Anda di halaman 1dari 10

ANALISA SIFAT KEKERASAN BAJA St-42 DENGAN PENGARUH

BESARNYA BUTIRAN MEDIA KATALISATOR ( TULANG SAPI (CaCO3))


MELALUI PROSES PENGARBONAN PADAT (PACK CARBURIZING)”

Nevada J. M. Nanulaitta,*)
Eka. R. M. A. P. Lillipaly**)

Abstract

St 42 is a type of steel construction having a minimum tensile strength of 42 Kg / mm ² up to 50 Kg /


mm ². This steel has a carbon content (C) below 0.35%, to be included in the low carbon steel.
Addition of solid carbon method is the simplest way to improve the quality of steel St 42, in order to
expand its use. In the process of increasing the hardness value is used carburizing process by varying
the amount of grain on solid pack carburizing. The results obtained after conducting research using a
mixture of carbon (charcoal nani) by 70% and beef bones (CaCO3) at 30% of 1 Kg carburizing
media with a detention time of 15 minutes. Where increasing values of force for a grain size of 40.73
mm catalyst 1 HRC, catalyst 3 grain size of 42.98 mm and the catalyst grain size of 5 mm by 43.35
HRC. Research has shown that the use of local media in this regard Beef Bones (CaCO3) can be
used as an alternative catalyst BaCO3 (Barium carbonate) in Solid carburizing process where the
rate of increase in the average value of the greatest violence occurred in the catalyst grain size of 5
mm by 2.89 or 35.90%. so that Beef Bones (CaCO3) can be used as an alternative to BaCO3 (Barium
carbonate)

Keyword : Hardness number, pack carburizing, Beef Bones and the catalyst grain size,.

I. PENDAHULUAN kekerasan tertentu. Selanjutnya kekerasan


pada komponen mesin yang terbuat dari
Baja adalah material yang banyak baja, dapat diperoleh melalui proses
digunakan dalam kunstruksi mesin, karena perlakuan panas atau perlakuan
memiliki sifat ulet mudah dibentuk, kuat permukaan. Proses peningkatan kekerasan
maupun mampu keras. Selain itu baja menggunakan panas merupakan cara yang
dengan unsur utama Fe dan C bisa banyak dilakukan untuk baja karbon
dipadukan dengan unsur lain seperti Cr, medium dan tinggi. Namun demikian tidak
Ni, Ti, dan sebagainya, untuk semua jenis baja bisa dikeraskan secara
mendapatkan sifat mekanik seperti yang langsung dengan cara ini.
diinginkan. Jumlah karbon dalam struktur Pengerasan langsung hanya dapat
baja dapat menentukan sifat mekanis dan dilakukan pada baja dengan kandungan
unjuk kerja (performance) nya. karbon di atas 0,3 %. Sementara untuk baja
Ada tiga kelompok baja bila ditinjau dengan kandungan karbon dibawah 0,3 %,
dari jumlah kandungan karbon yang harus melalui proses penambahan karbon.
terdapat dalam strukturnya, yaitu : (Schonmetz, Gruber, 1985) Baja dengan
a) Baja karbon tinggi adalah baja dengan kadar karbon menengah sampai tinggi
kandungan karbon 0,70 % – 1,70 %. dengan kandungan karbon di atas 0,3 %,
b) Baja karbon menengah adalah baja dapat ditingkatkan kekerasannya, dengan
dengan kandungan karbon 0,31 % - metode perlakuan panas (heat treatment).
0,70 %. Seperti pengerasan (hardening) yang
c) Baja karbon rendah adalah baja dilakukan dengan metode pengejutan
dengan kandungan karbon 0,04 % - (quenching) dilanjutkan temper
0,30 %. (tempering).
Kandungan karbon didalam struktur Pengerasan dilakukan dengan
baja akan berpengaruh terhadap sifat memanaskan baja dalam dapur pemanas
mampu keras. Sifat ini dibutuhkan untuk (furnace), sampai temperature austenit dan
komponen mesin yang saling bergesekan didinginkan secara tiba-tiba. Akibat
atau karena fungsinya harus mempunyai pengejutan dingin dari daerah suhu

*)
Navada J.M Nanulaitta ; Dosen Jurusan Teknik Mesin Polliteknik Negeri Ambon
**)
Eka R.M.A Lilipally ; Dosen Jurusan Teknik Mesin Polliteknik Negeri Ambon
986 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 9 Nomor 1, 2012; 985 – 994

pengerasan ini, dicapailah suatu keadaan 15 menit, dengan media pendingin berupa
paksa bagi struktur atom yang akan oli SAE 20-50.
meningkatkan kekerasan. Sedangkan baja
yang mempunyai kandungan di bawah 0,3 II. TINJAUAN PUSTAKA
% C, hanya dapat dikeraskan melalui
proses penambahan karbon. Proses Baja merupakan salah satu jenis
penambahan karbon (Carburizing) pada logam yang banyak digunakan dengan
baja karbon rendah, bertujuan untuk unsur karbon sebagai salah satu dasar
menambah kandungan karbon agar bisa campurannya. Di samping itu baja juga
ditingkatkan kekerasannya. Pack mengandung unsur-unsur lain seperti
carburizing adalah salah satu metoda yang sulfur (S), fosfor (P), silikon (Si), mangan
digunakan untuk menambah kandungan (Mn), dan sebagainya yang jumlahnya
karbon didalam baja dengan menggunakan dibatasi. Sifat baja pada umumnya sangat
media padat. Salah satu media dipengaruhi oleh prosentase karbon dan
pengkarbonan yang berbentuk padat struktur mikro. Struktur mikro pada baja
adalah arang Kayu Nani. Arang Kayu Nani karbon dipengaruhi oleh perlakuan panas
sebagai sumber karbon padat pada baja, dan komposisi baja. Karbon dengan unsur
dirubah terlebih dahulu dalam bentuk campuran lain dalam baja membentuk
butiran. Bentuk butiran karbon maupun karbid yang dapat menambah kekerasan,
katalisator akan membantu proses tahan gores dan tahan suhu baja.
perubahan karbon padat menjadi gas Perbedaan prosentase karbon dalam
melalui pemanasan. Pemanasan yang campuran logam baja karbon menjadi
dilakukan pada proses ini, menggunakan salah satu cara mengklasifikasikan baja.
temperatur antara 900º sampai 950º C. Gas Berdasarkan kandungan karbon, baja
karbon yang dihasilkan akan berdifusi dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
kedalam struktur baja sehingga kadar 1. Baja karbon rendah
karbon meningkat. Penelitian ini Baja kabon rendah (low carbon
menggunakan baja St 42 sebagai material steel) mengandung karbon dalam
percobaan untuk pack carburizing. campuran baja karbon kurang dari
St 42 adalah jenis baja konstruksi yang 0,3%. Baja ini bukan baja yang keras
mempunyai kekuatan tarik minimal 42 Kg/ karena kandungan karbonnya yang
mm² sampai 50 Kg/ mm². Baja ini rendah kurang dari 0,3%C. Baja karbon
mempunyai kandungan karbon ( C ) rendah tidak dapat dikeraskan karena
dibawah 0,3 %, jadi termasuk dalam baja kandungan karbonnya tidak cukup
karbon rendah. Metoda penambahan untuk membentuk struktur martensit
karbon padat merupakan cara yang paling (Amanto, 1999).
sederhana untuk meningkatkan kualitas 2. Baja karbon menengah
baja St 42, agar dapat memperluas Baja karbon sedang mengandung
penggunaanya. Pada akhirnya melalui karbon 0,3%C – 0,6%C (medium
proses pack carburizing penggunaan baja carbon steel) dan dengan kandungan
karbon rendah untuk bahan baku karbonnya memungkinkan baja untuk
(rawmaterials) dapat memperluas dikeraskan sebagian dengan perlakuan
penggunaannya. panas (heat treatment) yang sesuai.
Pada proses karburasi ini material Baja karbon sedang lebih keras serta
yang dipergunakan plat baja St-42, dengan lebih lebih kuat dibandingkan dengan
bahan yang dipakai berupa bubuk Carbon baja karbon rendah (Amanto, 1999).
(arang kayu nani) dengan komposisi 70% 3. Baja karbon tinggi
dan tulang sapi (CaCOз) 30% sebagai Baja karbon tinggi mengandung
energizer yang mempercepat proses 0,6%C – 1,5%C dan memiliki
karburasi dengan besaran butiran 1 mm, 3 kekerasan tinggi namun keuletannya
mm dan 5 mm. Waktu penahanan adalah lebih rendah, hampir tidak dapat
Nevada J. M. Nanulaitta, Eka. R. M. A. P. Lillipaly; Analisa Sifat Kekerasan Baja St-42 Dengan Pengaruh Besarnya 987
Butiran Media Katalisator ( Tulang sapi (CaCO3)) Melalui Proses Pengarbonan Padat (Pack Carburising)

diketahui jarak tegangan lumernya pendinginan langsung. Melalui perlakuan


terhadap tegangan proporsional pada panas, struktur baja dapat berubah. Perubahan
grafik tegangan regangan. Berkebalikan ini juga yang akan mempengaruhi perubahan
dengan baja karbon rendah, pengerasan nilai kekerasan pada baja.
Pengerasan permukaan disebut juga case
dengan perlakuan panas pada baja
hardening, dapat juga dikatakan sebagai suatu
karbon tinggi tidak memberikan hasil proses laku panas yang diterapkan pada suatu
yang optimal dikarenakan terlalu logam agar memperoleh sifat-sifat tertentu.
banyaknya martensit sehingga membuat Dalam hal ini hanya pengerasan
baja menjadi getas. permukaannya saja. Dengan demikian lapisan
permukaan mempunyai kekerasan yang tinggi,
Struktur logam terdiri atas butir kristal yang sedangkan bagian yang dalam tetap seperti
saling mengikat kuat satu sama lain dalam semula, yaitu dengan kekerasan rendah tetapi
bentuk dan ukuran yang berlainan. Kristal- keuletan atau ketangguhannya tinggi.
kristal tersebut terdiri dari bagian-bagian Karena banyaknya cara proses pengerasan
terkecil suatu unsur atom. Atom besi tersusun permukaan diantaranya adalah :
di dalam sebuah “kisi ruang”, dimana Terhadap
terdiri Karakteristik Perpindahan Panas Konveksi Natural Pada Pelat Datar
 Carburizing (karburasi mengunakan media
atas jaringan berbentuk kubus. Peletakan atom
padat, cair, atau gas)
dalam kubus dapat dikelompokkan menjadi
 Nitriding
tiga jenis yaitu:
1. Besi alfa (besi α)  Dan lain-lain. Koefisien Konveksi Oven Rumah Tangga
Delapan atom berada pada pojok kubus dan
sebuah atom ke Sembilan ditengahnya (di Penambahan karbon yang disebut
pusat ruang). Susunan atom ini disebut juga carburizing atau karburasi, dilakukan dengan
kubik pemusatan ruang (body centered cara memanaskan pada temperatur yang cukup
cubic). Sampai temperatur ruangan 708 º C, tinggi yaitu pada temperatur austenit dalam
besi α bersifat magnetis. Mulai 768 º C lingkungan yang mengandung atom karbon
sampai 911ºC, body centered cubic (bcc) aktif, sehingga atom karbon aktif tersebut akan
menjadi tidak magnetis lagi (Alois berdifusi masuk ke dalam permukaan baja dan
Schonmetz dkk, 1985). mencapai kedalaman tertentu.
2. Besi gamma (besi γ) Ada 3 cara dalam penambahan karbon
Pada temperatur 911ºC ikatan kubik atau karburasi (carburizing), yaitu :
pemusatan ruang berubah menjadi besi γ
kubik pemusatan sisi (face centered cubic). 1. Menggunakan medium padat atau Pack
Pada setiap sudut kubus terdapat satu atom Carburizing
dan enam atom lainnya berada di tengah ke Benda kerja dimasukkan ke dalam kotak yang
enam bidang sisi kubus. Jadi sebuah kubus berisi bubuk karbon dan ditutup rapat
γ terdapat empat belas atom. kemudian dipanaskan pada temperatur austenit,
3. Besi delta (besi δ) yaitu antara 8250 C - 9250 C selama waktu
Temperatur 1392ºC besi γ yang berpusat tertentu. Bahan carburising terdiri dari bubuk
sisi (fcc) berubah kembali menjadi kubik karbon aktif 60 %, ditambah BaCO3 (Barium
pemusatan ruang (bcc) yang disebut besi δ. Carbonat) atau NaCO3 (Natrium Carbonat)
Namun besi δ terakhir ini mempunyai jarak sebanyak 40 % sebagai energizer atau activator
atom yang lebih besar. yang mempercepat proses karburisasi. Namun
Perlakuan panas adalah suatu perlakuan biasanya BaCO3 yang dipakai karena lebih
yang diberikan pada suatu bahan dengan tujuan mudah terurai dari pada NaCO3. Sebenarnya
agar diperoleh sifat-sifat yang diinginkan tanpa energizerpun dapat terjadi proses
(Schonmetz., A., dan Gruber, K, 1990, carburizing karena temperatur sangat tinggi,
Pengetahuan Bahan dalam Pengerjaan Logam, maka karbon teroksidasi oleh oksigen yang
hal : 38) Perubahan sifat yang dihasilkan terperangkap dalam kotak menjadi CO2,
merupakan akibat dari perubahan struktur reaksi dengan karbon bereaksi terus hingga
mikro yang terjadi sesuai dengan kecepatan didapat ;
laju pendinginan. Proses perlakuan yang CO2 + C 2 CO
diterapkan pada sebuah logam meliputi Dengan temperatur yang semakin tinggi
pemanasan sampai temperature tertentu (Fasa keseimbangan reaksi makin cenderung ke
austenisasi), kemudian diberikan penahan kanan, makin banyak CO. Pada permukaan
waktu (holding time) beberapa saat proses baja CO akan terurai ;
2 CO CO2 + C
988 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 9 Nomor 1, 2012; 985 – 994

Dimana C yang terbentuk ini berupa atom Keuntungan dari proses ini adalah
karbon yang dapat masuk berdifusi ke dapat digunakan pada proses pengerasan
dalam fase austenit dari baja. permukaan yang relatif tebal. Sedangkan
Dengan adanya energizer proses akan lebih kerugiannya adalah jika lapisan terlalu
mudah berlangsung karena meskipun udara tebal, pada saat pendinginan (quenching)
yang terperangkap sedikit, tetapi energizer akan retak atau terkelupas, benda uji
menyediakan CO2 yang akan segera mulai tersebut mengalami shock karena
mengaktifkan reaksi - reaksi selanjutnya. pendinginan yang tiba - tiba.
Reaksi dekomposisi CaCO3 ;
CaCO3 Ca O + 2. Menggunakan medium cair atau Liquid
CO2 Carburizing
Dengan temperatur tinggi baja mampu Pada karburasi yang menggunakan medium
melarutkan banyak karbon, maka dalam cair atau Liquid Carburizing biasanya
waktu singkat permukaan baja dapat pemanasan benda kerja menggunakan garam
menyerap karbon hingga mencapai batas cair (salt bath) yang terdiri dari campuran
jenuhnya. sodium cyanide (NaCN) atau potasium
Tutup Kotak cyanide (KCN) yang berfungsi sebagai
Kontainer karburasi agent yang aktif, dengan Na2CO3
yang berfungsi sebagai energizer dan
penurun titik cair garam.

Kotak Kontainer
Benda Kerja (Spesimen)
Bubuk Karbon + Barium Carbonat

Gambar.1 Kotak sementasi


Sumber: www.indoskripsi.com

Maksudnya bila baja yang dikeraskan


permukaannya mengalami pemanasan hingga
temperatur tinggi atau temperatur austenit
maka difusi karbon dapat mencapai batas Gambar.3 Liquid Carburizing
jenuhnya yang berdifusi melebihi batas Acm Sumber: www.indoskripsi.com
maka akan terjadi atau tumbuh fasa baru yaitu
sementit.( Rochim Suratman, 1994). Keuntungan dari proses ini adalah dapat
mengeraskan baja tetapi tidak lebih dari 0,5
mm, dapat juga untuk benda kerja yang
kecil, dan juga proses oksidasi dan
dekarbonisasi dapat dicegah.

3. Menggunakan medium gas atau Gas


Carburizing

Pada proses karburasi meggunakan medium


gas atau gas carburizing, baja dipanaskan
didalam dapur pemanas dengan tekanan
(atmosfer) yang banyak mengandung gas
CO dan gas hydrokarbon misalnya methana,
ethana, propana, dan lain – lain. Proses ini
dilakukan pada tungku pit (pit furnace).
Pemanasan dilakukan pada temperatur 900 0
C - 9400 C.

Gambar.2 Potongan Diagram Fase Fe-Fe3C


Sumber : www.indoskripsi.com
Nevada J. M. Nanulaitta, Eka. R. M. A. P. Lillipaly; Analisa Sifat Kekerasan Baja St-42 Dengan Pengaruh Besarnya 989
Butiran Media Katalisator ( Tulang sapi (CaCO3)) Melalui Proses Pengarbonan Padat (Pack Carburising)

Gas Carburizing
Furnace
Inlet Port for
Carburizing Gas
dipanaskan kembali pada temperatur austenit
dan baru didinginkan cepat. Tujuan dari
metode ini untuk mendapatkan butir struktur
yang lebih halus.
Sifat - sifat yang dimiliki baja karbon
setelah Proses Karburasi sebagai berikut :
1. Kekerasaan permukaan tinggi dan tahan
aus.
2. Tahan temperatur tinggi.
Part to be
Case Hardened
3. Umur lelah lebih tinggi.
Proses pengujian kekerasan logam dapat
Gambar.4 Gas carburizing diartikan sebagai kemampuan suatu bahan
Sumber: www.indoskripsi.com terhadap pembebanan dalam perubahan yang
tetap, ketika gaya tertentu diberikan pada suatu
Setelah lapisan kulit mengandung benda uji. Harga kekerasan bahan tersebut
cukup karbon, proses dilanjutkan dengan dapat dianalisis dari besarnya beban yang
pengerasan yaitu dengan pendinginanTerhadap untuk Karakteristik
diberikan Perpindahan Panas Konveksi
terhadap luasan Natural Pada Pelat
bidang yangDatar
mencapai kekerasan yang tinggi. menerima pembebanan.
Proses pendinginan (quenching) dapat Secara garis besar terdapat tiga metode
dilakukan dengan cara : pengujian kekerasan logam yaitu penekanan,
Koefisien Konveksi Oven Rumah Tangga
1. Pendinginan langsung (Direct Quenching) goresan, dan dinamik. Proses pengujian yang
adalah pendinginan secara langsung dari mudah dan cepat dalam memperoleh angka
media karburasi. Efek yang timbul adalah kekerasan yaitu dengan metode penekanan.
kemungkinan adanya pengelupasan pada Dikenal ada tiga jenis metode penekanan, yaitu
benda kerja. Pada pendinginan langsung ini : Rockwell, Brinnel, Vickers yang masing-
diperoleh permukaan benda kerja yang getas. masing memiliki perbedaan dalam cara
menentukan angka kekerasannya.
Temperatur

Disini penguji memakai pengujian kekerasan


dengan menggunakan metoda pengujian
Rockwell. Pada cara Rockwell pengukuran
Temperatur langsung dilakukan oleh mesin, dan mesin
Austenit
langsung menunjukkan angka kekerasan dari
Pendinginan
bahan yang diuji. Cara ini lebih cepat dan
akurat. Nilai kekerasan dari pengujian
Rockwell ini ditentukan oleh perbedaan
kedalaman penembusan
Dengan cara Rockwell dapat digunakan
Time beberapa skala, tergantung pada kombinasi
Gambar.5 Grafik Proses Pendinginan jenis indentor dan besar beban utama yang
Langsung (Direct Quenching) digunakan. Penguji menggunakan skala C
Sumber : www.indoskripsi.com
(HRC) dalam pengujian ini. Untuk HRC
2. Pendinginan tunggal (Single Quenching) menggunakan beban 150 kg dan dengan
adalah pemanasan dan pendinginan dari menggunakan indenter intan (diamond) o
berupa
benda kerja setelah benda kerja tersebut di kerucut yang sudut puncaknya 120
karburasi dan telah didinginkan pada suhu
kamar. Tujuan dari metode ini adalah untuk
memperbaiki difusisitas dari atom – atom
karbon, dan agar gradien komposisi lebih
halus.

3. Double Quenching
adalah proses pendinginan atau
pengerasan pada benda kerja yang telah di
karburasi dan didinginkan pada temperatur
kamar kemudian dipanaskan lagi diluar
kotak karbon pada temperatur kamar lalu
Gambar 6. Pengujian Rockwell
990 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 9 Nomor 1, 2012; 985 – 994

III. METODOLOGI PENELITIAN


Tulang sapi merupakan salah satu
komponen dari limbah RPH. Tulang Bahan yang digunakan dalam penelitian
potensinya cukup besar mengingat bobot yang ini adalah pelat Baja St-42,
dihasilkan cukup besar yakni mencapai 15% oli SAE 20-50, serbuk karbon (arang kayu
dari berat bobot. Bahan padatan utama tulang nani), dan Tulang Sapi (CaCOз). Alat yang
mengandung kristal kalsium hidroksiapatit digunakan dalam penelitian ini adalah oven
Ca10(PO4)6(OH)2 dan kalsium karbonat Pemanas (Barmsteal Thermolyne Type F-
(CaCO3) yang berpotensi digunakan sebagai 6000), mesin Uji Kekerasan Mitutoyo Type
adsorben aktif, yakni tulang yang diproses AR-20, tang Jepit, sarung tangan, jaket tahan
sedemikian rupa sehingga mempunyai api, gancu, wadah penampung oli, majun,
kemampuan adsorpsi yang tinggi terhadap ampelas, kotak baja.
bahan yang berbentuk padat maupun larutan
(yang didalamnya mengandung logam berat Langkah penelitian
yang bersifat toksik). Pengujian kekerasan
Tulang sapi merupakan tempat a. Benda uji diukur dan dipotong dan
penyimpanan garam kalsium didalam hewan. diampelas permukaan bendanya, serta
Mineral yang utama adalah kalsium fosfat dan namakan tiap-tiap benda uji (pelat), A, B,
karbonat. Selain itu tulang mengandung sekitar dan C, unutk tiap-tiap besaran butiran
1% asam sitrat. Hasil analisis menunjukan katalisator (1, 3, dan 5 mm).
bahwa penyusunan utama tulang adalah b. Persiapkan Anvil (landasan uji) pada
trikalsium fosfat dengan sebagian kecil kalsium dudukannya.
karbonat.(Desroiser, 1989). c. Pasangkan penetrator berbentuk kerucut
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intan atau diamond Indenter
terjadi penurunan keasaman permukaan dan d. Pilih beban pada angka 150 Pa.
jumlah situs aktif dari tulang sapi teraktivasi e. Putar handwell perlahan-lahan hingga
basa. Keasaman permukaannya berturut-turut penetratornya menyentuh benda uji lalu
TB1 (0,6507 mmol/gram0); TB2 (0,6407 atur jarum penunjuk dan kencangkan
mmol/gram) dan TB3 (0,6007 mmol/gram) dan hingga posisi jarum utama dan jarum
justru cenderung lebih rendah dibandingkan bantu menunjuk angka 0.
tulang tanpa perlakuan (tanpa aktivasi/ T0). f. Tekan tombol start dan biarkan mesin
Keasaman permukaan dan jumlah situs aktif berproses selama beberapa detik hingga
dari tulang sapi teraktivasi asam meningkat lampu menyala.
dibandingkan tulang tanpa perlakuan (tanpa g. Baca harga kekerasan benda yang diuji
aktivasi), dan tertinggi dihasilkan oleh tulang pada dial dan angka yang ditunjukan oleh
sapi teraktivasi asam sulfat (H2SO4) jarum utama yang tertulis dengan tinta
konsentrasi 0,4 molar (M). hitam, satuan kekerasan adalah HRC
Namun, setelah diaktivasi oleh asam kemudian catat data hasil pengujiannya.
konsentrasi lebih tinggi (1,0M) keasaman h. Putar kembali handwell perlahan-lahan ke
permukaan dan jumlah situs aktif mengalami posisi semula dan atur penetratornya pada
penurunan. Peningkatan konsentrasi asam benda uji (St-42) yang belum mengalami
sulfat (H2SO4) cenderung akan menurunkan proses pengujian, lalu ulangi langkah
luas permukaan dari adsorben serbuk tulang tersebut pada poin f – h.
sapi. Demikian pula bila aktivasi dilakukan Catat data hasil pengujian untuk masing-
dengan basa dengan luas permukaan tertinggi masing waktu penahanan 1 , 3, dan 5 mm
dihasilkan pada konsentrasi 0,4 M (35,8995 sebagai data awal untuk benda uji (St-42)
m2/gram) Kapasitas adsorpsi tertinggi (7,0648 sebelum mengalami proses karburising.
mg/g) diperoleh pada waktu setimbang 150
menit dan menghasilkan kapasitas adsorpsi Proses Karburasi
serbuk tulang sapi terhadap logam tertinggi a. Benda uji (St-42)setelah diambil data
pada isoterm 150 ppm yakni 9,7907 mg/g. kekerasan awal, benda uji dililitkan
Kemampuan adsorpsi serbuk tulang sapi dengan kawat baja sebagai tempat pengait
teraktivasi asam konsentrasi 0,1 M (TA1) untuk mempermudah proses
tertinggi sedangkan aktivasi basa konsentrasi pengangkatan benda uji (St-42)dalam
0,4 M (TB2) menghasilkan kapasitas tertinggi keadaan panas.
(12,4610 mg/gram).. b. Mencampur Karbon (arang kayu nani)
70% dengan bubuk Tulang Sapi (CaCOз)
Nevada J. M. Nanulaitta, Eka. R. M. A. P. Lillipaly; Analisa Sifat Kekerasan Baja St-42 Dengan Pengaruh Besarnya 991
Butiran Media Katalisator ( Tulang sapi (CaCO3)) Melalui Proses Pengarbonan Padat (Pack Carburising)

30% didalam kotak sementasi sampai 7 113.50 153.00


merata. 8 113.50 154.50
c. Benda uji (St-42) diletakan kedalam kotak 9 113.50 153.00
sementasi ditimbun dengan Carbon (arang 10 113.50 153.00
kayu nani) dan bubuk Tulang Sapi
11 113.50 156.00
(CaCOз) tadi hingga menutupi
permukaan seluruhnya supaya sebentar 12 114.00 155.00
didalam proses karburising, kedua bubuk 13 113.50 155.50
tersebut benar-benar menyatu pada 14 113.50 153.00
permukaan benda uji (St-42) 15 114.00 155.00
d. Masukan kotak sementasi kedalam oven 16 114.00 156.00
pemanas, dan oven ditutup, nyalakan 17 114.00 154.00
oven pemanas lihat temperatur awal oven
18 113.50 153.00
27 - 30C. Tunggu sampai temperatur
19 113.00 157.00
akhir pemanasan 900C, dengan
penahanan waktu pemanasan 15 menit. 20 113.50 153.00
e. Matikan oven pemanas lalu buka oven Terhadap Karakteristik Perpindahan Panas Konveksi Natural Pada Pelat Datar
pemanas keluarkan kotak sementasi dari Rata” 113.45 154.18
dalam oven pemanas dengan mengunakan
tang jepit. BerdasarkanKoefisien
hasil Konveksi
eksperimen
Oven Rumah untuk
Tangga
f. Angkat benda uji (St-42) dari dalam kotak benda uji dengan komposisi 70% Karbon
sementasi dengan mengunakan gancu dan (arang kayu nani) dan 30% Tulang Sapi
dimasukan kedalam media pendingin (CaCO3) dengan besaran butiran 1 mm dari
berupa oli, biarkan hingga dingin. berat 1 kg media pengkarbonan dengan waktu
g. Angkat benda uji (St-42) dari dalam penahanan 15 menit, diperoleh nilai kekerasan
media pendingin tersebut, bersikan dari rata-rata pelat A :
oli dengan menggunakan majun, lalu Sebelum proses karburasi : 113,45 HRC
ampelas salah satu sisi hingga bersih Sesudah proses karburasi : 154,18 HRC
(mengkilap) untuk proses pengujian
kekerasan.
h. Untuk besaran butiran katalisator 3 dan 4
mm gunakan langkah-langkah proses = 40.73 HRC
karburising dari poin a-g. Untuk laju proses karburasi diperoleh dengan :
Setelah proses karburising semua benda
uji (St-42) diambil nilai kekerasannya pada
proses pengujian kekerasan menggunakan
mesin uji kekerasan (Hardness Testing
Machine) Mitutoyo seri AR-20.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Rata-rata Peningkatan nilai Kekerasan
Hasil eksperimen yang dilakukan dapat pada Besaran Butiran 1 mm
dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 1. Nilai Kekerasan Benda Uji dengan 160 Sebelum


Laju Nilai Kekerasan

Waktu Penahanan 15 menit pada besaran 150 154.18 Karburisasi


butiran katalisator 1 mm (Pelat A) 140
Sesudah
130
No Sebelum Sesudah Karburisasi
120
Karburasi Karburasi
110 113.45
1 113.00 153.00
100
2 112.50 154.50
3 113.00 153.00
4 113.00 155.00 Rata-rata Pengujian
5 114.00 153.00 Gambar 7. Nilai kekerasan rata-rata pelat A
6 113.00 154.00 sebelum dan sesudah proses Karburasi
992 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 9 Nomor 1, 2012; 985 – 994

Rata-rata Peningkatan nilai Kekerasan


Tabel 2. Nilai Kekerasan Benda Uji dengan Waktu pada Besaran Butiran 3 mm
Penahanan 15 menit pada besaran butiran
katalisator 3 mm (Pelat B)

160 Sebelum
No Sebelum Sesudah 155.19 Karburisasi

Laju Nilai Kekerasan


150
Karburasi Karburasi
140 Sesudah
1 111.00 154.00
130 Karburisasi
2 112.00 157.00
3 112.00 154.00 120

4 112.00 156.00 110 112.25

5 112.00 155.50 100


6 112.50 154.00
7 112.00 155.50 Rata-rata Pengujian
8 112.50 154.00
9 113.00 154.00 Gambar 8. Nilai kekerasan rata-rata pelat B
10 112.00 155.75 sebelum dan sesudah proses Karburasi
11 112.00 157.00
Tabel 3. Nilai Kekerasan Benda Uji dengan
12 112.00 154.00
Waktu Penahanan 15 menit pada besaran
13 112.00 157.00 butiran katalisator 3 mm (Pelat C)
14 112.50 157.00
15 113.00 154.00 No Sebelum Sesudah
16 112.50 154.00 Karburasi Karburasi
17 112.50 157.50 1 112.50 152.00
18 112.50 154.00 2 112.75 154.50
19 112.50 154.00 3 114.00 155.00
20 112.50 155.50 4 111.50 154.50
5 114.00 155.50
Rata” 112.25 155.19 6 114.00 155.00
7 112.00 154.50
Berdasarkan hasil eksperimen untuk 8 113.50 155.50
benda uji dengan komposisi 70% Karbon 9 111.00 155.00
(arang kayu nani) dan 30% Tulang Sapi
10 114.50 156.00
(CaCO3) dengan besaran butiran 3 mm dari
berat 1 kg media pengkarbonan dengan waktu 11 111.50 156.00
penahanan 15 menit, diperoleh nilai kekerasan 12 114.50 156.50
rata-rata pelat B: 13 112.00 158.00
Sebelum proses karburasi : 112,25 HRC 14 111.50 158.00
Sesudah proses karburasi : 155.19 HRC 15 112.00 155.50
16 112.00 156.00
17 111.50 158.00
= 42,98 HRC 18 112.50 156.50
19 111.75 158.00
Untuk laju proses karburasi, diperoleh : 20 112.00 158.00

Rata” 112.55 155.90

Berdasarkan hasil eksperimen untuk


benda uji dengan komposisi 70% Karbon
(arang kayu nani) dan 30% Tulang Sapi
(CaCO3) dengan besaran butiran 5 mm dari
berat 1 kg media pengkarbonan dengan waktu
Nevada J. M. Nanulaitta, Eka. R. M. A. P. Lillipaly; Analisa Sifat Kekerasan Baja St-42 Dengan Pengaruh Besarnya 993
Butiran Media Katalisator ( Tulang sapi (CaCO3)) Melalui Proses Pengarbonan Padat (Pack Carburising)

penahanan 15 menit, diperoleh nilai kekerasan


rata-rata pelat C :
Sebelum proses karburasi : 112.55 HRC Laju Peningkatan Nilai Kekerasan Sebelum dan
Sesudah proses karburasi : 155.90 HRC Sesudah Karburasi dengan Perbandingan Butiran
Katalisator
160.00 Rata Nilai
Kekerasan
Sebelum
150.00 Karburasi
= 43,35 HRC
140.00
Untuk laju proses karburasi, diperoleh : Setelah

Laju Peningkatan Kekerasan


Karburasi
130.00 dengan
Besaran
Butiran
120.00 Katalisator
1 mm
Terhadap Karakteristik Perpindahan Panas Konveksi Natural Pada Pelat Datar
Setelah
110.00 Karburasi
Rata-rata Peningkatan nilai Kekerasan dengan
pada Besaran Butiran 3 mm Besaran
Koefisien Konveksi Oven RumahButiran
Tangga
100.00
Katalisator
3 mm
160 Sebelum Setelah
Laju Nilai Kekerasan

155.90 90.00
150 Karburisasi Karburasi
dengan
140 Besaran
Sesudah 80.00
130 Karburisasi Butiran
Katalisator
120 Material Uji 5 mm
110 112.55
Gambar 10. Rata-rata Nilai Kekerasan Tiap Pelat
100

Rata-rata Pengujian
Laju Waktu Penyerapan Karbon Untuk Besaran
Butiran Katalisator
Gambar 9. Nilai kekerasan rata-rata pelat C sebelum
dan sesudah proses Karburasi
149.00
Dari gambar 7, 8 dan 9 diatas dapat dilihat
Laju Peningkatan Nilai Kekerasan

peningkatan nilai kekerasan dari besaran 148.50 Butiran


Katalisator
butiran terkecil menuju besaran butiran 1 mm
148.00
terbesar dari katalisator hal ini disebabkan
karena terdapatnya ruang oksigen disekitar 147.50 Butiran
butiran katalisator yang terdapat pada ruang Katalisator
sementasi sehingga membantu proses 147.00 3 mm
penyerapan karbon pada proses carburizing.
146.50
Begitu pula dalam waktu penyerapan Butiran
karbon, semakin besar butiran katalisator maka 146.00 Katalisator
semakin besar pula oksigen yang ada sehingga 5 mm
proses penyerapan karbon semakin besar pula. 145.50
Dengan demikian nilai kekerasan akan 1 2 3
meningkat pada saat proses carburizing Material Uji
menggunakan katalisator dengan besaran 1 mm
hingga 5 mm
Gambar 11. Rata-rata Laju peningkatan prose
penyerapan Karbon
994 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 9 Nomor 1, 2012; 985 – 994

Dari grafik pada gambar 10 dan 11 yang


dilihat diatas bahwa peningkatan nilai DAFTAR PUSTAKA
kekerasan paling tinggi terdapat pada Plat C
dengan penahanan waktu (Holding Time) Bambang Kuswanto, Undip (2010) Pengaruh
sebesar 15 menit dengan besaran butiran Perbedaan Ukuran Butiran Arang
katalisator 5 mm yaitu sebesar 155.90 HRC Tempurung Kelapa-Barium
dari 113.45 HRC dengan peningkatan sebesar Karbonat Terhadap Peningkatan
40,73 HRC atau rata-rata peningkatan sebesar Kekerasan Permukaan Material Baja
35.90 %. St 37 Dengan Proses Pack
Peningkatan ini disebabkan material uji Carburizing.-
(Plat) diberikan kesempatan menyerap karbon http://One.Indoskripsi.Com/Node/
pada proses karburasi di dalam kotak sementasi Beumer Ing, B. J. M., (1994): Ilmu Bahan
(kotak baja), jadi semakin lama besar butiran Logam. Terjemahan B. S. Anwir. Jilid
katalisator (5 mm) nilai kekerasan akan III. Penerbit Bhatara. Jakarta
semakin tinggi pula. Hari, A. dan Daryanto. (1999): Ilmu Bahan.
Yang menyebabkan peningkatan laju nilai Bumi Aksara. Jakarta.
kekerasan pada proses karburasi dengan Materi kuliah Ilmu Bahan. ITS. Surabaya
temperature 900ºC, adalah dimana fase St-42 Mochyidin, A., (2004): Analisa Pengaruh
telah mencapai fase Austenit sehingga Waktu Tahan Terhadap Baja
penyerapan karbon pada permukaan St-42 Karbon Rendah Dengan Metode
menuju merata, hal ini juga terbantukan dengan Pack Carburizing.
proses pendinginan langsung (direck http://One.Indoskripsi.Com/Node/
Quenching) dengan material pendingin oli SAE Odink, A., (1947): Ensiklopedia Material
20-50, dari proses pendinginan ini fase S35C Untuk Konstruksi Permesinan. Edisi
menuju Fase Austenite + ferrite dimana Ketiga. Moskow.
didalam fase ini kekerasan pada St-42 Pengetahuan Bahan 2. ITB. Bandung.
semakin merata. Schonmentz, I. A., dkk. (1985): Pengetahuan
Bahan Dan Pengerjaan Logam.
V. KESIMPULAN Penerbit Angkasa. Bandung
Suratman, Rochim., (1994): Panduan Proses
Penelitian menunjukan bahwa Perlakuan Panas. Lembaga Penelitian
pemanfaatan media lokal dalam hal ini Tulang ITB. Bandung
Sapi (CaCO3) dapat dipergunakan sebagai Van Vlack, L., (1992): Ilmu dan Teknologi
alternatif pengganti katalisator BaCO3 (Barium Bahan. Terjemahan Srianti Djaprie.
Carbonat) dalam proses Karburasi Padat. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga.
Dengan semakin besar besaran butiran Jakarta.
katalisator. Laju penyerapan karbon paling Wardoyo, J. T., (2005): Metode Peningkatan
cepat terjadi pada proses dengan penahanan Tegangan Tarik Dan Kekerasan Pada
waktu 15 menit dengan komposisi dari 1 kg Baja Karbon Rendah Melalui Baja
campuran yang terdiri 70% karbon (arang Fasa Ganda.
kayu nani) dan 30% Tulang sapi (CaCO3) http://www.indoskripsi.com
dengan besaran butiran 5 mm yaitu sebesar
2.89 HRC/Menit. Kemudian di ikuti dengan
besaran butiran katalisator 3 mm dan 1 mm
dengan nilai 155.19 HRC/Menit dan 154.18
HRC/Menit dimana peningkatan laju nilai
kekerasan rata-rata terbesar terjadi pada
besaran butiran katalisator 5 mm sebesar
155.90 HRC atau 35.90 % meningkat dari nilai
kekerasan awal.

Anda mungkin juga menyukai