Anda di halaman 1dari 8

USING VALUE STREAM MAPPING TO SUPPORT LEAN SUPPLY IMPLEMENTATION : AIRCRAFT

ENGINE MAINTENANCE
Faisal 1, Purnawan Adi. W, S.T. , M.T. 2
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang, Semarang
Telp. 0856550111681
E-mail: faisalsjawie@gmail.com1
ABSTRAK
PT GMF Aeroasia merupakan anak perusahaan PT Garuda Indonesia yang berfokus dalam Maintenance, Repair, and
Operation (MRO) atau perawatan pesawat. Salah satu bagian pesawat yang diperbaiki di PT GMF Aeroasia adalah
engine pesawat, tepatnya di unit Engine Maintenance. Unit Engine Maintnance. PT GMF Aeroasia menyediakan jasa
perawatan engine maskapai lain yang ingin menggunakan jasa unit Engine Maintenance PT GMF Aeroasia. Salah satu
jenis engine yang bisa dilakukan perawatan di unit Engine Maintenance adalah engine CFM56-7B. Dalam setiap
engine CFM56-7B yang diperbaiki di Engine Maintenance, terdapat waktu penyelesaian perawatan yaitu TAT (Turn
Around Time) engine yaitu 75 hari, namun dalam pelaksanaannya, unit Engine Maintenance sering kali melebihi batas
waktu TAT yang sudah ditetapkan. Penyebab keterlambatan perawatan engine CFM56-7B bisa disebabkan oleh
berbagai hal yang menghambat aliran engine dalam rangkaian perawatan. Sehingga, pada penelitian ini akan
digunakan Value Stream Mapping (VSM) untuk mengidentifikasi hambatan rangkaian perawatan dan Root Cause
Analysis (RCA) untuk mengidentifikasi penyebab keterlambatan perawatan engine CFM56-7B. Hasil akhir dari analisis
tersebut akan menunjukkan penghambat aliran rangkaian perawatan dan penyebabnya, serta rekomendasi perbaikan.
Kata Kunci : VSM, RCA, Lean Supply Chain.

ABSTRACT
Using Value Stram to Support Lean Supply Implementation: Aircraft Engine Maintenance. PT GMF AeroAsia is a
company in PT Garuda Indonesia group that doing the business of Maintenance, Repair, and Operation (MRO) of
aircraft. One of the unit in PT GMF AeroAsia is engine maintenance unit. Engine maintenance unit does not only repair
Garuda Indonesia’s and Citilink’s aircraft, but also repairs another airline’s aircraft who want to use their unit’s
service. One kind of the engine that can be repaired at engine maintenance unit is engine CFM56-7B. In every engine
CFM56-7B which is repaired in engine maintenance unit, there is a 75 days of Turn Around Time. But, the maintenance
process often pass the Turn Around time, which is caused by many factors that influence the engine flow in the
maintenance process. This research used Value Stream Mapping (VSM) to identify the obstacles of the engine CFM56-
7B maintenance process’ flow and used Root Cause Analysis (RCA) to identify the caused of the overdue engine
CFM56-7Bmaintenance process. The result of this research shows the obstacles of the maintenance flow, the obstacle’s
causes, and recommendations.
Key Words : VSM, RCA, Lean Supply Chain
disebabkan oleh berbagai hal. Rangkaian proses pada
Pendahuluan gating procedure akan digambarkan dan dianalisis
Unit Engine Maintenance, bagi PT GMF AeroAsia, dengan menggunakan Value Street Mapping, sehingga
merupakan salah satu komponen perusahaan yang cukup dapat memperlihatkan waktu secara dari masing –
vital, hal ini dikarenakan Engine Maintenance masing proses.
merupakan unit yang memperbaiki engine, yang Dalam proses perawatan tersebut, masih
merupakan bagian yang sangat penting bagi pesawat. banyak terdapat waste atau bisa disebut sebagai
Dalam melakukan perbaikan Engine pesawat, pemborosan proses. Salah satu metode dalam perbaikan
PT GMF memiliki aturan aliran perbaikan dengan pelyanan untuk meningkatkan kinerja adalah
menerapkan sistem Gating Procedure. Perawatan engine pengaplikasian konsep lean pada Unit Engine
dimulai dengan penerimaan engine, perjanjian dengan Maintenance. Konsep lean melakukan pendekatan
customer, dan disassembly, dilanjutkan dengan secara sistemik untuk mengidentifikasi dan
pemesanan part, inspeksi, perbaikan part, penerimaan menghilangkan pemborosan (waste) dan
part, dan diakhiri dengan assembly,test cell, dan aktivitasaktivitas yang tidak benilai tambah (non value
penagihan biaya kepada customer. Setiap engine yang added activities). Diawali dengan dengan pembuatan
masuk, diberikan waktu TAT (Turn Around Time) Value Stream Mapping, konsep lean akan
penyelesaian perbaikan engine. Pada umumnya, TAT mengidentifikasi semua aktivitas pada perusahaan.
perbaikan engine adalah 75 hari. Pada kenyataannya, Setelah teridentifikasi maka diharapkan waste-waste dan
waktu perawatan engine yang diperbaiki di PT GMF non value added activities yang ada dapat diminimalkan.
AeroAsia hampir selalu melebihi waktu TAT. Hal ini Sistem produksi yang mengaplikasikan lean dikatakan
ramping, karena sistem ini menggunakan sumber daya
manusia, area produksi, yang lebih sedikit jika waiting time. Konsep Lean Supply Chain juga
dibandingkan dengan mass production, serta menghemat diciptakan untuk dampak yang berjangka panjang,
waktu pengembanganproduk sehingga menekan jumlah dengan kontrak keuntungan dari aliran rantai pasok yang
defect dan sebaliknya mampu menghasilkan variasi dan semaksimal mungkin dengan biaya negosiasi yang
pertumbuhan produk yang semakin meningkat (Taylor seminimal mungkin, tetapi biasanya tanpa merubah
dan Brunt, 2001). jumlah atau kualitas barang, tujuan pengiriman, dan
Prinsip lean juga sudah diaplikasikan secara tanggal pemesanan yang telah ditentukan
lebih luas di perusahaan-perusahaan jasa untuk Value Stream Mapping (VSM) adalah perangkat
meningkatkan pelayanan terhadap konsumen dengan dari manajeman kualitas (quality management tools)
mengeliminasi waste seperti yang terdapat pada yang dapat menyusun keadaan saat ini dari sebuah
penelitian Bowen dan Youngdahl (1998). Selain itu, proses dengan cara membuka kesempatan untuk
penelitian di bidang jasa yang menerapkan konsep lean melakukan perbaikan dan mengurangi pemborosan.
juga mencakup bidang manajemen informasi (Hicks, Value stream map adalah suatu cara yang efektif untuk
2007), kesehatan (Radnor et al., 2011) dan call service menemukan waste dan menunjukkan perbaikan proses
centre (Piercy et al., 2008). Penelitian Maleyeff (2006), (Womack, 1996). Menurut Womack dan Jones, Value
dimana lean service digunakan sebagai pendekatan stream mapping (VSM) digunakan sebagai alat untuk
untuk membuat suatu sistem service internal yang untuk memudahkan proses implementasi lean dengan
efektif sehingga bisa dipastikan informasi-informasi cara membantu mengidentifikasi tahapan-tahapan value-
penting bisa sampai ke konsumen dengan cepat dan added di suatu aliran proses (value stream), dan
dengan pelayanan yang efektif. Dalam konsep lean, mengeliminasi tahapan-tahapan non-value added atau
standardisasi prosedur dan continous improvement waste. Hal tersebut akan dijadikan dasar dalam upaya
menjadi hal yang mendasar dalam kelangsungan proses rencana perbaikan sehingga dengan gambaran tersebut
jasa untuk meningkatkan kinerja suatu perusahaan. dapat diketahui proses produksi secara komprehensif.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi Dalam sistem lean, fokus identifkasi masalah
dan menganalisis jenis pemborosan (waste) yang terjadi dimulai dengan value stream mapping, yang mana di
dalam alur proses perawatan mesin CFM56-7B di unit dalamnya digambarkan seluruh langkah-langkah proses
Engine Maintenance PT GMF AeroAsia. ,mengetahui yang berkaitan dengan perubahan permintaan pelanggan
jenis waste terbesar dan paling berpengaruh yang terjadi menjadi produk atau jasa yang dapat memenuhi
dalam alur proses perawatan mesin CFM56-7B di unit permintaan dan mengidentifikasi berapa banyak nilai
Engine Maintenance PT GMF AeroAsia, yang terdapat dalam setiap langkah ditambahkan ke
mengidentifikasi faktor – faktor yang menyebabkan produk. Segala aktivitas yang menciptakan fungsi-fungsi
terjadinya proses pemborosan (waste) yang terjadi yang memberikan nilai tambah kepada pelanggan
dalam alur proses perawatan mesin CFM56-7B di unit dinamakan dengan value-added, sedangkan aktivitas
Engine Maintenance PT GMF AeroAsia, dan yang tidak memberikan nilai tambah dinamakan dengan
memberikan usulan perbaikan terhadap aktivitas – non-value- added
aktivitas yang berhubungan dengan alur proses Menurut Suhartono (2007), terdapat tujuh jenis
perawatan mesin CFM56-7B di unit Engine pemborosan (waste) dalam proses produksi di dalam
Maintenance PT GMF AeroAsia Toyota Production System (TPS), yaitu sebagai berikut:
1. Overproduction yaitu pemborosan yang
Landasan Teori disebabkan karena kegiatan memproduksi barang
Sebuah desain Lean pada aliran rantai pasok yang berlebihan dengan jumlah yang lebih banyak
(Supply Chain) memiliki tujuan untuk mengefesiensikan dari yang dibutuhkan atau telah dipesan konsumen,
dari setiap tingkatan operasi atau bagian – bagian atau bisa juga disebabkan karena memproduksi
disemua tingkatan dari rantai pasok yang terkait. Arti barang lebih cepat. Hal tersebut dapat
efisiensi dalam konsep Lean Supply Chain disini adalah menghasilkan jenis pemborosan (waste) yang lain.
meminimlakan berbagai aspek termasuk biaya, waktu, 2. Waiting time yaitu pemborosan (waste) yang
ruangan, jarak, dan sebagainya yang bertujuan untuk terjadi karena kegiatan menunggu proses yang
meminimasi sumber daya. Sumber daya utama dari selanjutnya. Waiting merupakan selang waktu
rantai pasok (supply chain) sendiri adalah manusia, ketika seorang operator tidak menggunakan waktu
inventory, truk, gudang, dan modal maupun resources. untuk melakukan aktivitas yang memiliki nilai
Sebuah desain Lean Supply Chain bertujuan utama tambah (Non Value Added Activities) dikarenakan
untuk menghilangkan pemborosan (waste) yang berada menunggu aliran produk dari proses sebelumnya
dalam seluruh kegiatan pada setiap tingkatan rantai (upstream). Dari hal tersebut, maka dapat
pasok., termasuk diantaranya adalah meminimasi menyebabkan proses produksi maupun sistem yang
inventory, meminimalkan jumlah kebutuhan gudang, tidak dapat mencapai titik optimal.
mengoptimalisasikan sistem transportasi, mengurangi
3. Excessive Transportation merupakan kegiatan (TCM), yaitu Sakichi Toyoda yang menginginkan setiap
yang penting akan tetapi tidak menambah nilai individu dalam organisasi mulai dari Top Level
pada suatu produk (Necessary but Non-Value Management sampai shopfloor memiliki skill problem
Added). Transportasi merupakan proses solving (pemecahan masalah) dan mampu menjadi
memindahkan material atau work in process (WIP) seorang problem solver di masing – masing area dan
dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang masing – masing kapasitas dari setiap pegawai.
lainnya, baik menggunakan forklift, conveyor,
maupun truck. Dalam sistem aliran rantai pasok Metode Penelitian
(supply chain), transportasi akan menjadi salah Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian
satu pemborosan (waste) ketika jarak yang ini adalah metodologi studi kasus. Menurut Yin, 2009,
ditempuh untuk mendapatkan suatu material terlalu metode penelitian studi kasus membuat peneliti mampu
jauh dari jangkauan operator saat produksi. mempertahankan karakteristik yang berarti dan mampu
4. Innapropiate processing merupakan kegiatan yang menganalisis secara keseluruhan kejadian yang
terjadi ketika metode kerja atau urutan proses kerja sebenarnya. Penelitian studi kasus dilakukan di PT.
yang digunakan dirasa kurang baik dan kuran GMF AeroAsia, anak perusahaan PT. Garuda Indonesia
fleksibel. Hal ini juga terjadi ketika proses yang yang bergerak di bidang perawatan pesawat terbang.
ada belum terstandardisasi sehingga kemungkinan Peneliti menggunakan wawancara dan observasi untuk
produk yang rusak akan tinggi. memperoleh informasi mengenai studi kasus perawatan
5. Unnecessary Inventories adalah persediaan yang engine CFM56-7B di PT. GMF AeroAsia.
kurang perlu. Maksudnya adalah persediaan Wawancara dilakukan pada studi kasus dengan
material yang terlalu banyak, work in process yang karyawan pada bagian disassembly engine, inspeksi,
terlalu banyak antara proses satu dengan yang repair process control, machining, engineering,
lainnya sehingga membutuhkan ruang yang banyak cleaning, kitting, assembly engine,dan test cell pada unit
untuk menyimpannya, kemungkinan pemborosan Engine Maintenance PT. GMF AeroAsia. Wawancara
ini adalah buffer yang sangat tinggi. Pemborosan yang dilakukan bersifat semi terstruktur dan kuisioner
ini juga dapat terjadi ketika adanya persediaan terbuka-tertutup dan fixed format. Wawancara semi
yang menumpuk. terstrtuktur dan kuisioner terbuka-tertutup digunakan
6. Unnecessary Motion merupakan ketika pewawancara mendorong orang yang
aktivitas/pergerakan yang kurang perlu yang diwawancara untuk menjelaskan apa yang ia pahami
dilakukan operator yang tidak menambah nilai dan berdasarkan cara yang khusus.
memperlambat proses sehingga lead time menjadi Wawancara yang dilakukan bersifat semi
lama. terstruktur dan kuisioner terbuka-tertutup dan fixed
7. Defects adalah produk yang rusak atau tidak sesuai format digunakan untuk mendapatkan wawasan
dengan spesifikasi. Hal ini akan menyebabkan mengenai penerapan lean supply chain pada unit
proses rework yang kurang efektif, tingginya perusahaan. Untuk mencari pendekatan implementasi
komplain dari konsumen, serta inspeksi level yang lean supply chain, sejumlah pertanyaan dipersiapkan
sangat tinggi. untuk mendapatkan gagasan yang menggambarkan
Root Cause merupakan alasan utama dan yang praktek kegiatan orang yang diwawancara. Pertanyaan-
paling mendasar atas terjadinya kejadian yang tidak pertanyaan terssebut juga berisi pertanyaan mengenai
diharapkan. Apabila permasalahan utama tidak kondisi aliran perawatan engine pada unit tersebut.
diidentifikasi dan dianalisis, maka kendala – kendala Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan, diantaranya:
kecil akan semakin bermunculan dan masalah yang ada  Kegiatan apa yang dilakukan pada bagian unit ini?
tidak akan berakhir (continuous problem). Oleh karena  Apa hambatan yang terjadi pada kegiatan di bagian
itu, mengidentifikasi dan mengiliminasi akar dari suatu unit ini?
permasalahan menjadi hal yang sangat penting. Root  Apa pemborosan yang paling sering terjadi di
Cause Analysis (RCA), merupakan suatu proses bagian unit ini?
mengidentifikasi penyebab – penyebab utama dari  Bagaimana urutan pemborosan yang paling sering
terjadinya suatu permasalahan dengan menggunakan terjadi di unit ini?
pendekatan yang terstruktur dengan teknik – teknik yang  Apa pemborosan yang memberikan dampak
telah didesain untuk berfokus pada identifikasi, terbesar di bagian unit ini?
penyelesaian, serta eliminasi masalah. Dengan adanya
 Apa hal yang diperlukan untuk mengurangi
Root Cause Analysis (RCA) sendiri, dipercaya mampu
pemborosan tersebut?
menurunkan probabilitas terjadinya kejadian atau
 Apa hal yang telah dilakukan untuk mengurangi
masalah – masalah yang timbul dan yang tidak
pemborosan tersebut?
diharapkan. Metode Root Cause Analysis ini
dikembangkan oleh pendiri Toyota Motor Corporation
 Pemborosan apa yang telah dieliminasi setelah anda Tabel 1 Identifikasi Aktivitas pada Proses
melakukan penanggulangan? Perawatan engine CFM56-7B
Selama wawancara, peneliti menuliskan Waktu
Gate Aktivitas VA NVA NNVA
jawaban orang yang diwawancara, dan melakukan (hari)
verifikasi jawaban kepada orang yang diwawancara Induction
0 
setelah wawancara selesai dilakukan. Selain melakukan Engine
7
Disassembly
wawancara, peneliti melakukan pengolahan data 1 
Engine
berdasarkan data historis. Data historis yang digunakan
Part Fast Track
adalah data daily shop visit planning and work in 2 dikirim ke 14 
progress report yang berisi data lama waktu kegiatan vendor
perawatan setiap engine pada setiap bagian di unit 3 Inspeksi part 18 
Engine Maintenance. Setelah itu, semua informasi yang
didapatkan dari wawancara, kuisioner, dan data historis 4 Inhouse repair 
diljadikan data yang dianalisis dan dibahas di bagian Kedatangan 41
selanjutnya. 5 part dari 
vendor
Assembly setiap
Hasil dan Pembahasan 6 
modul 18
Dalam melakukan identifikasi terhadap proses
7 Assembly akhir 
perawatan engine, akan digunakan Value Stream
Mapping sebagai alat bantu. Adapun Value Stream 8 Test Cell 12 
Mapping proses perawatan engine pada unit Engine Servicable
Maintenance PT GMF AeroAsia ditampilkan pada 9 Engine dikirim 
Gambar 1. ke pelanggan 10
Proses perawatan engine CFM56-7B di unit Engine Penyelesaian
10 
Maintenance diatur dalam Gating Procedure, yang tagihan
membagi proses perawatan menjadi 11 gate (gate 0-gate
10). Proses tersebut dikelompokkan sebagai berikut: Identifikasi Waste
1) Gate 0 : Proses penerimaan engine dari customer dan Setelah mengidentifikasi aktivitas pada
dimulainya waktu TAT (Turn Around Time) perawatan engine CFM56-7B, selanjutnya dilakukan
2) Gate 1 : Penyelesaian proses disassembly engine identifikasi dan pengelompokkan kegiatan perawatan
3) Gate 2 : Fast Track Part (part yang tidak bisa engine berdasarkan jenis wastenya dengan
diproses di PT GMF AeroAsia) dikirim ke vendor menggunakan pengelo,pokkan seven waste. Berikut ini
untuk perbaikan adalah identifikasi dan penggolongan aktivitas
4) Gate 3 : Selesainya seluruh inspeksi part engine perawatan engine CFM56-7B berdasarkan waste :
5) Gate 4 : Semua part telah selesai diperbaiki 1) Over Production
6) Gate 5: Semua part dari vendor ataupun part yang Panggilan yang berulang kepada customer untuk
terlambat diperbaiki di PT GMF AeroAsia telah persetujuan tagihan awal
selesai diperbaiki 2) Defect
7) Gate 6: Memulai sub assembly modul-modul engine a. Proses perbaikan machining dilakukan terburu-
8) Gate 7: Memulai assembly akhir buru dan tidak teliti menyebabkan defect
9) Gate 8: Memulai proses Test Cell (pengujian engine) b. Proses perbaikan pada general repair yang tidak
10)Gate 9: Pengiriman engine sesuai manual menyebabkan defect
11)Gate 10 : Penyelesaian pembayaran customer 3) Unnecesery Inventory
Identifikasi aktivitas pada proses perawatan engine a. Part yang menunggu keputusan engineer
CFM56-7B ditempatkan di tempat inspeksi
Aktivitas-aktivitas pada proses perawatan b. Part yang menunggu untuk diperbaiki
engine CFM56-7B dapat diklasifikasikan seperti pada memenuhi bagian repair, terutama ketika
Tabel 1, dengan pengklasifikasiannya didasarkan pada terdapat modul
tipe aktivitas dalam organisasi menurut Hines dan 4) Inappropiate Processing
Taylor (2000). Berdasarkan value stram mapping dan a. Pengulangan berkali-kali saat proses
tabel identifikasi aktivitas diatas, diketahui nilai total disassembly engine
aktivitas yang memiliki nilai tambah (value added b. Teknisi di bagian machining mencari cara
activity) adalah 71 hari (64.5%), sedangkan total waktu perbaikan part ketika manual tidak sesuai
yang tidak mempunyai nilai tambah (non value added 5) Excessive Transportation
activity) adalah 39 hari (35.5%). Mengirim part yang akan diperbaiki di bagian
workshop tanpa bantuan mobil pengantar
Vendor

Planning and
engineering Manager

Vendor

Manager
Customer

Customer
Planning Repair production
production control control Manager

Engineering Job Card


2
1 3
Induction Disassembly Cleaning Inspection Repair Process Final inspection Kitting Assembly Engine Test cell Engine
Serviceable

VA : 71 Hari

41 Hari NVA : 39 Hari

18 Hari
11 Hari 18 Hari 12 Hari 10 Hari

Gambar 1 Value Stream Mapping proses perawatan engine pada unit Engine Maintenance PT GMF AeroAsia
6) Waiting Time hanya membahas jenis waste yang tertinggi yaitu
a. Menunggu konfirmasi customer apabila waiting dengan nilai bobot sebesar 0,23. Adapun RCA
ditemukan kerusakan baru melalui borescope waste waiting sebagai berikut :
b. Antiran proses cleaning part engine Tabel 3. Root Cause Analysis Waste Waiting.
c. Part mengantri untuk dilakukan inspeksi Masalah WHY WHY WHY WHY WHY
d. Menunggu keputusan engineer apakah part yang Memas
sudah diinspeksi termausk repairable atau reject Customer tikan
Menu
menentuka Semua apakah
e. Menunggu pemesanan material yang tidak nggu
n apakah
Ditemu
part barang
tersedia di gudang Keput kannya
kerusakan engine telah
usan kerusak
f. Menunggu keputusan engineer apabila manual custo
akan ikut
an baru
diinspek service
pengerjaan tidak sesuai di bagian machining diperbaiki si able
mer
atau tidak atau
g. Menunggu pembelian tools yang tidak tersedia tidak
di bagian machining dan general repair Karena
h. Menunggu semua part serviceable dari inspeksi, TAT semua
repair, dan vendor engine part
Engine
7) Unnecessary Motion Adanya sudah suatu
Antria dalam
prioritas melebihi engine
a. pekerja harus turun dari tempat kerjanya, n Part status
engine atau belum
mengambil tools, lalu naik kembali urgent
sudah selesai
b. pekerja mencari tools pada peralatan yang dekat diprose
terletak jauh dari engine s
Karena Sesuai
Identifikasi Primary Waste pada perawatan engine Tidak
harganya dengan
CFM56-7B Waiting Menu ada
Material mahal umur
Time nggu materia
Berikut ini merupakan rekap hasil wawancara Mater
tidak ada di
l
dan permint
kepada karyawan untuk mengetahui waste yang paling gudang spesifika aan
ial cadang
sinya custom
sering terjadi pada proses perawatan engine CFM56-7B: an
beragam er
Tabel 2 Rekap wawancara waste proses perawatan Prosed
engine CFM56-7B ur
Pengada pengad
Tidak
No Jenis Waste Skor Bobot Menu Tools tidak an tools aan
ada
1 2 3 4 5 6 7 nggu ada di lama tools
cadang
tools gudang dilakuka memak
Over 0.04693 an tools
7 3 0 0 0 0 0 13 n an
1 Production 1
waktu
0.12635 lama
Defects 0 3 2 3 1 1 0 35
2 4
Proses
Unnecessary 0.11191 Tahapa
1 2 3 1 2 1 0 31 Menu Masih perbaika
3 Inventory 3 Belum n
nggu diperba n
Inappropiate 0.19494 semua part perbaik
0 0 0 2 3 4 1 54 servic iki membut
4 Processing 6 engine, an
eable (inhous uhkan
Excessive serviceable panjan
0.13718 part e/vendo waktu
Transportati 0 2 3 2 1 2 0 38 g
4 r) lama
5 on
Waiting 0.23826 Tidak
0 0 0 0 1 2 7 66 Menu sesuai
6 Time 7
nggu teori
Unnecessary 0.14440 Engineer Manual Tidak
2 0 2 2 2 0 2 40 penjel dengan
7 Motion 4 mencari kurang dapat
asan keadda
Total 277 1 referensi jelas diaplikas
engin n di
eer ikan lapanga
Berdasarkan tabel diatas, waste yang paling sering
n
terjadi adalah waiting time, inappropriate processing,
dan unnecessary motion.
Berikut ini adalah diagram fishbone waste berupa
Root Cause Analysis
waiting time:
Root cause analysis merupakan tools yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab
terjadinya permasalahan. Wawancara mengenai waste
ditujukan kepada karyawan yang menjadi elemen dalam
proses perawatan engine CFM56-7B. Hasil dari
kuisioner adalah waiting time merupakan primary waste.
Dari hasil tersebut dapat dibangun sebuah root cause
analysis untuk mengidentifikasi dampak dan akar
penyebabnya. Root cause analysis dalam penelitian ini
perbaikan layout agar RPC lebih mudah dalam
Gambar 2 Diagram fishbone waiting time mengontrol aliran fisik part.
6) Unnecessary Motion : Pengaturan ketinggian
Equipment Methods
penempatan tools pada kegiatan disassembly
Tidak tersedianya tools
sehingga pekerja dapat menghemat tenaga dan
Metode dalam Manual
tidak bisa diapliaksikan gerakan.
Menunggu pembelian
tools
Menunggu persetujuan
customer KESIMPULAN
Menunggu keputusan
Hal yang ingin dikembangkan dari penelitian
dari Engineering
ini adalah untuk meneliti bagaimana cara
Waiting Time mengimplementasi dan pendekatan apa yang
GMF belum mampu sebaiknya digunakan untuk mengimplementasi
memproses part
tersebut lean supply chain pada unit Engine Maintenance.
Part diperbaiki diluar
GMF
Hal-hal yang didapat dari sesi wawancara semi
Material tidak siap
terstruktur dan kuisioner terbuka-tertutup dan fixed
Butuh respon cepat
saat dibutuhkan format menunjukkan bahwa perusahaan yang
Man Material
Tidak ada menjadi objek studi kasus belum menggunakan
penyimpanan material
pendekatan apapun dalam melaksanakan lean
supply chain.
Rekomendasi Perbaikan Waste yang terdapat di perawatan engine PT.
Berikut ini adalah rekomendasi perbaikan GMF AeroAsia. diantaranya yaitu waiting time,
untuk primary waste yaitu waiting time: unnecessary inventory, excessive transportation,
1) Pembuatan SOP mengharuskan customer inappropriate processing, dan unnecessary motion,
memberi jawaban dalam rentang waktu tertentu dengan primary waste berupa waiting time. Usulan
(Kaizen burzt 1) perbaikan yang diberikan dalam mengurangi
2) Pemberian penjelasan tambahan oleh engineer pemborosan (waste) dalam proses perawatan
disamping manual yang telah disediakan engine CFM56-7B diantaranya adalah membuat
(Kaizen burst 2) peraturan batas waktu persetujuan customer,
3) Melakukan pengawasan aliran fisik dan menambah pekerja, menyediakan stok material dan
informasi perawatan oleh repair production tools, lebih aktif melakukan update sistem,
control dan PPC (Kaizen burst 3) engineer lebih aktif mencari referensi manual,
4) Mengadakan stok material dan tools yang pengadaan mobil untuk transportasi part, membuat
sering dipesan PT GMF AeroAsia (Kaizen tempat penyimpanan pada bagian inspeksi dan
burst 4) RPC, perubahan layout, dan tempat tools dapat
5) Pelaksanaan overtime untuk mengejar target diatur ketinggiannya.
waktu penyelesaian perawatan engine Perusahaan terus menjalankan continuous
Berikut ini adalah rekomendasi perbaikan improvement untuk meningkatkan produktivitas
untuk secondary waste: kegiatan perawatan engine, namun upaya untuk
1) Over Production:Membuat SOP agar customer mengeliminasi pemborosan belum dilakukan
memberi jawaban paling lambat 24 jam setelah secara terstruktur dan terkontrol. Untuk
panggilan menjalankan kegiatan perusahaan dengan
2) Defect :Memberitahu engineer mengenai pendekatan lean supply chain, perusahaan harus
ketidaksesuaian manual daripada melakukan memiliki dukungan penuh dan arahan jelas dari top
trial and error dan melakukan pelepasan management level terutama dari direktur
bagian engine dalam satu kali proses perusahaan.
3) Unnecesery Inventory : Disediakannya tempat
penyimpanan di area inspeksi dan REFERENSI
disediakannya tempat untuk modul engine di Batubara, Sumiharni. 2011. Penerapan Konsep
area RPC Lean Manufacturing untuk Meningkatkan
4) Inappropiate Processing : Memberitahu Kapasitas Produksi. Jurnal Teknik Industri.
engineer mengenai ketidaksesuaian manual Bowen, D. and Youngdahl, W. 1998. ‘lean’
daripada melakukan trial and error dan service : in defence of a production line
melakukan pelepasan bagian engine dalam satu approach, International Journal of Service
kali proses Industry Management 9, hal. 207-225.
5) Excessive Transportation : Penggunaan mobil Liker, Jeffrey K. 2004. The Toyota Way.
angkut untuk mengirim part ke workshop dan Amerika : Mc Grawhill
Gaspersz, Vincent, 2007. Lean Six Sigma for
Manufacturing and Service. Industries,
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Hicks, B.J. (2007), Lean Information
Management : Understanding and Eliminating
Waste, International Journal of Information
Management 27, hal. 233-249.
Maleyeff, J. 2006. Exploration of
International Service System Using Lean
Principles. Management Decisions 44, hal.
674-689.
Muslimen, Rasli.2011. Lean Manufacturing
Implementation in Malaysian Automotive
Components Manufacturer: a Case Study.
Piercy, N. and Rich, N.2009. Lean
Transformation in the Pure Service
Environment: the Case of the Call Service
Centre. International journal of Operations
and Production Management 29, hal. 54-76.
Putra Respama, Ari. 2011. Skripsi. Penerapan
Simulasi Pada Perusahaan Berbasis Lean.
Fakultas Teknik. Sekolah Tinggi Manajemen
Industri. Trisakti
Suhartono.2007.Penerapan Lean Production
pada Sistem Produksi Make to Order dengan
Pendekatan Lean Motion Time Study-Discrete
Event Simulation Guna Meningkatkan
Efektifitas dan Efisiensi Aliran Produksi.
Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Radnor, J., Holweg, M., and Waring, J.
(2011). Lean in healthcare: The Unfilled
Promise?. Journal social science and
Medicine, XXX, hal. 1-8.
Taylor, D., & Brunt, D. 2001. Manufacturing
Operations and Supply Chain Management:
The Lean Approach. New York: Cengage
Learning Emea.
Wibisono, D. 2006. Manajemen
Kinerja. Jakarta: Erlangga.
Witantyo. 2012. Minimasi Waste
(Pemborosan) Menggunakan Value Stream
Analysis Tool untuk meningkatkan efisiensi
waktu produksi.
Womack, J. P., & Jones, D. T. 2010. Lean
thinking: banish waste and create wealth in
your corporation. Simon and Schuster.
Womack, J. P., & Jones, D. T. 2009. Lean
solutions: how companies and customers can
create value and wealth together. Simon and
Schuster.

Anda mungkin juga menyukai