Anda di halaman 1dari 7

KISAH PEMBOIKOTAN KAUM KAFIR QURAISY

Segala puji hanya bagi Allah yang telah menurunkan Islam sebagai penerang dari kegelapan
jahiliyah. Sobat, kita patut bersyukur kepada Allah dan RasulNya Muhammad SAW yang telah
berjuang hingga akhir hayat beliau demi mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru dunia.
Andaikata beliau rela menukar dakwah dengan kenikmatan dunia yang ditawarkan suku Quraisy
kepadanya, tentu Islam tak akan pernah bergema hingga sampai kepada kita, umatnya. Sobat,
inilah episode perjuangan umat Islam untuk tetap bertahan dalam aqidah yang lurus, aqidah
Islam.
Setelah kaum Quraisy menyadari bahwa semua cara yang mereka lakukan untuk
menggagalkan dakwah Islam selalu mengalami kegagalan karena Bani Hasyim dan Bani Muthalib
baik yang sudah masuk Islam ataupun yang belum selalu melindungi Rasulullah SAW, maka kaum
Quraisy mencari strategi baru untuk menumbangkan kekuatan Islam itu dan beralih pada bentuk
kedhaliman lain yang bukan pembunuhan, namun dengan sasaran yang sama. Mereka
mengadakan pertemuan dan membuat keputusan bersama untuk melakukan pemboikotan
terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Keputusan ini ditulis di atas selembar papan dan
digantungkan di dinding Ka’bah. Inilah piagam kedhaliman yang mereka buat yang berisi larangan
bagi kaum Quraisy untuk menikah, berjual beli, berteman, berkumpul, memasuki rumah,
berbicara, serta tidak menerima perjanjian dari Bani Hasyim dan Bani Muthalib dan tidak perlu
peduli dengan keadaan mereka sebelum mereka menyerahkan Muhammad SAW untuk dibunuh.
Pemboikotan ini membuat Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin terpaksa menyingkir
dan menyelamatkan diri keluar kota Mekkah. Pemboikotan itu benar-benar ketat. Bahan makanan
sudah habis sementara kaum musyrik senantiasa mencegah agar bahan makanan tidak dapat
masuk ke Makkah. Keadaan Bani Hasyim dan Bani Muthalib benar-benar mengenaskan dan
kelaparan. Akhirnya, mereka hanya bisa memakan dedaunan dan kulit binatang. Seringkali
terdengar suara para wanita dan anak-anak yang merintih karena lapar. Kalau pun ada bahan
makanan yang bisa masuk, itu dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Kaum muslimin hanya
bisa membeli keperluan mereka pada bulan-bulan suci. Mereka bisa membeli bahan kebutuhan
dari kafilah yang datang dari luar Makkah. Tapi, jika sudah jatuh ke tangan penduduk Makkah,
harganya melambung tinggi, sehingga mereka tidak sanggup membelinya.
Utuh tiga tahun pemboikotan itu berlangsung. Atas pertolongan Allah, pada bulan
Muharram tahun ke-10 kenabian, papan piagam sudah terkoyak dan isinya terhapus. Sebenarnya
orang-orang Quraisy ada yang setuju dan tidak setuju dengan pemboikotan itu. Maka orang-orang
yang tidak setuju berusaha untuk membatalkannya. Mereka adalah Hisyam bin Amr, Zuhair bin
Abu Umayyah Al-Makhzumy, Al-Muth’im bin Ady, Abul-Bakhtary bin Hisyam dan Zam’ah bin Al-
Aswad. Saat al-Muth’im bersiap untuk merobek papan piagam yang tergantung di dinding Ka’bah,
dia melihat rayap-rayap telah memakan isinya, kecuali penggal tulisan, “Bismika allahumma” dan
setiap bagian yang terdapat kata “Allah”. Akhirnya papan piagam itu benar-benar dirobek dan
dibatalkan. Rasulullah SAW dan para pengikutnya pun keluar dari perkampungan.
Belum sembuh kesedihan Rasulullah SAW, setelah enam bulan keluar dari pemboikotan
paman beliau Abu Thalib, meninggal dunia. Tiga bulan kemudian, menyusul istri yang beliau cintai,
Khadijah pun meninggalkan beliau selamanya. Dua peristiwa ini terjadi dalam jangka waktu yang
singkat, sehingga menorehkan perasaan duka dan lara di Rasulullah saw. Kedua macam musibah
yang terjadi pada tahun ke 10 kenabian ini dalamsejarah disebut “’Aamul Huzni” (Tahun
kesedihan) Dengan kematian keduanya, mereka semakin berani menyakiti dan mengganggu
beliau. Akan tetapi segala macam musibah dan penganiayaan itu tidaklah mengendorkan
semangat perjuangan Rasulullah. Atas dasar keimanan yang sangat kokoh terhadap Allah SWT,
Rasulullah terus berjuang untuk mendakwahkan Islam tanpa menghiraukan intimidasi dari kaum
musyrik.
Dengan izin Allah dan perjuangan panjang Rasulullah dan sahabat beliau, alhamdulillah
Sobat kita bisa merasakan iman Islam seperti sekarang. Semoga Allah meneguhkan langkah kita
dalam dakwah Islam hingga kaum muslim berjaya untuk kedua kalinya. Yuk berdakwah! karena
dakwah adalah kita, dakwah adalah cinta, dakwah adalah tugas muslim bersama. Wallahu a’lam.
dakwatuna.com- Penentangan kaum kuffar terhadap dakwah Islam dilakukan dengan segala
cara. Dengan cara hal yang manis menggiurkan, berupa tawaran duniawi, cara ini tidak mempan.
Dengan cara tawar menawar, yaitu tawaran kepada Muhammad saw. agar menyembah tuhan
mereka sehari, dan mereka menyembah Tuhannya Muhammad sehari. Dengan cara teror,
intimidasi bahkan upaya pembunuhan. Semua cara berujung kegagalan.

Demikianlah Allah menggagalkan teror, tipuan, dan tawar menawar di hadapan gelombang
dakwah di jalan Allah swt. Mereka gagal memadamkan cahaya iman dan tauhid.

Maka kaum Quraisy kembali menggunakan cara kekerasan dan penindasan kepada kaum muslimin
dengan perlakuan yang tidak tertahankan manusia kecuali mereka yang beriman. Rasulullah saw.
yang melihat penderitaan para sahabatnya itu, dan sama sekali tidak bisa melawan, menyuruh
mereka untuk meninggalkan kampung halamannya itu, dilandasi oleh semangat menyelamatkan,
maka terjadilah hijrah ke Habasyah.

Dengki Pangkal Penentangan

Tidak diragukan lagi bahwa penyebab semua ini adalah rasa iri (hasad) dan kesombongan tanpa
argumentasi seperti yang dilakukan oleh Al-Walid bin Al-Mughirah, yang mengatakan:

‫ن؟‬ َ ‫ما ا ْل‬


ِ ‫ق ْريَ َت ْي‬ ِ َ‫ن ع‬
َ ‫ظ ْي‬ ُ ‫َح‬
ْ ‫ون‬
َ ،‫ع ْو ٍد‬
ُ ‫س‬ َ ‫ك أَ ُب ْو‬
ْ ‫م‬ Aُ ‫و ُي ْت َر‬ َ ‫ ُد‬AE‫س ِِّي‬
َ ‫ها‬ َ ٍ‫كبِ ْي ُر ُق َر ْيش‬
َ ‫و‬ ُ ‫و ُأ ْت َر‬
َ َ‫ك أنا‬ َ ”‫د‬
ٍ ‫م‬
َّ ‫ح‬
َ ‫م‬ ُ ‫أَيَ ْن ِز‬
ُ ” ‫ل عَ لَى‬

“Bagaimana mungkin diturunkan kepada Muhammad, tidak kepadaku, sedangkan aku yang
menjadi pembesar dan pemimpin suku Quraisy, tidak diberikan kepada Abu Mas’ud, sedang kami
berdua yang menjadi para pembesar dua negeri.”

Maka Allah turunkan ayat 31-32 surah Az Zukhruf:

“Dan mereka berkata: “Mengapa Al Quran Ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah
satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini? Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?
kami Telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami
Telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian
mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan.”

Pemboikotan Total

Kaum musyrikin berkumpul untuk menetapkan cara efektif menghentikan Islam dan Nabinya.
Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan untuk menulis selembar kesepakatan pemutusan
hubungan total dengan Bani Hasyim dan Bani Abdil-Muththalib. Pengumuman itu berisi:

1. Barang siapa yang setuju dengan agama Muhammad, berbelas kasihan kepada salah
seorang pengikutnya yang masuk Islam, atau memberi tempat singgah pada salah seorang
dari mereka, maka ia dianggap sebagai kelompoknya dan diputuskan hubungan dengannya.
2. Tidak boleh menikah dengannya atau menikahkan dari mereka.
3. Tidak boleh berjual beli dengan mereka.

Kemudian mereka gantung pengumuman ini di salah satu sudut Ka’bah untuk menegaskan
kekuatan isinya.

Pertolongan Allah

Di tengah penderitaan inilah Allah swt. menundukkan sebagian orang Quraisy untuk membantu
kaum muslimin yang terisolir. Di antara mereka itu adalah Hisyam bin Amr, seorang yang
dimuliakan kaumnya. Hisyam membawa untanya penuh makanan di malam hari ke Bani Hasyim
dan Bani Muththalib. Begitu sampai di dekat lembah ia lepaskan kendali untanya kemudian
dihentikannya unta itu. Demikian juga ketika untanya itu membawakan pakaian. Untuk
meringankan penderitaan kaum muslimin yang terisolir.

Di tengah isolasi total ini Bani Hasyim dan Bani Muththalib ikut bergabung baik yang muslim
maupun yang kafir kepada Rasulullah saw, mereka masuk ke syi’b (lembah) Bani Hasyim. Mereka
yang kafir bergabung dengan motivasi kesukuan dan kekerabatan, sedang yang muslim dengan
motivasi akidah. Selain Abu Lahab, yang berada bersama kafir Quraisy mendukung
permusuhannya dengan kaumnya.
Keadaan ini berlangsung selama tiga tahun, kaum Quraisy. Kaum Quraisy semakin memperketat
isolasinya kepada kaum muslimin sehingga mereka tidak memiliki bekal makanan. Kesulitan
mereka sampai pada kondisi hanya makan dedaunan.

Anak-anak kaum Muslimin menangis kelaparan, dan tangisan mereka terdengar dari balik lembah.
Kaum Muslimin tetap sabar dan tegar dari tekanan yang mencelakakan ini dengan terus
mengharapkan pertolongan Allah.

Pembatalan Lembar Pengumumam

Allah swt. tidak akan pernah melupakan Nabi pilihan-Nya dan orang-orang yang beriman
bersamanya. Maka Allah jadikan hati orang-orang masih punya kasih sayang, berbelas kasihan
kepada mereka. Hal ini jelas sejak Hisyam bin Amr yang membawa untanya dengan perbekalan
makanan lalu diarahkan ke Syi’b, mengantarkan makanan kepada kaum muslimin yang terisolir.

Hisyam din Amr kemudian menghubungi Zuhair bin Abi Umayyah bin Al Mughirah, ia sampaikan
kepadanya, “Wahai Zuhari, relakah kamu makan makanan, berpakaian, dan menikah, sementara
paman dan bibimu dalam keadaan yang kamu tahu, tidak boleh jual beli, tidak boleh menikah atau
dinikahi. Sedang aku bersumpah dengan nama Allah: Bahwa kalau paman bibinya Abul Hakam bin
Hisyam (Abu Jahal), kau ajak seperti yang aku sampaikan kepadamu, mereka tidak akan pernah
mau menerimanya.

Zuhair berkata: “Celaka sekali wahai Hisyam, lalu apa yang bisa kita lakukan? Aku hanya seorang
diri. Demi Allah, jika ada orang lain bersama dengan kami, maka kami akan cabut isolasi ini, aku
batalkan embargo ini.”

Hisyam bin Amr menjawab, “Aku menemukan orang lain.”

Kata Zuhair bin Abi Umayyah, “Siapa dia?”

Kata Hisyam, “Saya.”

Kata Zuahair, “Cari seorang lagi, sehingga kita bertiga.”

Kemudian Hisyam menemui Muth’im bin Adiy, menceritakan seperti yang disampaikan kepada
Zuhair bin Umayyah

Kata Muth’im, “Carilah orang ke empat.”

Kemudian Hisyam menemui Abul Buhturiy bin Hisyam, ia sampaikan seperti yang ia sampaikan
kepada Muth’im bin Adiy

Abul Buhturiy bertanya, “Adakah orang lain yang membantu hal ini?”

Kata Hisyam, “Ada.”

Kata Abu Buhturiy, “Siapa dia.”

Kata Hisyam, “Zuhair bin Umayyah, Muth’im bin Adiy, dan aku bersamamu

Kata Al Buhturiy, “Carilah orang kelima.”


Kemudian Hisyam menemui Zam’ah bin Al-Aswad bin Al-Muththalib, ia sampaikan kepadanya
tentang kedekatan hubungan keluarganya dan hak mereka.

Zam’ah menanyakan, “Apakah urusan yang kau sampaikan kepadaku ini ada orang lain?”

Kata Hisyam, “Ada,” kemudian ia sebutkan orang-orang yang telah ia temui.

Kemudian mereka bersepakatan untuk bertemu malam hari di sebuah bukit di Mekah.

Di sanalah mereka berkumpul dan bersepakat untuk membatalkan pengumuman pembokiotan.


Dan ketika datang pagi hari mereka pergi ke tempat pertemuannya. Zuhair bin Umayyah thawaf di
Ka’bah tujuh kali putaran. Kemudian berdiri menghadapkan wajahnya kepada para hadirin dan
mengatakan:

Wahai warga Mekah, apakah kita makan, memakai pakaian sementara Bani Hasyim mati
kelaparan, tidak boleh jual beli, demi Allah saya tidak akan duduk sehingga pengumuman embargo
yang zhalim ini dirobek.

Abu Jahal berkata -ada di salah satu sudut masjid, “Bohong kamu, demi Allah, pengumuman itu
tidak boleh dirobek.”

Zam’ah bin Al-Aswad: Engkau, demi Allah, lebih pendusta, kami tidak pernah menyetujuinya sejak
engkau menulisnya.

Abul Buhturiy berkata, “Benar Zam’ah, kami tidak setuju tulisan itu dan tidak pernah
mengakuinya.”

Al-Muth’im bin Adi berkata, “Kalian berdua benar, dan bohong orang yang mengatakan selain yang
kalian berdua katakan. Kami berlepas diri darinya dan tulisan yang ada di dalamnya.”

Hisyam bin Amr berkata seperti yang dikatakan Al-Muth’im bin Adiy

Abu Jahal berkata, “Ini pasti sudah diputuskan di malam hari, kalian telah bermusyawarah tentang
hal ini di luar tempat ini.”

Abu Thalib saat itu berada di salah satu sudut masjid menyaksikan pertarungan yang terjadi di
antara mereka.

Kemudian Muth’im bin Adiy berdiri ke tempat ditempelkannya pengumuman itu untuk merobeknya,
dan ternyata pengumuman itu sudah dimakan tanah kecuali kalimat ‘Bismikallahumma’ yang
menjadikan kebiasaan orang Arab menulis surat.

Perhatikanlah, bagaimana Allah swt. menundukkan mereka ini untuk membantu Islam dan kaum
muslimin, berdiri di sisi yang benar. Tidak diragukan lagi bahwa yang mendorong hal ini adalah
pertolongan Allah swt. pada rasul-Nya, dan kaum mukminin yang ada.

Kemudian perhatikan pula, tanah yang makan pengumuman itu, kecuali nama Allah Yang Maha
Agung. Hal ini menjadi bukti yang sempurna bahwa Allah swt. Maha Suci dari seluruh ucapan
orang-orang zhalim.

Dampak Embargo

Embargo ini berdampak baik bagi Islam dan kaum muslimin, antara lain:
1. Kaum muslimin dapat mengambil pelajaran langsung tentang kesabaran dan daya tahan.
Mereka menyadari bahwa kehilangan keuntungan dan hancuran sarana-sarana kebaikan
tertentu adalah kewajiban pertama yang harus diberikan dalam pengorbanan di jalan
aqidah. Tekanan-tekanan itu tidak akan membunuh para da’i bahkan semakin memperkuat
akar dan dahannya.
2. Bahwa ketika Allah swt. menghendaki salah seorang hamba-Nya menfokuskan diri pada
da’wah, kebaikan, dan perbaikan, akan diletakkan di hatinya rasa tidak senang dengan apa
yang dialami masyarakatnya, yang berupa kerusakan dan kesesatan.
3. Orang-orang Quraisy tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari nanti, cepat atau
lambat, fajar baru akan terbit, Mekah akan bersih dari berhala, Adzan berkumandang di
seluruh sudutnya, dan orang-orang yang pernah diboikot itu akan menjadi pemegang
kendali, para pemimpin yang memutuskan persoalan, dan mereka menjadi tawanan yang
mengharapkan ampunan. Mereka hanya meyakini bahwa hari ini dan nanti adalah milik
mereka, akan tetapi Allah balikkan harapannya, dan memberikan kemenangan besar kepada
pembawa kebenaran.

“Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman.
Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya.” (Arrum: 4-5).

Pelajaran Berharga

Motivasi akidah adalah satu-satunya motivasi kaum muslimin untuk memeluk Islam, meskipun
menghadapi tekanan keras, dan tidak ada motivasi lain, apalagi yang bersifat materi.

 Di antar cara bijak para da’i menghadapi ahlul batil adalah dengan argumentasi dan bukti,
serta mendakwahinya dengan berangkat dari realitas yang mereka alami, tidak boleh
menyikapi siksaan dengan siksaan, makian dengan makian.
 Seorang muslim tidak boleh tunduk dan bertahan dengan gangguan jika mampu
membalasnya, atau ada orang yang membantunya menangkis siksaan itu. Seperti yang
dilakukan kaum muslimin ketika Hamzah dan Umar masuk Islam, serta bantuan keluarga
seperti Abu Thalib.
 diperbolehkan bagi seorang muslim untuk menangkis ahlil batil, mengungkapkan kepalsuan
akidahnya, penyimpangan fikrahnya dengan serangan tidak membahayakan diri da’i dan
teman-temannya dari jebakan musuh.
 Seorang pemimpin sukses adalah yang mampu mencerahkan pasukan dan potensinya untuk
menghindari gangguan, dan beralih kepada peperangan terbuka melawan musuhnya pada
waktu, tempat yang baik bagi da’wah.
 Hijrah kaum muslimin ke Habasah adalah buah dari hubungan baik antara Islam dan
Nasrani, serta kesepakatan untuk melawan kaum musyrikin, optimalisasi kekuatan yang
tidak mengganggu dan memusuhi Islam dengan terbuka.
 Jika seorang muslim komitmen dengan akidah yang lurus, maka akan mengusir
kebimbangan hatinya, menguatkan cahaya keyakinan hatinya.
 Kaum kafir melakukan pemutusan total dengan Rasulullah dan kaum muslimin karena Islam
mulai menggoncang sendi-sendi aqidah mereka yang batil dan eksistensi spiritualnya
dengan kuat. Mereka hanya mengikuti agama nenek moyang dan para pendahulunya.
 Para pemimpin simbolis yang mendapatkan keuntungan materi, status sosial adalah orang-
orang pertama yang memusuhi Islam, dan akan terus memusuhinya karena ia takut
kehilangan posisi dan popularitas diri. Kehilangan kekuasaan dan kedudukan.
 Masuk Islamnya Umar dan Hamzah adalah masuk Islamnya pemimpin yang akan berperan
banyak dalam keseimbangan haq (benar) dan batil (salah).
 Kaum muslim memanfaatkan semangat kesukuan dalam mencabut embargo
 Para da’i ilallah keluar dari ujian dan penderitaan yang menimpanya dalam keadaan lebih
tangguh, lebih kaya pengalaman, lebih mampu bergerak mencapai sasarannya, ketika
mereka dapat mengambil buah ujian itu.
 Tsiqah yang utuh dengan janji Allah yang akan memberi pertolongan dan tsiqah yang utuh
kepada pemimpin dibarengi dengan harapan pahala di sisi Allah.
 Berkorban dengan jiwa dan yang paling berharga adalah ciri para da’i yang mengharapkan
balasan dari Allah.
 Pertolongan itu pasti datang jika sifat-sifat kelayakan untuk mendapatkan pertolongan itu
terpenuhi.
 Ahlul batil mengeluarkan hartanya untuk meninggikan kebatilannya, maka menjadi
kewajiban ahlul haq untuk membelanjakan yang mahal dan mulia dalam rangka
meninggikan kalimatul haq (kebenaran).
 Bangsa Arab meski dalam jahiliyah memiliki janji dan kesepakatan yang tidak bisa dilanggar
kecuali jika menyatakan dengang terbuka pembatalah janji itu. Dari itulah mereka tidak bisa
keluar dari isi pengumuman itu sebelum pengumuman itu dirobek.
 Allah swt menjaga kaum muslimin, dan menundukkan tokoh-tokoh kafir untuk membela
mereka dan memecah barisan kaum musyrikin.
 Allah memiliki beberapa pasukan, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah yang bekerja
untuk membantuk kaum muslimin, seperti yang dilakukan tanah terhadap lembar
pengumuman embargo. Allahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai