Kelompok 2
D o s e n P em b i m b i n g : d r . L e s t a r i R a h m a h , M K T
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkah dan
karunia-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan modul mata kuliah Asuhan Kebidanan Dengan
Penyakit Sistemik Dan Endemik.
Modul ini disusun sebagai referensi dan bahan belajar untuk mahasiswa program
pendidikan D-IV Kebidanan.
Penyusun mengucapkan terimakasih atas berbagai bantuan baik materil maupun
imateril dari berbagai pihak atas keberhasilan penyusunan modul ini.
Mudah-mudahan modul ini dapat digunakan secara efektif dan dapat menjadi media
yang dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan memberikan Keterampilan Dasar
Kebidanan bagi mahaiswa program DIV Kebidanan.
Tim Penyusun
Kelompok 2
K a t a P e n g a n t a r .............................................................................................................
D a f t a r I s i ..........................................................................................................................
P e n d a h u l u a n ( p e t u n j u k b e l a j a r ) ..............................................................................
R a n g k u m a n ....................................................................................................................
T e s F o m a t i f ..................................................................................................................
K u n c i J a w a b a n T e s F o r m a t i f ................................................................................
D a f t a r P u s t a k a ..............................................................................................................
Modul ini berjudul “Asuhan Kebidanan Dengan Penyakit Sistemik Dan
Endemik”. Modul ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk dapat menjelaskan
Asuhan Kebidanan pada ibu hamil, nifas, dengan penyakit darah meliputi : Anemia, Kelainan
pembukuan darah, penyakit Hodgkin, dan kelainan kekentalan darah.
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 , anda diharapkan dapat memahami tentang Asuhan
Kebidanan pada ibu hamil, nifas, dengan penyakit darah meliputi : Anemia, Kelainan pembukuan
darah, penyakit Hodgkin, dan kelainan kekentalan darah
Anemia, kelainan pembekuan darah, penyakit hodgkin, dan kelainan kekentalan darah.
Anemia, Kelainan Pembekuan Darah, Penyakit
Hodgkin, Dan Kelainan Kekentalan Darah.
A. Definisi Anemia
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price,
2006 : 256). Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis
yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
Anemia , dalam bahasa yunani tanpa darah adalah penyakit kurang darah yang
ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal.Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl dan eritrosit kurang
dari 41% pada pria , maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada
wanita , wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit
kurang dari 37% , maka wanita itu dikatakan anemia.Berikut ini katagori tingkat
keparahan pada anemia.
• Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.
• Kadar Hb 8 gram -5 gram disebut anemia saedang.
• Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.
Karena hemoglobin terdapat dalam sel darah merah , setiap ganguan pembentukan sel
darah merah , baik ukuran maupun jumlahnya , dapat menyebabkan terjadinya
anemia.ganguan tersebut dapat terjadi ‘’pabrik’’ pembentukan sel (sumsum
tulang)maupun ganguan karena kekurangan komponen penting seperti zat besi , asam
folat maupun vitamin B 12. (Soebroto Ikhsan,Cara Mudah Mengatasi Problem
Anemia,Cetakan 1, Yogyakarta 2009)
c) Anemia Makrositik
Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12 atau asam
folat. Anemia ini memiliki ciri sel-sel darah abnormal dan berukuran besar
(Makrositer) dengan kadar hemoglobin per eritrosit yang normal atau lebih tinggi
(hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV atau Mean Corpuscular Volume merupakan salah
satu karakteristik sel darah merah. Sekitar 90% anemia makrositik yang terjadi adalah
anemia pernisiosa.
Selain menggangu proses pembentukan sel darah merah kekurangan vitamin
b12 juga mempengaruhi sistem saraf,sehingga penderita anemia ini akan merasakan
kesemutan ditangan dan kaki ,tungkai dan kaki,dan tangan seolah mati rasa,serta kaki
dalam bergerak.gejala lain yang dapat terlihat diantaranya adalah buta warna
tertentu,termasuk warna kuning dan biru,luka terbuka dilidah atau lidah seperti
terbakar,penurunan berat badan,warna kulit menjadi lebih
gelap,linglung,depresi,penurunan fungsi intelektual.
Biasanya kekurangan vitamiin b12 terdiagnosis pada pemeriksaan darah rutin
untuk anemia.pada contoh darah yang diperiksadibawah mikroskop ,tampak selah
merah berukuran besar .juga dapat dilihat perubahan sel darah putih dan
trombosit,terutama jika penderita anemia dalam jangka waktu yang lama.jiika diduga
terjadi kekurangan ,maka dilakukan pengukuran kadar vitamin b12 dalam darah.
d) Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah dihancurkan jauh lebih cepatdari
normal.umur sel darah merah normalnya 120 hari .pada anemia hemolitik,umur sel
darah merah lebih pendek sehingga sumsum tulang penghasil sel darah merah tidak
dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan sel darah merah.
f) Anemia Aplastik
Merupakan jenis anemia yang berbahaya, karena dapat mengancam jiwa.
Anemia aplastik terjadi bila” pabrik”(sumsum tulang )pembuatan darah merah
terganggu .Pada anemia aplastik ,terjadi penurunan produksi sel darah (eritrosit,
leukosit dan trombosit).Anemia aplastik disebabkan oleh bahan kimia ,obat-obatan
,virus dan terkait dengan penyakit-penyakit yang lain.
B. Pengertian Hemostasis
Hemostasis berasal dari kata haima (darah) dan stasis (berhenti), merupakan proses
yang amat kompleks, berlangsung terus menerus dalam mencegah kehilangan darah secara
spontan, serta menghentikan pendarahan akibat adanya kerusakan sistem pembuluh darah.
Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi
trombosit (platelet) serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan maupun yang
melarutkan bekuan.
Pada hemostasis primer terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera
sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Vasokonstriksi merupakan respon
segera terhadap cedera, yang diikuti dengan adhesi trombosit pada kolagen pada dinding
pembuluh yang terpajan dengan cedera dengan perantara faktor von Willbrand. Trombosit yang
teraktivasi menyebabkan reseptor trombosit Gp IIb/IIIa siap menerima ligan fibrinogen dan
terjadi agregasi trombosit dan membentuk plak trombosit yang menutup luka/truma . Proses ini
kemudian diikuti proses hemostasis sekunder yang ditandai dengan aktivasi koagulasi melalui
jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik.
Dengan demikian, luka dapat digolongkan menjadi Luka Tertutup dan Luka terbuka.
Dari kedua luka tersebut mempunyai dampak yaitu terjadinya kehilangan cairan yang dapat
membawa pada renjatan atau shock bila tidak ada usaha untuk mengendalikannya.
Pengendalian luka oleh tubuh dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama ialah usaha untuk
mengendalikan luka, yang berakhir dengan terbentuknya gumpalan darah (clot) yang berguna
untuk menghentikan pendarahan. Tahap kedua ialah penghancura gumpalan darah atau
resorpsi. Tahap ketiga ialah pembentukan kembali struktur semula (regenerasi) yang rusak pada
waktu luka
2.2 Pembekuan Darah
Di awal abad 20, Howell mengatakan bahwa ada 4 faktor penggumpal darah, yaitu
tromboblastin, protrombin, Ca 2+ dan fibrinogen. Dewasa ini telah diketahui paling tidak ada
12 faktor yang diperlukan dalam penggumpalan darah, seperti yang tampak pada table berikut
ini.
Faktor Nama
I Fibrinogen
II Protrombin
IV Ca2+
IX Faktor stuart-power
Gangguan pada tingkat pembuluh darah. Hal ini disebabkan oleh adanya kekurangan
vitamin C dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang agak lama, yang berujung
pada kerapuhan pemmbuluh darah, terutama pembuluh darah kapiler. Akibatnya, mudah
terjadinya pendarahan bahkan oleh trauma ringan sekalipun.
Gangguan pada tingkat trombosit. Hal ini disebabkan adanya penurunan jumlah
trombosit yang mengakibatkan gangguan pada penggumpalan darah. Faktor penyabab
berkurangnya trombosit ini, bisa disebabkan berkurangnya jumlah megakaryosit yang mana
merupakan pembentukan sel asalnya yang berada di sumsum tulang. Hal ini dinamakan
Amegakaryocyte thrombopenia purpura (ATP). Selain disebabkan oleh Amegakaryocyte
thrombopenia purpura, penurunan jumlah tromosit juga dapat disebabkan karena beberapa
penyakit virus yang mengakibatkan penurunan jumlah trombosit dalam darah. Keadaan ini
disebut idiopathic thrombocytopenia purpura (ITP) . Salah satu contohnya adalah pada penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD). Pada DBD terjadi penurunan tajam dari jumlah trombosit di
dalam darah tepi, sehingga peenderita tiap saat terancam oleh bahaya pendarahan.
Ada beberapa jenis penyakit kelainan penggumpalan darah yang disebabkan oleh
kelainan gen, yaitu hemofilia. Ada 2 jenis hemofilia yaitu hemofilia A dan hemofilia B.
Hemofilia A merupakan penyakit yang terkenal dalam sejarah karena menyangkut anak
keturunan dari Ratu Victoria yang memerintah Inggris Raya di sebagian besar abad XIX.
Penyakit ini disebabkan oleh kelainan gen tang menjadikan faktor VIII atau AHG. Meskipun
gen ini terdapat di kromosom x namun bersifat resesif sehingga laki – laki yang lebih sering
menjadi penderita dibandingkan perempuan.
Hemofilia B disebut juga penyakit christmas atau faktor XI. Gen ini juga terdapat di
kromosom x dan bersifat resesif. Pada penyakit Hemofilia A dan Hemofilia B sama – sama
menunjukkan ketidakmampuan darah untuk melakukan penggumpalan. Hanya gen dari faktor
inilah yang terdapat di kromosom x, sedangkan faktor penggumpalan lain disebut otosom.
Penyakit von willebrand adalah salah satu contoh penyakit genetik otosom. Penyakit ini
ditandai dengan adanya gangguan pada kemampuan trombosit untuk melekat pada permukaan
dan juga gangguan pada faktor VIII. Darah si penderita masih dapat menggumpal, hanya saja
membutuhkan waktu yang lama. Kelainan penggumpalan lain yang disebabkan oleh genetik
otosom ialah kelainan pada faktor V yang dinamakan parahemofilia, faktor VII dan faktor X
(stuart). Selain itu, ada pula penyakit afibrinogenemia yang juga merupak genetik otosom yang
dicirikan dengan tidak adanya fibrinogen dalam darah oleh karena penderita tidak mampu
mensintesis fibrinogen sendiri. Saat ia terancam bahaya pendarahan, ia harus diberikan
fibrinogen dari luar tiap 10 – 14 hari karena biasanya fibrinogen akan lenyap dalam waktu 12 –
21 hari.
3.2 Klasifikasi
Klasifikasi limfoma Hodgkin (LH) yang umum digunakan hingga saat ini
yaitu klasifikasi histologik menurut REAL (Revised American Euro- pean
Lymphoma) dan WHO (World Health Organization) yang menglasifikasikan LH ke
dalam 5 tipe, yaitu (1) nodular sclerosing, (2) mixed cellularty, (3) lymphocyte
depleted, (4) lymphocyte rich dan (5) nodular lymphocyte predominant. LH tipe
nodular sclerosing, mixed cellularity, lymphocyte de- pleted dan lymphocyte rich
seringkali dikelompokkan sebagai LH klasik.
Gambar 2.3.
3.3.1 Anamnesis.
3.3.1.1 Gejala konstitusional yang terdiri atas:
3.3.1.1.1 Simtom B yang terdiri atas penurunan berat badan lebih dari
10% dalam 6 bulan terakhir, demam lebih dari 38 derajat
Celcius dan berkeringat di malam hari.
3.3.1.1.2 Demam Pel-Ebstein yaitu demam tinggi selama 1 sampai 2
minggu lalu terdapat periode afebril selama 1 sampai 2 minggu
kemudian demam tinggi muncul kembali.
3.3.1.1.3 Pruritus yaitu rasa gatal pada sebagian atau seluruh tubuh.
3.3.1.1.4 Rasa nyeri yang timbul di daerah limfa setelah meminum
alkohol.
3.3.1.2 Nyeri dada, batuk, sesak napas serta nyeri punggung atau nyeri
tulang.
3.3.1.3 Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama, terutama pada
LH tipe nodular sclerotic.
3.3.2 Pemeriksaan Fisik.
3.3.2.1 Limfadenopati asimptomatik, yaitu pembesaran kelenjar getah bening
yang tidak nyeri, biasanya asimetrik dengan konsistensi yang padat
kenyal seperti karet. Adapun predileksi kelenjar getah bening yang
biasanya terlibat, yaitu leher (60-70%), axila (10- 15%), inguinal (6-
12%), mediastinum (6-11%), hilus paru, kelenjar para-aorta dan retro-
peritoneal.
3.3.2.2 Splenomegali dan hepatomegali tetapi jarang bersifat masif.
3.3.2.3 Sindrom superior vena cava dengan tanda dan gelajanya berupa
distensi pada vena leher dan dinding dada, edema pada wajah dan
ekstremitas atas, sesak napas dan sakit kepala pada penderita dengan
limfadenopati mediastinum yang bersifat masif.
3.3.3 Pemeriksaan Penunjang.
3.3.3.1 Pemeriksaan hematologik, dapat ditemukan adanya anemia, neu-
trofilia, eosinofilia, limfopenia, serta laju endap darah dan LDH
(lactate dehydrogenase serum) yang meningkat pada pemeriksaan
darah lengkap.
3.3.3.2 Pemeriksaan pencitraan, dapat ditemukan gambaran radiopaque dari
nodul unilateral atau bilateral yang berbatas tidak tegas atau tegas serta
konsolidasi pada pemeriksaan foto polos dada proyeksi Posterior
Anterior (PA); gambaran hiperdens dari massa jaringan lunak multipel
akibat agregasi nodul pada pemeriksaan CT scan dengan kontras di
daerah thorax, abdomen atau pelvis.
3.3.3.3 Pemeriksaan histopatologik, dapat ditemukan adanya sel Reed
Sternberg dengan latar belakang sel radang pleomorf pada peme-
riksaaan biopsi kelenjar getah bening.
3.3.3.4 Pemeriksaan imunohistokimia, dapat ditemukan penanda CD15,
CD20 atau CD30 pada sel Reed Sternberg.
3.3.3.5 Pemeriksaan lainnya, seperti tes fungsi hati, ginjal dan paru, eko-
kardiografi dan eletrokardiografi digunakan untuk mengetahui adanya
tanda dan gejala keterlibatan organ lainnya selain kelenjar getah bening
serta tes kehamilan pada penderita wanita muda.
Staging limfoma Hodgkin (LH) yang umum digunakan hingga saat ini
yaitu staging menurut kriteria Ann Arbor dengan revisi Costwold. Adapun staging
LH berdasarkan kriteria tersebut dimuat dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Staging Limfoma Hodgkin (LH) berdasarkan Kritera Ann Arbor
dengan Revisi Costwold.9
3.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan limfoma Hodgkin (LH) berbeda-beda sesuai dengan tipe
dan stadiumnya dengan modalitas penatalaksanaan yang terdiri atas radioterapi,
kemoterapi dan terapi kombinasi. EORTC (European Organiza- tion for Research
and Treatment of Cancer) mengelompokkan penderita LH klasik ke dalam 3 stage
berdasarkan atas kriteria yang terdiri atas stadium L- H dengan ada atau tidak
adanya faktor resiko sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 2.2.
Tabel 2.2.
Stage dari Limfoma Hodgkin Klasik menurut EORTC (European Organization for
Research and Treatment of Cancer).8,10
Stage Kriteria
Early-Stage Favorable Stadium I-IIA, tanpa faktor resiko.
Early-Stage Unfavorabel. Stadium I-IIA, > 1 faktor resiko
Advanced-Stage Disease Stadium IIB, III dan IV
Faktor Resiko
1. Adenopati mediastinum yang besar (massa melewati 1/3 diameter
horizontal dada).
2. Usia > 50 tahun.
3. Peningkatan laju endap darah > 50 mm/ jam tanpa gejala sistemik atau
> 30 mm/ jam dengan gejala sistemik.
4. Keterlibatan > 4 daerah kelenjar getah bening.
Prognosis dari limfoma Hodgkin (LH) ditentukan oleh beberapa fak- tor, di
antaranya stadium penyakit, umur penderita, tipe penyakit secara his- topatologik dan
lainnya. Masa bebas penyakit LH setelah 5 tahun terapi yaitu 85% pada stadium I sampai
II, 70% pada stadium IIIA dan 50% pada sta- dium IIIB dan IV.
Darah kental atau polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah (sel darah merah,
sel darah putih, keping darah) di atas jumlah normal. Penyakit ini memiliki banyak variasi. Ada
yang merupakan kondisi akibat hipertensi, obesitas atau kegemukan, stres, hipoksia (kurangnya
kadar oksigen dalam sel), atau karena mutasi gen pada sel induk di sumsum tulang. Bila
terdapat mutasi gen, maka disebut dengan polisitemia vera.
Peningkatan jumlah sel darah merah. Terkadang juga bisa disertai peningkatan trombosit dan
sel darah putih.
Peningkatan hematokrit. Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam volume
darahpeningkatan hemoglobin.
Peningkatan haemoglobin. Ini adalah protein kaya zat besi yang mengangkut oksigen dalam sel
darah merah.
Eritropoietin. Ini merupakan hormon yang merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel
darah merah baru.
Aspirasi sumsum tulang atau biopsi. Jika dari pemeriksaan laboratorium darah dicurigai adanya
polisitemia. Sampel sumsum tulang akan diambil dan dianalisis untuk pemeriksaan histologi.
4.2 Gejala Darah Kental
Sebagian besar penderita darah kental atau polisitemia tidak merasakan gejala yang
berarti. Namun pada beberapa kasus, terdapat gejala polisitemia yang pernah dilaporkan.
Misalnya:
Terapi-terapi polisitemia yang ada saat ini bertujuan untuk mengurangi gejala dan
memperpanjang kemungkinan hidup pasien. Sayangnya hingga saat ini belum ditemukan terapi
yang dapat menyembuhkan pasien seratus persen. Namun, pasien polisitemia tetap memerlukan
pengobatan untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
Obat yang digunakan berfungsi untuk menekan produksi sel darah di sumsum tulang.
Terapi terhadap polisitemia umumnya dilakukan dengan cara mengurangi atau mengeluarkan
darah dari dalam tubuh sampai jumlah hematokrit berada dalam batas normal.
Penyebab darah kental atau polisitemia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu penyebab
primer dan sekunder.
1. Penyebab primer. Sumsum tulang memproduksi terlalu banyak sel darah merah akibat
adanya mutasi genetik. Hal ini disebut sebagai polisitemia vera. Kondisi ini jarang terjadi,
namun dapat ditemukan pada usia separuh baya dan orang tua.
2. Penyebab sekunder. Sumsum tulang memproduksi terlalu banyak sel darah merah akibat
kurangnya kadar oksigen dalam tubuh. Apabila kadar oksigen menurun, sumsum tulang
merespons kebutuhan oksigen tambahan dengan memproduksi sel darah merah lebih
banyak lagi.
Kekurangan oksigen dapat disebabkan oleh penyakit paru kronik seperti Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK), penyakit ginjal, sindroma Cushing, hemangioblastoma, dan
seseorang yang sedang berada di ketinggian (misalnya pegunungan).
IDENTITAS SUAMI/ISTRI
Nama : Ny.N / Tn.M
Umur : 25 tahun / 30 tahun
Suku : Perbaungan / Perbaungan
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMP/ SMA
Pekerjaan : IRT / Buruh Harian
Alamat : Jl. Batang Terap
ASSESMENT (A)
Diagnosa : Ibu G1 P0 A0, hamil 16-18 minggu, intra uterine, keadaan ibu dengan
anemia ringan.
Masalah Aktual : Ibu dengan Anemia Ringan
Masalah Potensial : Anemia Sedang/Berat
Tindakan emergency/konsultasi/kolaborasi/rujukan : Tidak ada indikasi
PLANNING (P)
Hemostasis berasal dari kata haima (darah) dan stasis (berhenti), merupakan
proses yang amat kompleks, berlangsung terus menerus dalam mencegah kehilangan
darah secara spontan, serta menghentikan pendarahan akibat adanya kerusakan sistem
pembuluh darah. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi) dan melibatkan
pembuluh darah, agregasi trombosit (platelet) serta protein plasma baik yang
menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan bekuan.
Limfoma maligna adalah penyakit keganasan primer dari jaringan limfoid yang
bersifat padat/ solid meskipun kadang-kadang dapat menyebar secara sistemik. Secara
garis besar, limfoma maligna dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: (1) limfoma
Hodgkin (LH) dan (2) limfoma non-Hodgkin (LNH). LH merupakan penyakit
keganasan yang mengenai sel-B limfosit dan khas ditandai oleh adanya sel Reed
Sternberg dengan latar belakang sel radang pleomorf (limfosit, eosinofil, neutrophil, sel
plasma dan histiosit).
Darah kental atau polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah (sel darah
merah, sel darah putih, keping darah) di atas jumlah normal. Penyakit ini memiliki
banyak variasi. Ada yang merupakan kondisi akibat hipertensi, obesitas atau
kegemukan, stres, hipoksia (kurangnya kadar oksigen dalam sel), atau karena mutasi
gen pada sel induk di sumsum tulang. Bila terdapat mutasi gen, maka disebut dengan
polisitemia vera.
Polisitemia dapat meningkatkan risiko terjadinya sumbatan pada pembuluh
darah (arteri atau vena). Hal ini mempermudah terjadinya komplikasi berupa beberapa
jenis penyakit stroke atau serangan jantung.
Sebagian besar penderita darah kental atau polisitemia tidak merasakan gejala
yang berarti. Namun pada beberapa kasus, terdapat gejala polisitemia yang pernah
dilaporkan. Misalnya:
Penyebab darah kental atau polisitemia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu penyebab
primer dan sekunder.
1. Penyebab primer. Sumsum tulang memproduksi terlalu banyak sel darah merah akibat
adanya mutasi genetik. Hal ini disebut sebagai polisitemia vera. Kondisi ini jarang
terjadi, namun dapat ditemukan pada usia separuh baya dan orang tua.
2. Penyebab sekunder. Sumsum tulang memproduksi terlalu banyak sel darah merah
akibat kurangnya kadar oksigen dalam tubuh. Apabila kadar oksigen menurun, sumsum
tulang merespons kebutuhan oksigen tambahan dengan memproduksi sel darah merah
lebih banyak lagi.
1. Menurut Price, 2006 : 256, Anemia adalah…………..
a. suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan
suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang
mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik
dan informasi laboratorium.
b. proses yang amat kompleks, berlangsung terus menerus dalam mencegah
kehilangan darah secara spontan, serta menghentikan pendarahan akibat
adanya kerusakan sistem pembuluh darah.
c. berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml
darah.
d. Kekurangan sel darah merah.
d. Lemah
3. Penyebab darah kental atau polisitemia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu
penyebab……
b. penyakit keganasan primer dari jaringan limfoid yang bersifat padat/ solid
meskipun kadang-kadang dapat menyebar secara sistemik.
c. peningkatan jumlah sel darah (sel darah merah, sel darah putih, keping darah)
di atas jumlah normal.
5. Hemostasis berasal dari kata haima (darah) dan stasis (berhenti), merupakan…..
d. System kekebalan tubuh yang menjaga luka agar tidak terjadi perdarahan.
a. polisitemia sekunder
b. polisitema primer
c. polisitemia relative
d. polisitemia tersier
8. Respon yang diberikan oleh penderita limfoma Hodgkin (LH) terhadap terapi yang
diberikan dapat dievaluasi melalui sebuah kriteria yang dikenal sebagai kriteria……
9. Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12 atau asam
folat adalahh jenis anemia………….
a. Anemia Holistik
b. Anemia Makrositik
c. Anemia Bulan Sabit
d. Anemia Aplastik
10. Penatalaksanaan limfoma Hodgkin (LH) berbeda-beda sesuai dengan tipe dan
stadiumnya dengan modalitas penatalaksanaan yang terdiri atas……
a. rodgen, radioterapi dan hypnotherapy.
b. radioterapi, kemoterapi dan terapi kombinasi.
c. radioterapi, kemoterapi.
d. kemoterapi, hypnoterapi.
1. C
2. B
3. A
4. C
5. A
6. C
7. D
8. A
9. B
10. B
1. Ansell SM. Hodgkin Lymphoma: Diagnosis and Treatment. Mayo Clin Proc.
2015;90(11):1574-1583p.
2. Bakta IM. Hematologi Klinik Ringkas. Edisi 1. Jakarta. EGC. 2006. 192-202- p.