Anda di halaman 1dari 6

Nama : Mufidatul Amali RL

NIM : 1220113419
Kelas : PAI 5C
Mata Kuliah : Pembelajaran Al-Qur’an Hadist
Tema : Dalil Qasar Sholat dalam Al-Qur’an dan Hadist

I. Dalil dari Al-Qur’an


A. Ayat Al-Qur’an dan Terjemahannya

Q.S. An-Nisa’ ayat 101 :

‫الصلوةِ إِ ْن ِخ ْفتُ ْم أَ ْن يَ ْفتِنَ ُك ُم الَّ ِذيْ َن َك َف ُروا إِ َّن‬


َّ ‫ص ُروا ِم َن‬
ُ ‫اح أَ ْن تَ ْق‬
ٌ َ‫س َعلَْي ُك ْم ُجن‬ ِ ِ َ ‫وإِذَا‬
َ ‫ضَربْتُ ْم ِف ْالَْرض فَلَْي‬ َ
‫ُّمبِْي نًا۝‬ ‫الْك ِف ِريْ َن َكانُوالَ ُك ْم َع ُد ًّوا‬

Artinya : Dan apabila kamu bepergian di bumi, maka tidaklah berdosa bagi kamu meng-
qasar salat, jika kamu takut diserang orang kafir. Sesungguhnya orang kafir itu adalah
musuh yang nyata bagimu.

B. Penjelasan
1. Pendapat Para Ulama’

Qasar sholat adalah mengurangi bilangan rakaat pada sholat fardhu, dari empat rakaat
menjadi dua rakaat. Pengurangan jumlah rakaat dari empat menjadi dua rakaat didasarkan
pada Al-Qur’an dan Hadist.1

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa dibenarkan umat Islam menunaikan fardu sholat
qasar pada waktu dia dalam perjalanan, baik dalam keadaan aman atau dalam ancaman
musuh. Sholat dalam perjalanan yang aman disebut salat safar. Pada sholat safar, sholat
yang terdiri dari empat rakaat: zuhur, asar, dan isya diqasar menjadi dua rakaat. Magrib
dan subuh tidak diqasar.

Syarat menqasar sholat ialah perjalanan yang jauhnya diukur dengan perjalanan kaki
selama tiga hari tiga malam. Menurut Imam Syafii, perjalanan dua hari atau 89 km.
Menurut perhitungan mazhab Hanafi 3 farsakh (18 km). Sedangkan menurut pendapat

1
Ahmad Zarkarsih, Shalat Qashar Jama’, (Jakarta: Lentera Islam, 2018), hal. 8
lain, kebolehan mengqasar sholat tidak terikat dengan ketentuan jauh jarak, tetapi asal
sudah boleh dinamai safar, boleh mengqasar.2

Ulama menjadikan ayat ini sebagai dalil qasar sholat dalam perjalanan. Namun mereka
berbeda pendapat mengenai perjalanan itu sendiri. Ada ulama yang mensyaratkan
perjalanan itu dalam rangka ketaatan. Ada pula ulama yang tidak mensyaratkan demikian,
namun perjalanannya menyangkut kepentingan yang mubah. Dari ketentuan itu
dikecualikan perjalanan dalam rangka kemaksiatan. Ini merupakan pendapat madzhab
Syafi’i, Ahmad, dan para imam lainnya. Ada pula ulama yang berpendapat bahwa
perjalalan itu bersifat mutlak, termasuk perjalanan dalam rangka kemaksiatan. Ini adalah
pendapat Abu Hanifah, Al-Tsauri, dan Dawud. Pandangan mereka ini berdasarkan
keumuman ayat. Pendapat ini berbeda dengan pendapat jumhur.

Menurut Ash-Shabuni bahwa makna ayat tersebut menjelaskan tentang kebolehan


meng-qashar shalat fardhu yang mulanya empat rakaat menjadi dua rakaat bagi orang
yang dalam perjalanan. Perjalanan yang dimaksud disini bisa perjalanan dalam rangka
perniagaan, berburu dan lain sebagainya. Kebolehan mengqashar shalat ini menunjukkan
bahwa agama Islam adalah agama yang mudah dan Allah swt. Juga menginginkan
kemudahan bagi manusia dan tidak menginginkan kesulitan. Walaupun dalam ayat
tersebut terdapat kata-kata: ‫ إن خفتم أن يفتنكم الذين كفروا‬.Namun kata-kata Khauf (khawatir
diserang orang kafir) tersebut tidaklah merupakan syarat dibolehkannya mengqashar
shalat. Penyebutan itu hanya sebagai penjelasan tentang risiko yang biasa ditemukan
dalam suatu perjalanan.

Menurut Ibnu Katsir ketentuan ini (khawatir diserang orang kafir) merupakan
pengecualian dari keadaan yang mendominasi pada saat turun ayat ini. Sesungguhnya
pada permulaan Islam dan setelah hijrah perjalalan yang dilakukan kaum muslimin diliputi
oleh ketakutan, bahkan mereka tidak pernah bepergian kecuali untuk melakukan perang
bersama atau pergi dalam sebuah rombongan khusus.3

2. Madaniyah

Surah An-Nisa’ (‫ النساء‬: wanita) merupakan surah ke-4, terdiri dari 176 ayat dan
tergolong surah Madaniyyah dan turun di Madinah.

2
https://quran.kemenag.go.id/sura/4/101 diakses tanggal 10 September 2020 pukul 20.41
3
Beni Firdaus, Kemacetan dan Kesibukan sebagai Alasan Qashar dan Jama’ Shalat, Jurnal Al Hurriyah Vol.
02 No. 02, 2017, hal. 170-171
3. Asbabul Nuzul

Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ali berkata, “Beberapa orang dari Bani Najjar
bertanya kepada Rasulullah SAW.”, ‘Wahai Rasulullah, apabila kami bepergian,
bagaimana kami shalat?’ Lalu Allah menurunkan firman-Nya,

‘Dan apabila kamu bepergian di bumi, maka tidaklah berdosa bagi kamu meng-qasar
salat,...’

Kemudian wahyu tidak turun untuk bberapa waktu. Satu tahun setelah itu, Nabi SAW.
Berperang. Di selal-sela peperangan itu beliau melakukan sholat dzuhur. Orang-orang
musyrik yang menyaksikan hal itu berkata, ‘Kalian telah memberi kesempatan
Muhammad dan para sahabatnya untuk melakukan sholat dzuhur. Coba kalian lebih keras
terhadap mereka agar tidak sempat melakukannya.’

Lalu seseorang dari mereka menyahut, ‘Sesungguhnya setelah ini mereka akan
mengerjakan satu sembahyang lagi seperti yang mereka lakukan itu.’ Lalu Allah
menurunkan firman-Nya di waktu antara sholat ashar dan dzuhur,

“...jika kamu takut diserang orang kafir. Sesungguhnya orang kafir itu adalah musuh
yang nyata bagimu.”

Maka turunlah syariat sholat khauf.4

C. Syarat Sah Sholat Qasar

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan qasar sholat, diantaranya:5

1. Perjalanan yang dilakukan itu bukan perjalanan maksiat (terlarang) seperti pergi haji,
silaturrahmi, berniaga dan sebagainya.
2. Perjalanan itu berjarak jauh, sekurang-kurangnya 80,640 km atau lebih (perjalanan
sehari semalam). Sebagian ulama berpendapat, “Tidak hanya disyariatkan dalam
perjalanan jauh, tetapi asal dalam perjalanan jauh ataupun dekat”.
3. Sholat yang diqasar itu adalah sholat tunai bukan sholat qada. Adapun salat yang
ketinggalan di waktu dalam perjalanan, boleh diqasar kalau diqada dalam perjalanan.

4
Jalaluddin as-Suyuthi, Asbabun Nuzul: sebab turunnya ayat al-qur’an, penerjemah Tim Abdul Hayyie,
(Jakarta: Gema Insani, 2008), hal. 196
5
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2013), hal. 119-120
Tetapi yang ketinggalan sewaktu mukim tidak boleh diqada dengan qasar sewaktu
dalam perjalanan.
4. Berniat sholat qasar.
D. Hikmah dan Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, dapat diambil hikmah dan kesimpulan bahwa Islam adalah
agama yang penuh kemudahan, Islam tidak pernah mempersulit pemeluknya untuk
menjalankan kewajiban ibadahnya, bahkan Islam sangat memahami terhadap kebutuhan
pemeluknya. Hal ini dibuktikan dengan diperbolehkannya qasar sholat bagi musafir yang
urusan perjalanannya bukan untuk maksiat dan memenuhi syarat lainnya.

Apabila sedang melakukan bepergian jauh atau sedang dalam medan perang
diperbolehkan mengqasar sholat, yaitu memperpendek jumlah rakaat sholat yang semula
empat rakaat menjadi dua rakaat, seperti sholat Dzuhur, Asar, dan Isya. Dengan demikian,
maka tidak ada alasan apapun bagi musafir untuk meninggalkan kewajiban sholat.

II. Dalil dari Hadist


A. Penggalan Hadist dan Terjemahan

‫الصلوةِ إِ ْن ِخ ْفتُ ْم أَ ْن‬


َّ ‫ص ُروا ِم َن‬
ُ ‫اح أَ ْن تَ ْق‬
ٌ َ‫س َعلَْي ُك ْم ُجن‬ َ َ‫ت لِعُ َمَراََِّّنَا ق‬
َ ‫ال هللاُ تَ َعاٰل « لَْي‬ ُ ْ‫ال يَ ْعلَى بْ ِن اَُميَّةَ قُل‬
َ َ‫ق‬

‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َع ْن‬ ِ ِ ‫ال ع ِجبت ِِمَّا ع ِجب‬ ِ ِ َّ ِ


ُ ْ‫ت مْنهُ فَ َسأَل‬
َ ‫ت َر ُس ْوََلهلل‬ َ ْ َ ُ ْ َ َ ‫َّاس فَ َق‬
ُ ‫يَ ْفتنَ ُك ُم الذيْ َن َك َف ُروا » فَ َق ْد اَم َن الن‬
‫ رواه مسلم‬. ُ‫ص َدقَتَه‬ ِ َ ‫ال ص َدقَةٌ تَصد‬ ِ
. َ ‫َّق هللاُ ِبَا َعلَْي ُك ْم فَاقْ بَ لُ ْوا‬ َ َ َ ‫ك فَ َق‬
َ ‫ذَل‬

Artinya : Telah bercerita Ya’la bin Umayyah, “Saya telah berkata kepada Umar, Allah
berfirman:“Maka tidaklah berdosa bagi kamu meng-qasar salat, jika kamu takut diserang
orang kafir”, sedangkan sekarang telah dalam keadaan aman. Kemudian Umar menjawab,
‘Saya juga heran sebagaimana engkau, maka saya tanyakan kepada Rasulullah SAW’.,
dan Beliau menjawab: ‘Salat qasar itu sedekah yang diberikan Allah kepada kamu, maka
terimalah olehmu sedekahnya-Nya (pemberian-Nya) itu.” (H.R. Muslim)

B. Penjelasan
1. Kualitas hadist
Hadist di atas merupakan Hadist Shahih. Diriwayatkan Imam Muslim, hadist no. 676.6

2. Pendapat para Ulama’

Mayoritas ulama berpendapat bahwa mengqasar sholat merupakan rukhsoh yang


diberikan Allah untuk hamba-Nya, kata sedekah ini dimaknai dengan rukhsah
(keringanan), ini merupakan pendapat jumhur ulama Malikiyah, Syafi’iyyah dan Hambali.
Orang yang sedang safar boleh mengqasar sholatnya atau menyempurnakan sholatnya.
Sedangkan ulama Hanafiyah berpandangan bahwa menqasar sholat ketika safar adalah
kewajiban dan tidak boleh menyempurnakan bilangan rakaatnya.

Asy-Syaukani menulis, “Zhahir dari kata sedekah adalah bahwa qashar hanyalah
rukhsah. Lalu dijawab bahwa perintah untuk menerimanya menunjukkan tidak ada jalan
lain selainnya, dan inilah yang dituntut.” Ibnu Hazim menulis, “Nabi SAW. tidak
mengkhusukan sebagian safar atas sebagian yang lain. Beliau mengumumkannya,
sehingga tidak diperbolehkannya mengkhususkannya. Tidak boleh juga menolak sedekah
Allah ta’ala yang Beliau memerintahkan untuk menerimanya, Siapa yang menolaknya dia
bermaksiat.”7 Sedangkan menurut Imam Syafi’i berkomentar: “Sekiranya qashar dua
rakaat wajib itu wajib bagi musafir, niscaya Usman Aisyah dan Ibnu Mas’ud tidak akan
menyempurnakan, dan tidak seorang musafir tidak dianggap cukup menyempurnakan
sholat bersama orang mukmin.”

C. Hikmah dan Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, dapat diambil hikmah dan kesimpulan bahwa kebolehan
mengqashar sholat ini adalah kemudahan yang diberikan Allah untuk hamba-Nya yang
sedang melakukan perjalanan atau sedang dilanda ketakutan. Hikmah yang bisa diambil,
tidak ada alasan untuk meninggalkan sholat ketika safar, karena Allah telah memberikan
rukhsoh untuk mengqasar sholatnya. Untuk hukum qashar ini ada beberapa ulama yang
mewajibkan qashar ketika safar dan adapula yang menghukumi sunnah.

Dengan demikian, apabila kita sedang safar dan telah memenuhi syarat qasar, lebih baik
kita mengqasar sholat karena hal itu merupakan sunnah yang dianjurkan.

6
Qasim bin Muhammad Qasim Zahir, Fikih Musafir: Bagaimana Anda Saat Bepergian, Penerjemah: Imtihan
Asy-Syafi’i, (Solo: Media Zikir, 2007), hal. 28
7
Ibid., hal. 33
Daftar Pustaka

Asy-Syafi’i, Imtihan (Penerjemah). Fikih Musafir: Bagaimana Anda Saat Bepergian. Solo:
Media Zikir.

Firdaus, Beni. 2017. Kemacetan dan Kesibukan sebagai Alasan Qashar dan Jama’ Shalat.
Jurnal Al Hurriyah. 02(02): 170-171.

https://quran.kemenag.go.id/sura/4/101 diakses tanggal 10 September 2020 pukul 20.41.

Rasjid, Sulaiman. 2013. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Tim Abdul Hayyie (Penerjemah). 2008. Asbabun Nuzul: sebab turunnya ayat al-qur’an.
Jakarta: Gema Insani.

Zarkasih, Ahmad. 2018. Shalat Qashar Jama’.Jakarta: Lentera Islam.

Anda mungkin juga menyukai