Anda di halaman 1dari 7

1.

8 Tatalaksana Retinopati Diabetes Melitus

Tatalaksana utama RD adalah pengendalian gula darah, hipertensi sistemik, dan


hiperkolesterolemia. Tata laksana retinopati DM dilakukan berdasarkan tingkat keparahan
penyakit.

1. Retinopati DM non proliferatif

a. Retinopati DM nonproliferatif derajat ringan hanya perlu dievaluasi setahun sekali.

b. Penderita retinopati DM nonproliferatif derajat ringan-sedang tanpa edema makula


yang nyata harus menjalani pemeriksaan rutin setiap 6-12 bulan.

c. Retinopati DM nonproliferatif derajat ringan-sedang dengan edema makula


signifikan merupakan indikasi laser photocoagulation untuk mencegah perburukan.
Setelah dilakukan laser photocoagulation, penderita perlu dievaluasi setiap 2-4
bulan.

d. Penderita retinopati DM nonproliferatif derajat berat dianjurkan untuk menjalani


panretinal laser photocoagulation, terutama apabila kelainan berisiko tinggi untuk
berkembang menjadi retinopati DM proliferatif. Penderita harus dievaluasi setiap 3-
4 bulan pasca tindakan.

2. Retinopati DM proliferatif

a. Panretinal laser photocoagulation harus segera dilakukan pada penderita retinopati


DM proliferatif.

b. Apabila terjadi retinopati DM proliferatif disertai edema makula signifikan, maka


kombinasi focal dan panretinal laser photocoagulation menjadi terapi pilihan.

CSME membutuhkan tindakan laser fokal atau difus, injeksi intravitreal


triamcinolone atau injeksi intravitreal anti-VEGF. RD proliferatif diberi tindakan laser
cito. Pan- retinal photocoagulation (PRP) untuk regresi pembuluh darah baru sehingga
menurunkan angka kebutaan. Vitrektomi dilakukan pada perdarahan vitreus dan traksi
vitreoretina. Intravitreal anti-VEGF preoperatif dapat menurunkan kejadian perdarahan
berulang dan memperbaiki tajam penglihatan post- operasi.

Fotokoagulasi Laser
Terapi laser biasanya untuk retinopati diabetes nonproliferatif disertai CSME dan
retinopati diabetes proliferatif. Tujuan laser fotokoagulasi adalah mencegah kebocoran
mikroaneurisma dan menghambat ekstravasasi cairan ke makula. Penggunaan laser
fotokoagulasi pada CSME menunjukkan perbaikan hasil dengan sisa gangguan tajam
penglihatan sedang (moderate visual loss, MVL) antara pemeriksaan awal dan
pemeriksaan lanjutan. MVL adalah penggandaan sudut visual, dari 20/20 menjadi 20/40
atau 20/100 dari 20/50, perbaikan 15 atau lebih huruf pada ETDRS chart, atau perbaikan
lebih dari 3 baris pada Snellen chart. Terapi laser dapat ditunda setelah edema makula
teratasi. Terapi laser disertai injeksi intravitreal secara signifikan memperbaiki tajam
penglihatan dan penurunan ketebalan makula (anatomi) dibandingkan terapi laser dalam
6-24 bulan.
Fotokoagulasi laser panretinal (PRP) pada retinopati diabetes proliferatif
bertujuan untuk regresi neovaskuler. PRP merusak area iskemi retina dan meningkatkan
tekanan oksigen mata. Area iskemi pada mata dapat memproduksi vascular endothelial
growth factor (VEGF), sehingga progresif merusak retina. Terapi PRP dapat satu atau
beberapa sesi, menggunakan laser Argon hijau atau biru membakar sebanyak 1200 atau
lebih dari 500 μm dipisahkan satu dengan lainnya dengan jarak satu setengah lebar luka
bakar. Efek samping scatter PRP yaitu penurunan tajam penglihatan malam hari,
perubahan penglihatan warna, sensitivitas cahaya, tajam penglihatan perifer, dan dilatasi
pupil.

Anti-Vascular Endothelial Growth Factor (Anti-VEGF)


VEGF berperan dalam proses retinopati diabetes, sehingga menjadi salah satu
target terapi terutama neovaskulerisasi. Anti- VEGF yang tersedia saat ini renibizumab,
bevacizumab, pegatanib, dan aflibercept. Terapi anti-angiogenik menggunakan anti-
VEGF dapat memperbaiki tajam penglihatan pasien edema makula diabetes. Aflibercept
memperbaiki tajam penglihatan dan anatomi lebih baik dari pada ranibizumab.
Ranibizumab merupakan fragmen humanized monoconal antibody against semua isoform
VEGF, bermanfaat sebagai terapi choroidal neovascularization pada age-related
macular edema.Bevacizumab merupakan humanized monoconal IgG antibody yang
berikatan dan menghambat semua isoform VEGF dan telah dipatenkan untuk terapi
karsinoma kolorektal, namun secara off label digunakan dalam terapi
oftalmologi.Pegatanib merupakan 28- base ribonucleid acid aptamer yang berikatan dan
menghambat kerja VEGF ekstraseluler, terutama asam amino 165 (VEGF165).
Aflibercept (VEGF Trap-Eye) merupakan 115- kDa recombinant fusion protein yang
berikatan dengan reseptor VEGF 1 dan 2.

kortikosteroid
Triamsinolon asetonid intravitreal bermanfaat untuk edema makula diabetes
refrakter. Penelitian RIDE/IRISE melaporkan pada pasien yang mendapat injeksi 0,3 mg
ranibizumab setiap bulan selama 2 tahun, ketebalan foveal sentral masih lebih dari 250
μm dan tajam penglihatan terbaik 20/40.Implan intravitreal deksametason 0,7 mg (DEX
implant) telah disetujui FDA sebagai terapi edema makula diabetes dan fluocinolone
acetonide (FAc) intravitreal telah disetujui FDA sebagai terapi edema makula diabetes
yang sebelumnya telah mendapat terapi kortikosteroid dan klinis tekanan intraokular
tidak meningkat. Kortikosteroid dapat meningkatkan tekanan intraokular dan katarak.

Vitrektomi Pars Plana


Vitrektomi pars plana dapat menjadi pilihan terapi pada ablasio hialoid posterior
terutama jika terbukti ada traksi posterior hialoid dan edema makula diabetes difusa.

Indikasi vitrektomi pada RD dengan komplikasi:

1. Perdarahan vitreus menetap lebih dari 1 – 6 bulan


2. Ablasio retina traksi atau mengancam macula
3. Abalasio retina trasksi dan regmatogenosa
4. Edema makula diabetes difus yang berkaitan dengan traksi hialoid posterior
5. Perdarahan vitreus berulang meskipun telah dilakukan PRP
6. Neovaskulerisasi segmen anterior
7. Perdarahan premakula subhialoid

1.9 Pencegahan Retinopati Diabetes Melitus


Deteksi Dini Retinopati DM, The American Diabetes Association menetapkan
beberapa rekomendasi pemeriksaan untuk deteksi dini retinopati DM.
1. Orang dewasa dan anak berusia lebih dari 10 tahun yang menderita DM tipe I harus
menjalani pemeriksaan mata lengkap oleh dokter spesialis mata dalam waktu lima
tahun setelah diagnosis DM di tegakkan.
2. Penderita DM tipe II harus menjalani pemeriksaan mata lengkap oleh dokter spesialis
mata segera setelah didiagnosis DM.
3. Pemeriksaan mata penderita DM tipe I dan II harus dilakukan secara rutin setiap
tahun oleh dokter spesialis mata.
4. Frekuensi pemeriksaan mata dapat dikurangi apabila satu atau lebih hasil pemeriksaan
menunjukkan hasil normal dan dapat ditingkatkan apabila ditemukan tanda retinopati
progresif.
5. Perempuan hamil dengan DM harus menjalani pemeriksaan mata rutin sejak trimester
pertama sampai dengan satu tahun setelah persalinan karena risiko terjadinya dan/atau
perburukan retinopati DM meningkat, dan ia harus menerima penjelasan menyeluruh
tentang risiko tersebut.

Metode pencegahan dan pengobatan retinopati diabetik saat ini meliputi:


1. Kontrol glukosa darah
2. Kontrol tekanan darah
3. Lakukan kegiatan olahraga atau aktivitas fisik selama 30 menit/hari (5 kali seminggu)
4. Diet seimbang yang sesuai dengan kondisi pasien. Kurangi asupan gula, garam, dan
lemak.
5. Menurunkan berat badan bagi pemilik kondisi obesitas
6. Berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol
7. Vitrektomi untuk perdarahan vitreus atau ablasio retina

1.10 Prognosis Retinopati Diabetes Melitus


Pada penelitian Early Treatment of Diabetic Retinopathy Study (ETDRS),
Panretinal laser fotokoagulasi dapat menurunkan risiko kebutaan sampai kurang dari 2%
jika dilakukan pada derajat keparahan yang tepat (RD non proliferatif berat dan RD
proliferatif) dan terapi laser fokal pada kasus makula edema dapat menurunkan angka
kebutaan sampai 50%. Diabetic Retinopathy Vitrectomy Study (DRVS) menyimpulkan
bahwa terapi vitrektomi dini pada kasus RD proliferatif pasien DM tipe 1 dapat
mempertahankan tajam penglihatan pasien; 2 tahun setelah operasi, 36% pasien
vitrektomi dini dan 12% pasien vitrektomi terlambat memiliki tajam penglihatan 20/ 40
atau lebih baik.
BAB II
Kesimpulan

Retinopati DM merupakan komplikasi mikrovaskular DM yang menjadi penyebab utama


kebutaan pada orang dewasa di negara maju. Keterlambatan diagnosis DM dan tidak adanya
gejala pada awal perjalanan penyakit menyebabkan sebagian besar kasus retinopati DM tidak
terdeteksi hingga terjadi kebutaan. Deteksi dini, pengendalian faktor risiko, dan terapi yang
memadai merupakan kunci utama tata laksana retinopati DM. Tatalaksana utama pencegahan
progresivitas RD adalah pengendalian gula darah, hipertensi sistemik dan
hiperkolesterolemia. Terapi mata berdasarkan lokasi dan derajat keparahan retinopati.
Skrining dan follow up rutin pada pasien DM berperan penting dalam mempertahankan tajam
penglihatan pasien.
Daftar Pustaka

1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata, edisi 5. Jakarta:Badan Penerbit FKUI;2019

2. Regillo CD, Gallanan DG, DO DV, Fine HF, Holekamp NM, Kuppermann BD, et al. Use
of corticosteroid in the treatment of patients with diabetic macular edema who have a
suboprimal response to anti-VEGF: Recommendations of an expert panel. Ophthalmic
Surgery, Lasers & Imaging Retina. 2017

3. American Academy of Ophthalmology. Retina and vitreous in basic and clinical science
course. 2015-2016.

4. Riordan-Eva P, Cunningham ET. Vaughan & Asbury’s general ophthalmology. 18th ed.
New York: Mc Graw Hill; 2011.

5. Royle P, Mistry H, Auguste P, Shyangdan D, Freeman K, Lois N, et al. Pan-retinal


photocoagulation and other forms of laser treatment and drugs therapies for non-
proliferative diabetic retinopathy: Systemic review and economic evaluation. Health
Technol Assess. 2015

6. Qian T, Zhao M, Li X, Xu X. Efficiency and safety of laser photocoagulation with or


without intravitreal ranibizumab for treatment of diabetic macular edema: A systematic
review and meta-analysis. Int J Ophthalmol. 2017

7. Kimoto K, Kubota T. Anti-VEGF agents for ocular angiogenesis and vascular


permeability. J Ophthalmol. 2012

Anda mungkin juga menyukai