Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Bawang Merah


1. Klasifikasi dan morfologi bawang merah
Menurut (Samadi dan Cahyono, 2005) tanaman bawang merah (Allium
Ascalonicum L) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Ordo : Liliales
Family : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium Ascalonicum L
Bawang merah (Allium Ascalonicum L) merupakan salah satu anggota dari
familia Liliaceae. Tanaman ini merupakan tanaman semusim dan memiliki umbi yang
berlapis. Bawang merah mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder
berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang
yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi
bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi
bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas (Rukmana,
1994).

2. Habitat Bawang Merah


Tanaman bawang merah berasal dari India. Ada juga yang menyebutkan
berasal dari Mediterania (Jawa, 2016). Di Indonesia, tanaman bawang merah dapat
ditemukan di daerah Cirebon, Tegal, Pekalongan, Solo Wates-Yogyakarta terutama di
daerah Brebes. Hal ini dikarenakan tanaman ini dikembangkan dan dibudayakan
cukup luas di daerah-daerahtersebut, mengingat manfaat dan fungsinya serta
kegunaan yang menjadi bahan dasar dalam suatu masakan (Jawa, 2016). Bawang
merah akan subur apabila ditanam dengan elevansi 100 – 1800 m dpl. Bawang merah
termasuk jenis tanaman yang tidak menyukai air hujan, tempat yang airnya
menggenang dan becek, tetapi pada pertumbuhannya, tumbuhan ini membutuhkan
banyak air, terutama pada masa pembentukan umbi dan disamping itu juga
membutuhkan lingkungan yang beriklim kering, suhu yang hangat.Karenanya
tanaman ini paling cocok ditanam pada musim kemarau dengan sistem perairan yang
memadai (Benhard, dkk, 2013).

3. Manfaat bawang merah


Bawang merah adalah jenis tanaman sayuran yang sangat digemari oleh
masyarakat Indonesia. Selain dipakai sebagai bahan untuk bumbu masakan, bawang
merah juga sering digunakan sebagai bahan obat untuk penyakit tertentu dan juga
dikenal sebagai tanaman rempah dan obat. Sebagai bahan obat, bawang merah dapat
menyembuhkan luka luar maupun dalam contohnya penyakit maag, masuk angin, dan
menurunkan kadar gula serta kolesterol. Selain itu, bawang merah juga dapat
digunakan sebagai obat penyakit kencing manis atau diabetes mellitus. Sebagai obat,
bawang merah dapat diberikan dalam bentuk mentah dan utuh, artinya tidak dicampur
dengan bahan lain atau dalam bentuk olahan seperti ekstrak tepung, minyak atsiri
ataupun sari bawang (Samadi dan Cahyono, 2005).

B. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan serangkaian proses yang dilakukan untuk mendapakan sari dari
suatu bahan dengan ukuran partikel yang diinginkan, yang mengandung senyawa aktif
dengan pelarut-pelarut tertentu yang sifatnya mampu melarutkan senyawa-senyawa
tersebut (Priyanto, 2010). Jenis ekstraksi yang digunakan merupakan ekstraksi cair
tradisional menggunakan air atau aquades steril yang dijadikan sebagai cairan pengestraksi.
Hasil ekstraksi ini dapat digunakan langsung atau dapat digunakan setelah waktu tertentu.
Pembuatan sari umbi bawang merah cair dilakukan secara konvensional yakni dengan di
blender.Pelarut air masih luas digunakan karena caranya yang mudah dan sifatnya
C. Kandungan Bawang Merah
Flavonoid dan fenol lebih banyak terkandung dalam bawang merah dibanding
anggota bawang lainnya (Nurmalina, dkk, 2012). Bahan aktif yang terkandung dalam
bawang merah memiliki efek farmakologis terhadap tubuh, yakni: allisin dan alliin yang
mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme, flavonoid dan flavonol yang mampu
mampu menghambat pertumbuhan bakteri, serta pektin yang mampu mengendalikan
pertumbuhan bakteri (Jawa, 2016). Senyawa-senyawa aktif seperti flavonoid dan
flavonol, allisin dan alliin, serta pektin yang tersebut dipercayai mampu menghambat
pertumbuhan suatu mikroorganisme. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penelitian
terkait senyawa aktif yang terkandung dalam bawang merah.

D. Mekanisme Fitokimia
a. Flavonoid
Sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa komplek terhadap protein
ekstraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri.
b. Alkaloid
Mempunyai kemampuan sebagai antimikroba hal ini ditandai dengan cara
mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan
yang terbentuk tidak utuh dan dapat menyebabkan kematian sel tersebut.
c. Tanin
Tanin mempunyai aktivitas sebagai antimikroba dengan mekanisme toksisitas tanin
dapat merusak membrane sel bakteri.
d. Minyak Atsiri
Minyak Atsiri mempunyai mekanisme dengan cara mengganggu proses terbentuknya
membran, sehingga membran bakteri menjadi tidak sempurna. Dalam kandungan
minyak atsiri yang berfungsi sebagai antimikroba adalah gugus fungsi hidroksil dan
karbonil (Heinrich,dkk, 2009).
E. Landasan Teori
Pada penderita diabetes mellitus (DM) tubuh kekurangan insulin atau tubuh

sedikit menghasilkan insulin (DM tipe 1) atau insulin tetap dihasilkan dalam jumlah yang

normal (DM tipe 2), namun insulin yang ada tidak bekerja dengan baik atau terjadi

resistensi insulin karena reseptor insulin pada membran sel berkurang atau strukturnya

berubah. Kondisi ini menyebabkan glukosa yang masuk ke dalam sel berkurang.

Akibatnya, sel kekurangan glukosa sehingga kemungkinan tidak terjadi penimbunan

glikogen. Sebaliknya, akan terjadi mobilisasi cadangan glikogen di hepar maupun di otot

untuk dikatabolisme menghasilkan glukosa dan dilepas ke pembuluh darah sehingga

menyebabkan kondisi hiperglikemia (Suarsana dkk., 2010)

Kondisi hiperglikemia ini dapat menyebabkan terjadinya stress oksidatif dari

beberapa organ antara lain hepar, jantung, otak, serta otot rangka (Widowati, 2008).

Stress oksidatif dapat menyebabkan terjadinya reaksi metabolisme lipid, protein

termasuk enzim, yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan oksidatif, apabila hal

ini berlanjut maka dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dan kematian sel hepar

(Mahdi dkk., 2007).

Keadaan hepar pada kondisi diabetes mellitus akan mengalami degenerasi dan

kongesti. Degenerasi ditunjukkan dengan adanya sel hepar berwarna lebih gelap dan

mengalami pembengkakan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan degradasi glikogen dan

glukoneogenesis karena pemanfaatan glukosa terhambat (Hussain dkk., 2008).

Penderita diabetes mellitus juga mudah mengalami kondisi hyperlipidemia. Gangguan

metabolisme lipid menyebabkan adanya kelainan pada hepar dengan pembentukan

radikal bebas, sehingga mengoksidasi lipid dan protein yang dapat berakibat terjadinya

kerusakan pada hepar (Ardiani et al., 2011). Pada tikus putih yang mengalami kondisi
diabetes mellitus juga didapati kerusakan hepar berupa nekrosis. Hal itu ditunjukkan

dengan kondisi jarak nukleus menjadi berjauhan, batas antar sel menjadi tidak jelas,

hepatosit menjadi tidak teratur, mengecilnya inti sel dan rusaknya membran plasma

(Kresnamurti dan Agnes, 2011).

Menurut Kumalaningsih (2007), dalam keadaan normal, pembentukan radikal

bebas akan diikuti oleh pembentukan antioksidan dalam tubuh sehingga terjadi

keseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan. Keadaan suatu molekul dimana

jumlah radikal bebas lebih banyak dari antioksidan akan menyebabkan terjadinya

stress oksidatif. Langkah yang paling tepat untuk mengurangi stress oksidatif adalah

dengan mengurangi radikal bebas atau mengoptimalkan pertahanan tubuh dengan

memperbanyak antioksidan.

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menetralkan atau menangkap

radikal bebas dan melindungi jaringan biologis dari kerusakan akibat radikal bebas.

Antioksidan berperan untuk memperbaiki sel hepar yang rusak akibat radikal bebas,

memperbaiki sel β pankreas yang rusak sehingga dapat meningkatkan sekresi insulin

pada penderita diabetes mellitus, dan mencegah terjadinya komplikasi diabetes mellitus

(Algameta, 2009).

Senyawa yang termasuk golongan polifenol selain mempunyai aktivitas sebagai

antioksidan juga memiliki fungsi biologis yang lain seperti memperbaiki metabolisme

glukosa (Suarsana dkk., 2010). Bawang merah sangat bermanfaat untuk kesehatan

tubuh karena kaya akan kandungan antioksidan. Kadar flavonoid yang tinggi pada umbi

bawang merah menjadikan bawang merah sebagai antioksidan yang baik untuk

menghambat radikal bebas. Bawang merah diyakini mengandung komponen kimia yang
mempunyai efek antiinflamasi, antikolesterol, antikanker, dan antioksidan seperti

quercetin (Galeone et al., 2006). Terdapat penelitian yang melaporkan bahwa bawang

merah mengandung quercetin dalam kadar yang tinggi, saponin, isorhamnetin dan

glikosida (Fattoruso et al., 2002). Kebanyakan tumbuhan yang mengandung senyawa

bioaktif seperti glikosida, alkaloid, terpenoid, flavonoid, dan ceratenoid mempunyai

aktivitas antidiabetes (Kim et al., 2006).

Begitu pula dengan bawang merah, kandungan flavonoid yang dominan di


dalam umbi bawang merah terutama quercetin, diduga memiliki efek hipoglikemik dan
bermanfaat bagi penderita diabetes mellitus (Azuma et all., 2007). Menurut Atsushi et
al., (2008), Nuraliev dan Avezov (1992) bahwa quercetin juga memiliki efek
penghambatan terhadap degradasi glikogen di hepar. Hambatan degradasi glikogen
secara langsung akan mengurangi pelepasan glukosa di hepar sehingga dapat
menurunkan kadar glukosa darah.

F. Hipotesis Penelitian
Pemberian ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L) dapat memperbaiki
gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan.

Anda mungkin juga menyukai