TINJAUAN PUSTAKA
B. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan serangkaian proses yang dilakukan untuk mendapakan sari dari
suatu bahan dengan ukuran partikel yang diinginkan, yang mengandung senyawa aktif
dengan pelarut-pelarut tertentu yang sifatnya mampu melarutkan senyawa-senyawa
tersebut (Priyanto, 2010). Jenis ekstraksi yang digunakan merupakan ekstraksi cair
tradisional menggunakan air atau aquades steril yang dijadikan sebagai cairan pengestraksi.
Hasil ekstraksi ini dapat digunakan langsung atau dapat digunakan setelah waktu tertentu.
Pembuatan sari umbi bawang merah cair dilakukan secara konvensional yakni dengan di
blender.Pelarut air masih luas digunakan karena caranya yang mudah dan sifatnya
C. Kandungan Bawang Merah
Flavonoid dan fenol lebih banyak terkandung dalam bawang merah dibanding
anggota bawang lainnya (Nurmalina, dkk, 2012). Bahan aktif yang terkandung dalam
bawang merah memiliki efek farmakologis terhadap tubuh, yakni: allisin dan alliin yang
mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme, flavonoid dan flavonol yang mampu
mampu menghambat pertumbuhan bakteri, serta pektin yang mampu mengendalikan
pertumbuhan bakteri (Jawa, 2016). Senyawa-senyawa aktif seperti flavonoid dan
flavonol, allisin dan alliin, serta pektin yang tersebut dipercayai mampu menghambat
pertumbuhan suatu mikroorganisme. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penelitian
terkait senyawa aktif yang terkandung dalam bawang merah.
D. Mekanisme Fitokimia
a. Flavonoid
Sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa komplek terhadap protein
ekstraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri.
b. Alkaloid
Mempunyai kemampuan sebagai antimikroba hal ini ditandai dengan cara
mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan
yang terbentuk tidak utuh dan dapat menyebabkan kematian sel tersebut.
c. Tanin
Tanin mempunyai aktivitas sebagai antimikroba dengan mekanisme toksisitas tanin
dapat merusak membrane sel bakteri.
d. Minyak Atsiri
Minyak Atsiri mempunyai mekanisme dengan cara mengganggu proses terbentuknya
membran, sehingga membran bakteri menjadi tidak sempurna. Dalam kandungan
minyak atsiri yang berfungsi sebagai antimikroba adalah gugus fungsi hidroksil dan
karbonil (Heinrich,dkk, 2009).
E. Landasan Teori
Pada penderita diabetes mellitus (DM) tubuh kekurangan insulin atau tubuh
sedikit menghasilkan insulin (DM tipe 1) atau insulin tetap dihasilkan dalam jumlah yang
normal (DM tipe 2), namun insulin yang ada tidak bekerja dengan baik atau terjadi
resistensi insulin karena reseptor insulin pada membran sel berkurang atau strukturnya
berubah. Kondisi ini menyebabkan glukosa yang masuk ke dalam sel berkurang.
glikogen. Sebaliknya, akan terjadi mobilisasi cadangan glikogen di hepar maupun di otot
beberapa organ antara lain hepar, jantung, otak, serta otot rangka (Widowati, 2008).
termasuk enzim, yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan oksidatif, apabila hal
ini berlanjut maka dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dan kematian sel hepar
Keadaan hepar pada kondisi diabetes mellitus akan mengalami degenerasi dan
kongesti. Degenerasi ditunjukkan dengan adanya sel hepar berwarna lebih gelap dan
mengalami pembengkakan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan degradasi glikogen dan
radikal bebas, sehingga mengoksidasi lipid dan protein yang dapat berakibat terjadinya
kerusakan pada hepar (Ardiani et al., 2011). Pada tikus putih yang mengalami kondisi
diabetes mellitus juga didapati kerusakan hepar berupa nekrosis. Hal itu ditunjukkan
dengan kondisi jarak nukleus menjadi berjauhan, batas antar sel menjadi tidak jelas,
hepatosit menjadi tidak teratur, mengecilnya inti sel dan rusaknya membran plasma
bebas akan diikuti oleh pembentukan antioksidan dalam tubuh sehingga terjadi
keseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan. Keadaan suatu molekul dimana
jumlah radikal bebas lebih banyak dari antioksidan akan menyebabkan terjadinya
stress oksidatif. Langkah yang paling tepat untuk mengurangi stress oksidatif adalah
memperbanyak antioksidan.
radikal bebas dan melindungi jaringan biologis dari kerusakan akibat radikal bebas.
Antioksidan berperan untuk memperbaiki sel hepar yang rusak akibat radikal bebas,
memperbaiki sel β pankreas yang rusak sehingga dapat meningkatkan sekresi insulin
pada penderita diabetes mellitus, dan mencegah terjadinya komplikasi diabetes mellitus
(Algameta, 2009).
antioksidan juga memiliki fungsi biologis yang lain seperti memperbaiki metabolisme
glukosa (Suarsana dkk., 2010). Bawang merah sangat bermanfaat untuk kesehatan
tubuh karena kaya akan kandungan antioksidan. Kadar flavonoid yang tinggi pada umbi
bawang merah menjadikan bawang merah sebagai antioksidan yang baik untuk
menghambat radikal bebas. Bawang merah diyakini mengandung komponen kimia yang
mempunyai efek antiinflamasi, antikolesterol, antikanker, dan antioksidan seperti
quercetin (Galeone et al., 2006). Terdapat penelitian yang melaporkan bahwa bawang
merah mengandung quercetin dalam kadar yang tinggi, saponin, isorhamnetin dan
F. Hipotesis Penelitian
Pemberian ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L) dapat memperbaiki
gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan.