Anda di halaman 1dari 5

Dengan persamaan sebelumnya diperoleh:

RT 1 ∆2
N ( 6 π ηr)=
2t

Atau

RT
Δ2 = N ( 3 πtη r )

3. Pengendapan (sedimentasi)

Partikel-partikel koloid mempunyai kecenderungan untuk tersedimentasi atau mengendap


karena pengaruh gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap
mediumnya. Jika rapat massa partikel lebih besar dari medium suspensinya, maka partikel
tersbebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan mengapung.

Jika rapat massa partikel koloid diketahui, maka jari-jari partikel dapat dihitung dari
kecepatan pengendapan. Kecepatan pengendapan adalah kecepatan dimana gaya gravitasi
tepat diimbangi oleh gaya gesekan dari partikel yang bergerak melalui medium.

Apabila partikel dianggap berbentuk bola, maka kecepatan pengendapan dirumuskan sesuai
persamaan Hukum Stokes:

2r 2 g(d −d m )
v=

atau

dx 2r 2 g(d −d m )
= (t2 – t1)
dt 9η

Dengan:
v = dx/dt = kecepatan pengendapan (cm s-1)

g = percepatan gravitasi (cm s-2)

d = rapat massa partikel koloid (g cm-3)

dm = rapat massa medium (g cm-3)

r = jari-jari partikel koloid (cm)

𝜼 = viskositas medium (Poise)

x1, x2 = jarak partikel awal dan akhir (cm)

t1, t2 = waktu awal dan akhir (s)

dari persamaan di atas dapat diketahui, bahwa kecepatan pengendapan partikel koloid
menjadi semakin besar dengan bertambahnya jari-jari atau ukuran partikel r; bertambahnya
selisih rapatan partikel d dan rapatan medium dm; berkurangnya viskositas (kekentalan)
medium 𝜼; dan naiknya kecepatan gravitasi atau gaya berat g. Suatu partikel kristal halus
cenderung membesar ukurannya bila dibiarkan berada dalam cairan dalam mana zat ini
diendapkan; terutama bila larutan dipanasi atau kadang-kadang diguncang. Koagulasi
endapan koloid juga dapat dipercepat oleh suhu tinggi dan pengadukan serta dengan
penambahan elektrolit tertentu. Dengan suhu tinggi berarti akan menurunkan viskositas dan
menaikkan selisih rapatan (d-dm). Namun, faktor-faktor ini dipengaruhnya relatif kecil
terhadap kecepatan pengendapan.

Untuk mempercepat pengendapan partikel-partikel koloid dapat dilakukan dengan


memperbesar percepatan gravitasi g, menggunakan ultrasentrifuge (gambar 6.5). alat ini akan
memutar koloid dengan kecepatan sangat tinggi, sehingga partikel kristalin halus seperti
sukrosa dapat diendapkan di dasar tabung sel.

Percepatan suatu partikel dalam medan sentrifuge diberikan persamaan:

a = ɷ2 x

dengan a adalah percepatan sentrifugal, ɷ adalah kecepatan sudut dari sentrifuge dalam
radian perdetik (yaitu 2π kali jumlah putaran per detik), dan x adalah jarak partikel dari
sumbu rotasi.
Ultrasentrifuge dengan x = 6 cm, biasanya bekerja pada 60.000 rpm atau 1000 rps (putaran
per detik), sehingga percepatan nya di peroleh:

a = ɷ2 x

= (2 π . 1000 s-1)2 (0,06 m)

= 2,36 x 106 m s-2

Karena kecepatan gravitasi 9,80 m s-2, maka percepatan ultrasentrifus ini besarnya 240.000
kali lebih besar percepatan gravitasi bumi.

Dari persamaan kecepatan pengendapan sebelumnya, dengan mengganti g = ɷ2 x, diperoleh


persamaan:

2r 2 ω 2 x (d−d m)
v=

atau

dx 2r 2 ω 2 x (d−d m)
=
dt 9η

dx 2r 2 ω 2( d−d m )
= dt
x 9η

Persamaan tersebut apabila diintegrasikan, diperoleh suatu persamaan:

x2 2r 2 ω 2 x (d−d m)
ln (t2 – t1)
x1 9η

dari persamaan kecepatan pengendapan di atas dapat diperoleh jari-jari partikel koloid.
Selanjutnya, dapat ditetapkan massa satu partikel (m) sebagai m = 4/3 π r 3 d, dan berat
molekul koloid sebagai M = m N. Perhitungan berat molekul koloid mekromolekul dengan
menggunakan rumus kecepatan pengendapan.

Dalam bidang medis penetapan kecepatan pengendapan ini, sangat penting oleh karena pada
beberapa penyakit nyeri, seperti: Rheumatic, Rheumatic fever, Rheumatic Heart disease and
Gout.

Sel darah normal cenderung berkumpul bersama dan jari-jari efektif meningkat, sehingga
pada waktu dilakukan pengujian kecepatan pengendapan akan tampak meningkat
kecepatannya. Pada penderita dengan hemolytic jaundic (pemecahan hemoglobin berlebihan)
dan sickle sel anemia, sel darah merah berubah menjadi ceper (shape) dan pecah sehingga
jari-jari sel darah merah berkurang, maka kecepatan dari sedimentasi sel darah akan menurun
dari normal.
Di klinik atau rumah-rumah sakit, penentuan kecepatan sedimentasi ini dikenal dengan nama
BBS (Bloed Bezinking Snellheid), BSR (Basal Sedimentation Rate), KPP (Kecepatan
Pengendapan Darah) aatau LED (Laju Endapan Darah). Untuk mengetahui atau menghitung
LED tersebut, biasanya dikerjakan dengan cara mengambil darah yang sudah di campurkan
dengan Na-sitrat 3,8 % kemudian dimasukkan ke dalam Westergreen. Pipet dibiarkan berdiri
tegek lurus selama 1,5 jam berikutnya. Kecepatan normal untuk laki-laki 2-7 mm/0,5 jam dan
wanita 3-10/0,5 jam.

e. Sifat Listrik

Penemuan partikel koloid mempunyai muatan listrik disebabkan terjadinya ionisasi atau
penyerapan ion-ion dalam larutan. Sebagai contoh untuk sol hidrofilik seperti larutan protein,
muatan diperoleh terutama karena ionisasi gugus karboksil COO- dan gugus amino NH4+.
Terjadinya ionisasi gugus-gugus tersebut bergantung pada pH larutan. Pada pH tinggi,
protein akan bermuatan negatif, sedangkan pada pH rendah protein akan bermuatan positif.
Karena bermuatan listrik, akibatnya partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Bila
ke dalam sistem koloid dimasukkan sepasang elektrode yang dialiri arus listrik searah, maka
partikel-partikel koloid yang bermuatan negatif akan bergerak menuju elektoda positif
(anode). Sebaliknya yang bermuatan positif akan tertarik ke elektrode negatif (katoda).
Bergeraknya partikel-partikel koloid oleh pengaruh medan listrik ini disebut elektroforesis.

Pada peristiwa elektroforesis partikel-partikel koloid dinetralkan muatannya dan digumpalkan


di bawah elektroda. Prinsip ini dapat digunakan untuk mengurangi zat-zat pencemar udara
yang dikeluarkan dari asap menggunakan alat Cottrel. Elektroforesis juga dapat digunakan
untuk analisis protein, asam nukleat, polisakarida dan senyawa kompleks lainnya.

Alat elektroforesis untuk menentukan muatan partikel koloid ditunjukkan seperti pada
gambar 6.7. Melalui alat ini, sulfida-sulfida logam dan sol logam mulia dapat diketahui
muatannya, yaitu bermuatan negatif. Sedangkan sol oksida seperti Al2O3, Fe2O3 bermuatan
positif.

f. koagulasi

suatu koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan terpengaruh oleh gaya gravitasi bumi,
sehingga antara partikel dapat saling bergabung membentuk gumpalan yang akan mengendap
di dasar wadah. Peristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel-partikel koloid ini
disebut koagulasi.

Waktu terjadinya koagulasi berbeda antara koloid yang satu dengan lainnya. Koagulasi
spontan umumnya berlangsung lambat dan dapat dipercepat dengan alat ultrasentrifuge.
Koagulasi dapat pula dilakukan cara pemanasan, pendinginan, penambahan koloid yang
berbeda muatan dan penambahan elektrolit.

Kemampuan mengoagulasikan koloid oleh elektrolit bergantung pada jenis elektrolit dan
banyaknya muatan. Makin besar muatan ion berlawanan yang ditambahkan, makin sedikit
elektrolit yang digunakan untuk megendapkan. Menurut aturan Hardy Schulze urutan untuk
ssol negatif adalah: Sn4+ > Al3+ > Mg2+ > Na+, sedangkan untuk sol positif: PO3- > SO42- > Cl-.

Tabel beberapa jenis kation yang dapat menyebabkan terjadinya pengendapan koloid As 2S3
yang berkonsentrasi 1,85 M.

konsentarsi minimum yang menyebabkan


Kation
pengendapan (mol/L)
Monovalen
Li+ 58 x 10-3
Na+ 51 x 10-3
K+ 50 x 10-3
Divalen:
0,72 x 10-3
Mg2+
0,65 x 10-3
Ca2+
0,68 x 10-3
Zn2+
Trivalen:
Co3+ 0,083 x 10-3
Al3+ 0,093 x 10-3

Contoh pengaruh penambahan elektrolit pada sol liofobik dapat dilihat pada Tabel 6.3.
Koloid As2S3 bermuatan negatif, maka kestabilannya dapat dihilangkan dengan menggunakan
kation.

Anda mungkin juga menyukai