I. PENDAHULUAN
Muhammadiyah didirikan K.H. Ahmad Dahlan pada 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah atau
18 November 1912 Miladiyah. Muhammadiyah merupakan sebuah persyarikatan
gerakan Islam. Di dalamnya disusun majelis-majelis yang mengikuti peredaran zaman
serta bedasarkan syura yang dipimpin hikmah kebijaksaaan dalam permusyawaratan
atau Muktamar.1
Jika dikaji dari sudut pandang kebahasaan, Muhammadiyah adalah gabungan dari dua
kata, yaitu “Muhammad” dan “yah”. Kata “Muhammad”, tentunya kita sudah mengetahui
bahwa ini adalah nama Nabi dan Rasul terakhir yang diutus Allah SWT untuk
1
Haedar Nashir, Memahami Ideology Muhammadiyah, Yogjakarta: Suara Muhammadiyah, 2014, hal 73.
menyampaikan risalah Islam kepada seluruh alam. Sementara kata “yah”, dalam basaha
Arab biasanya dinisbatkan kepada sesuatu. Maksudnya sesuatu, yaitu yang diikutkan atau
diidentikan dengan sesuatu yang lain. Maka, kalau disambung menjadi
“Muhammadiayah”, pengertiannya adalah orang yang mengikuti jalan Nabi Muhammad
SAW. Atau bisa kita artikan sebagai perjuangan yang mengikuti jejak Nabi Muhammad
SAW.
Di samping itu juga terdapat sebab-sebab Muhammadiayah berdiri. Yakni faktor internal
dan eksternal. Faktor internal adalah adanya ketidakmurnian amalan Islam, yang masih
terpengaruh keyakinan dan budaya dari luar Islam yang tidak berdasarkan Alquran dan
Sunnah. Lembaga pendidikan yang dimiliki umat Islam belum mampu menyiapkan
generasi yang siap sebagai kalifah Allah di bumi. Sedangkan yang manjadi faktor
eksternal yaitu, semakin gencarnya kristenisasi pada masyarakat, penjajahan terhadap
bangsa Indonesia, dan adanya pengaruh tokoh-tokoh pembaruan Islam dan tokoh-tokoh
kebangsaan.
Faktor berdirinya Muhammadiyah yang akan disoroti dalam makalah ini adalah salah
satu faktor eksternalnya, yaitu adanya pengaruh tokoh-tokoh pembaharuan Islam. Proses
beridrinya Muhammadiyah tidak lepas dari getar-getar pembaharuan Islam yang kala itu
sedang menggema di beberapa negeri Muslim terutama di Timur Tengah dan Mesir.
2
Tim Penulis, Pendidikan Kemuhammadiyahan untuk SMP/MTS Muhammadiyah. Surabaya: Majelis Diknasmen
Jatim
Sebagaimana diketahui, pembaruan (reformasi dan modernisasi) Islam sejatinya telah di
mulai sejak bergulirnya pemikiran Ibnu Taimiyah (1263-1328) dan Ibnu Qayyim al-
Jauziyah (1292-1350). Pemikiran kedua ulama ini kemudian disempurnakan dlam bentuk
gerakan pembaharuan oleh Muhammad Abduh al-Wahhab (1703-1787) di jazirah Arab
dan popular dengan gerakan Wahabi. Beberapa tahun kemudian, setafet pembaharuan
dilanjutkan oleh sayyid Jamaluddin al-Afghani (1838-1897) di Mesir dengan ‘senjata”
majalah Al-urwatu Al-Wutsqa. Jejak ini dilanjutkan oleh muridnya Muhammad Abduh
(1849-1905) melalui tulisan-tulisan tajam terutama tafsir al-Manar. Cita-cita Muhammad
Abduh disempurnakan oleh muridnya Muhammad Rasyid Ridho (1856-1935), yang
mengoleksi tulisan-tulisan sang guru dan disulap menjadi “senjata” ampuh berupa
majalah perjuangan Al-manar.3
Gerakan pembaharuan Islam ini sangat berdampak besar bagi pembaharuan di wilayah
lainnya. Hal ini bisa dipahami sebagai pertautan emosional antar jiwa pembaharu yang
sedang menggelorakan perlawanan terhadap dunia penjajahan yang dialami di berbagai
belahan dunia, juga kecintaan yang besar terhadap agama dan bangsa. Hingga gema ini
akhirnya masuk sampai ke wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Beberapa majalah yang berisi buah pikiran para pembaharu, seacara perlahan tapi pasti
pada aakhirnya dapat menembus rapatnya blockade dan sensor penjajah belanda di
Indonesia dan jatuh ke tangan pemuka-pemuka Islam, termasuk KH. Ahmad dahlan.
Konon majalah dan tulisan-tulisan tersebut masuk ke Indonesia melalui rute yang
panjang dan berliku, terutama melalui penelusuran cermat di beberapa pelabuhan kecil
seperti pelabuhan Tuban.4 Selain itu perjalan haji yang dilakukan dau kali oleh KH.
Ahmad Dahlan tentu juga berpengaruh terhadap pemikiran-pemikiran beliau terhadap
pembaharuan Islam.
3
Tim Penulis, Pendidikan Kemuhammadiyahan untuk SMP/MTS Muhammadiyah. Surabaya: Majelis Diknasmen
Jatim.2012
4
Tim Penulis, Pendidikan Kemuhammadiyahan untuk SMP/MTS Muhammadiyah. Surabaya: Majelis Diknasmen
Jatim.2012
Namun, faktor eksternal yang satu ini tidak serta merta dijadikan sebagai landasan bahwa
Muhammadiyah merupakan kelanjutan dari gerakan pembaharuan di Timur Tengah dan
Mesir. Karena selain tidak ditemukan data otentik mengenai keterkaitan Muhammadiyah
dalam hal ini KH. Ahmad Dahlan dengan para tokoh pembaharu., meskipun konon
katanya KH. Ahmad Dahlan sempat bertemu dengan Rasyid Ridha di Mekkah. Selain itu,
ciri khas gerakan Muhammadiyah berbeda dengan gerakan pembaharuan sebelumnya.
Jadi Muhammadiyah bukan barang impor, melainkan murni gerakan perlawanan dan
bagian dari inti perkembangan Islam di Jawa.
Muhammadiyah selama ini sering disebut sebagai gerakan Islam modern dan reformis.
Namun, ada sebagian orang yang kadang mengkonfrontasikan antara Islam dan
Muhammadiyah. Hal itu jelas keliru. Muhammadiyah tidak pernah menyepadankan diri
dengan Islam. Muhammadiyah menjadikan Islam sebagai landasan, fondasi, filisofi,
bingkai, misi, cita-cita. Muhammadiyah itu merupakan gerakan yang memperjuangkan
terwujudnya Islam dan menjadikan umat Islam hidup sepanjang ajaran Islam dan dapat
meraih kejayaan dalam peradaban hidupnya. Muhammadiyah itu gerakan Islam yang
berusaha menjadikan Islam sebagai Minhaj al-Hayat (Sistem Kehidupan) sekaligus
menjadi rahmatan lil “alamin .5
5
Haedar Nashir, Memahami Ideology Muhammadiyah, Yogjakarta: Suara Muhammadiyah, 2014, hal 27
Spirit gerakan Muhammadiyah adalah tajdid (pembaharuan) dengan akal yang
bersumber dari kesucian jiwa patriot muslim. Tajdid yaitu pembaruan terhadap dua hal,
pertama terhadap pemahan ajaran agama. Maka tajdid berarti upaya mengembalikan
pemahaman agama Islam kepada sumber aslinya (al-Qur’an dan Sunnah). Paham agama
yang kolot, tradisional kaku dan sinkertis dikembalikan kepada pemahaman agama yang
progresif, fleksibel, bebas dan murni. Adapun tajdid terhadap amal agama, berarti
modernisasi (dinamisasi) pengamalan agama Islam yang sesuai dengan kondisinya.
Setidaknya ada beberapa sebab mundurnya umat Islam di dunia adalah umat Islam
sendiri kehilangan ruhul jihad dan prinsip ukhuwah islamiyah, dua hal ini yang pada
abad ke 18 Masehi menjadi penyebab hilangnya semangat juang untuk menjadi
banngsa yang medeka. Sehingga hilanglah nilai-nilai hak-0hak demokrasi yang
berprinsip islam, bahkan kehikangan rasa keagamaan itu sendiri. Islam berada pada
kejumudan pemikiran yang sangat tradisoanal dan kionservatif, sehingga menutup
pintu-pintu akal untuk perkembangan ilmu pengetahun, di tambah lagi dengan
semakinbercampurnya ajaran islam dengan kebiasaan jahiliyah dan tradisi yang tidak
sehat
Dengan keadaan umat islam yang seperti ini maka lahirlah cita-cita dari sebagian
tokoh-tokoh Islam untuk mempersatuka umat Islam dan mengembalikan mereka
pada prinsip-prinsip hidup yang terdapat dalam AL—Quran dan snnah shahih Nabi
Muhammad saw.
Tokoh-tokoh yang mempelopori kebangkitan pembaruan Islam ini anatara lain adalah
Syaikh Ibnu Taimiyah, Syaik, Muhammad bin Abdul Wahab, Jmaluddin al-Afghani
dan lain-lain
a. Syaihk Islam Ibnu Taimiyah
Taqiyuddin Abdurrahman Ibnu Taimiyah namanya, lahir hari seni 10 Rabiul Awal 1661
H (22 Januari 1263 M). masa perjuangan berhadapan dengan praktek taqlid, bid’ah dan
khurafat. Yang sangat mempengaruhi cara berpikir umat Islam di masa itu. Pamggilan
adalah Ibnu Taimiyah, seorang ulama syariat islam yang sangat mumpuni ilmunya,
seklaigus sebagaibpanglima pernga berhadapan dengan tentara tartar yang menyerang
Siria. Beliau adalah ulama salaf yang berjuiang mengembalika aqidah dan syiriah sesuai
dengan sunnah Nabi Muhammmad saw. Ia sanga teliti menyeleksi hadis Nabi saw., dan
menafsirkan ayat-ayat La-Quran agar benar-benar sesuai dengan sunnah Nabi
Muhammad saw. Ia sangat menentang syirik dan bid’ah hampir semua karya tulisnya
membahas masalah sirik dan bid;ah dalam ibadah.6
Muhammad bin Abdul Wahab, lahir di Arab Tengah 1760 M. beliau adalah seoarang ulama
bermadzhab Hambali (Ahmad ibnu Hanbal). Gerakannya terkenal dengan nama gerakan
Wahabi. Ia memfatwakan bahwa sannya semua amal yang diaadakan dan baru termasuk
bid,ah. Demukian juag dengan larangan memuliakan orang-orang yang dianggp keramat,
berziarah dan meminta bantuan kepada orang shaleh yang telah meningggal dunia. Ia ingin
kembali dengan ajaran Nabi Muhammad saw. Para penganut Abdul wahab ini menamakan
dirinya golongan muawahhiidun. Usaha dan gerakan Abdul Wahab mendapat dukungan
sepenuhnya dari kerajaan Arab Saudi.
c. Jamalududdin Al Afghani
Dalam bidang pendidikan ia membuka sekolah dengan sistem dan metode pendidikan
yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman. Ide dalam dalam bidang pendidikan ini
salah satu yang diadopsi oleh KH. Ahmad Dahlan dalam metode dan sistem pendidikan
yang beliau terapkan di Muhammadiyah. Beliau mengintegrasikan antara pendidikan
agama dan ilmu umum.
Jamaluddin mengadakan kunjumgam ke beberapa Negara Islam dan Negara barat untuk
menyampaikan buah pikiran dan gagasan bagi masyarakat dab Negara Islam. Ia
berkehendak agar Negara-negara yang bermasyarakat Islam melepaskan dirinya dari
penjajah dan ikatan-ikatan yang merusak kehidupan masyarakat Islam. Untuk
melaksanakan gagagsaan-gasagasanny ini, maka jamaluddin mnengumandangkan pan
islam ( mempersatuka Negara dan masyarakat Islam dalam satu garis komando, sebagai
kekuatan dunia baru, menghadapi kekuatan kaum kavitalis dan imperialis ). Ia
menyampaikan gagasan Pan Islam ini dengan mengirimkan surat ke beberapa Negara
Islam, dan mendapat sambutan yang serius. Terutama dari Negara-negara Islam yang
7
Muhammad Imarah, al-A’mal al-Kamilat li Jamaluddin al-Afghani: Hayatuhu wa Atsaruhu, alQahirat: Muassasat al-
Mishriyat, 1968, h. 12.
terjajah Islam. Untuk mengumandangkan gagasan-gagasannya, Jamaluddin lama tinggal
di Mesir, Paris, India dan Turki.8
Nama lengkapnya adalah Sir Muhammad Iqbal. Tidak ada kesepakatan mengenai
tahun kelahirannya, Wilfred Cantwell Smith berpendapat bahwa M. Iqbal lahir pada
tahun 18761, Bahrum Rangkuti mengatakan bahwa M. Iqbal lahir pada 22 Februari
18732, sedangkan menurut Prof.J.Marek dari Universitas Praha, yang juga dikuatkan
dengan kedutaan Besar Republik Islam Pakistan untuk memperingati 100 tahun
kelahiran M. Iqbal pada tahun 9 November 1877.9
M.Iqbal dilahirkan di Sialkot, Punjab, Pakistan (dulu masih menjadi wilayah India). Ia
keturunan kasta Brahmana Kasmir, nenek moyangnya memeluk Islam tiga abad sebelum
8
Tim Penulis, Pendidikan Kemuhammadiyahan untuk SMA/MA Muhammadiyah. Surabaya: Majelis Diknasmen
Jatim.2012
9
Sjafruddin Prawiranegara, Islam sebagai Pandangan Hidup, (Jakarta:Idayu Press, 1986), h.270
kelahirannya. Ayahnya adalah Muhammad Noer, dan kakeknya Muhammad Rafiq,
seorang sufi terkenal. Ibunya bernama Imam Bibi.10
Menurut W.C. Smith, perkembangan pemikiran keislaman M. Iqbal dipengaruhi oleh tiga
hal, sebagai sikap kritis ketika ia berada di Eropa. Yakni Vitalitas dan dinamisme
masyarakat Eropa dalam menghadapi problematika hidup, potensi orang-orang barat
yang telah dikembangkan sementara orang timur belum memimpikannya, dan kehidupan
Eropa yang menciptakan pribadi yang terpecah (sekularisme).11 Dengan Asrar-l Khuldi,
Iqbal menegaskan bahwa setiap manusia harus mengembangkan potensi diri dalam
mengemban tugas kekhalifahan yang disadari kecintaan kepada Allah. Pada gilirannya
melahirkan manusia “Superman” atau Insan Kamil.12
10
Hafeez Malik dan Linda P.Malik,”Filosof Penyair dari Sialkot”, alih bahasa Ihsan Fauzi dan Nurul Agustina dalam
Sisi Manusia Iqbal, (Bandung:Mizan, 1992), h.10
11
W.C.smith, Modern Islam In India, h. 117-118
12
Ihsan A.F dan Nurul A, Sisi Manusia Iqbal, h.146
Melalui salah satu karyanya yang berjudul “Negara Islam”, Iqbal telah menuntun umat
Islam India sehingga memiliki Negara sendiri, dengan nama Negara Islam Pakistan,
bersama-sama mendirikannya dengan Muhammad Ali Jinnah.
Kepribadian Sir Syed Ahmad Khan dipengaruhi oleh banyak orang diantaranya adalah
dari Syaikh Ghulam Ali yang merupakan teman dari ayahnya. Dari Syaikh Ghulam Ali,
Ahmad Khan belajar tulisan Arab, dan ilmu agama yang membuatnya tumbuh menjadi
orang yang taat beragama. Selain dari Syaikh Ghulam Ali, Ahmad Khan ini juga banyak
terpengaruhi oleh kakeknya sendiri dari jalur ibu, yaitu Khwaja Fariduddin. Meskipun
kakeknya ini meninggal saat Ahmad Khan masih kecil, namun pengaruh kebiasaan baik
yang tertanam pada Ahmad Khan sangat melekat karena Ahmad Khan beserta ayah dan
ibunya tinggal di tempat Khwaja Fariduddin yang merupakan ahli matematika terkenal
saat itu dan juga seorang menteri di kerajaan Mughal. Sehingga Ahmad Khan belajar
ilmu kenegaraan dari kakeknya tersebut karena bisa melihat dengan dekat latar belakang
sosial politik yang terjadi di Mughal.14
Pemikiran Ahmad Khan erat kaitannya dengan pemikiran keagamaan, sangat rasional dan
modern. Dia menyadari bahwa Barat bisa maju bukan karena Kristen, tapi diraih dengan
kemampuan intelektual sehingga dapat dikembangkan sains dan teknologi. Dan dia
berpikir umat Islam pun bisa melakukan hal tersebut. Dia berpikir bahwa “Only Western
education could empower them with the ability to survive with dignity.15
Ia juga menentang taklid yang sedang malenada umat islam di India, baginya taklid akan
menutup alam pikiran umat islam. Oleh karena itu ia menyerukan agar menutup pintu
taqlid dan para ulama wajib berijtihad. Baginya pintu ijtihad tidak terbatas pada masa
para Imam mujtahid saja. Setiap ulama Islam yang mempunyai pemgetahuan agama dan
alat-alat kelengkapanya wajib berijtihad.
Sayyid Ahmad Khan juga Di tengah kondisi gejolak politik dan sosial yang dialami
masyarakat India saat itu, Ahmad Khan berpikir bahwa jika rakyat tidak menerima
pendidikan modern yang cukup maka keadaan mereka tidak akan membaik, dan tidak
akan menduduki kedudukan terhormat di antara bangsa-bangsa di India. Disebutkan oleh
Mukti Ali bahwa Graham yang menuliskan biografi dari Ahmad Khan menuliskan
“Motto Sayid Ahmad (Ahmad Khan) adalah „Didiklah! Didiklah! Didiklah!16
Ahmad Khan merupakan pelopor pendidikan modern bagi umat Islam di India. Dia
menyadari pentingnya bahasa Inggris sebagai media pembelajaran, dan peningkatan
bahasa Urdu lewat penerjemahan ilmu sosial dan eksakta. Selanjutnya dia mendirikan
The Scientific Society di Ghazipur pada bulan Januari 1864 sebagai upaya untuk
15
Samdani, Syakeel. 2014. Sir Syed Ahmad Khan a Global Phenomenon. Majalah Muslim Mirror. Februari 2014.
16
Ibid
penyiaran ilmu. Dan dia juga mendirikan The Aligarh Institute yang diusahakan untuk
menyiarkan ilmu mengetahuan dan pendidikan serta penerjemahan buku-buku sains dan
seni.
Ahmad Khan hidup dan mengisi kekosongan yang besar dalam kehidupan kelompok
muslim dengan hilangnya kekuasaan muslim. Lebih dari itu, Ahmad Khan juga
menjembatani jurang antara Islam abad pertengahan dengan Islam abad modern di India.
Dia memberi umat muslim India suatu keutuhan baru, kebijaksanaan politik baru, cita-
cita pendidikan baru, prosa baru, pendekatan baru terhadap masalah-masalah individual
dan nasional mereka, dan mendirikan organisasi yang bisa membawa cita-cita tersebut.
Berbicara tentang kiprah/karir Sayyid Amir Ali yang begitu banyak, tak heran jika ia
dikenal dan dikenang sebagai salah satu pembaharu Islam India. Salah satunya
mendirikan National Muhammedan Association. Guna mempertegas eksistensi kaum
muslim di tengah mayoritas Hindu di India, tahun 1877 Sayyid Amir Ali membentuk
17
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2014), hal. 174.
18
H. A. Mukti Ali, Alam Pikiran Isalm Modern di India dan Pakistan, (Bandung: Mizan, 1987), hlm. 142.
organisasi Islam ini. Organisasi Islam ini bertujuan untuk mewadahi kesatuan umat Islam
India dan untuk melatih mereka dalam bidang politik.
Kelompok nasionalisme Turki menjulukinya sebagai Attaturk (bapak Turki) pada tahun
1934,4 lahir di Salomika, suatu kota yanag kini menjadi salah satu kota besar di Yunani,5
pada tahun 1881, dan meninggal dunia pada tahun 1938 di Istambul. Ia berasal dari
keluarga yang taat beragama. Ayahnya bernama Ali Reza, seorang pegawai pada salah
satu kantor pemerintah. Ibunya bernama, Zubaede Khanin, seorang wanita yang halus
perasaan dan tekun beribadat. Sang ibu menginginkan putranya menjadi orang yang taat
beragama, mengikuti jejak keluarganya yang lain, setidak-tidaknya menjadi seorang hafiz
atau seorang hoja.19
19
Husaya Ahmad Amin, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam (Cet. III: Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. 1999
Islam uang tidak modah digoyah. Attaruk bukannya mengambil ilmu dan teknolgi barat
namun ia menelam mentah-mentah kebudayaan dan peradaban Barat.
Selain itu ia juga telah memisahkan secara tegas antara agama dan Negara. Agama tidak
boleh ikut campur dalam urusan Negara. Ia mengatakan bahwa ikut campurnya agama
terhadap Negara akan metusak agama itu sendiri. 20
Selama pemerintahan Attaturk Negara Turki beralaih menjadi Negara sekuler, walaupun
ia tidak berkehendak meninnggalkan agama Islam yang telah mendarah daging di Turki.
ia bermaksud melepaskan umat Islam turki dari kungkungan para ulama Tradisional yang
menurutnya lebih banyak merugikan uamt Islam dalam pikiran dan perilaku mereka.
Dengan demikian dominasi ulama Turki menjadi kekhalifahan berubah sejak tahun 1924.
Mulai saat ini undang-undang syariat Islam yang mendasari Turki diganti dengan
undang-undang hokum nasional sekuler.
Perubahan yang sangat radikal ini yang bermaksud membangkitkan kembali Turki agar
sejajar dengan Negara-negara Barat ini dan menghabiskan banyak biaya dan resiko yang
besar ternyata akhirnya gagal total. Karena tidak mendapat dukungan penuh oleh rakyat
Turki. Sepeninggalnya Attaturk, umat Islam Turki kembali kepada prinsip-prinsip Islam.
Menegakan kembali syariat Islam dan mengadakanpembaharuan di segala bidang amal
dan jihad, hingga lahirlah Turki Islam yang baru.
20
Tim Penulis, Pendidikan Kemuhammadiyahan untuk SMA/MA Muhammadiyah. Surabaya: Majelis Diknasmen
Jatim.2012
dari bangsa Arab yang silsilahnya meningkat sampai ke suku bangsa Umar ibn al-
Khattab. 21
Di masa Abduh dan gurunya, al-Afghani, dunia Islam mengalami kemunduran yang
sangat memprihatinkan. Dunia Islam tercabik-cabik oleh penjajah. Wilayah Islam
sebelumnya berada dalam naungan Khilafah Utsmaniyah dikapling-kapling oleh bangsa –
bangsa Eropa. Pengaruh pemikiran al-Afghani terhadap Abduh begitu besar, ide-ide
pembaharuan yang dibawa al-Afghani banyak mempengaruhi Abduh. Bedanya, al-
Afghani lebih menekankan pembaharuan di bidang politik, sedangkan Abduh dibidang
pendidikan. Walau begitu keduanya berhasil menerbitkan sebuah majalah untuk
memprogandakan program dan cita-cita mereka. Majalah tersebut bernama Al Urwatul
Wusqo yang terbit dan berpusat di Paris.
Bagi Muhammad Abduh, Islam adalah agama yang rasional , agama yang sejalan dengan
akal, bahkan agama yang didasarkan atas akal. Pemikiran rasional ini menurut Abduh
adalah jalan untuk memperoleh iman sejati. Iman tidaklah sempurna, bila tidak
didasarkan atas akal, iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat, dan
akal-lah yang menjadi sumber keyakinan pada Tuhan, ilmu serta kemahakuasaan-Nya
dan pada rasul.22
Rasionalisme yang mendasar dalam pikiran Abduh menyebabkan ia menolak taqlid dan
menerima penafsiran (ta’wil) berdasarkan asal ketimbang menerima terjemahan literal
mengenai sumber-sumber agama.21 Pernyataan tersebut, pada dasarnya Muhammad
Abduh mengajak kita untuk berpikir kreatif dan melarang kita berdiam diri dengan
keadaan yang ada. Ia mengajak untuk melakukan ta’wil terhadap nash-nash AlQur'an
21
Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, cet. 5, Jakarta : Bulan Bintang, 1987
22
yang tidak bisa kita pahami. Ia juga menegaskan lewat buku-bukunya agar memisahkan
pemahaman tentang eksistensi dan karakter ajaran agama yang seutuhnya dengan hasil
pemikiran orang-orang yang hanya mengaku dirinya sebagai agamawan. Kelihatannya
Abduh lebih berhati-hati terhadap penafsiran yang mengadaada (tidak rasional) terhadap
agama.23
Jika diamati pemikiran Muhammad Abduh ini terfokus pada dua hal, pertama,
membebaskan akal pikiran dari belenggu-belenggu taklid yang menghambat
perkembangan pengetahuan agama sebagaimana halnya salaf al ummah (ulama sebelum
abad ketiga Hijriyah), sebelum timbulnya perpecahan, memahami langsung dari sumber
pokoknya yaitu Al-Quran. Kedua, memperbaiki gaya bahasa Arab, baik yang digunakan
di kantor-kantor pemerintah, maupun tulisan-tulisan di media massa, penerjemahan atau
korespondensi.24
Menurut para pengamat ungkapan Muhammad Abduh diatas, pada hakikatnya bertujuan
untuk memperkukuh segi-segi mental spiritual kaum muslimin dengan jalan
menghilangkan kecemasan yang meliputi pikiran mereka pada saat-saat perubahan social
yang dialami oleh masyarakat pada abad ke-19.25 Karyanya yang sangat terkenal hingga
saat ini adalah tafsir Al-Quran yang diterbitkan pada majalah Al-manar bersama Sayyid
Muhammad Rasyid Ridho, yang kita kenal sebagai tafsir Al-Manar.
23
Abduh, al-Islam Din al-Ilmi wa al-Madaniyah diterjemahkan oleh Fadillah dan Muhammad Abqory
24
Quraish Shihab, Rasionalitas Al-Quran, Tangerang: Lentera Hati, 2007. Hal: 16
25
ibid
26
HarunNasutionEnsiklopediaislamIndonesia, (Jakarta:Jambore, 1992 ), hal.807
Disekolah ini selain pengetahuan agama dan bahasa arab, diajarkan pula pengetahuan
modern dan bahasa Perancis serta Turki. Tetapi karena mendapatkan hambatan
politik dan pemerintah kerajaan usmani maka operasi sekolah tersebut tidak
berlangsung lama. Dan Rasyid Rida pun pindah ke sebuah sekolah agama yang ada
di Tripoli. Namun demikian hubunganya dengan guruutamanya disekolah nasional
Islam. Yang juga pendiri sekolah tersebut terus berlanjut. Syeh Al-Jisr inilah yang
menjadi pembimbingnya dimasa muda.
Pada tahun 1898 saat beliau memutuskan untuk pindah ke Mesir, ia segera
menerbitkan majalah yang bersemangat pembaharuan dan yang kemudian dengan
nama Al-Manar. Majalah ini mempunyai haluan dan tujuan yang sama dengan Al-
Urwatul Wustqo, selain ide-ide , majalah ini pun secara langsung banyak memuat
tulisan muhamad abduh. Disamping pikiran-pikiran pembaharuan keislaman yang
bersifat umum. Menurut gagasan Rasyid Rida sebaiknya muhamad Abduh menulis
tafsir Al-Quran modern yang mendukung kerangka pikiran pembaharuan. Gagasan
muridnya ini tidak segera ditanggapi secara serius, tetapi karena Rasyid Rida terus
mendesaknya. Akhirnya pada tahun 1899 Muhamad Abduh setuju untuk memberikan
kuliah tafsir Al-Quran di Al-Azhar . hasil kuliah tersebut disusun oleh Rasyid Rida
dan kemudian dikonfirmasikan kepada gurunya. Setelah mendapat persetujuannya,
segera Rasyid Rida memuat tulisan tersebut di Al-Manar. Pekerjaan ini terus
dilakukan Rasyid Rida sampai gurunya wafat pada tahun 1905.
IV. KESIMPULAN
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi (persyarikatan) yang didirikan oleh KH. Ahmad
Dahlan. Persyarikatan ini bermaksud mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW dalam
mengamalkan dan menegakkan kebenaran Islam, mengamalkan ajaran Alquran dan
menghidupkan Sunnah Nabi dalam kehidupan Muslim, mengangkat martabat hidup manusia
sekaligus memerangi kemunkaran (kejahatan), sehingga tercapailah masyarakat idaman yang
beradab dan diridhai Allah SWT.
Pada awal sejarah berdirinya terdapat beberapa faktor yang menyebabkan KH. Ahmad
Dahlan tergeraka hatinya untuk melakukan pembaruan, salah satunya adalah adanya
pengaruh tokoh-tokoh pembaruan Islam, seperti Ibnu Taimiyah, jamaluddin Al Afghani dan
Muhammad Abduh.
Namun, faktor ini tidak serta merta dijadikan sebagai landasan bahwa Muhammadiyah
merupakan kelanjutan dari gerakan pembaharuan di Timur Tengah dan Mesir. Karena selain
tidak ditemukan data otentik mengenai keterkaitan Muhammadiyah dalam hal ini KH.
Ahmad Dahlan dengan para tokoh pembaharu., meskipun konon katanya KH. Ahmad Dahlan
sempat bertemu dengan Rasyid Ridha di Mekkah. Selain itu, ciri khas gerakan
Muhammadiyah berbeda dengan gerakan pembaharuan sebelumnya. Jadi Muhammadiyah
bukan barang impor, melainkan murni gerakan perlawanan dan bagian dari inti
perkembangan Islam di Jawa.
27
HarunNasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta:Jambore, 1992 )