Analisa Budidaya Ikan Cupang PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

ANALISA USAHA BUDIDAYA IKAN CUPANG

Oleh :
Nama : Lathifah
NIM : B0A013042

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO

2015
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan hias merupakan satu komoditas ekonomi non migas yang potensial,
permintaan yang semakin meningkat baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini
mendorong perkembangan budidaya ikan hias di Indonesia. Salah satunya adalah
ikan Betta sp. atau yang lebih dikenal dengan nama ikan cupang. Ikan jantan
sangat agresif dan memiliki kebiasaan menyerang apabila ditempatkan dalam satu
wadah (Ostrow, 1989).
Ikan cupang jantan memiliki ekor yang menarik, dengan warna-warni yang
indah oleh karena itu jenis ikan cupang digolongkan ke dalam ikan hias.
Keindahan bentuk sirip dan warna sangat menentukan nilai estetika dan nilai
komersial ikan hias Betta splendens (Yustina et al., 2002). Ikan cupang memiliki
nilai ekonomis yang cukup tinggi. Harga seekor ikan cupang hias berumur 3 bulan
berkisar antara Rp 5.000,00 – Rp 50.000,00, bahkan ikan cupang hias yang
berkualitas dapt dihargai ratusan hingga jutaan rupiah. Penggemar cupang
tergolong banyak hingga sudah mendunia. Hal tersebut merupakan peluang usaha
yang menggiurkan bagi siapapun yang ingin membudidayakan ikan cupang ini.
Ikan cupang terkenal sebagai ikan petarung, namun sebenarnya ikan
cupang dibagi menjadi menjadi dua jenis yaitu ikan cupang petarung dan cupang
hias. Kedua jenis ini memang suka bertarung jika keduanya disatukan di dalam
satu wadah. Ikan ini berasal dari wilayah Asia, terutama Thailand, Malaysia,
Singapura, Kamboja, dan Indonesia. Ukurannya kecil namun memiliki nilai eksotis
yang tinggi, terutama ketika cupang melebarkan seluruh ekor dan siripnya.
Ikan cupang hidup di daerah tropis, terutama di benua Asia sampai Afrika.
Habitat asalnya di daerah perairan dangkal dan berair jernih, seperti daerah
pesawahan hingga sungai yang bertemperatur 24 – 27 derajat Celcius, dengan pH
berkisar 6,2 – 7,5 serta tingkat kandungan mineral terlarut dalam air atau
kesadahan (hardness) berkisar 5 – 12 dH. Pada umumnya cupang sanggup hidup
dan berkembang dengan baik pada kisaran pH 6,5 – 7,2 dan hardness berkisar 8,5 –
10 dH (Effendie, 1975).
Menurut Sugandy (2002), ciri khusus ikan cupang (Betta splendens)
dapat dilihat dari beberapa bentuk tubuhnya seperti bentuk badan memanjang dan
warna yang beraneka ragam yakni cokelat, hijau, merah, biru, kuning, abu-abu,
putih dan sebagainya, sirip punggung lebar dan terentang hingga ke belakang
dengan warna cokelat kemerah-merahan dan dihiasi garis-garis berwarna-warni,
sirip ekor berbentuk agak bulat dan berwarna seperti badannya serta dihiasi strip
berwarna hijau, sirip perut panjang mengumbai dihiasi aneka warna dan lehernya
berdasi dengan warna yang indah, ujung siripnya sering kali dihiasi warna putih
susu, sirip analnya berwarna hijau kebiru-biruan dan memanjang. Lebih lanjut
dikemukakannya adalah ikan cupang betina memiliki bentuk tubuh rata-rata lebih
kecil daripada ikan cupang jantan. Ikan cupang jantan memiliki panjang tubuh
dapat mencapai 5 – 9 cm, sedangkan ikan cupang betina lebih pendek dari ukuran
tersebut.
Salah satu kendala budidayanya adalah untuk mendapatkan ikan jantan
cenderung lebih sukar, karena jumlah benih jantan yang diperoleh setiap pemijahan
sangat rendah dan kualitasnya tidak sesuai dengan yang diinginkan. Dalam satu
periode pemijahan biasanya anak cupang hias yang hidup mencapai 60% betina
dan 40% jantan. Padahal cupang hias yang laku dipasaran hanya yang berjenis
kelamin jantan, kecuali untuk tujuan sebagai induk betina. Oleh karenanya telah
dilakukan upaya pembentukan organisme monoseks yang dapat dihasilkan melalui
metode manipulasi kelamin (seks reversal) dengan pendekatan hormonal sebelum
terjadi diferensiasi kelamin (Yustina et al., 2012).

1.2 Tujuan

Tujuan dari budidaya ikan cupang ini yaitu:


1. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan cupang agar
mendapatkan hasil yang optimal.
2. Mengetahui biaya yang dibutuhkan untuk membudidayakan ikan cupang hias.
II. PEMBAHASAN

2.1 Sarana dan Prasarana Budidaya

Prospek cupang sebagai ikan hias sangat besar karena setiap harinya
permintaan ikan ini cukup signifikan. Ikan ini digemari banyak orang dari berbagai
kalangan usia, golongan, dan segala lapisan masyarakat. Pemasarannya tergolong
mudah karena permintaan atas ikan ini terus ada. Membudidayakan cupang hias
sangatlah mudah. Namun, ada beberapa aspek yang harus dipersiapkan sebelum
memulai usaha cupang hias ini. Berikut ini adalah hal-hal yang harus dipersiapkan
antara lain:
A. Persiapan Kolam
Karena jenis ikan ini tergolong berukuran kecil, pembuatan kolam upang
tidak memerlukan area yang luas, cukup menggunakan kolam bak. Ukuran luas
kolam sekitar 2 – 4 m2 atau dapat pula menggunakan ember sebagai kolam
pemeliharaan. Dalam budidaya ikan cupang, diperlukan beberapa jenis kolam,
yaitu:
a. Kolam pematang gonad
Jenis kolam pertama yang perlu dipersiapkan adalah kolam pematangan
gonad. Keuntungan pemeliharaan jenis ini adalah ukuran kolam ini tidak
membutuhkan lahan yang luas, bahkan dapat juga menggunakan botol air
mineral ukuran 1 liter. Jika tersedia dana maka dapat menggunakan
akuarium kecil. Karena kolam ini hanya berisi 1 ekor cupang maka
membutuhkan banyak wadah untuk menyiapkan cupang tersebut. Jika
pembudidaya memiliki 20 ekor induk cupang maka pembudidaya harus
menyediakan 20 buah kolam pematangan gonad. Kolam yang biasa
digunakan oleh para petani cupang adalah botol air mineral ukuran 1 liter
atau ada juga yang menggunakan akuarium ukuran kecil. Kolam ini
berfungsi untuk memelihara induk jantan dan induk betina hingga siap
kawin/matang gonad.
b. Kolam pemijahan
Jenis kolam berikut adalah kolam dengan fungsi untuk memijahkan induk
jantan dengan induk betina. Ukuran dari kolam ini tidak terlalu luas.
Apabila ingin menghemat biaya dapat menggunakan ember kecil atau
stoples kue.
c. Kolam pembesaran/pemeliharaan
Kolam yang ketiga adalah kolam pembesaran/pemeliharaan kolam
pembesaran berfungsi untuk membesarkan burayak/benih cupang hingga
siap panen. Kolam ini sebaiknya berupa kolam semen karena kolam semen
lebih mudah menghasilkan pakan alami berupa plankton atau lumut. Kolam
sebaiknya berada di tempat yang mendapatkan sinar matahari langsung agar
proses pertumbuhannya cepat. Ukuran ikan cupang yang relatif kecil tidak
membutuhkan lahan yang luas untuk dijadikan kolam pembesaran. Luas
dari kolam ini berkisar antara 1 – 2 m2. Ketika burayak/benih cupang sudah
berumur 1,5 bulan maka sebaiknya dipindahkan ke dalam kolam
pematangan gonad. Jika tetap disatukan di dalam kolam pembesaran maka
ikan cupang tersebut akan saling bertarung, yang dapat mengakibatkan
kecacatan atau kematian.

B. Kualitas Air
Faktor penting dalam bud idaya ikan cupang adalah kualitas air yang
digunakan dalam budidaya. Kualitas air harus selalu terjaga kebersihannya dan
terhindar dari zat-zat beracun, seperti amoniak, limbah pabrik, detergen, dan lain-
lain. Ikan akan tumbuh optimal jika kualitas airnya baik. Air pada kolam
pematangan gonad sebaiknya diganti setiap 3 hari, serta ikan cupang direndam
selama 1 jam dengan air yang telah dicampur garam dapur dan obat khusus cupang
yang banyak dijual di pasar ikan dengan dosis secukupnya. Hal tersebut untuk
menjaga ikan cupang dari serangan jamur atau penyakit lainnya.
Cara lain untuk menjaga kualitas air tetap baik adalah dengan cara
memasukan eceng gondok dalam kolam pembesaran, yang berfungsi untuk
menyerap racun di sekitar air tersebut dan sekaligus menjadi tempat berteduh bagi
burayak/benih cupang. Jangan terlalu banyak memberikan eceng gondok karena
eceng gondok dapat menyerap oksigen di dalam air. Eceng gondok yang terlalu
banyak dapat menyebabkan kematian bagi burayak karena kekurangan kadar
oksigen di dalam air.
C. Pemberian Pakan
Pemberian pakan untuk budidaya ikan cupang sangatlah mudah dan murah,
karena dapat diperoleh dari alam, seperti jentik nyamuk, kutu air, dan cacing. Cara
untuk menghasilkan jentik nyamuk yang banyak adalah dengan memasukkan
kangkung kedalam sebuah wadah, kemudian masukan air dan diamkan selama
kurang lebih 7 hari maka ratusan bahkan ribuan jentik nyamuk slap disantap oleh
ikan cupang.
Pakan bagi burayak/benih cupang dapat juga berupa Moina sp. atau kutu air
yang disaring beberapa kali. Jika sulit mendapatkan pakan tersebut maka perlu
dicoba dengan pelet yang sudah dihaluskan terlebih dahulu. Sebelum burayak
dimasukkan ke dalam kolam pembesaran, sebaiknya kolam diberikan pupuk
kandang atau pupuk hijau/dedaunan dan berikan pula eceng gondok. Setelah itu,
beri air dan diamkan selam 7 hari hingga terlihat pakan alami berupa plankton,
kutu air, dan lain-lain. Selanjutnya, barulah masukan burayak cupang ke kolam
tersebut.

D. Penyeleksian Induk
Salah satu faktor yang menentukan kualitas ikan yang dipelihara adalah
bibit yang digunakan. Sedangkan bibit tergantung dari kualitas indukannya. Ikan
cupang memiliki beragam jenis, mulai dari cupang aduan hingga cupang hias.
Jenis-jenis cupang dihasilkan dari perkawinan silang antara jenis cupang yang satu
dengan jenis cupang yang lainnya. Oleh karena itu, sebelum melakukan proses
pemijahan, diperlukan seleksi induk agar menghasilkan jenis cupang yang
berkualitas.
Adapun jenis-jenis cupang yang sudah dikenal adalah cupang plakat,
cupang crown tail, cupang halfmoon, dan cupang double tail. Dengan menyeleksi
induk yang tepat, proses pemijahan dapat berlangsung dengan baik. Artinya, induk
betina tidak akan terlalu cedera karena dalam proses pemijahan biasanya induk
jantan sering menghantam induk betina. Jika induk betina belum siap kawin maka
akan berakibat kematian karena induk betina akan selalu dihajar induk jantan.
Sebaliknya, jika induk jantan belum siap kawin, namun induk betina sudah siap
kawin maka induk jantan tetap menghajar terus induk betina karena menganggap
musuhnya. Oleh karena itu, perlu adanya keterampilan khusus dalam menyeleksi
induk yang akan dipijahkan.
Sebagai tambahan informasi perbedaan antara induk jantan dan induk
betina ikan cupang yaitu ikan cupang jantan memiliki tubuh langsing, gerakan
lincah, ekornya panjang dan akan mekar indah jika didekatkan dengan cupang lain,
dan warna tubuhnya lebih menarik dibandingkan dengan ikan cupang betina.
Sedangkan ikan cupang betina bertubuh gempal, pergerakannya lamban, ada titik
putih di bawah perutnya, dan warnanya agak kusan atau kurang menarik.

E. Pemijahan
Pada budidaya ikan cupang, tahap pemijahan ikan jenis ini memiliki cara
yang berbeda dengan proses pemijahan ikan air tawar lainnya karena ikan cupang
memiliki sifat yang suka bertarung terhadap sesama ikan cupang, antara sesama
jantan atau antara induk jantan dengan induk betina. Oleh karena itu, diperlukan
adanya strategi yang tepat agar induk betina tidak mengalami cidera yang serius
dalam proses pemijahan.
Pemijahan dilakukan dilakukan di kolam pemijahan, dapat menggunakan
akuarium sedang atau ember kecil. Strategi dalam pemijahan ikan cupang adalah
masukan ikan jantan ke dalam kolam pemijahan (akuarium sedang atau ember
kecil), kemudian secara terpuisah masukkan betina ke dalam botol bekas selai atau
toples kecil. Setelah kedua induk tersebut ditempatkan terpisah, kemudian
masukkan botol selai yang bersi induk betina ke dalam kolam pemijahan yang
berisis induk jantan. Tempatkan botol selai yang berisi induk betina tersebut
dengan posisi tengah-tengah kolam pemijahan yang berisi induk jantan dan biarkan
selama 2 hari. Hal tersebut dimaksudkan agar induk jantan saling mengenal dengan
induk betina yang berada di dalam botol selai tersebut dan ketika dicampurkan,
induk jantan sudah tidak agresif menyerang induk betina.
Setelah 2 hari dan induk jantan telah membuat busa di sudut kolam, barulah
induk betina dimasukkan ke dalam kolam pemijahan yang berisi induk jantan
tersebut. Tutup kolam pemijahan dan tunggu hingga 2 – 3 hari. Sebaiknya setiap
hari selalu dilihat apakah busa yang dibuat induk jantan tersebut sudah berisi telur
atau belum. Untuk dapat melihat dengan jelas apakah busa sudah berisi telur atau
belum, dapat diterawang menggunakan lampu senter. Busa tersebut berupa butiran
kecil berwarna putih kekuning-kuningan.
Jika sudah tampak telur cupang maka segera pindahkan induk betina ke
dalam kolam pematangan gonad karena jika tidak maka induk betina akan
memakan telurnya dan induk betina pun akan terus dihajar oleh induk jantan.
Setelah itu, biarkan induk jantan yang mengurusi telur tersebut hingga menetas.
Telur akan menetas 2 – 3 hari setelah telur dibuahi. Setelah menetas, barulah induk
jantan dipindahkan ke kolam pematangan gonad dan benih cupang dipindahkan ke
dalam kolam pembesaran. Pada umur 1,5 sebaiknya benih cupang ditempatkan di
kolam pematangan gonad karena pada umur tersebut ikan cupang sudah mulai
agresif untuk saling bertarung.

F. Pemanenan
Tahapan yang paling ditunggu oleh pengusaha adalah tahap pemanenan.
Untuk ikan cupang mulai dapat dipanen setelah berumur sekitar 2 – 3 bulan karena
pada umur tersebut ikan cupang sudah mulai tampak keindahannya.
Cupang harus dikemas secara terpisah karena ikan ini akan bertarung jika
disatukan. Wadah pengemasan ikan ini dapat berupa plastik polyethilene berukuran
10x20 cm, 12x25 cm, dan 14,5x29 cm yang dirangkap dua agar tidak mudah
bocor. Untuk cupang plakat dan adu, isi setengah kantong plastik dengan air yang
telah diendapkan. Kemudian, untuk jenis serit dan halfmoon, isi sepertiga kantong
plastik dengan air. Ikan ini dapat bertahan sampai satu minggu di dalam kantong
plastik yang suhu udaranya tetap stabil.

G. Pemasaran
Sesuai dengan jenis ikan cupang sebagai ikan hias maka pemasarannya pun
berbeda dengan ikan konsumsi. Ikan cupang biasanya dipasarkan di kios-kios ikan
hias. Penggemar ikan cupang tidak hanya di dalam negeri, tetapi sudah mendunia
sehingga ikan cupang dapat dipasarkan di internet. Trik lain yang dapat diterapkan
untuk meningkatkan nilai jual ikan cupang dibudidayakan, usahakan untuk selalu
mengikuti kontes cupang dan bergabunglah menjadi anggota komunies penggemar
ikan cupang karena dengan cara tersebut maka potensi pemasaran ikan cupang
menjadi efektif.
Setelah dikemas, cupang dapat langsung dijual ke konsumen atau
menggunakan jasa pengumpul (pengepul) dan supplier yang biasanya sudah
mempunyai jaringan yang luas. Pembudidaya dapat melakukan penjualan langsung
yang umumnya dilakukan di rumah atau lokasi budidaya biasanya menggunakan
wadah-wadah berupa botol atau akuarium berukuran 20x15x15 cm yang
ditempatkan pada suatu rak. Ikan-ikan yang diletakkan di rak-rak display ini
berkualitas prima, sehingga dijual dengan harga yang relatif tinggi.
Pembudidaya pun dapat melakukan penjualan melalui pengumpul
(pengepul) dan supplier. Pengumpul atau pengepul adalah penampung ikan
pembudidaya dengan kapasitas pembelian tertentu dan membeli ikan dengan
berbagai ukuran. Tidak ada persyaratan khusus agar pengepul mau membeli ikan
pada pembudidaya, yang terpenting adalah ikan sehat, tidak cacat, dan ukurannya
seragam. Biasanya harga ditentukan oleh pembudidaya, lalu terjadi tawar-menawar
sampai kesepakatan harga tercapai antara kedua belah pihak. Supplier biasanya
membeli ikan cupang dengan harga yang lebih rendah dari pengepul dan jumlah
pembeliannya bergantung pada permintaan konsumennya. Cupang yang dibeli
oleh supplier akan langsung didistribusikan ke pasar ikan hias, eksportir, dan toko
ikan hias.

2.2 Analisa Total Biaya

Analisis usaha budidaya ikan cupang dengan membeli 8 pasang indukan


cupang hias, antara lain:
Biaya investasi
1. Indukan cupang 8 pasang @Rp 200.000,00 Rp 1.600.000,00
2. Akuarium Rp 280.000,00
3. Botol bekas air mineral
1 liter 20x20x25 cm 8 buah @Rp 1.000,00 Rp 8.000,00
1 liter 20x20x25 cm 1.200 buah @Rp 1.000,00 Rp 1.200.000,00
4. Pembuatan kolam semen
1 m3 8 buah @Rp 120.000,00 Rp 960.000,00
Total Rp 3.088.000,00
Biaya operasional
1. Pakan: pupuk kandang 1 karung Rp 9.000,00
2. Biaya obat/lain-lain Rp 100.000,00
Total Rp 109.000,00
3. Jumlah modal awal Rp 2.977.000,00
4. Panen dalam 2 bulan menghasilkan:
Benih berkualitas (8×50) @Rp 9.000,00 Rp 3.600.000,00
Benih sisa (8×100) @Rp 3.500,00 Rp 2.800.000,00

Pendapatan Rp 6.400.000,00
Pengeluaran Rp 3.197.000,00
Keuntungan Rp 3.203.000,00
III. KESIMPULAN

Dari analisa usaha yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:


1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya ikan cupang antara lain
persiapan kolam, kualitas air yang baik, pemberian pakan yang sesuai, seleksi
induk yang baik, pemijahan secara baik dan benar, pemanenan, dan pemasaran
ikan cupang.
2. Modal awal pada budidaya ikan cupang adalah sebesar Rp 2.977.000,00
dengan pengeluaran untuk kebutuhan budidaya dari pembelian benih, botol,
akuarium, dan obat-obatan adalah sebesar Rp 3.197.000,00 dapat
menghasilkan pendapatan Rp 6.400.000,00 yang jika dihitung keuntungannya
yaitu sebesar Rp 3.203.000,00 untuk periode 2 bulan pemanenan.
DAFTAR REFERENSI

Effendie, M.l. 1975. Metode Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan Institut


Pertanian Bogor. Bogor. h. 92.

Ostrow, M.E. 1989. Betta's.T. F.. H Pub. Inc. Canada. Ii. 91

Sugandy, I. 2002. Budidaya Cupang Hias. Argo Media Pustaka. Jakarta.

Yustina, Arnentis dan Darmawati. 2002. Daya Tetas dan Laju Pertumbuhan Larva
Ikan Betta splendens di Habitat Buatan. Jurnal Bionatur. Universitas Riau.
Pekanbaru.

Yustina, Arnetis, dan D. Ariani. 2012. Efektivitas Tepung Teripang Pasir


(Holothuria scabra) Terhadap Maskulinisasi Ikan Cupang (Betta
splendens). Universitas Riau. Pekanbaru.

Anda mungkin juga menyukai