialis ). Ia
menyampaikan gagasan Pan Islam ini dengan mengirimkan surat ke beberapa Negara
Islam, dan mendapat sambutan yang serius. Terutama dari Negara-negara Islam yang

7
Muhammad Imarah, al-A’mal al-Kamilat li Jamaluddin al-Afghani: Hayatuhu wa Atsaruhu, alQahirat: Muassasat al-
Mishriyat, 1968, h. 12.
terjajah Islam. Untuk mengumandangkan gagasan-gagasannya, Jamaluddin lama tinggal
di Mesir, Paris, India dan Turki.8

Di mesir, banyak tokoh-tokoh yang menerima dan mengikuti gagasannya, di antaranya


Muhammad Abduh , Rasyid Ridho dan Sa’ad Zaqul. Di paris ia menerbitkan majalah
Urwatul Wutsqo yang tersebar ke seluruh dunia termasuk Indionesai. Majalah ini dibawa
oleh para Jama’ah haji Indonesai, seperti KH. Ahmad Dahlan pada saat itu, dan
diesebarluaskan kepada tokoh- tokoh Islam.

Dengan menyebarnya majalah tersebut, menyebar pula pemikiran jamaluddin, sehingga


pergerakan pembaruan menggauang hampir di semua wilayah mayoritas Muslim, seperti
di Turki, India, Pakistan bahkan di Indonesia. Di Turki lahir pergerakan yang dipimpin
oleh Mustafa Kamal Attaturk. Di India dan Pakistan, lahir gerakan Mujahidin dengan
tokoh seperti Syah Waliullah, syah Abdul Azis, Sayyid Ahmad Khan, Muhammad Iqbal
dan lain-lain. Di Indonesia KH. Ahmad Dahlan, KH Hasyim Al-Asa’ri dan lain-lain
mulai terlecut juga semangatnya untuk melakukan pergerakan seperi ini.

d. Dr. Muhammd Iqbal

Nama lengkapnya adalah Sir Muhammad Iqbal. Tidak ada kesepakatan mengenai
tahun kelahirannya, Wilfred Cantwell Smith berpendapat bahwa M. Iqbal lahir pada
tahun 18761, Bahrum Rangkuti mengatakan bahwa M. Iqbal lahir pada 22 Februari
18732, sedangkan menurut Prof.J.Marek dari Universitas Praha, yang juga dikuatkan
dengan kedutaan Besar Republik Islam Pakistan untuk memperingati 100 tahun
kelahiran M. Iqbal pada tahun 9 November 1877.9

M.Iqbal dilahirkan di Sialkot, Punjab, Pakistan (dulu masih menjadi wilayah India). Ia
keturunan kasta Brahmana Kasmir, nenek moyangnya memeluk Islam tiga abad sebelum

8
Tim Penulis, Pendidikan Kemuhammadiyahan untuk SMA/MA Muhammadiyah. Surabaya: Majelis Diknasmen
Jatim.2012
9
Sjafruddin Prawiranegara, Islam sebagai Pandangan Hidup, (Jakarta:Idayu Press, 1986), h.270
kelahirannya. Ayahnya adalah Muhammad Noer, dan kakeknya Muhammad Rafiq,
seorang sufi terkenal. Ibunya bernama Imam Bibi.10

Menurut W.C. Smith, perkembangan pemikiran keislaman M. Iqbal dipengaruhi oleh tiga
hal, sebagai sikap kritis ketika ia berada di Eropa. Yakni Vitalitas dan dinamisme
masyarakat Eropa dalam menghadapi problematika hidup, potensi orang-orang barat
yang telah dikembangkan sementara orang timur belum memimpikannya, dan kehidupan
Eropa yang menciptakan pribadi yang terpecah (sekularisme).11 Dengan Asrar-l Khuldi,
Iqbal menegaskan bahwa setiap manusia harus mengembangkan potensi diri dalam
mengemban tugas kekhalifahan yang disadari kecintaan kepada Allah. Pada gilirannya
melahirkan manusia “Superman” atau Insan Kamil.12

Manusia tidak boleh menafikan eksistensinya dan harus senantiasa berusaha


mengembangkan kesempurnaan dan keunikan yang dimilikinya, serta melakukan
reinterpretasi terhadap ayat-ayat tentang penciptaan manusia (Adam) yang berbeda
dengan penafsiran kebanyakan ulama. Potensi yang dimiliki manusia dan kaitannya
dengan dinamika sosial dijadikan Iqbal sebagai kerangka dasar dalam mengembangkan
konsep ijtihad dalam menghadapi tantangan modernitas. Bahkan pola pikirnya yang
demikian memiliki andil besar terhadap berdirinya negara Islam Pakistan sebagai hasil
perjuangan melawan penjajah dan pergolakan politik di India Pra-kemerdekaan.

Pemikiran-pemikiran Iqbal tentang Islam, Al-Quran dan sunnah beserta kandungan-


kandungan banyak mengispirasi tokoh-tokoh pergerakan Islam di seluruh dunia.
Menurutnya Islam dan Al-Quran adalah sebagai ajaran yang dinamis dan reformis
demikian juga dengan sunnah Nabi Muhammad saw. Hukums Islam menurutnya tidak
statis tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, namun selalu dalam
proses dan pintu itjitihad tidak tertutup.

10
Hafeez Malik dan Linda P.Malik,”Filosof Penyair dari Sialkot”, alih bahasa Ihsan Fauzi dan Nurul Agustina dalam
Sisi Manusia Iqbal, (Bandung:Mizan, 1992), h.10
11
W.C.smith, Modern Islam In India, h. 117-118
12
Ihsan A.F dan Nurul A, Sisi Manusia Iqbal, h.146
Melalui salah satu karyanya yang berjudul “Negara Islam”, Iqbal telah menuntun umat
Islam India sehingga memiliki Negara sendiri, dengan nama Negara Islam Pakistan,
bersama-sama mendirikannya dengan Muhammad Ali Jinnah.

e. Sir Sayyid Ahmad Khan


Gelombang pembaharuan dan kebangkitan Islam terasa di India. Tokoh pergerakannya
adalah Sir Sayyid Ahmad Khan. Sayid Ahmad Khan (Sir Syed Ahmed Khan) yang lahir
pada tanggal 17 Oktober 1817 ini merupakan keturunan dari keluarga terhormat di Delhi,
India yang melalui garis kedua orang tua yang berhubungan dengan kerajaan Mughal dan
juga masih merupakan keturunan dari Rasulullah Saw dari garis keturunan ayahnya
bernama Mir Muttaqi yang merupakan seorang pemimpin agama. Pada masa kanak-
kanak, dia berkesempatan untuk mengikuti nasib kerajaan Mughal yang berangsur-angsur
runtuh.13

Kepribadian Sir Syed Ahmad Khan dipengaruhi oleh banyak orang diantaranya adalah
dari Syaikh Ghulam Ali yang merupakan teman dari ayahnya. Dari Syaikh Ghulam Ali,
Ahmad Khan belajar tulisan Arab, dan ilmu agama yang membuatnya tumbuh menjadi
orang yang taat beragama. Selain dari Syaikh Ghulam Ali, Ahmad Khan ini juga banyak
terpengaruhi oleh kakeknya sendiri dari jalur ibu, yaitu Khwaja Fariduddin. Meskipun
kakeknya ini meninggal saat Ahmad Khan masih kecil, namun pengaruh kebiasaan baik
yang tertanam pada Ahmad Khan sangat melekat karena Ahmad Khan beserta ayah dan
ibunya tinggal di tempat Khwaja Fariduddin yang merupakan ahli matematika terkenal
saat itu dan juga seorang menteri di kerajaan Mughal. Sehingga Ahmad Khan belajar
ilmu kenegaraan dari kakeknya tersebut karena bisa melihat dengan dekat latar belakang
sosial politik yang terjadi di Mughal.14

Ahmad Khan menyerap kebudayaan Barat terutama pada hal rasionalismenya.


Akibatnya, dia menolak semua hal yang bertentangan dengan logika dan hukum alam.
13
Ali, Mukti. 1995. Alam Pikiran Modern di India dan Pakistan. Bandung: Mizan.
14
Ali, Mukti. 1995. Alam Pikiran Modern di India dan Pakistan. Bandung: Mizan.
Dia hanya mengambil Al-Qur‟an sebagai hal yang menentukan bagi Islam, sedangkan
yang lain-lain adalah bersifar membantu yang kurang begitu penting. Termasuknya
hadist. Dai juga menolak otoritas lama atau taqlid. Dalam bukunya Essays on the Life of
Mohammmed yang memuat banyak jawaban-jawaban terhadap kritik Barat, itu juga
membuktikan bahwa Islam adalah agama yang terhormat dinilai dari perspektif Barat
modern.

Pemikiran Ahmad Khan erat kaitannya dengan pemikiran keagamaan, sangat rasional dan
modern. Dia menyadari bahwa Barat bisa maju bukan karena Kristen, tapi diraih dengan
kemampuan intelektual sehingga dapat dikembangkan sains dan teknologi. Dan dia
berpikir umat Islam pun bisa melakukan hal tersebut. Dia berpikir bahwa “Only Western
education could empower them with the ability to survive with dignity.15

Ia juga menentang taklid yang sedang malenada umat islam di India, baginya taklid akan
menutup alam pikiran umat islam. Oleh karena itu ia menyerukan agar menutup pintu
taqlid dan para ulama wajib berijtihad. Baginya pintu ijtihad tidak terbatas pada masa
para Imam mujtahid saja. Setiap ulama Islam yang mempunyai pemgetahuan agama dan
alat-alat kelengkapanya wajib berijtihad.

Sayyid Ahmad Khan juga Di tengah kondisi gejolak politik dan sosial yang dialami
masyarakat India saat itu, Ahmad Khan berpikir bahwa jika rakyat tidak menerima
pendidikan modern yang cukup maka keadaan mereka tidak akan membaik, dan tidak
akan menduduki kedudukan terhormat di antara bangsa-bangsa di India. Disebutkan oleh
Mukti Ali bahwa Graham yang menuliskan biografi dari Ahmad Khan menuliskan
“Motto Sayid Ahmad (Ahmad Khan) adalah „Didiklah! Didiklah! Didiklah!16

Ahmad Khan merupakan pelopor pendidikan modern bagi umat Islam di India. Dia
menyadari pentingnya bahasa Inggris sebagai media pembelajaran, dan peningkatan
bahasa Urdu lewat penerjemahan ilmu sosial dan eksakta. Selanjutnya dia mendirikan
The Scientific Society di Ghazipur pada bulan Januari 1864 sebagai upaya untuk
15
Samdani, Syakeel. 2014. Sir Syed Ahmad Khan a Global Phenomenon. Majalah Muslim Mirror. Februari 2014.
16
Ibid
penyiaran ilmu. Dan dia juga mendirikan The Aligarh Institute yang diusahakan untuk
menyiarkan ilmu mengetahuan dan pendidikan serta penerjemahan buku-buku sains dan
seni.

Ahmad Khan hidup dan mengisi kekosongan yang besar dalam kehidupan kelompok
muslim dengan hilangnya kekuasaan muslim. Lebih dari itu, Ahmad Khan juga
menjembatani jurang antara Islam abad pertengahan dengan Islam abad modern di India.
Dia memberi umat muslim India suatu keutuhan baru, kebijaksanaan politik baru, cita-
cita pendidikan baru, prosa baru, pendekatan baru terhadap masalah-masalah individual
dan nasional mereka, dan mendirikan organisasi yang bisa membawa cita-cita tersebut.

f. Sayyid Amir Ali


Seorang pemuka agama Islam lain yang besar pengaruhnya dalam mencurahkan ide-ide
pembaharuan Islam setelah Sir Sayyid Ahmad Khan di India adalah Sayyid Amir Ali.
Nama lengkapnya Amir Ali, Ia dilahirkan di India pada tanggal 6 April 1849.1 Dia
berasal dari keluarga Syi‟ah yang hidup di zaman Nadir Syah (1736- 1747) pindah dari
Khurasan Persia ke India. Keluarga itu kemudian bekerja di Istana Raja Mughal. Ia
memperoleh pendidikan di perguruan tinggi Muhsiniyya Hooghl Calcutta.17

Setelah itu, ia melanjutkan ke Universitas Aligarh dengan mempelajari bahasa Arab,


sastra dan hukum Inggris. Di tahun 1869 ia pergi ke Inggris untuk meneruskan studi dan
selesai di tahun 1873 dengan memperoleh kesarjanaan dalam bidang hukum dengan
menerbitkan karyanya dengan judul A Critical Examination of the Life and Teaching of
Mohammed, buku pertama yang merupakan interpretasi kaum modernis Muslim tentang
Islam, yang menjadikannya terkenal baik di Barat maupun di Timur.18

Berbicara tentang kiprah/karir Sayyid Amir Ali yang begitu banyak, tak heran jika ia
dikenal dan dikenang sebagai salah satu pembaharu Islam India. Salah satunya
mendirikan National Muhammedan Association. Guna mempertegas eksistensi kaum
muslim di tengah mayoritas Hindu di India, tahun 1877 Sayyid Amir Ali membentuk

17
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2014), hal. 174.
18
H. A. Mukti Ali, Alam Pikiran Isalm Modern di India dan Pakistan, (Bandung: Mizan, 1987), hlm. 142.
organisasi Islam ini. Organisasi Islam ini bertujuan untuk mewadahi kesatuan umat Islam
India dan untuk melatih mereka dalam bidang politik.

Dalam pemikiran keagamaannya, ia tergolong rasional. Meskipun sering kali, ia memuji


Islam dalam masa-masa yang indah. Namun, ia tidak memungkiri bahwa adanya masa-
masa kelabu yang ada pada sejarah Islam. Sayid Ameer Ali menjelaskan bahwa hal
tersebut merupakan konsekuen alamiah dari setiap kebudayaan. Sama halnya dengan
Sayyid Ahmad Khan, Sayyid Amir Ali juga menyarankan agar umat Islam selalu
berijtihad.

g. Musthafa Kemal Attaruk


Gelombang pembaruan Islam juga melanda alam pikiran para ulama dan cendikiawan
terjadi di turki. salah satunya yaitu Musthafa Kemal Attaruk. Namun perubahan yang
dihembuskan oleh Attaturk berbeda dengan pembaruan-pembaruan di negera-negara
berumat muslim lainnya.

Kelompok nasionalisme Turki menjulukinya sebagai Attaturk (bapak Turki) pada tahun
1934,4 lahir di Salomika, suatu kota yanag kini menjadi salah satu kota besar di Yunani,5
pada tahun 1881, dan meninggal dunia pada tahun 1938 di Istambul. Ia berasal dari
keluarga yang taat beragama. Ayahnya bernama Ali Reza, seorang pegawai pada salah
satu kantor pemerintah. Ibunya bernama, Zubaede Khanin, seorang wanita yang halus
perasaan dan tekun beribadat. Sang ibu menginginkan putranya menjadi orang yang taat
beragama, mengikuti jejak keluarganya yang lain, setidak-tidaknya menjadi seorang hafiz
atau seorang hoja.19

Berbagai sumber menyatakan bahwa pemikiran Attaturk bersifat westernisasi,


sekularisme dan nasionalisme. Ia berkeyakina bahwa hanya dengan peradaban dan ilmu
pengetahuan barat saja yang dapat membangun turki modern. Ia lupa pada keadaan umat
Islam turki yang sejak awal telah hidup di dalamnya pemahaman mendalam tentang

19
Husaya Ahmad Amin, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam (Cet. III: Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. 1999
Islam uang tidak modah digoyah. Attaruk bukannya mengambil ilmu dan teknolgi barat
namun ia menelam mentah-mentah kebudayaan dan peradaban Barat.
Selain itu ia juga telah memisahkan secara tegas antara agama dan Negara. Agama tidak
boleh ikut campur dalam urusan Negara. Ia mengatakan bahwa ikut campurnya agama
terhadap Negara akan metusak agama itu sendiri. 20

Selama pemerintahan Attaturk Negara Turki beralaih menjadi Negara sekuler, walaupun
ia tidak berkehendak meninnggalkan agama Islam yang telah mendarah daging di Turki.
ia bermaksud melepaskan umat Islam turki dari kungkungan para ulama Tradisional yang
menurutnya lebih banyak merugikan uamt Islam dalam pikiran dan perilaku mereka.
Dengan demikian dominasi ulama Turki menjadi kekhalifahan berubah sejak tahun 1924.
Mulai saat ini undang-undang syariat Islam yang mendasari Turki diganti dengan
undang-undang hokum nasional sekuler.

Perubahan yang sangat radikal ini yang bermaksud membangkitkan kembali Turki agar
sejajar dengan Negara-negara Barat ini dan menghabiskan banyak biaya dan resiko yang
besar ternyata akhirnya gagal total. Karena tidak mendapat dukungan penuh oleh rakyat
Turki. Sepeninggalnya Attaturk, umat Islam Turki kembali kepada prinsip-prinsip Islam.
Menegakan kembali syariat Islam dan mengadakanpembaharuan di segala bidang amal
dan jihad, hingga lahirlah Turki Islam yang baru.

h. Syaikh Muhammad Abduh


Muhammad Abduh adalah seorang pemikir, teolog, dan pembaru dalam Islam di Mesir
yang hidup pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Kapan dan di mana Muhammad
Abduh lahir tidak diketahui secara pasti, karena ibu bapaknya adalah orang desa biasa
yang tidak mementingkan tanggal dan tempat lahir anak-anaknya. Tahun 1849 M / 1265
H adalah tahun yang umum dipakai sebagai tanggal lahirnya.3 Ia lahir di suatu desa di
Mesir Hilir, diperkirakan di Mahallat Nasr. Bapak Muhammad Abduh bernama Abduh
Hasan Khairullah, berasal dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir. Ibunya berasal

20
Tim Penulis, Pendidikan Kemuhammadiyahan untuk SMA/MA Muhammadiyah. Surabaya: Majelis Diknasmen
Jatim.2012
dari bangsa Arab yang silsilahnya meningkat sampai ke suku bangsa Umar ibn al-
Khattab. 21

Muhammad Abduh dalam perjalanan pendidikannya pernah belajar di Mesir, di al-Azhar


dari tahun 1869-1877 dan ia mendapat predikat “alim”. Di sanalah ia bertemu dengan
Jamaluddin al-Afghani yang kemudian menjadi muridnya yang paling setia. Dari al-
Afghani ia belajar logika. Filsafat, teologi dan tasawuf.

Di masa Abduh dan gurunya, al-Afghani, dunia Islam mengalami kemunduran yang
sangat memprihatinkan. Dunia Islam tercabik-cabik oleh penjajah. Wilayah Islam
sebelumnya berada dalam naungan Khilafah Utsmaniyah dikapling-kapling oleh bangsa –
bangsa Eropa. Pengaruh pemikiran al-Afghani terhadap Abduh begitu besar, ide-ide
pembaharuan yang dibawa al-Afghani banyak mempengaruhi Abduh. Bedanya, al-
Afghani lebih menekankan pembaharuan di bidang politik, sedangkan Abduh dibidang
pendidikan. Walau begitu keduanya berhasil menerbitkan sebuah majalah untuk
memprogandakan program dan cita-cita mereka. Majalah tersebut bernama Al Urwatul
Wusqo yang terbit dan berpusat di Paris.

Bagi Muhammad Abduh, Islam adalah agama yang rasional , agama yang sejalan dengan
akal, bahkan agama yang didasarkan atas akal. Pemikiran rasional ini menurut Abduh
adalah jalan untuk memperoleh iman sejati. Iman tidaklah sempurna, bila tidak
didasarkan atas akal, iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat, dan
akal-lah yang menjadi sumber keyakinan pada Tuhan, ilmu serta kemahakuasaan-Nya
dan pada rasul.22

Rasionalisme yang mendasar dalam pikiran Abduh menyebabkan ia menolak taqlid dan
menerima penafsiran (ta’wil) berdasarkan asal ketimbang menerima terjemahan literal
mengenai sumber-sumber agama.21 Pernyataan tersebut, pada dasarnya Muhammad
Abduh mengajak kita untuk berpikir kreatif dan melarang kita berdiam diri dengan
keadaan yang ada. Ia mengajak untuk melakukan ta’wil terhadap nash-nash AlQur'an
21
Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, cet. 5, Jakarta : Bulan Bintang, 1987
22
yang tidak bisa kita pahami. Ia juga menegaskan lewat buku-bukunya agar memisahkan
pemahaman tentang eksistensi dan karakter ajaran agama yang seutuhnya dengan hasil
pemikiran orang-orang yang hanya mengaku dirinya sebagai agamawan. Kelihatannya
Abduh lebih berhati-hati terhadap penafsiran yang mengadaada (tidak rasional) terhadap
agama.23

Jika diamati pemikiran Muhammad Abduh ini terfokus pada dua hal, pertama,
membebaskan akal pikiran dari belenggu-belenggu taklid yang menghambat
perkembangan pengetahuan agama sebagaimana halnya salaf al ummah (ulama sebelum
abad ketiga Hijriyah), sebelum timbulnya perpecahan, memahami langsung dari sumber
pokoknya yaitu Al-Quran. Kedua, memperbaiki gaya bahasa Arab, baik yang digunakan
di kantor-kantor pemerintah, maupun tulisan-tulisan di media massa, penerjemahan atau
korespondensi.24

Menurut para pengamat ungkapan Muhammad Abduh diatas, pada hakikatnya bertujuan
untuk memperkukuh segi-segi mental spiritual kaum muslimin dengan jalan
menghilangkan kecemasan yang meliputi pikiran mereka pada saat-saat perubahan social
yang dialami oleh masyarakat pada abad ke-19.25 Karyanya yang sangat terkenal hingga
saat ini adalah tafsir Al-Quran yang diterbitkan pada majalah Al-manar bersama Sayyid
Muhammad Rasyid Ridho, yang kita kenal sebagai tafsir Al-Manar.

i. Sayyid Muhammad Rasyid Ridho


Muhammad Rasyid Ridhodilahirkan pada tahun 1865 M di Al-qolamunsuatu desa
di lebanon. . Latar belakang pendidikannya dimula dari madrasah tradisional diAl-
Qolamun. Kemudian dia meneruskan pelajarannya kesekolah nasional Islam
(madrasah Al-WathoniyahAl-Islamiyah) di Tripoli. 26

23
Abduh, al-Islam Din al-Ilmi wa al-Madaniyah diterjemahkan oleh Fadillah dan Muhammad Abqory
24
Quraish Shihab, Rasionalitas Al-Quran, Tangerang: Lentera Hati, 2007. Hal: 16
25
ibid
26
HarunNasutionEnsiklopediaislamIndonesia, (Jakarta:Jambore, 1992 ), hal.807
Disekolah ini selain pengetahuan agama dan bahasa arab, diajarkan pula pengetahuan
modern dan bahasa Perancis serta Turki. Tetapi karena mendapatkan hambatan
politik dan pemerintah kerajaan usmani maka operasi sekolah tersebut tidak
berlangsung lama. Dan Rasyid Rida pun pindah ke sebuah sekolah agama yang ada
di Tripoli. Namun demikian hubunganya dengan guruutamanya disekolah nasional
Islam. Yang juga pendiri sekolah tersebut terus berlanjut. Syeh Al-Jisr inilah yang
menjadi pembimbingnya dimasa muda.

Kemudia melalui majala Al-Urwat Al-Wusto, Rasyid Rida mengenal pikiran-pikiran


Jamaludin Al-Afghani7dan Muhamad Abduh, ketika Muhamad Abduh dibuang ke
Beirut Rasyid Rida berkesepakatan untuk berjumpa dan berdialog dengannya.
Perjumpaan dan dialognya dengan Muhamad Abduh semakin memperkuat kesan
dan semangatnya untuk mengikuti arus pemikiran pembaharuan tokoh asal Mesir
ini, Muhamad Abduh yang kemudian menjadi guru utamanya.

Pada tahun 1898 saat beliau memutuskan untuk pindah ke Mesir, ia segera
menerbitkan majalah yang bersemangat pembaharuan dan yang kemudian dengan
nama Al-Manar. Majalah ini mempunyai haluan dan tujuan yang sama dengan Al-
Urwatul Wustqo, selain ide-ide , majalah ini pun secara langsung banyak memuat
tulisan muhamad abduh. Disamping pikiran-pikiran pembaharuan keislaman yang
bersifat umum. Menurut gagasan Rasyid Rida sebaiknya muhamad Abduh menulis
tafsir Al-Quran modern yang mendukung kerangka pikiran pembaharuan. Gagasan
muridnya ini tidak segera ditanggapi secara serius, tetapi karena Rasyid Rida terus
mendesaknya. Akhirnya pada tahun 1899 Muhamad Abduh setuju untuk memberikan
kuliah tafsir Al-Quran di Al-Azhar . hasil kuliah tersebut disusun oleh Rasyid Rida
dan kemudian dikonfirmasikan kepada gurunya. Setelah mendapat persetujuannya,
segera Rasyid Rida memuat tulisan tersebut di Al-Manar. Pekerjaan ini terus
dilakukan Rasyid Rida sampai gurunya wafat pada tahun 1905.

Dengan cara inilah kemudian tafsir Al-Manar tercipta. Sebagaimana diketahui,


setelah gurunya wafat, Rasyid Rida yang meneruskan karya penafsiran tersebut,
yang dimulai dari surat An-Nisa ayat 126, karena Muhamad Abduh hingga
wafatnya hanya berhasil menafsirkan Al-Quran sampai ayat 125 dari surat An-Nisa.
Rasyid Rida seorang pembaharuan asal Libanon ini wafat pada agustus 1935M.27

IV. KESIMPULAN

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi (persyarikatan) yang didirikan oleh KH. Ahmad
Dahlan. Persyarikatan ini bermaksud mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW dalam
mengamalkan dan menegakkan kebenaran Islam, mengamalkan ajaran Alquran dan
menghidupkan Sunnah Nabi dalam kehidupan Muslim, mengangkat martabat hidup manusia
sekaligus memerangi kemunkaran (kejahatan), sehingga tercapailah masyarakat idaman yang
beradab dan diridhai Allah SWT.

Pada awal sejarah berdirinya terdapat beberapa faktor yang menyebabkan KH. Ahmad
Dahlan tergeraka hatinya untuk melakukan pembaruan, salah satunya adalah adanya
pengaruh tokoh-tokoh pembaruan Islam, seperti Ibnu Taimiyah, jamaluddin Al Afghani dan
Muhammad Abduh.

Namun, faktor ini tidak serta merta dijadikan sebagai landasan bahwa Muhammadiyah
merupakan kelanjutan dari gerakan pembaharuan di Timur Tengah dan Mesir. Karena selain
tidak ditemukan data otentik mengenai keterkaitan Muhammadiyah dalam hal ini KH.
Ahmad Dahlan dengan para tokoh pembaharu., meskipun konon katanya KH. Ahmad Dahlan
sempat bertemu dengan Rasyid Ridha di Mekkah. Selain itu, ciri khas gerakan
Muhammadiyah berbeda dengan gerakan pembaharuan sebelumnya. Jadi Muhammadiyah
bukan barang impor, melainkan murni gerakan perlawanan dan bagian dari inti
perkembangan Islam di Jawa.

27
HarunNasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta:Jambore, 1992 )

Anda mungkin juga menyukai