“BIOREMEDIASI”
Disusun Oleh :
Universitas Hasanuddin
Fakultas Teknik
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Bioremediasi” tepat pada waktu
yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi Teknik
Lingkungan. Terimakasih kepada dosen pengemban mata kuliah unit operasi dan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Lingkungan kita sedang terancam. Secara mengejutkan udara yang kita hirup, air
yang kita minum dan tanah yang kita andalkan untuk menanam bahan makanan
telah terkontaminasi secara langsung oleh hasil aktivitas manusia. Polusi dari
sampah industri seperti tumpahan bahan kimia, produk rumah tangga dan
peptisida telah menyebabkan kontaminasi pada lingkungan. Bertambahnya jumlah
bahan kimia beracun menyebabkan ancaman bagi kesehatan lingkungan dan
organisme hidup yang ada di dalamnya.
Pencemaran atau polusi bukanlah merupakan hal baru, bahkan tidak sedikit dari
kita yang sudah memahami pengaruh yang ditimbulkan oleh pencemaran atau
polusi lingkungan terhadap kelangsungan dan keseimbangan ekosistem. Polusi
dapat didefinisikan sebagai kontaminasi lingkungan oleh bahan-bahan yang dapat
mengganggu kesehatan manusia, kualitas kehidupan, dan juga fungsi alami dari
ekosistem. Walaupun pencemaran lingkungan dapat disebabkan oleh proses alami,
aktivitas manusia yang notabenenya sebagai pengguna lingkungan adalah sangat
dominan sebagai penyebabnya, baik yang dilakukan secara sengaja ataupun tidak.
Bahan polutan yang banyak dibuang ke lingkungan terdiri dari bahan pelarut
(kloroform, karbontetraklorida), pestisida (DDT, lindane), herbisida (aroklor,
antrazin, 2,4-D), fungisida (pentaklorofenol), insektisida (organofosfat),
petrokimia (polycyclic aromatic hydrocarbon [PAH], benzena, toluena, xilena),
polychlorinated biphenyls (PCBs), logam berat, bahanbahan radioaktif, dan masih
banyak lagi bahan berbahaya yang dibuang ke lingkungan, seperti yang tertera
dalam lampiran Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
Untuk mengatasi limbah (khususnya limbah B3) dapat digunakan metode biologis
sebagai alternatif yang aman, karena polutan yang mudah terdegradasi dapat
diuraikan oleh mikroorganisme menjadi bahan yang tidak berbahaya seperti CO2
dan H2O. Cara biologis atau biodegradasi oleh mikroorganisme, merupakan salah
satu cara yang tepat, efektif dan hampir tidak ada pengaruh sampingan pada
lingkungan. Hal ini dikarenakan tidak menghasilkan racun ataupun blooming
(peledakan jumlah bakteri). Mikroorganisme akan mati seiring dengan habisnya
polutan dilokasi kontaminan tersebut.
PEMBAHASAN
Jadi bioremediasi adalah salah satu teknologi alternatif untuk mengatasi masalah
lingkungan dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang
dimaksud adalah khamir, fungi (mycoremediasi), yeast, alga dan bakteri yang
berfungsi sebagai agen bioremediator. Selain dengan memanfaatkan mikroorganisme,
bioremediasi juga dapat pula memanfaatkan tanaman air. Tanaman air memiliki
kemampuan secara umum untuk menetralisir komponen-komponen tertentu di dalam
perairan dan sangat bermanfaat dalam proses pengolahan limbah cair ( misalnya
menyingkirkan kelebihan nutrien, logam dan bakteri patogen). Penggunaan tumbuhan
ini biasa dikenal dengan istilah fitoremediasi.
Bioremediasi juga dapat dikatakan sebagai proses penguraian limbah
organik/anorganik polutan secara biologi dalam kondisi terkendali.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bioremediasi adalah salah satu teknologi
alternatif untuk mengatasi masalah lingkungan dengan memanfaatkan bantuan
mikroorganisme. Mikroorganisme yang dimaksud adalah khamir, fu8ngi
(mycoremediasi), yeast, alga dan bakteri. Mikroorganisme akan mendegradasi zat
pencemar atau polutan menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun.
Polutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan pencemar organik dan sintetik
(buatan). Bahan pencemar dapat dibedakan berdasarkan kemampuan terdegradasinya
di lingkungan yaitu:
b. Senyawa xenobiotik yaitu senyawa kimia hasil rekayasa manusia yang sebelumnya
tidak pernah ditemukan di alam, contohnya adalah pestisida, herbisida, plastik dan
serat sintesis.
1. Biostimulasi
2. Bioaugmentasi
3. Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang
tercemar.
1. In situ, yaitu dapat dilakukan langsung di lokasi tanah tercemar ( proses bioremediasi
yang digunakan berada pada tempat lokasi limbah tersebut). Proses bioremadiasi in
situ pada lapisan surface juga ditentukan oleh faktor bio-kimiawi dan hidrogeologi
2. Ex situ, yaitu bioremediasi yang dilakukan dengan mengambil limbah tersebut lalu
ditreatment ditempat lain, setelah itu baru dikembalikan ke tempat asal. Lalu diberi
perlakuan khusus dengan memakai mikroba. Bioremediasi ini bisa lebih cepat dan
mudah dikontrol dibanding in-situ, ia pun mampu me-remediasi jenis kontaminan dan
jenis tanah yang lebih beragam.
1) Proses pelaksanaan dapat dilakukan langsung di daerah tersebut dengan lahan yang
sempit sekalipun.
5) Padat ilmiah
a) Lingkungan
b) Temperatur
Temperatur yang optimal untuk degradasi hidrokaron adalah 30-40˚C. Ladislao,
et. al. (2007) mengatakan bahwa temperatur yang digunakan pada suhu 38˚C bukan
pilihan yang valid karena tidak sesuai dengan kondisi di Inggris untuk mengontrol
mikroorganisme patogen. Pada temperatur yang rendah, viskositas minyak akan
meningkat mengakibatkan volatilitas alkana rantai pendek yang bersifat toksik
menurun dan kelarutannya di air akan meningkat sehingga proses biodegradasi akan
terhambat. Suhu sangat berpengaruh terhadap lokasi tempat dilaksanakannya
bioremediasi
c) Oksigen
d) pH.
Pada tanah umumnya merupakan lingkungan asam, alkali sangat jarang namun
ada yang melaporkan pada pH 11. Penyesuaian pH dari 4,5 menjadi 7,4 dengan
penambahan kapur meningkatkan penguraian minyak menjadi dua kali. Penyesuaian
pH dapat merubah kelarutan, bioavailabilitas, bentuk senyawa kimia polutan, dan
makro & mikro nutrien. Ketersediaan Ca, Mg, Na, K, NH 4+, N dan P akan turun,
sedangkan penurunan pH menurunkan ketersediaan NO3- dan Cl- . Cendawan yang
lebih dikenal tahan terhadap asam akan lebih berperan dibandingkan bakteri asam.
Kadar air dan bentuk poros tanah berpengaruh pada bioremediasi. Nilai aktivitas
air dibutuhkan utk pertumbuhan mikroba berkisar 0.9 - 1.0, umumnya kadar air 50-
60%. Bioremediasi lebih berhasil pada tanah yang poros.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3. Bioremediasi Intrinsik, terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang tercemar.
2. Ex situ, yaitu bioremediasi yang dilakukan dengan mengambil limbah tersebut lalu
ditreatment ditempat lain, setelah itu baru dikembalikan ke tempat asal.
3.2 Saran
Penyusun menyarankan agar makalah ini dapat digunakan sebaik-baiknya serta kita
harus bisa menjaga lingkungan dengan baik dengan cara membuang sampah pada
tempatnya. Lingkungan merupakan tempat kita yang harus dilestarikan dan dijaga.
Karena hal tersebut juga bisa bermanfaat untuk manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.S., M. Yani, F. Aribowo, and A.M. Fauzi. 2004. Bioremediation: A Case
Study in East Kalimantan, Indonesia. Proceeding the 1st COE International
Symposium “Environmental Degradation and Ecosystem Restoration in East Asia”
Tokyo University – Japan. 9 p.