Anda di halaman 1dari 13

Badan Penanggulangan Bencana Daerah

BPBD KABUPATEN GARUT

Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Pengadaan Jasa Konsultansi

KONSULTAN MANAJEMEN KEGIATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI SEKTOR


PERMUKIMAN DENGAN POLA PEMBERDAYAAN/PENDAMPINGAN MASYARAKAT
PASCABENCANA BANJIR DAN LONGSOR DI KABUPATEN GARUT
TAHUN ANGGARAN 2020

0
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
Konsultan Manajemen Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Sektor Sosial Dengan Pola Pemberdayaan/Pendampingan Masyarakat
Pascabencana Banjir dan Longsor di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat
Tahun Anggaran 2020

I. PENDAHULUAN

Kompleksitas permasalahan dalam manajemen bencana pada dasarnya


memerlukan suatu penataan atau perencanaan yang matang dalam
penanggulangannya, sehingga dapat dilaksanakan secara terarah dan terpadu dan
dalam rangka pencapaian tujuan yang efektiv dan efisien, maka langkah-langkah
penangulangan Pascabencana harus dilakukan secara sistematis dan terencana.
Usaha pemerintah untuk melakukan penataan dalam penyelenggaraan
penanggulangan pada Pasca bencana terlihat dengan diterbitkannya Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Pasca Bencana yang
menjadi acuan Pemerintah Pusat maupun Daerah dalam merencanakan, mengelola,
melaksanakan serta mengawasi pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan
pascabencana bencana.

Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana merupakan bagian dari


penyelenggaraan penanggulangan bencana yang memerlukan proses penilaian atas
kerusakan dan kerugian serta kebutuhan yang bersifat komprehensif baik aspek
fisik maupun aspek kemanusiaan. Seluruh upaya pemulihan rehabilitasi dan
rekonstruksi dilakukan dengan prinsip dasar membangun yang lebih baik (build
back better) dan pengurangan resiko bencana (disaster risk reduction) sebagaimana
diatur dalam Peraturan Kepala BNPB Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pedoman
Umum Rehabilitasi dan Rekonstruksi.

Bencana Banjir dan longsor di Kabupaten Garut di daerah Kecamatan Pakenjeng,


Kecamatan Bungbulang, Kecamatan Mekarmukti. Berdasarkan data yang diperoleh
bahwa bencana Banjir dan Longsor ini telah menyebabkan sekitar jumlah yang
terdata sebanyak 120 KK terkena dampak banjir dan Longsor, tersebar di 4 titik
lokasi Desa 3 Kecamatan yaitu 36 unit rumah relokasi di Desa Pasirlangu
Kecamatan Pakenjeng, 7 unit rumah relokasi di Desa Gunamekar Kecamatan
Bungbulang, 37 unit rumah di Desa Karangwangi Kecamatan Mekarmukti dan 40
unit rumah relokasi di Desa Jagabaya Kecamatan Mekarmukti yang menimbulkan
kerugian yang cukup besar baik secara ekonomi maupun sosial.

1
Bencana Banjir dan Longsor di 4 titik lokasi dan 3 Kecamatan menimbulkan
terjadinya kerusakan dibeberapa sektor di antaranya infrastruktur, ekonomi, dan
sosial. Dampak bencana yang besar dirasakan adalah kerusakan perumahan milik
penduduk sehingga perlu upaya untuk melakukan kegiatan rekonstruksi rumah
pasca bencana yang merupakan kebutuhan dasar merupakan bentuk dari hak asasi
manusia. Pembangunan kembali perumahan tentunya akan menyediakan
kebutuhan dasar bagi masyarakat agar dapat mendorong kembali pemulihan di
sektor-sektor lain, seperti perekonomian dan sumber pendapatan yang
terpengaruh oleh bencana.

Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana pada prinsipnya adalah upaya


mengembalikan kondisi kehidupan masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena
bencana pada situasi yang lebih baik dari sebelumnya. Berdasarkan pertimbangan
bahwa dampak kerusakan yang didominasi kerusakan pada sektor perumahan dan
akan memberikan dampak bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat korban
bencana, maka pokok-pokok kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana
Banjir dan Longsor di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat 2015 adalah sebagai
berikut:

1. Menggunakan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai sarana


membangun komunitas dan menstimulasi kehidupan sosial ekonomi
masyarakat dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan
dampak jangka panjang.
2. Dilaksanakan dengan pendekatan tata pemerintahan yang baik, melalui
koordinasi yang efektif antar pelaksana kegiatan serta mengedepankan aspirasi
masyarakat korban bencana Banjir dan Longsor.
3. Khusus untuk kegiatan pemulihan di bidang perumahan dan kehidupan
masyarakat dilaksanakan dengan pendekatan partisipasi masyarakat sesuai
dengan karakteristik budaya lokal, sekaligus meningkatkan pemahaman
masyarakat tentang pengurangan risiko bencana.
4. Dilaksanakan dengan memperhatikan standar teknis perbaikan lingkungan
permukiman di daerah rawan bencana dengan prinsip build back better dan
safer.
5. Dilaksanakan dengan mengedepankan keterbukaan bagi semua pihak melalui
penyediaan informasi yang akurat serta pelayanan teknis, perijinan dan
termasuk penyediaan unit pengaduan masyarakat.
6. Dilaksanakan dengan mekanisme penyaluran dana dan pertanggung jawaban
dana yang akuntabel, efisien, efektiv dan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
7. Dilaksanakan terutama oleh Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya,
melalui koordinasi yang efektif dan kerja sama antar pihak lintas sektor,
dengan mekanisme pemantauan dan pengendalian sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

2
8. Dengan pertimbangan skala dan dampak kerusakan serta ketersediaan
anggaran pembiayaan, maka rehabilitasi dan rekonstruksi yang meliputi
pemberdayaan Ekonomi dan sosial pada tahun anggaran 2020.

Sesuai pokok-pokok kebijakan pemerintah dan dari berbagai pengalaman dalam


penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi dari bencana-bencana yang pernah
terjadi di berbagai tempat di Indonesia, antara lain berdasarkan pengalaman dan
pembelajaran dari rehabilitasi dan rekonstruksi permukiman pascaerupsi Gunung
Merapi tahun 2010 di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah serta
rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana banjir di Kota Manado tahun 2016
yang telah dilaksanakan melalui pendekatan pemberdayaan/partisipasi masyarakat
korban bencana, telah memberikan hasil yang baik, maka pelaksanaan rehabilitasi
dan rekonstruksi sektor Ekonomi pasca bencana Banjir dan longsor di Kabupaten
Garut provinsi Jawa Barat akan dilaksanakan dengan pendekatan yang sama dan
ditetapkan dalam Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tanggal 4 Oktober 2013 tentang
Petunjuk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Sektor Ekonomi.

Kegiatan penanganan pascabencana di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat akan


dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Kegiatan
tahap persiapan terdiri atas; pengadaan konsultan pendamping/ manajemen,
proses rekrutmen fasilitator, pelatihan dasar pra tugas fasilitator, sosialisasi
kepada masyarakat, validasi data penerima manfaat, sosialisasi dan
pembentukan Kelompok Masyarakat (Pokmas). Sedangkan tahap pelaksanaan
kegiatannya adalah proses Bantuan Permodalan melalui masing-masing Pokmas
dengan pendampingan dari fasilitator yang dikoordinir/dikendalikan oleh
Konsultan Manajemen/Pendamping sampai dengan proses pembuatan laporan
pertanggungjawaban penggunaan dana oleh Pokmas. Seluruh kegiatan tersebut
dilakukan dengan pendampingan dari fasilitator di bawah pengendalian konsultan
pendamping/manajemen.

II. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN

Maksud diadakannya kegiatan Konsultan Manajemen Kegiatan Rehabilitasi dan


Rekonstruksi Sektor Ekonomi dengan pola Pendampingan Masyarakat Pasca
Bencana Banjir dan Longsor di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat Tahun
Anggaran 2020 ini adalah untuk melakukan pendampingan pelaksanaan
Pemulihan Penghidupan Masyarakat di tempat relokasi.
Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah terwujudnya pelaksanaan pendampingan
pemulihan ekonomi di tempat relokasi pascabencana Banjir dan longsor tahun
2015 di Kabupaten Garut.

3
III. SASARAN KEGIATAN

Sasaran kegiatan Konsultan Manajemen Kegiatan Rehabilitasi dan


Rekonstruksi Sektor Ekonomi dengan Pola Pemberdayaan/ Pendampingan
Masyarakat Pasca Bencana Banjir dan longsor di Kabupaten Garut, Provinsi
Jawa Barat Tahun Anggaran 2020 yang akan menjadi tugas dan tanggung jawab
Konsultan Manajemen adalah Kepala Keluarga Korban Bencana Banjir dan Longsor
yang telah di relokasi dan tentunya telah hasil Validasi dan telah ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah dengan suatu surat keputusan.

Sesuai dengan jumlah rumah yang telah direlokasi dan tersebar di 3 Kecamatan,
maka dalam rangka pelaksanaan Pendampingan Kegiatan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Sektor Ekonomi dengan Pola Pemberdayaan/ Pendampingan
Masyarakat Pascabencana Banjir dan longsor Tahun 2015 di Kabupaten Garut,
Provinsi Jawa Barat, akan dilaksanakan melalui Jasa Konsultansi Manajemen, maka
kegiatan pendampingan akan dilakukan sebagai berikut:

1. Setiap Pokmas terdiri dari 15 - 20 KK


2. Setiap Tim Fasilitator mendampingi 2 Pokmas
3. Setiap Tim Fasilitator terdiri dari Fasilitator teknis (4 orang), Fasilitator
Ekonomi (1 Orang) dan Fasilitator Sosial (1 Orang);
4. Setiap Korlap membawahi 5 - 6 Tim Fasilitator.

IV. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Kegiatan penanganan pascabencana Banjir dan Longsor di Kabupaten Garut,


Provinsi Jawa Barat akan dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap persiapan dan
tahap pelaksanaan. Kegiatan tahap persiapan terdiri atas; pengadaan konsultan
pendamping/ manajemen, proses rekrutmen fasilitator, pelatihan dasar pra tugas
fasilitator, sosialisasi kepada masyarakat, validasi data penerima manfaat,
sosialisasi dan pembentukan Kelompok Masyarakat (Pokmas).

Sedangkan tahap pelaksanaan kegiatannya adalah proses Penyaluran permodalan


ke setiap Pokmas dengan pendampingan dari fasilitator yang
dikoordinir/dikendalikan oleh Konsultan Manajemen/Pendamping sampai dengan
proses pembuatan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana oleh Pokmas.
Seluruh kegiatan tersebut dilakukan dengan pendampingan dari fasilitator dibawah
pengendalian konsultan pendamping/manajemen.

4
Untuk mewujudkan maksud, tujuan dan sasaran kegiatan, maka lingkup pekerjaan
Konsultan Manajemen Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sektor Ekonomi
dengan Pola Pemberdayaan/Pendampingan Masyarakat Pascabencana Banjir dan
longsor Tahun 2015 di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran
2020 ini antara lain sebagai berikut:

1. Memastikan terpenuhinya target rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana


Banjir dan Longsor di Kabupaten Garut sektor ekonomi sesuai dengan yang
direncanakan;
2. Melaksanakan seluruh tugas-tugas manajemen kegiatan dan memberikan
pengarahan teknis terhadap pelaksana kegiatan dan pemangku kepentingan
terkait;
3. Berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan termasuk pemerintah
daerah setempat (provinsi dan kabupaten/kota), Kementerian/lembaga teknis
terkait, dan lain-lain pada setiap tahap pelaksanaan kegiatan demi terciptanya
sinergitas di antara kementerian/lembaga, SKPD dan pelaksana kegiatan
lainnya;
5. Melaksanakan lokakarya yang bertujuan agar seluruh unsur pemangku
kepentingan memahami arah kebijakan, maksud, tujuan, dan sasaran kegiatan
sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan;
6. Memastikan data base pelaksanaan kegiatan dioperasikan dan dikelola secara
lengkap dan akurat dan terlaksananya pelaporan kemajuan kegiatan secara
teratur pada setiap tingkatan pelaksanaan kegiatan dan dipublikasikan melalui
web kabupaten Garut;
8. Memastikan pelaksanaan kegiatan mencapai tingkat kinerja yang diharapkan
dalam rangka mewujudkan sasaran dan tujuan kegiatan, termasuk terwujudnya
kelembagaan organisasi komunitas setempat antara lain dengan melakukan
monitoring dan supervisi yang komprehensif di semua tingkat dan secara
terjadwal melakukan evaluasi hasil kemajuan pelaksanaan kegiatan;
9. Memastikan terwujudnya transparansi dan akuntabilitas finansial manajemen
kegiatan dan pelaporan pelaksanaan seluruh kegiatan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Pasca Bencana Sektor Ekonomi;
10. Menyusun laporan-laporan berkala dan laporan akhir serta menyampaikannya
kepada PPK secara tepat waktu, benar dan lengkap.

V. METODOLOGI

Secara umum, metodologi kegiatan Konsultan Manajemen Kegiatan Rehabilitasi


dan Rekonstruksi Sektor Ekonomi dengan Pola Pemberdayaan/
Pendampingan Masyarakat Pasca Bencana Banjir dan Longsor di Kabupaten
Garut, Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2020 ini akan dilakukan melalui
tahapan dan langkah-langkah sebagai berikut :

5
1. Berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana Sektor Ekonomi; pemerintah
daerah dan para konsultan ataupun pelaksana kegiatan di lapangan;
2. Mengidentifikasi dan merumuskan prioritas program dalam rangka
pengembangan sasaran kegiatan berdasarkan hasil evaluasi terhadap
pelaksanaan dan capaian kegiatan yang sudah dilaksanakan sebelumnya dan
Pelaksana Kegiatan lainnya;
3. Merumuskan penyesuaian pendekatan dan strategi pelaksanaan kegiatan
selanjutnya yang mengacu pada hasil evaluasi sebagaimana butir 1;
4. Mengidentifikasi dan merumuskan prioritas program khususnya yang
berkaitan dengan lokakarya, sosialisasi dan pelatihan bagi unsur-unsur
pelaksana kegiatan (tim konsultan, fasilitator dan masyarakat) serta unsur-
unsur pemangku kepentingan terkait pada setiap level (pemerintah
kabupaten/kota, kecamatan dan desa);
5. Melaksanakan dan mengendalikan seluruh pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi/
Rekonstruksi Pasca Bencana Sektor Ekonomi;
6. Mengidentifikasi permasalahan dan merumuskan solusi terhadap
permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan serta
menginformasikan rumusan solusi permasalahan kepada pihak-pihak terkait
untuk dilaksanakan.

Terhadap 6 (enam) arah pelaksanaan pekerjaan (kegiatan) tersebut, Konsultan


dapat mengembangkan secara lebih detail, sistematis dan terpadu agar dapat
dikonstruksikan ke dalam strategi operasional yang tertuang dalam program kerja
dan rencana kerja detail Konsultan. Konsultan harus mengembangkan suatu
pendekatan pemberdayaan yang integratif dengan dimensi waktu, kuantitas dan
kualitas serta jaminan pemeliharaan secara memadai.

Bahkan, di luar ruang lingkup di atas, Konsultan perlu mengembangkan inovasi


dalam membangun model koordinasi yang adaptif sebagai pendekatan terhadap
berbagai stakeholder di wilayah sasaran. Secara teknis operasional Konsultan juga
harus dapat mengembangkan beberapa inovasi, yaitu :
a. Konsultan perlu menyusun kualitas output mengacu pada KPI (Key
Performance Indicators), sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan
monitoring dan evaluasi baik menyangkut proses pembangunan pada sektor
Ekonomi dan pembangunan pada Sektor Sosial Budaya di kawasan relokasi
(pada kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi BPBD Kabupaten Garut);
b. Konsultan perlu mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi yang
menjamin ketepatan sasaran dan strategi pengendalian pelaksanaan kegiatan
pendampingan sehingga tim tenaga ahli yang bekerja memiliki kinerja yang
baik;

6
c. Konsultan perlu mengembangkan suatu pendekatan pemberdayaan yang
integratif dengan dimensi waktu, kualitas fisik atau infrastruktur dan jaminan
pemeliharaan secara memadai. Bahkan, di luar ruang lingkup di atas;
d. Konsultan perlu mengembangkan inovasi dalam membangun model koordinasi
yang adaptif sebagai pendekatan terhadap berbagai stakeholder di wilayah
sasaran;
e. Dalam hal pelaporan, Konsultan perlu membangun pranata mekanisme
pelaporan yang dimungkinkan berjalan efektif di lapangan, sehingga
mekanisme tersebut sekaligus berfungsi untuk meninjau kinerja para pelaku-
pelaku di lapangan, khususnya para personil yang menjadi bagian pengendalian
Konsultan.

VI. KEBUTUHAN TENAGA AHLI

Tenaga Ahli yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan Konsultan


Manajemen Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sektor Ekonomi dengan
Pola Pemberdayaan/ Pendampingan Masyarakat Pasca Bencana Banjir dan
Longsor di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2020
melalui jasa konsultansi ini antara lain:

1. Team Leader/Ahli Manajemen Proyek


Tenaga yang dipersyaratkan adalah seorang Sarjana (S2) pengalaman 7 tahun
atau Sarjana (S1) pengalaman 10 tahun jurusan Teknik Sipil/Arsitekur/
Planologi/Manajemen atau yang relevan yang berpengalaman di bidang
manajemen proyek atau pemberdayaan masyarakat, diutamakan yang
berpengalaman di bidang rehabilitasi/rekonstruksi pasca bencana dan telah
berpengalaman memimpin tim minimum 5 tahun.

2. Ahli Perumahan/Permukiman
Tenaga yang dipersyaratkan adalah seorang sarjana (S1) jurusan Teknik
Sipil/Arsitektur, yang berpengalaman minimum 6 tahun bidang
perumahan/permukiman, diutamakan yang berpengalaman dalam bidang
rehabilitasi/rekonstruksi pasca bencana atau pemberdayaan masyarakat dan
sejenisnya.

3. Ahli Ekonomi Keuangan/Akuntansi


Tenaga yang dipersyaratkan adalah seorang sarjana (S1) jurusan
Ekonomi/Akuntansi, yang berpengalaman minimum 6 tahun di bidang ekonomi
mikro, diutamakan yang berpengalaman dalam bidang rehabilitasi/
rekonstruksi pasca bencana atau pemberdayaan masyarakat dan sejenisnya.

7
4. Ahli Lingkungan
Tenaga yang dipersyaratkan adalah seorang sarjana (S1) jurusan Lingkungan,
yang berpengalaman minimum 6 tahun di bidang pengelolaan lingkungan,
diutamakan yang berpengalaman dalam bidang rehabilitasi/rekonstruksi pasca
bencana atau pemberdayaan masyarakat dan sejenisnya.

5. Ahli Pemberdayaan Masyarakat


Tenaga yang dipersyaratkan adalah seorang sarjana (S1) semua jurusan, yang
berpengalaman minimum 6 tahun di bidang pemberdayaan masyarakat,
diutamakan yang berpengalaman dalam bidang rehabilitasi/rekonstruksi pasca
bencana atau pemberdayaan masyarakat dan sejenisnya.

6. Ahli Database
Tenaga yang dipersyaratkan adalah seorang sarjana (S1) jurusan
computer/Informatika, yang berpengalaman minimum 6 tahun di bidang
Database, diutamakan yang berpengalaman dalam bidang
rehabilitasi/rekonstruksi pasca bencana atau pemberdayaan masyarakat dan
sejenisnya.

7. Ahli Monitoring dan Evaluasi


Tenaga yang dipersyaratkan adalah seorang sarjana (S1) semua jurusan, yang
berpengalaman minimum 6 tahun di bidang monitoring dan evaluasi,
diutamakan yang berpengalaman dalam bidang rehabilitasi/rekonstruksi pasca
bencana atau pemberdayaan masyarakat dan sejenisnya.

8. Asisten Ahli Infrastruktur


Tenaga yang dipersyaratkan adalah seorang sarjana (S1) jurusan Teknik
Sipil/Arsitektur, yang berpengalaman minimum 4 tahun di bidang perencanaan
dan pengembangan infrastruktur, diutamakan yang berpengalaman dalam
bidang rehabilitasi/rekonstruksi pasca bencana atau pemberdayaan
masyarakat dan sejenisnya.

9. Asisten Ahli Ekonomi Keuangan/Akuntansi


Tenaga yang dipersyaratkan adalah seorang sarjana (S1) jurusan
Ekonomi/Akuntansi/Manajemen, yang berpengalaman minimum 4 tahun di
bidang keuangan, diutamakan yang berpengalaman dalam bidang rehabilitasi/
rekonstruksi pasca bencana atau pemberdayaan masyarakat dan sejenisnya.

10. Asisten Ahli Pemberdayaan Masyarakat


Tenaga yang dipersyaratkan adalah seorang sarjana (S1) semua jurusan, yang
berpengalaman minimum 4 tahun di bidang pemberdayaan masyarakat,

8
diutamakan yang berpengalaman dalam bidang rehabilitasi/rekonstruksi pasca
bencana atau pemberdayaan masyarakat dan sejenisnya.

11. Asisten Ahli Database


Tenaga yang dipersyaratkan adalah seorang sarjana (S1) jurusan
computer/informatika, yang berpengalaman minimum 4 tahun di bidang
database, diutamakan yang berpengalaman dalam bidang rehabilitasi/
rekonstruksi pasca bencana atau pemberdayaan masyarakat dan sejenisnya.

12. Asisten Ahli Monitoring dan Evaluasi


Tenaga yang dipersyaratkan adalah seorang sarjana (S1) semua jurusan, yang
berpengalaman minimum 4 tahun di bidang monitoring dan evaluasi,
diutamakan yang berpengalaman dalam bidang rehabilitasi/rekonstruksi pasca
bencana atau pemberdayaan masyarakat dan sejenisnya.

13. Koordinator Lapangan


Tenaga yang dipersyaratkan adalah seorang sarjana (S1) semua jurusan, yang
berpengalaman minimum 5 tahun di bidang yang relevan, diutamakan yang
berpengalaman dalam bidang rehabilitasi/rekonstruksi pasca bencana atau
pemberdayaan masyarakat dan sejenisnya.

14. Fasilitator
Tenaga yang dipersyaratkan adalah seorang sarjana (S1) semua jurusan, yang
berpengalaman minimum 3 tahun di bidang yang relevan, diutamakan yang
berpengalaman dalam bidang rehabilitasi/rekonstruksi pasca bencana atau
pemberdayaan masyarakat dan sejenisnya.

VII. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan Konsultan Manajemen


Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sektor Ekonomi dengan Pola
Pemberdayaan/ Pendampingan Masyarakat Pasca Bencana Banjir dan
Longsor di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2020
melalui jasa konsultansi ini adalah selama 8 (delapan) bulan kalender dan
dilaksanakan secara kontraktual.

VIII. PELAPORAN KEGIATAN

Pelaporan dalam pelaksanaan kegiatan Konsultan Manajemen Kegiatan


Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sektor Ekonomi dengan Pola Pemberdayaan/
Pendampingan Masyarakat Pasca Bencana Banjir dan Longsor di Kabupaten
Garut, Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2020 ini terdiri dari:

9
1. Laporan Pendahuluan (Inception Report). Laporan ini merupakan penjabaran
(penafsiran) lebih lanjut dari Kerangka Acuan Kerja (KAK), metodologi dan
pendekatan perencanaan, rencana kerja dan penjadwalan seluruh proses
kegiatan. Laporan Pendahuluan dibuat sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar,
selambat-lambatnya 1 bulan setelah penandatanganan SPK.
2. Laporan Bulanan (Progress Report). Laporan ini merupakan penjabaran dari
kemajuan (progress) pelaksanaan kegiatan menyangkut seluruh komponen
kegiatan, kendala yang dihadapi dan rekomendasinya serta rencana kerja bulan
berikutnya. Laporan Bulanan dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar, selambat-
lambatnya 1 minggu setelah akhir bulan kegiatan.
3. Laporan Triwulan (Quarterly Report). Laporan ini merupakan penjabaran
dari hasil-hasil sementara dalam pelaksanaan kegiatan bantuan teknis, analisis
permasalahan dan rekomendasinya. Laporan Triwulan dibuat sebanyak 10
(sepuluh) eksemplar.
4. Laporan Akhir Sementara (Draft Final Report). Laporan ini merupakan
penjabaran dari hasil-hasil pelaksanaan kegiatan bantuan teknis secara
keseluruhan termasuk keluaran (output) kegiatan. Laporan Akhir Sementara
dibuat sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar, selambat-lambatnya 1 bulan sebelum
berakhirnya pekerjaan.
5. Laporan Akhir (Final Report). Laporan ini merupakan penyempurnaan
Laporan Akhir Sementara berdasarkan koreksi dan masukan pihak-pihak
terkait dalam pekerjaan. Laporan Akhir dibuat sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar, selambat-lambatnya 2 minggu setelah berakhirnya pekerjaan.
6. Laporan Dokumen Teknis Pembangunan Sektor Ekonomi dan Dokumen
Laporan Keuangan. Laporan ini sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
Laporan Akhir, dan harus diserahkan selambat-lambatnya 2 minggu setelah
berakhirnya pekerjaan.

IX. SUMBER PEMBIAYAAN

Untuk pelaksanaan kegiatan Konsultan Manajemen Kegiatan Rehabilitasi dan


Rekonstruksi Sektor Ekonomi dengan Pola Pemberdayaan/Pendampingan
Masyarakat Pasca Bencana Banjir dan Longsor di Kabupaten Garut, Provinsi
Jawa Barat Tahun Anggaran 2020 ini diperlukan biaya sebesar Rp.
720.000.000,- termasuk PPN (pagu anggaran) yang dibiayai dari APBD Kabupaten
Garut, Tahun Anggaran 2020

10
X. PENUTUP

Kerangka Acuan Kerja ini dibuat sebagai bahan panduan bagi pelaksanaan kegiatan
pendampingan ekonomi pada tahun 2020. Dalam pelaksanaan pekerjaannya harus
selalu dikonsultasikan kepada pemilik program dan Pejabat Pembuat Komitmen.

Garut, 2020
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
BPBD Kabupaten Garut

.....................................................
NIP. ………………

11
12

Anda mungkin juga menyukai