Anda di halaman 1dari 17

Tugas

Sejarah Indonesia
Keserakahan VOC

MUHAMMAD ABDUL HAEIDIR HS


XI MIPA 5
SMAN 15 MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Keserakahan VOC ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Gigih Sawtio, S.Pd
selaku Guru Sejarah di SMA Negeri 1 Pare yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
       Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai VOC, dan juga kserakahannya. kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan mohon memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
BAB I
PENDAHULUAN

 
1.1   Latar belakang
Untuk mengatasi persaingan tidak sehat dan sekaligus mematahkan dominasi
Portugis, seorang anggota parlemen Belanda bernama Johan Van Oldebanevelt
mengajukan sebuah usul, yaitu penggabungan (merger) seluruh perusahaan datang
yang ada di Belanda menjadi satu serikat dagang.
Usulan tersebut mendapat sambutan baik. Pada tanggal 20 Maret 1602, berdiri
Verenigde Oost Compagnie atau serikat perusahaan dagang hindia timur, yang
biasa dikenal dengan VOC. Dengan modal pertama 6,5 miliar gulden, VOC
dipimpin oleh tujuh belas direktur. Mereka dikenal dengan sebutan Heeren
Zeventien.
Adapun tujuan dibentuknya VOC adalah sebagai berikut.
Menghindari persaingan tidak sehat di antara sesame pedagang Belanda sehingga
keuntungan maksimal dapat diperoleh.
Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan bangsa-bangsa Eropa
lainnya maupun dengan bangsa-bangsa Asia.
Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol
yang masih menduduki Belanda.
1.2   Tujuan
1)      Mengetahui latar belakang berdirinya VOC
2)      Mengetahui hak-hak VOC
3)      Mengetahui keserakahan VOC terhadap Nusantara
BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Sejarah Berdirinya VOC


VOC yang didirikan pada tahun 1602, oleh pemerintah negeri Belanda diberikan
octrooi (hak istimewa), yakni sebagai berikut:
·         Hak monopoli perdagangan.
·         Hak untuk memiliki tentara.
·         Hak untuk melakukan ekspansi ke Asia, Afrika, dan Australia.
·         Hak untuk melakukan peperangan, membuat perdamaian, dan mengadakan
perjanjian dengan raja-raja yang dikuasainya.
·         Hak untuk mencetak uang.
Dengan hak-hak istimewa tersebut, VOC bukan saja sebagai kongsi dagang tetapi
juga merupakan pemerintahan semi resmi. Pada tahun 1605, VOC di bawah
pimpinan Steven van der Haagen berhasil merebut benteng Portugis di Ambon.
Untuk memperkuat kedudukannya, VOC mengangkat seorang pimpinan yang
berpangkat Gubernur Jenderal. Untuk membantu Gubernur Jenderal, di daerah-
daerah penting diangkat seorang Gubernur. Gubernur Jenderal yang pertama ialah
Pieter Both dan berkedudukan di Ambon; karena Ambon merupakan pangkalan
dagang VOC yang paling kuat dan strategis.
Dalam perkembangannya, Ambon dinilai tidak strategis lagi. Perhatian VOC
ditujukan ke Jayakarta, kota pelabuhan Kerajaan Banten. Di bawah pimpinan
Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen (J.P. Coen) tahun 1619, VOC berhasil
merebut Jayakarta sebagai markas besar VOC. J.P. Coen kemudian mengganti
nama Jayakarta menjadi Batavia, sesuai dengan nama salah satu suku di negeri
Belanda yakni suku Batavia. Selanjutnya Batavia dijadikan markas besar VOC,
sebagai tempat kedudukan Gubernur Jenderal dan menjadi pangkalan
imperialisme Belanda di Indonesia.

ALASAN VOC KE NUSANTARA


Datangnya orang Eropa melalui jalur laut diawali oleh Vasco da Gama, yang pada
tahun 1497-1498 berhasil berlayar dari Eropa ke India melalui Tanjung
Pengharapan (Cape of Good Hope) di ujung selatan Afrika, sehingga mereka tidak
perlu lagi bersaing dengan pedagang-pedagang Timur Tengah untuk memperoleh
akses ke Asia Timur, yang selama ini ditempuh melalui jalur darat yang sangat
berbahaya. Pada awalnya, tujuan utama bangsa-bangsa Eropa ke Asia Timur dan
Tenggara termasuk ke Nusantara adalah untuk perdagangan, demikian juga
dengan bangsa Belanda. Misi dagang yang kemudian dilanjutkan dengan politik
pemukiman -kolonisasi- dilakukan oleh Belanda dengan kerajaan-kerajaan di
Jawa, Sumatera dan Maluku, sedangkan di Suriname dan Curaçao, tujuan Belanda
sejak awal adalah murni kolonisasi (pemukiman). Dengan latar belakang
perdagangan inilah awal kolonialisasi bangsa Indonesia (Hindia Belanda) berawal.

            Selama abad ke 16 perdagangan rempah-rempah didominasi oleh Portugis


dengan menggunakan Lisbon sebagai pelabuhan utama. Sebelum revolusi di
negeri Belanda kota Antwerp memegang peranan penting sebagai distributor di
Eropa Utara, akan tetapi setelah tahun 1591 Portugis melakukan kerjasama
dengan firma-firma dari Jerman, Spanyol dan Italia menggunakan Hamburg
sebagai pelabuhan utama sebagai tempat untuk mendistribusikan barang-barang
dari Asia, memindah jalur perdagangan tidak melewati Belanda. Namun ternyata
perdagangan yang dilakukan Portugis tidak efisien dan tidak mampu menyuplai
permintaan yang terus meninggi, terutama lada. Suplai yang tidak lancar
menyebabkan harga lada meroket pada saat itu. Selain itu Unifikasi Portugal dan
Kerajaan Spanyol (yang sedang dalam keadaan perang dengan Belanda pada saat
itu) pada tahun 1580, menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi Belanda. ketiga
faktor tersebutlah yang mendorong Belanda memasuki perdagangan rempah-
rempah Interkontinental. Akhirnya Jan Huyghen van Linschoten dan Cornelis de
Houtman menemukan “jalur rahasia” pelayaran Portugis, yang membawa
pelayaran pertama Cornelis de Houtman ke Banten, pelabuhan utama di Jawa
pada tahun 1595-1597.

          Pada tahun 1596 empat kapal ekspedisi dipimpin oleh Cornelis de Houtman
berlayar menuju Indonesia, dan merupakan kontak pertama Indonesia dengan
Belanda. Ekspedisi ini mencapai Banten, pelabuhan lada utama di Jawa Barat,
disini mereka terlibat dalam perseteruan dengan orang Portugis dan penduduk
lokal. Houtman berlayar lagi ke arah timur melalui pantai utara Jawa, sempat
diserang oleh penduduk lokal di Sedayu berakibat pada kehilangan 12 orang
awak, dan terlibat perseteruan dengan penduduk lokal di Madura menyebabkan
terbunuhnya seorang pimpinan lokal. Setelah kehilangan separuh awak maka pada
tahun berikutnya mereka memutuskan untuk kembali ke Belanda namun rempah-
rempah yang dibawa cukup untuk menghasilkan keuntungan.

        Adalah para pedagang Inggris yang memulai mendirikan perusahaan dagang
di Asia pada 31 Desember 1600 yang dinamakan The Britisch East India
Company dan berpusat di Kalkuta. Kemudian Belanda menyusul tahun 1602 dan
Prancis pun tak mau ketinggalan dan mendirikan French East India Company
tahun 1604.

         Pada 20 Maret 1602, para pedagang Belanda mendirikan Verenigde Oost-
Indische Compagnie – VOC (Perkumpulan Dagang India Timur). Di masa itu,
terjadi persaingan sengit di antara negara-negara Eropa, yaitu Portugis, Spanyol
kemudian juga Inggris, Perancis dan Belanda, untuk memperebutkan hegemoni
perdagangan di Asia Timur. Untuk menghadapai masalah ini, oleh Staaten
Generaal di Belanda, VOC diberi wewenang memiliki tentara yang harus mereka
biayai sendiri. Selain itu, VOC juga mempunyai hak, atas nama Pemerintah
Belanda -yang waktu itu masih berbentuk Republik- untuk membuat perjanjian
kenegaraan dan menyatakan perang terhadap suatu negara. Wewenang ini yang
mengakibatkan, bahwa suatu perkumpulan dagang seperti VOC, dapat bertindak
seperti layaknya satu negara.
        Perusahaan ini mendirikan markasnya di Batavia (sekarang Jakarta) di pulau
Jawa. Pos kolonial lainnya juga didirikan di tempat lainnya di Hindia Timur yang
kemudian menjadi Indonesia, seperti di kepulauan rempah-rempah (Maluku),
yang termasuk Kepulauan Banda di mana VOC manjalankan monopoli atas pala
dan fuli. Metode yang digunakan untuk mempertahankan monompoli termasuk
kekerasan terhadap populasi lokal, dan juga pemerasan dan pembunuhan
massal.Pos perdagangan yang lebih tentram di Deshima, pulau buatan di lepas
pantai Nagasaki, adalah tempat satu-satunya di mana orang Eropa dapat
berdagang dengan Jepang.
 
        Tahun 1603 VOC memperoleh izin di Banten untuk mendirikan kantor
perwakilan, dan pada 1610 Pieter Both diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC
pertama (1610-1614), namun ia memilih Jayakarta sebagai basis administrasi
VOC. Sementara itu, Frederik de Houtman menjadi Gubernur VOC di Ambon
(1605 – 1611) dan setelah itu menjadi Gubernur untuk Maluku (1621 – 1623)

LAHIRNYA VOC
 
        VOC, atau Vereenidge Oost Indische Compagnie, yang tidak lain tidak
bukan adalah kongsi dagang milik Belanda di Indonesia. Menilik sedikit tentang
identitasnya; VOC didirikan di Amsterdam pada tanggal 20 Maret 1602 oleh
Parlemen Belanda dan dipimpin oleh Dewan Tujuh Belas serta menguasai
perdagangan di Nusantara.
Bagaikan negara di dalam negara, VOC memiliki beberapa kewenangan dan hak-
hak yang sangat luas serta menguntungkan. Di antaranya sebagai berikut:  
 Melakukan monopoli perdagangan di wilayah antara Tanjung Harapan
sampai dengan Selat Magelhaens, termasuk kepulauan Nusantara, 
 Membentuk angkatan perang sendiri,
 Melakukan peperangan, 
 Mengadakan perjanjian dengan raja-raja setempat, 
 Mencetak dan mengeluarkan mata uang sendiri,
 Mengangkat pegawai sendiri, dan
 Memerintah di negeri jajahan.
       Karena memiliki hak untuk membentuk angkatan perang sendiri dan
melakukan peperangan, maka VOC cenderung ekspansif. VOC berupaya
memperluas daerah-daerah di Nusantara sebagai wilayah kekuasaan dan
monopolinya.

      Saat itu, karena “Dewan Tujuh Belas” tidak mampu bekerja secara cepat dan
efektif, maka dibentuklah Gubernur baru dalam organisasi tersebut yang
merupakan jabatan tertinggi.
Gubernur jenderal VOC yang pertama adalah Pieter Both (1610-1614). Salah satu
sejarah yang ditinggalkannya adalah tanah yang dibeli di sebelah timur Muara
Ciliwung yang menjadi cikal bakal hunian VOC di Jawa dan cikal bakal Kota
Batavia.

        Kepeminpinan Pieter Both di Jayakarta awalnya bersikap baik pada rakyat,
hingga ‘kenyamanan’ yang dibalas oleh rakyat malah membuat orang-orang
Belanda itu mulai memanfaatkannya dengan bertindak sombong dan sikap
congkak. Terkadang, karena merasakan kenikmatan meraup keuntungan dari
tanah Nusantara, orang-orang Belanda bahkan sampai melakukan kekerasan dan
paksaan. Hingga akhirnya mereka diusir oleh rakyat dan menyingkir ke Maluku.
 
       Hindia-Belanda pada abad ke-17 dan 18 tidak dikuasai secara langsung oleh
pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia
Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC).
VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di
wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada
di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
     Tujuan utama VOC adalah
mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di
Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan
terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan
terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para
penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus
menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau
mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-
pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di
perkebunan pala.
 

2.2   Keserakahan VOC


Keserakahan VOC tidak begitu saja terjadi tanpa alasan atau tanpa latar belakang.
VOC adalah kongsi dagang Belanda yang didirikan pada 20 Maret 1602. Tujuan
didirikannya Vereenigde Oostindische Compagnie (Perkumpulan Dagang India
Timur) seperti tercermin dalam perundingan 15 Januari 1602 adalah untuk
“menimbulkan bencana pada musuh dan guna keamanan tanah air”. Yang
dimaksud musuh saat itu adalah Portugis dan Spanyol yang pada kurun Juni
1580 – Desember 1640 bergabung menjadi satu kekuasaan yang hendak merebut
dominasi perdagangan di Asia. Untuk sementara waktu, melalui VOC bangsa
Belanda masih menjalin hubungan baik bersama masyarakat
Nusantara.memonopoli perdagangan di Asia. VOC satu – satunya kongsi dagang
yang menerapkan sistem pembagian saham pada masanya. VOC memiliki kantor
pusat di Oost-Indisch Huis, Amsterdam Belanda, Republik Belanda.  VOC diberi
wewenang memiliki tentara yang harus mereka biayai sendiri. Selain itu, VOC
juga mempunyai hak, atas nama Pemerintah Belanda -yang waktu itu masih
berbentuk Republik- untuk membuat perjanjian kenegaraan dan menyatakan
perang terhadap suatu negara. Wewenang ini yang mengakibatkan, bahwa suatu
perkumpulan dagang seperti VOC, dapat bertindak seperti layaknya suatu Negara.
Berikut ialah hak – hak istimewa VOC yang tercantum di Oktrooi (piagam/charta)
:
 Melakukan monopoli perdagangan di wilayah antara Tanjung Harapan
sampai dengan Selat Magelhaens, termasuk kepulauan Nusantara,
 Membentuk angkatan perang sendiri,
 Melakukan peperangan,
 Mengadakan perjanjian dengan raja-raja setempat,
 Mencetak dan mengeluarkan mata uang sendiri,
 Mengangkat pegawai sendiri, dan
 Memerintah di negeri jajahan
Karena memiliki hak untuk membentuk angkatan perang sendiri dan melakukan
peperangan, maka VOC berupaya meemperluas daerah – daerah di Nusantara
sebagai wilayah kekuasaan dan monopolinya. Namun semakin luas wilayah
monopoli Belanda di Nusantara, membuat “Dewan Tujuh Belas” kewalahan
mengatasi masalah, lalu dibentuklah Gubernur baru yang memiliki kekuasaan
tertinggi. Pieter Both ialah Gubernur Jenderal VOC yang pertama menjabat dari
tahun 1610 – 1614.
Pada awalnya sikap Belanda di nusantara diterima oleh warga setempat, namun
karena terlalu terobsesi meraup keuntungan yang banyak, Belanda semakin hari
semakin berbuat semena mena terhadap masyarakat Indonesia.
Beberapa kali Gubernur Jendral VOC berganti kepemimpinan, namun pada saat
kepemimpinan J.P.Coen lah terjadi banyak penindasan terhadap rakyat Indonesia
dikarenakan sifat serakah, angkuh dan ambisius J.P.Coen yang ingin menguasai
seluruh harta kekayaan Nusantara. Berikut ialah keserakahan yang dilakukan
Belanda pada Indonesia  :
 Membangun pusat perdagangan diberbagai daerah.
 Menguasai pelabuhan-pelabuhan dan mendirikan benteng untuk
melaksanakan monopoli perdagangan.
 Melaksanakan politik devide et impera( memecah dan menguasai ) dalam
rangka untuk menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
 Melaksnakan sepenuhnya Hak Octrooiyang ditawarkan pemerintah
Belanda.
 Membangun pangkalan / markas VOC yang semula di Banten dan Ambon,
dipindah dipusatkan di Jayakarta ( Batavia).
 Melaksanakan pelayaran Hongi ( Hongi tochten).
 Adanya Hak Ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman rempah-
rempah yang melebihi ketentuan.
 Adanya verplichte leverantien( penyerahan wajib ) dan Prianger
Stelsel ( system Priangan )
 Melakukan pembunuhan terhadap rakyat pribumi, orang-orang Tionghoa,
maupun orang asing
 Melakukan kondolisasi kedudukan.
selain itu adapula Keserakahan VOC menurut tahun – tahunnya :
 Membangun pusat perdagangan diberbagai daerah.
 Menguasai pelabuhan-pelabuhan dan mendirikan benteng untuk
melaksanakan monopoli perdagangan.
 Melaksanakan politik devide et impera( memecah dan menguasai ) dalam
rangka untuk menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
 Melaksnakan sepenuhnya Hak Octroiyang ditawarkan pemerintah
Belanda.
 Membangun pangkalan / markas VOC yang semula di Banten dan Ambon,
dipindah dipusatkan di Jayakarta ( Batavia).
 Melaksanakan pelayaran Hongi ( Hongi tochten).
 Adanya Hak Ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman rempah-
rempah yang melebihi ketentuan.
 Adanya verplichte leverantien( penyerahan wajib ) dan Prianger
Stelsel ( system Priangan )
 Melakukan pembunuhan terhadap rakyat pribumi, orang-orang Tionghoa,
maupun orang asing
 Melakukan kondolisasi kedudukan.
Selain itu ada juga beberapa daftar keserakahan VOC menurut tahunnya :
 Pada Februari 1605, Armada VOC bersekutu dengan Hitu menyerang
kubu pertahanan Portugis di Ambon dengan imbalan VOC berhak sebagai
pembeli tunggal rempah-rempah di Hitu.
 Pada tahun 1609, VOC membuka kantor dagang di Sulawesi Selatan.
Namun niat tersebut dihalangi oleh Raja Gowa. Karena Raja Gowa telah
melakukan kerjasama dengan pedagang-pedagang Inggris, Prancis,
Denmark, Spanyol & Portugis untuk melawan VOC.
 Pada tahun 1610, Ambon dijadikan pusat pengendalian VOC, yang
dipimpin oleh seorang-gubernur jendral. Tetapi selama 3 periode
gubernur-jendral tersebut, Ambon tak begitu memuaskan untuk dijadikan
markas besar VOC karena jauh dari jalur-jalur utama perdagangan Asia.
 Pada 12 Mei 1619, Pihak Belanda mengambil keputusan untuk memberi
nama baru Jayakarta sebagai Batavia.
 Pada Mei 1619, Jan Pieterszoon Coen, seorang warga negara Belanda,
melakukan pelayaran ke Banten dengan 17 kapal.
 Pada 30 Mei 1619, Jan Pieterszoon Coen melakukan penyerangan
terhadap Banten, memukul mundur tentara Banten. Membangun Batavia
sebagai pusat militer & administrasi yg relatif aman bagi pergudangan &
pertukaran barang-barang, karena perjalanan dari Batavia mudah mencapai
jalur-jalur perdagangan ke Indonesia bagian timur, timur jauh, dan Eropa.
 Pada tahun 1619, Jan Pieterszoon Coen ditunjuk menjadi gubernur-jendral
VOC. Dia menggunakan kekerasan, untuk memperkokoh kekuasaannya
dia menghancurkan semua yg menghalanginya. Dan menjadikan Batavia
sebagai tempat bertemunya kapal-kapal dagang VOC.
 Pada tahun 1619 pula, terjadi migrasi orang Tionghoa ke Batavia. VOC
menarik sebanyak mungkin pedagang Tionghoa yg ada di berbagai
pelabuhan seperti Banten, Jambi, Palembang & Malaka ke Batavia.
Bahkan ada juga yqng langsung datang dari Tiongkok. Di sini orang-orang
Tionghoa sudah menjadi suatu bagian penting dari perekonomian di
Batavia. Mereka aktif sebagai pedagang, penggiling tebu, pengusaha toko,
dan tukang yg terampil.
 Pada tahun 1620, dalam rangka mengatasi masalah penyeludupan di
Maluku, VOC melakukan pembuangan, pengusiran bahkan pembantaian
seluruh penduduk Pulau Banda & berusaha menggantikannya dengan
orang-orang Belanda pendatang & mempekerjakan tenaga kerja kaum
budak.
 Pada tahun 1623,VOC melanggar kerjasama dengan Inggris, Belanda
membunuh 12 agen perdagangan Inggris, 10 orang Inggris, 10 orang
Jepang; 1 orang Portugis dipotong kepalanya.
 Pada tahun 1630, Belanda telah mencapai banyak kemajuan dalam
meletakkan dasar-dasar militer untuk mendapatkan hegemoni perniagaan
laut di Indonesia.
 Pada tahun 1637, VOC yang telah beberapa lama di Maluku tak mampu
memaksakan monopoli atas produksi pala, bunga pala, dan yg terpenting,
cengkeh. Penyeludupan cengkeh semakin berkembang, muncul banyak
komplotan-komplotan yg anti dengan VOC. Gubernur-Jendral Antonio
van Diemen melancarkan serangan terhadap para penyeludup & pasukan-
pasukan Ternate di Hoamoal.
 Pada tahun 1643, Arnold de Vlaming mengambil kesempatan kekalahan
Ternate dengan memaksa raja Ternate Mandarsyah ke Batavia &
menandatangani perjanjian yg melarang penanaman pohon cengkeh di
semua wilayah kecuali Ambon atau daerah lain yg dikuasai VOC. Hal ini
disebabkan pada masa itu Ambon mampu menghasilkan cengkeh melebihi
kebutuhan untuk konsumsi dunia.
 Pada tahun 1656, seluruh penduduk Ambon yg tersisa dibuang. Semua
tanaman rempah-rempah di Hoamoal dimusnahkan dan akibatnya daerah
tersebut tak didiami manusia kecuali jika ekspedisi Hongi [armada
tempur] melintasi wilayah itu untuk mencari pohon-pohon cengkeh liar yg
harus dimusnahkan.
 Pada 1670, VOC telah berhasil melakukan konsolidasi kedudukannya di
Indonesia Timur. Pihak Belanda masih tetap menghadapi pemberontakan-
pemberontakan tetapi kekuatannya tak begitu besar. VOC pun menebangi
tanaman rempah-rempah yg tak dapat diawasi, Hoamoal tak dihuni lagi,
orang Bugis & Makassar meninggalkan kampung halamannya. Banyak
orang-orang Eropa & sekutu-sekutu yg tewas, semata-mata guna mencapai
maksud VOC untuk memonopoli rempah-rempah.
 Pada tahun 1674, Pulau Jawa dalam keadaan yg memprihatinkan,
kelaparan merajalela, berjangkit wabah penyakit, gunung merapi meletus,
gempa bumi, gerhana bulan, & hujan yg tak turun pada musimnya.
 Pada tahun 1680, VOC pada dasarnya hanya terbatas menguasai dataran-
dataran rendah tertentu saja di Jawa. Daerah pegunungan seringkali tak
berhasil dikuasai & daerah ini dijadikan tempat persembunyian
pemberontak. Tidak dapat dihindarkan lagi pemberontakan-
pemberontakan mengakibatkan kesulitan & menguras dana VOC.
 Pada tahun 1682, Pasukan VOC dipimpin François Tack & Isaac de Saint-
Martin berlayar menuju Banten guna menguasai perdagangan di Banten.
VOC merebut & memonopoli perdagangan lada di Banten. Orang-orang
Eropa yg merupakan saingan VOC diusir.
 Pada tahun 1740, terjadi penangkapan terhadap orang Tionghoa, tak
kurang 1. 000 orang Tionghoa dipenjarakan. Orang Tionghoa menjadi
gelisah lebih-lebih sesudah sering terjadi penangkapan, penyiksaan, &
perampasan hak milik Tionghoa.
 Pada Juni 1740, Kompeni Belanda mengeluarkan lagi peraturan bahwa
semua orang Tionghoa yg tak memiliki izin tinggal akan ditangkapdan
diangkut ke Sailan. Peraturan ini dilaksanakan dengan sewenang-wenang.
 Pada 9 Oktober 1740, dimulainya pembunuhan terhadap orang Tionghoa
secara besar-besaran. Yang banyak melakukan pembunuhan ini ialah
orang-orang Eropa & para budak. Dan pada akhirnya ada sekitar 10. 000
orang Tionghoa yg tewas. Perkampungan orang Tionghoa dibakar selama
beberapa hari. Kekerasan ini berhenti sesudah orang Tionghoa
memberikan uang premi kepada serdadu-serdadu VOC guna melakukan
tugasnya yang rutin.
 Pada Desember 1741, awal 1742-VOC merebut kembali daerah-daerah
lain yang terancam serangan.

2.3   Runtuhnya  VOC
            Dapat kita ketahui bahwa sesuatu yang tidak baik tidak akan berlangsung
lama, jika iya pun, akan banyak hal buruk yang terjadi. Karena perbuatan buruk
yang mereka lakukan sendiri, mereka menelan pahit akibat perbuatannya. Berikut
ialah beberapa faktor runtuhnya VOC :

 Semakin banyak daerah yang dikuasai oleh VOC, pengawasannya pun


semakin sulit. Kota Batavia semakin ramai dan padat karena orang dari
timur asing seperti Cina dan Jepang diizinkan tinggal sehingga Batavia
menjadi banjir penduduk dan mengalami banyak masalah sosial,
 Parlemen Belanda menetapkan UU  bahwa Raja menjadi penguasa
tertinggi VOC. Banyak pengurus yang mulai akrab dengan pemerintah
sehingga mengabaikan kepentingan pemegang saham,
 Pengurus tidak lagi berfikir untuk memajukan usaha perdangangannya,
melainkan memperkaya diri,
 Tahun 1673, VOC tidak mampu membayar dividen dan kas-nya pun
merosot karena perang yang dilaksanakannya dan timbullah beban hutang,
 Adanya ordinasi agar para pejabat VOC diperlakukan hormat oleh semua
orang baik keturunan Eropa atau Indonesia,
 Adanya ordinasi kedua agar para pejabat memakai kendaraan kebesaran,
dan tentu itu semua membebani anggaran, dan
 Mulai terjadinya korupsi di antara para pejabat.
Di atas ialah beberapa faktor utama keruntuhan VOC, telah jelas sekali apa yang
mereka perbuat dapat merusak Organisasi atau Kongsi Dagang yang mereka
jalani, maka dari itu tidak heraan pada tanggal 31 Desember 1799 VOC
dinyatakan bubar, hutang – hutang VOC diganti oleh pemerintah Belanda.
Dengan demikian kita telah mempelajari dari sejarah, bahwa sesuatu yang tidak
baik akan menghasilkan petaka. Seharusnya kita sebagai bangsa yang pernah
ditindas VOC, kita harus banyak belajar dari kegagalan – kegagalan yang mereka
perbuat, dan menjauhin perilaku – perilaku buruk mereka yang hanya
menghancurkan diri mereka sendiri, dan pada akhrinya keserakahan hanya akan
mendatangkan musibah bagi orang – orang disekitar dan juga diri sendiri.
BAB III
PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentu nya masih banyak kekurangan dan kelemahan
nya, kerena terbatas nya pengetahuan dan kurang nya rujukan atau referensi yang
ada hubungan nya dengan judul makalah.

    Saya banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurna nya makalah ini dan dan
penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikut nya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khusus nya juga para pembaca yang budiman pada
umum nya.
SARAN :

Keberadaan VOC membawa banyak pengaruh bagi bangsa Indonesia. Baik dalam
bidang ekonomi, sosial, maupun politik. Pengaruh yang ada harus kita evaluasi
dengan baik. Jangan sampai kita kembali terjajah dengan kedatangan bangsa dan
organisasi asing seperti VOC. Indonesia memiliki banyak sumber daya yang harus
kita kelola sepandai-pandainya agar tidak mudah dikuasai oleh bangsa asing yang
akan menjadikan kita budak di negara sendiri. Sebagai generasi bangsa kita harus
mengisi kemerdekaan dan menjaga keutuhan serta kasatuan wilayah Indonesia
supaya masa penjajahan tidak terulang lagi, walaupun pada dasarnya kita masih
berkembang.

Anda mungkin juga menyukai