Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara agraris, dimana sumber mata

pencaharian utama masyarakatnya adalah di bidang pertanian. Hal ini dilatar

belakangi oleh letak geografis Indonesia yang berada di daerah tropis, sehingga

keadaan cuaca, tanah dan sumber daya lainnya di setiap daerah di Indonesia

memiliki potensi yang tinggi untuk dapat mengembangkan sektor pertanian.

Suatu hal yang ironis adalah petani sebagai pelaku utama sektor pertanian

sebagian besar berpendapatan rendah dan hidup dalam kemiskinan. Problem

mendasar bagi mayoritas petani Indonesia adalah ketidakberdayaan dalam

melakukan negosiasi harga hasil produksinya. Posisi tawar petani pada saat ini

umumnya lemah, hal ini merupakan salah satu kendala dalam usaha

meningkatkan pendapatan petani. Menurut Branson dan Douglas (1983),

lemahnya posisi tawar petani umumnya disebabkan petani kurang

mendapatkan/memiliki akses pasar, informasi pasar dan permodalan yang

kurang memadai.

Peningkatan produktivitas pertanian tidak lagi menjadi jaminan akan

memberikan keuntungan layak bagi petani tanpa adanya kesetaraan pendapatan

antara petani yang bergerak di sub sistem on farm dengan pelaku agribisnis di

sub sektor hulu dan hilir. Kesetaraan pendapatan hanya dapat dicapai dengan

peningkatan posisi tawar petani. Hal ini dapat dilakukan jika petani tidak

1
2

berjalan sendiri-sendiri, tetapi menghimpun kekuatan dalam suatu

lembaga yang betul-betul mampu menyalurkan aspirasi mereka.

Jika kita ingin mengembangkan agribisnis maka strategi utama haruslah

dengan meningkatkan posisi tawar petani sebagai produsen, disamping itu

penguatan lembaga dan infrastruktur pemasaran merupakan instrument yang

penting agar dapat mengembangkan agribisnis itu sendiri. Dalam

perjalanannya kelembagaan dan organisasi petani di Indonesia dirasa tidak

maksimal dalam meningkatkan posisi tawar petani sebagai produsen.

Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor dalam sektor

pertanian yang memilliki perkembangan cukup baik. Hortikultura terdiri dari

tanaman buah-buahan, sayuran, bunga, tanaman hias dan juga termasuk

tanaman obat. Subsektor tanaman hortikultura dapat dikatan sebagai salah satu

subsektor yang sangat propektif dan berperan penting dalam sektor pertanian.

Pemenuhan kebutuhan masyarakat akan hortikultura dapat disalurkan

melalui pasar yang tersebar di indonesia, baik pasar tradisional maupun pasar

modrn. Masyarakat akan lebih mudah mengakses kebutuhan melalui pasar

dibandingkan jika harus datang membeli langsung pada petani. Pasar- pasar

tersebut, terutama pasar modrn dalam menjalankan usahanya tentu

membutuhkan pasokan hortikultura dengan kuantitas yang cukup, kualitas

yang baik dan kontinyuitas. Sejauh ini kebutuhan pasokan hortikultura pada

pasar modern tidak dapat dipenuhi oleh petani secara individu. Petani harus

membentuk suata kelompok tani dan menjual produk yang mereka hasilkan

kepasar melalui berbagai pelaantara seperti pengepul maupun pedagang besar.


3

Sub terminal Agribisnis (STA) merupakan perwujudan atas fenomena

yang selama ini berkembang dalam tatanan pemasaran komoditas pertanian

dan sekaligus sebagai bagian dari rangkaian agribisnis, dimana selama ini

pemasaran di pedesaan lahir untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakatnya.

Sifatnya tidak linier, namun cenderung merupakan kebutuhan individu

anggotanya, berupa: kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan

hubungan sosial, pengakuan, dan pengembangan pengakuan. Manfaat utama

lembaga adalah mewadahi kebutuhan salah satu sisi kehidupan sosial

masyarakat, dan sebagai komoditas pertanian pada umumnya mempunyai mata

rantai yang panjang, mulai dari petani produsen, pedagang pengumpul,

pedagang besar hingga mengakibatkan kecilnya keuntungan yang diperoleh

oleh petani serta konsumen membayar lebih mahal dari harga yang selayaknya

ditawarkan sehingga biaya pemasaran (marketing cost) dari produsen ke

konsumen menjadi cukup tinggi (Setiajie, 2004).Walaupun demikian

keberhasilan STA ini juga akan sangat dipengaruhi oleh sumberdaya dan

sistem pengelolaannya. Oleh sebab itu tidak semua STA berhasil meningkatkan

pendapatan petani dan menunjang pengembangan agribisnis disuatu daerah.

Mengeluarkan petani dari lingkaran kemiskinan sebagai tujuan utama

didirikannya STA.

Adanya UPTD STA Cigombong di Kabupaten Cianjur yang merupakan

infrastruktur pemasaran sebagai tempat transaksi jual beli hasil-hasil pertanian

baik transaksi fisik maupun non fisik yang terletak di sentra produksi. Dengan
4

demikian, penekanannya adalah bahwa STA merupakan sarana pemasaran

yang dilakukan oleh produsen (Tanjung, 2001).

Sasaran utama pembangunan Sub Terminal Agribisnis (STA) pada

dasarnya adalah untuk menigkatkan nilai tambah bagi petani dan pelaku pasar,

disamping untuk mendidik petani untuk memperbaiki kualitas produknya

sekaligus mengubah pola pikir ke arah agribisnis serta menjadi salah satu

sumber pendapatan asli daerah disamping untuk mengembangkan akses pasar

(Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 2000, Sukamadinata, 2001).

Salah satu tujuannya didirikannya STA adalah untuk mengangkat posisi

tawar petani terutama dari segi harga di tingkat petani dan mengubah struktur

pasar yang lebih menguntungkan semua pihak baik petani maupun pedagang

dan juga konsumen.

Tanpa memikirkan petani sebagai pelaku utama yang memproduksi hasil

pertanian tersebut sukar diharapkan agribisnis disuatu daerah akan

berkembang. Disisi lain jika bertani didesa tidak lagi memberikan hasil yang

mencukupi kebutuhan seorang petani, mereka cenderung berimigrasi ke kota

dan berpindah kesektor lain seperti pedagang kaki lima, kuli bagungan, dan

sebagainya. Salah satu yang dapat meningkatkan gairah petani untuk

berproduksi adalah keterjaminan pemasaran hasil produksi mereka. UPTD

STA adalah salah satu lembaga pemasaran yang diharapkan dapat menjamin

pemasaran hasil produksi petani dan juga meningkatkan posisi tawar petani.

Salah satu subsektor hortilultura yang bernili tinggi dan sangat dikenal

masyarakat indonesia adalah cabai. Cabai yang termasuk dalam kelompok


5

tanaman sayuran ini dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Cabai merupakan tanaman hortikultura yang cukup penting. Pada umumnya

cabai digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan industri makanan. Cabai

adalah tanaman tahunan dengan tinggi mencapai 1 meter, merupakan

tumbuhan perdu yang berkayu, buahnya berasa pedas dan tumbuh di daerah

dengan iklim tropis (Santika, 2006). Cabai merah besar (Capsicum annum L)

merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis yang cukup

tinggi. Selain digemari sebagai bumbu masakan karena memiliki rasa yang

pedas dan warna yang merah sehingga membuat tampilan masakan lebih cerah

dan mampu meningkatkan selera masakan. Tingkat perkembangan konsumsi

cabai diIndonesia yang tinggi didukung pula oleh kemampuan masing-masing

daerah untuk memproduksi dan menghasilkan cabai tersebut. Kekayaan

sumber daya alam indonesia membuat hampir sejumla daerah, baik pulaJawa,

Sumatera, dan pulau-pulau lainya bisa menghasilkan cabai.

Tabel 1. Konsumsi Cabai di Indonesia, Tahun 2013 – 2017

Konsumsi ( Ons/Kapita/Tahun)
Cabai merah Cabai hijau Cabai rawit
Tahun
2013 14,235 1,981 12,723
2014 14,600 2,138 12,619
2015 2,972 0,000 2,972
2016 2,294 0,000 2,451
2017 1,774 0,365 1,512
sumber: Direktorat Jendral Hortikultura
6

Data konsumsi yang dimaksud di atas adalah konsumsi di rumah tangga

yang bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Susenas

merupakan salah satu survei yang diselenggarakan oleh BPS.

Cabai merupakan komoditas agribisnis yang besar pengaruhnya

terhadapdinamika perokonomian nasional sehingga dimasukkan dalam jajaran

komoditas penyumbang inflasi yang terjadi setiap tahun. Inflasi adalah kenaikan

harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus.

Kebutuhan cabai untuk kota besar yang berpenduduk satu juta atau lebih

sekitar 800.000 ton/tahun atau 66.000 ton/bulan. Pada musim hajatan atau hari

besar keagamaan, kebutuhan cabai biasanya meningkat sekitar 10-20% dari

kebutuhan normal. Tingkat produktivitas cabai secara nasional selama 5 tahun

terakhir sekitar 6 ton/ha. Untuk memenuhi kebutuhan bulanan masyarakat

perkotaan diperlukan luas panen cabai sekitar 11.000 ha/bulan, sedangkan pada

musim hajatan luas area panen cabai yang harus tersedia berkisar antara 12.100-

13.300 ha/bulan. Belum lagi kebutuhan cabai untuk masyarakat pedesaan atau

kota-kota kecil serta untuk bahan baku olahan. Untuk memenuhi seluruh

kebutuhan cabai tersebut diperlukan pasokan cabai yang mencukupi. Apabila

pasokan cabai kurang atau lebih rendah dari konsumsi maka akan terjadi kenaikan

harga. Sebaliknya apabila pasokan cabai melebihi kebutuhan maka harga akan

turun. Volume ekspor cabai segar Indonesia pada tahun 2015 sebesar 536,38 ton.

Sedangkan impor cabai segar Indonesia pada tahun 2015 hanya sebesar 42,5ton.
7

Tabel 2. Produksi Cabai besar di Indonesia, Tahun 2014 – 2017

Produksi (kuintal) Luas panen (ha) Tahun


12,062,659 142,547 2014
10,455,868 123,404 2015
10,451,818 120,847 2016
10,746,024 128,734 2017
sumber: Direktorat Jendra Hortikultura

Jika dirinci lagi menurut provinsi pada pulau Jawa, ternyata untuk produksi

cabai besar disumbang oleh tiga provinsi sentra, yaitu Jawa Barat (45,21%), Jawa

Tengah (30,81%), dan Jawa Timur (17,84%).

1.2 Identifikasi Masalah


8

Dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan dalam penelitian ini sebagai

berikut :

1. Bagaimana peran dan fungsi UPTD STA dalam pemasaran cabai

2. Bagaimana pengaruh UPTD STA terhadap pendapatan petani cabai

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Peran dan fungsi UPTD STA dalam pemasaran cabai

2. Pengaruh UPTD STA dalam pendapatan petani cabai

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitia ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi

berbagai pihak,yaitu:

a. Aspek pengembangan ilmu

1. Bagi peneliti. Sebagai sumber informasi dan untuk menambah

pengetahuan mengenai sistem pemasaran hasil pertanian dan perbedaan

pendapataan petani yang memasarkan hasil usahataninya secara langsung

dan pendapatan petani yang memasarkan hasil usahataninya melalui Sub

Terminal Agribisnis(STA).

2. Bagi kalangan akademik, sebagai pedoman dan bahan pertimbangan untuk

penelitian selanjutnya,

b. Aspek guna laksana


9

1. Bagi petani, merupakan sumber informasi dan sebagai bahan

pertimbangan bagi petani dalam memasarkan hasil usahataninya, supaya

petani bisa memasarkan hasil usahataninya dengan tepat guna memperoleh

keuntungan atau pendapatan semaksimal mungkin.

2. Bagi pemerintah, sebagai masukan untuk menentukan peraturan dan

kebijakan pemerintah mengenai rantai tataniagan hasil usahataninya.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS PENILITIAN

2.1 Kajian Pustaka

1. Teori Peranan

Peranan menurut Poerwadarminta (1995:751) adalah “tindakan yang

dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa” Berdasarkan

pendapat di atas peranan adalah tindakan yang dilakukan orang atau sekelompok

orang dalam suatu peristiwa, peranan merupakan perangkat tingkah laku yang

diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di

masyarakat. Kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan pengetahuan,

keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Menurut Soerjono Soekanto (2002; 243) Pengertian Peranan adalah

sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status) apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya maka ia menjalankan suatu

peranan.

Konsep tentang Peran (role) menurut Komarudin (1994; 768) dalam buku

“ensiklopedia manajemen “ mengungkap sebagai berikut :

a. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen.

b. Pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status.

c. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.

d. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada

padanya

10
11

e. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.

Peranan menurut Grass, Mason dan MC Eachern (1995: 100) yang dikutip

dalam buku pokok-pokok pikiran dalam sosiologi karangan David Bery

mendefinisikan “peranan sebagai perangkat harapan-harapan yang dikenakan

pada individu atau kelompok yang menempati kedudukan sosial tertentu.

Namun, lain lagi pengertian peranan yang dikemukakan oleh Soerjono

Soekanto. Ia mengatakan bahwa “peranan (role) merupakan aspek dinamis

kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya

sesuai kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan (Soerjono Soekanto,

2002: 243).

Peranan adalah perangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu

atau kelompok untuk melaksanakan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan

oleh pemegang peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Setiap orang

memiliki macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupya.

Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi

masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat

kepadanya.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwa peranan

merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam

menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai

hubungan 2 (dua) variabel yang merupakan hubungan sebab akibat.

Menurut Soerjono Soekanto (2002: 243), peranan mencakup tiga hal,

yaitu:
12

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian

peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

kemasyarakatan;

b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat sebagai organisasi;

c. Peranan yang dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa setiap individu atau

kelompok yang dalam hal ini adalah dinas perhubungan, menjalankan peranan

sesuai dengan norma-norma yang dihubungkan dengan posisi dinas

perhubungan dalam masyarakat, yang artinya menjalankan peranan berdasarkan

peraturan-peraturan yang membimbing dinas perhubungan dalam proses

pembangunan masyarakatnya, dalam hal ini penulis merujuk norma hukum

berupa undang- undang, peraturan pemerintah dan peraturan daerah, dan norma

sosial yang apabila peranan ini dijalankan oleh dinas perhubungan maka akan

tercipta suatu hubungan yang memunculkan nilai pelayanan antara dinas

perhubungan dengan masyarakatnya yang disebut dengan lingkaran sosial

(social circle), yang diikuti dengan apa yang dapat dilakukan dinas perhubungan

dalam masyarakat, dan juga perilaku dinas perhubungan yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.


13

Selain itu, menurut Soekanto (2002: 243), pembahasan perihal aneka

macam peranan yang melekat pada individu-individu dalam masyarakat, penting

bagi hal-hal sebagai berikut:

a. Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur

masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya;

b. Peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh

masyarakat dianggap mampu melaksanakannya. Mereka harus terlebih

dahulu terlatih dan mempunyai hasrat untuk melaksanakannya;

c. Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu yang tak mampu

melaksanakan peranannya sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat.

Karena mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan arti kepentingan-

kepentingan pribadi yang terlalu banyak.

d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum

tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang.

Bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-

peluang tersebut. Begitu pentingnya peranan sehingga dapat menentukan

status kedudukan seseorang dalam pergaulan masyarakat. Posisi seseorang

dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu

pada organisasi masyarakat. Hal inilah yang hendaknya kita fikirkan kembali,

karena kecenderungan untuk lebih mementingkan kedudukan daripada

peranan. Hal ini juga yang menunjukkan gejala yang lebih mementingkan

nilai materialisme daripada spiritualisme. Nilai materialisme dalam

kebanyakan hal diukur dengan adanya atribut-atribut atau ciri-ciri tertentu


14

yang bersifat lahiriah dan di dalam kebanyakan hal bersifat konsumtif. Tinggi

rendahnya prestise seseorang diukur dari atribut-atribut lahiriah tersebut.

2. Definisi Sub Terminal Agribisnis

Menurut Badan Agribisnis Departemen Pertanian (2000), STA merupakan

infrastruktur pemasaran untuk transaksi jual beli hasil-hasil pertanian, baik untuk

transaksi fisik (lelang, langganan, pasar spot) maupun non fisik (kontrak,

pesanan, future market). STA diharapkan berfungsi pula untuk pembinaan

peningkatan mutu produksi sesuai dengan permintaan pasar, pusat informasi,

promosi dan tempat latihan atau magang dalam upaya pengembangan

peningkatan sumberdaya manusia.

STA menurut Tanjung (2001), merupakan infrastruktur pemasaran sebagai

tempat transaksi jual beli hasil-hasil pertanian baik transaksi fisik maupun non

fisisk yang terletak di sentra produksi. Dengan demikian, penekanannya adalah

bahwa STA merupakan sarana pemasaran yang dilakukan pada sentra produsen.

Sementara itu, Sukmadinata (2001) memberikan batasan bahwa STA merupakan

suatu infrastruktur pasar, tempat transaksi jual beli baik dengan cara langsung,

pesanan, langganan atau kontrak. STA juga merupakan wadah yang dapat

mengakomodasikan berbagai kepentingan pelaku agribisnis, seperti layanan

informasi manajemen produksi sesuai dengan permintaan pasar, manajemen

pengadaan sarana produksi, manajemen pasca panen (pengemasan, sortasi,

grading, penyimpanan) serta kegiatan-kegiatan lainnya, seperti ruang pamer,

promosi, transportasi dan pelatihan. Tujuan dari STA adalah untuk

memperlancar pemasaran dan mengembangkan agribisnis.


15

Karakteristik STA dan batasannya, juga dikemukakan oleh Tambunan

(2001), bahwa STA adalah untuk membantu transparansi pasar dengan cara

kompilasi informasi tentang harga, serta jumlah penawaran dan permintaan yang

sangat bermanfaat baik bagi produsen maupun bagi fihak manajemen pasar

sehingga dapat menentukan tujuan dan waktu penjualan. Informasi ini

memungkinkan produsen mengundur panen atau menyimpan produknya sampai

harga lebih baik atau hingga fasilitas transportasi tersedia. Selain itu dapat

membantu untuk membuat perencanaan produksi jangka panjang. Secara

teoritis, peningkatan transparansi pasar dapat bertindak sebagai pemicu

berfungsinya suatu pasar, membaiknya persaingan dan meningkatnya adaptasi

untuk memenuhi kebutuhan penawaran dan oportuniti pasar. Penekanan dari

adanya STA dititik beratkan untuk lebih mempertimbangkan manfaat terhadap

pertumbuhan dan perkembangan wilayah pedesaan.

3. Konsep Dasar Sub Terminal Agribisnis

Menurut konsep yang dilakukan oleh Badan Agribisnis Departemen

Pertanian (2000) dalam Setiajie (2004), STA merupakan perwujudan atas

fenomena yang selama ini berkembanng dalam pemasaran komoditas pertanian

sekaligus sebagai bagian dari rangkaian kegiatan agribisnis. Pemasaran

komuditas pertanian selama ini, pada umumnya mempunyai mata rantai yang

panjang, mulai dari petani produsen, pedagang pengepul,pedang besar, higga

kekonsumen, sehingga mengakibatkan kecilnyakeuntungan yang diperoleh

petani.
16

4. Teori Pemasaran

Pengertian pemasaran menurut peristilahan, berasal dari kata “pasar” yang

artinya tempat terjadinya pertemuan transaksi jual-beli atau tempat bertemunya

penjual dan pembeli. Kondisi dinamika masyarakat dan desakan ekonomi, maka

dikenal istilah “pemasaran” yang berarti melakukan suatu aktivitas penjualan

dan pembelian suatu produk atau jasa, didasari oleh kepentingan atau keinginan

untuk membeli dan menjual.

Dasar pengertian ini yang melahirkan teori pemasaran yang dikemukakan

oleh Kotler, sebagai teori pasar. Kotler selanjutnya memberikan batasan bahwa

teori pasar memiliki dua dimensi yaitu dimensi sosial dan dimensi ekonomi. 1

Dimensi sosial yaitu terjadinya kegiatan transaksi atas dasar suka sama suka.

Dan dimensi ekonomi yaitu terjadinya keuntungan dari kegiatan transaksi yang

saling memberikan kepuasan.

Tinjauan ekonomi, istilah pemasaran menurut Saladin merupakan aktivitas

penjualan suatu produk atau jasa yang dapat diterima atau dibeli oleh pembeli

karena produk atau jasa tersebut bermanfaat bagi pembeli dan menguntungkan

bagi penjual. Dikatakan bahwa pemasaran melibatkan dua unsur yang

berkenaan, yaitu adanya permintaan (demand) dan penawaran (supply). Dasar

ini mengacu pada teori permintaan dan penawaran.

Teori permintaan dan penawaran menurut Douglas dalam Saladin yaitu

bahwa permintaan meningkat apabila produksi kurang dan penawaran

meningkat apabila produksi banyak atau berlimpah. Dasar inilah yang menjadi

acuan terjadinya transaksi dalam kegiatan pemasaran.


17

Dibuktikan dari banyaknya definisi pemasaran menurut para ahli yang

berbeda-beda, baik dari segi konsepsional maupun dari persepsi atau penafsiran,

namun semuanya bergantung dari sudut mana tinjauan pemasaran tersebut, akan

tetapi pada akhirnya mempunyai tujuan yang sama. Umumnya para ahli

pemasaran berpendapat bahwa kegiatan pemasaran tidak hanya bertujuan

bagaimana menjual barang dan jasa atau memindahkan hak milik dari produsen

ke pelanggan akhir, akan tetapi pemasaran merupakan suatu usaha terpadu untuk

mengembangkan rencana strategis yang diarahkan pada usaha bagaimana

memuaskan kebutuhan dan keinginan pembeli guna mendapatkan penjualan

yang dapat menghasilkan keuntungan yang diharapkan

5. Teori Pedapatan

Menurut Sri Muliani (2015), pendapatan adalah arus kesempatan atau

sering disebut penambahan asset pada perusahaan/usaha yang akan

meningkatkan pendapatan pemilik perusahaan. Pendapatan merupakan jumlah

uang yang diperoleh perusahaan atas aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam

menjual barang atau jasa (Wijaya, 2016). Menurut Manuati Dewi (2015),

pendapatan berperan dalam menentukan tingkat konsumsi masyarakat. Menurut

Heryendi dan Ngurah Marhaeni (2013), pendapatan adalah balas jasa yang

diterima seseorang atau sebagai tenaga kerja atas keikutsertaannya dalam proses

produksi barang atau jasa.

Rahardja dan Manurung (2001) mengemukakan pendapatan adalah total

penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga dalam

periode tertentu. Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa


18

pendapatan merupakan penghasilan yang diterima oleh masyarakat berdasarkan

kinerjanya, baik pendapatan uang maupun bukan uang selama periode tertentu,

baik harian, mingguan, bulanan maupun tahunan.

Mankiw (2011) menyebutkan bahwa pendapatan dirumuskan sebagai hasil

perkalian antara jumlah unit yang terjual dengan harga per unit. Apabila

dirumuskan secara matematis maka hasilnya adalah:

TR = P x Q

Dimana:

TR = total revenue

P = price

Q = quantity

Dengan demikian pendapatan penjual diperoleh dari seberapa banyak

jumlah barang yang terjual dengan harga yang telah disepakati antara penjual

dan pembeli. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pendapatan pedagang pasar adalah pendapatan yang diterima atas jumlah barang

yang terjual dikalikan dengan harga per unit barang tersebut menurut jenis-jenis

dagangannya.

Jenis-Jenis Pendapatan Rahardja dan Manurung (2001) membagi

pendapatan menjadi tiga bentuk, yaitu:

1) Pendapatan ekonomi Pendapatan ekonomi adalah pendapatan yang diperoleh

seseorang atau keluarga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tanpa

mengurangi atau menambah asset bersih. Pendapatan ekonomi meliputi upah,

gaji, pendapatan bunga deposito, pendapatan transfer dan lain-lain.


19

2) Pendapatan uang Pendapatan uang adalah sejumlah uang yang diperoleh

seseorang atau keluarga pada suatu periode sebagai balas jasa terhadap faktor

produksi yang diberikan. Misalnya sewa bangunan, sewa rumah, dan lain

sebagainya.

3) Pendapatan personal Pendapatan personal adalah bagian dari pendapatan

nasional sebagai hak individu-individu dalam perekonomian, yang

merupakan balas jasa terhadap keikutsertaan individu dalam suatu proses

produksi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Swastha (2008)

menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

pendapatan penjual, yaitu:

1) Kemampuan pedagang, yaitu mampu tidaknya seorang pedagang dalam

mempengaruhi pembeli untuk membeli barang dagangannya dan

mendapatkan penghasilan yang diharapkan.

2) Kondisi pasar. Kondisi pasar berhubungan dengan keadaan pasar, jenis pasar,

kelompok pembeli di pasar tersebut, lokasi berdagang, frekuensi pembeli dan

selera pembeli dalam pasar tersebut.

3) Modal. Setiap usaha memerlukan modal yang digunakan untuk operasional

usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimal. Dalam kegiatan

penjualan, semakin banyak jumlah barang yang dijual maka keuntungan akan

semakin tinggi. Apabila ingin meningkatkan jumlah barang yang dijual maka

pedagang harus membeli barang dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu
20

diperlukan tambahan modal untuk membeli baragang dagangan tersebut

sehingga dapat meningkatkan pendapatan.

4) Kondisi organisasi usaha. Semakin besar usaha dagang akan memiliki

frekuensi penjualan yang juga semakin tinggi, sehingga keuntungan akan

semakin besar.

5) Faktor lain, misalnya periklanan dan kemasan produk yang dapat

mempengaruhi pendapatan penjual.

6. Usaha Tani

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola

input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan

produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat. Adapun

pengertian usahatani lainnya dapat dilihat dari masing-masing pendapat sebagai

berikut.

Prasetya (2006) menyatakan usahatani adalah ilmu yang mempelajari

norma-norma yang dapat dipergunakan untuk mengatur usahatani sedemikian

rupa sehingga dapat diperoleh pendapatan setinggi-tingginya.

Sementara menurut Daniel (2001) usahatani adalah ilmu yang mempelajari

cara-cara petani untuk mengkombinasikan dan mengoperasikan berbagai faktor-

faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen) serta bagaimana

petani memilih jenis dan besarnya cabang usahatani berupa tanaman atau ternak

yang dapat memberikan pendapatan yang sebesar-besarnya dan secara kontinyu.


21

Menurut Efferson (2001), usahatani adalah ilmu yang mempelajari

caracara pengorganisasian dan pengoperasian di unit usahatani dipandang dari

sudut efisiensi dan pendapatan yang kontinyu.

Dalam kegiatan usahatani selalu diperlukan faktor-faktor produksi berupa

lahan, tenaga kerja, dan modal yang dikelola seefektif dan seefisien mungkin

sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Faktor produksi adalah semua

korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh

dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah

input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan

besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal untuk

membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek manajemen

adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau faktor

relationship.

Terdapat tiga pola hubungan antara input dan output yang umum

digunakan dalam pendekatan pengambilan keputusan usahatani yaitu:

1. Hubungan antara input-output, yang menunjukkan pola hubungan penggunaan

berbagai tingkat input untuk menghasilkan tingkat output tertentu

(dieksposisikan dalam konsep fungsi produksi)

2. Hubungan antara input-input, yaitu variasi penggunaan kombinasi dua atau

lebih input untuk menghasilkan output tertentu (direpresentasikan pada

konsep isokuan dan isocost)


22

3. Hubungan antara output-output, yaitu variasi output yang dapat diperoleh

dengan menggunakan sejumlah input tertentu (dijelaskan dalam konsep kurva

kemungkinan produksi dan isorevenue).

7. Cabai ( Capsium annum L)

Cabai merupakan tanaman perdu yang berasal dari benua Amerika, lebih

tepatnya daerah Peru, kemudian menyebar ke negara-negara di benua Amerika,

Eropa, dan Asia termasuk Indonesia. Cabai merupakan komoditas hortikultura

penting yang telah menjadi bagian dari kebutuhan sehari-hari di Indonesia.

Tanaman ini memiliki nilai ekonomis karena dapat dimanfaatkan sebagai bahan

baku industri makanan (Santika, 2002).

Cabai merah dikenal dengan berbagai nama, antara lain Guinea pepper,

piment, dan red pepper (Inggris); Beisbcere dan Spanischer pfeffer (Jerman);

dan Spaanse pepper (Belanda), sedangkan di Indonesia, cabai ini dikenal dengan

berbagai nama yang berbeda-beda pada masing-masing daerah. Di Sumatra,

cabai ini dikenal dengan cabi, campli, lada, dan banai. Di Jawa, cabai besar ini

disebut cabe, lombok, dan mengkreng. Di Maluku, cabai besar juga bisa disebut

araputa, cabe-cabe, dan rica. Adapun varietasvarietas cabai besar yang sudah

komersial di Indonesia, seperti cabai merah besar, cabai keriting, cabai hijau,

cabai paprika, dan lain-lain. Tiga jenis yang disebut pertama banyak diminati

dan dikonsumsi oleh masyarakat (Pitojo, 2003).


23

Tabel 3. Klasifikasi Tanaman Cabai

Klasifikasi Tanaman Cabai


Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Subkelas Asteridae
Ordo Solanales
Famili Solanaceae
Genus Capsium
Spesies Campsium annum L

Kandungan gizi Setiap 100 g cabai merah mengandung berbagai

kandungan gizi dan vitamin yang diperlukan oleh tubuh manusia, terutama

kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, serta vitamin A, B1, dan C

(Harpenas dan Darmawan, 2011).

Kandungan gizi cabai merah disajikan pada Tabel .

Tabel 4. Kandungan gizi tiap 100 g buah cabai merah (Wirakusumah, 1995)

Kandungan gizi Nilai rata-rata


Energi 31,00 kkal
24

Protein 1,00 g
Lemak 0,30 mg
Karbohidrat 7,30 mg
kalsium 29,00 mg
fosfor 24,00 mg
Serat 0,30 mg
Besi 0,50 mg
Vitamin A 71,00 RE
Vitamin B1 0,05 mg
Vitamin B2 0,03 mg
Vitamin C 18,00 mg
Niasin 0,20 mg

ManfaatCabai merah dapat dimanfaatkan sebagai pendetoksi alami

di

dalam tubuh, sehingga asupan nutrisi dapat ditingkatkan ke seluruh tubuh.

Cabai merah juga dapat merangsang pelepasan endorphin yang dapat

menimbulkan efek penghilang rasa sakit alami. Vitamin-vitamin yang

terkandung dalam cabai juga dapat dimanfaatkan dalam mengurangi resiko

terkena penyakit. Vitamin C, folat, serta beta-karoten yang terkandung

dapat mengurangi resiko kanker usus besar. Vitamin B6 dan asam folat

yang terkandung dapat mengurangi resiko terkena serangan jantung dan

stroke (Harpenas dan Darmawan, 2011).

2.2 Kerangka Pemikiran

Dalam meningkatkan pemasaran dan pendapatan petani peran STA sangatlah

berpengaruh ditinjau dari beberapa aspek dibawah ini :

2.2.1 Fungsi Sub Terminal Agrbisnis


25

Pembangunan Sub Terminal Agribisnis adalah sarana untuk dapat

mengakomodasi berbagai kepentingan pelaku agribisnis. Fungsi Sub Terminal

Agribisnis dapat dibagi 4 kelompok besar, yaitu :

a) Tempat transaksi dan jual beli

Sebagai tempat transaksi dan jual beli, Sub Terminal Agribisnis berfungsi

sebagai :

 Menyediakan tempat yang memadai bagi produsen dan konsumen

untuk transaksi hasil komoditas pertanian secara berkelanjutan

 Sebagai jalur distribusi produksi pertanian

 Meningkatkan pendapatan petani produsen serta memberikan

kemudahan, kenyamanan dan perlindungan konsumen

 Pusat kegiatan penanganan pasca panen (sortasi, grading, pengepakan

dan cold storage)

a) Tempat informasi

Sebagai tempat informasi, Sub Terminal Agribisnis berfungsi sebagai :

 Sebagai pusat informasi bagi produsen dan konsumen mengenai

volume,macam, dan waktu ketersediaan komoditas yang ditawarkan..

b) Tempat pariwisata

Sebagai tempat pariwisata, Sub Terminal Agribisnis berfungsi sebagai:

 Tempat pameran hasil pertanian sebagai wahana promosi

 Agrowisata

8. Manfaat Sub Terminal Agribisnis


26

Setiajie (2004) menggunakan beberapa manfaatSTA yang merupakan

infrastruktur pemasaran, diantaranya sebagai berikut :

9. Pengembangan agribisnis dan wilayah

Peran STA mendukung pula terlaksananya fungsi STA itu sendiri yaitu

menjamin kualitas dari suatu komoditas yang akan dijual kepada konsumen,

mengembalikan kestabilan harga, menjaga produksi dari dalam negri,

meningkatkan pendaptan produsen dan membangun sistem informasi.

UPTD STA Cigombong merupakan modal pengembangan intistusi

pelayanan pemasaran produsen dari daerah sentra produksi yang diharapkan

dapat berfungsi sebagai tempat transaksi produk beerkualitas,tempat distribusi

sumber informasi dan promosi.

2.2.2 Manfaat Sub Terminal Agribisnis

Sub Terminal Agribisnis (STA)sebagai infrastruktur pemasaranerdasarkan

konsep dari BadanAgribisnis Departemen Pertanian(2000); Tanjung (2001); dan

Sukmadinata (2001) diharapkan bermanfaat untuk :

1. Memperlancar kegiatan dan meningkatkan efisiensi pemasaran komoditas

agribisnis (pusat transaksi hasil-hasil agribisnis, jaringan pemasaran, pusat

informasi komoditas pertanian, dan sarana promosi produk pertanian).

2. Mempermudah pembinaan mutu hasil-hasil agribisnis yang meliputi

penyediaan tempat sortasi dan pengemasan, penyediaan air bersih, es, gudang,

cool room dan cold storage, melatih para petani dan pedagang dalam

penanganan dan pengemasan hasil-hasil pertanian.


27

3. Sebagai wadah bagi pelaku agribisnis untuk merancang bangun

pengembangan agrbisnis, mensinkronkan permintaan pasar dengan manajemen

lahan. Pola tanam, kebutuhan saprodi dan permodalan serta peningkatan SDM

pemasaran.

4. Peningkatan pendapatan daerah melalui jasa pelayanan pemasaran.

5. Pengembangan agribisnis dan wilayah.

Penjabaran diatas dapat dijelaskan pula melalui Bagan Kerangka Pemikiran

sebagai berikut :

PETANI CABAI

Pemasaraan
Pemasaran
tidak melalui
melalui UPTD STA
UPTD STA
28

Pendapatan
Pedapatan petani petani tdak
melalui UPTD STA melalui UPTD
STA

Bagan 1. Kerangka pemikiran

2.3 Hipotesis Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran disampaikan diatas dan menjawab

identifikasi masalah maka hipotesis penelitian dinyatakan terdapat peran

UPTD STA bagi pemasaran dan pendapatan petani.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Teknik penelitian

Bentuk penelitian ini merupakan verifikatif. Metode penelitian yang

digunakandalam penelitian adalah dengan menggunakan Satu kasus,dengan unit

analisisnya yaitu pemasaran yang dilakukan oleh petani cabai untuk memasarkan

hasil usahataninya. Objek penelitiannya adalah jalur pemasaran hasil usahataninya

dari petani sampai kepada konsumen.

3.2 Definisi dan Oprasional Variabel

3.2.1 Definisi Variabel

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang,

identifikasi dan pendekatan masalah, maka untuk lebih jelasnya akan

dikemukakan batasan-batasan variabel yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Saluran pemasaran adalah organisasi-organisasi yang saling tergantung yang

tercakup dalam proses yang membuat produk menjadi tersedia untuk

digunakan oleh konsumen atau jejak perpindahan barang dari produsen ke

konsumen akhir. Contoh : Saluran pemasaran komoditas padi adalah :

Petani → Tengkulak → Pedagang Pengepul → Pedagang Pengecer→

konsumen.

Semakin panajang saluran pemasaran, biaya akan semakin besar karena

semakin banyak pelaku-pelaku yanng ikut serta dalam kegunaan pemasaran.

Yang menyebabkan biaya pemasaran semakin besar, tidak hanya dari semakin

29
30

banyaknya biaya transfortasi saja karena perpindahan produk berkali-kali tetapi

juga karena setiap pelaku pasar mengambil keuntungan.

2. Pemasaran adalah proses sosial atau manajerial dimana individu dan kelompok

mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka denngan menciptakan

penawaran produkyang bernilai satu sama lain. Pemasaran tidak hanya

dilakukan oleh organisasi bisnis tetapi juga organisasi non-bisnis.seperti

lembaga pemerintah dan lembaga sosial masyarakat. Definisi lain menyatakan

3. Pendapatan petani adalah jumlah total pendapatan yang diteri oleh petani untuk

setiap tahun dari pendapatan pertanian dan diluar pertanian, dihitung dalam

rupiah pertahun.

4. pendapatan dari sektor pertanian usahatani adalah anatara penerimaan dengan

biaya produksi tetap maupun variabel selama satu tahun yang dihitung dalam

rupiah per tahun

3.2.2 Oprasionalisasi Variabel

Operasionalisasi Variabel penelitian dijabarkan dengan lebih detail pada tabel

berikut :
31

Tabel 5. Oprasional variabel

variabel Definisi Indikator Ukuran


Sangat tinggi
Peran Peran STA dalam Meningkatkan Tinggi
menjembatani hubungan posisi tawar
antara pemasok yakni Cukup
petani dengan pasar Rendah
yang membutuhkan dan
Sangat tinggi
memperlancar kegiatan,
Memperpendek tinggi
meningkatkan efesiensi
rantai pemasaran
pemasaran komoditas Cukup
aggribisnis yang
meliputi, sebagai pusat Rendah
transaksi hasil-hasil Sangat tinggi
agribisnis, memperbaiki Tempat untuk Tinggi
infrastruktur pasar, cara mendapat
dan jaringan pemasaran, informasi Cukup
sebagai pusat informasi Rendah
pertanian serta sebagai
sarana promosi produk Sangat tinggi
pertanian. Transfarasi Tinggi
harga
Cukup
Rendah
Sangat tinggi
pendapata Jumlah uang yang Besarnya Tinggi
n diterima dikurangi pendapatan
modal yang telah usaha tani cabai Cukup
dikeluarkan Rendah

3.3 Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data utama untuk melakukan analisis dalam

pembahasan hasil penelitian. Data primer ini diperoleh dari hasil wawancara

yang dilakukan secara langsung dengan responden dan berdasarkan atas

pertanyaan yang telah disiapkan (kuisioner).


32

Data sekunder adalah data pendukung penelitian yang diperoleh dari hasil

studi pustaka yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data sekunder juga

didapatkan dari lembaga-lembaga dan dinas atau intansi yang ada kaitanya

dengan masalah penelitian ini dan studi kepustakan.

Tabel 6. Jenis Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis Data Sumber Data CaraPengumpulan Data


1. Data Primer
 Karakteristik Petani Wawancara
responden
 Peran dan manfaat
STA dalam Pengurus STA Wawancara
pemasaran
 Peranan STA
dalam peningkatan Petani Wawancara
pendapatan petani
2. Data Sekunder
 Keadaan umum Monografi kecamatan
daerah penelitian pacet

 Profil UPTD STA UPTD STA


Cigombong Cigombong Studi pustaka

 Data Konsumsi Pusat dan Sistem


cabai di indonesia Informasi Pertanian
(2019)
 Data produksi cabai Pusat dan Sistem
Informasi Pertanian
(2019)

3.4 Teknik Penetapan Responden

Penetapan responden di daerah penelitian dilakukan secara sengaja

(purposive sampling) dengan kiteria petani yang menjual ke Sub Terminal

Agribisnis dan petani yang menjual sendiri untuk usahatani cabai yaitu sebanyak

20 petani .
33

3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

Teknik analisis data merupakan suatu cara analisis yang digunakan sesuai

dengan tujuan penelitian. Data secara kualitatif dapat dianalisis secara deskriftif,

sedangkan data kuantitatif secara pendekatan matematik. Teknik anallisis data

disesuaikan dengan identifiasi masalah yang ada.

1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran UPTD STA (Sub Terminal

Agribisnis) terhadap pemasaran digunakan analisis deskriptif berdasarkan

frekuensi.

2. Untuk menganalisis perolehan pendapatan petani dari usahataninya

menggunakan rumus:

I = TR – TC

Dimana :

I = Income ( pendapatan )

TR = Total Revenue ( total penerimaan)

TC = Total Cost (total biaya)

Total penerimaan dalam usaha tani cabai diperoleh dari jumlah produksi

dikali dengan harga jual cabai tersebut. Sedangkan untuk total biaya dihitung

dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usaha penanaman cabai.

TR = Y.Py

Dimana :

TR = Total Revenue ( total penerimaan)

Y = Output (produksi yang diperoleh)


34

Py = Price (Harga output)

3. Kemudian untuk menguji peran UPTD STA terhadap pendapatan petani cabai

dengan hipoteasis “dinyatakan terdapat peran UPTD STA bagi pemasaran

dan pendapatan petani” diuji dengan menggunakan uji beda tidak

berpasangan dengan rumus :

x́1 − x́2
t−hit =
s21 s 22
√ +
n 1 n2

Dimana :

x́ 1 = Rata- rata pendapatan petani yang melalui UPTD STA

x́ 2 = Rata- rata pendapatan petani yang tidak melalui UPDT STA

s1 = Varians pendapatan petani yang melalui UPTD STA

s2 = Varians pendapatan petani yang tidak melalui UPDT STA.

n1 = Jumlah sampel petani yang melalui UPTD STA

n2 = Jumlah sampel petani yang tidak melalui UPDT STA

Hipotesis statistik.

Kriteria :

H O : t hit ≤ t tabel : Tidak terdapat peran UPTD STA terhadap pendapatan

petani cabai

H 1 : t hit > t tabel : Terdapat peran yang nyata UPTD STA terhadap

pendapatan petani cabai


35

3.6 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten

Cianjur. Pemilihan tempat tersebut dilkukan secara sengaja (purposive)

didasarkan pada kontribusi sebagai salah satu Desa yang memiliki potensi

besar dalam pengembangan komoditas cabai.

Waktu penelitian dibagi menjadi tiga tahap :

1. Tahap orientasi daerah serta pembuatan usulan penelitian pada bulan april-

mei 2019

2. Tahap pengumpulan data serta pengolahan data pada bulan mei 2019

hingga juni 2019

3. Tahap penulisan skripsi dilakukan pada bulan juli 2019


36

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Adang dan Iwan Setiadjie. 2008. Analisis Perkembangan Harga dan
Rantai Pemasaran Cabai Merah di Jawa Barat. Bogor: Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian.

Anugrah, I. S. (2004, Desember). Pengembangan Sub Terminal Agribisnis (Sta)


Dan Pasar Lelang Komoditas Pertanian Dan Permasalahannya. 22(2),
102-112.

Ariep Budi Prayitno, Ali Ibrahim Hasyim, Suriaty Situmorang. (2013, januari).
Efisiensi Pemasaran Cabai Merah Di Kecamatan Adiluwih Kabupaten
Pringsewu Provinsi LampunG. 1(1).

Direktorat Jendral Hortikultura. 2017. Produksi besar di indonesia.

Direktorat Jendral Hortikultura. 2017. Konsumsi Rata-Rata Cabai.

Johan Saputro, Ichwani Kruniasih, Subeni1. (2013, januari ). Analisis Pendapatan


Dan Efisiensi Usahatani Cabai Merah Di Kecamatan Minggir Kabupaten
Sleman. 15(1), 111-122.

Lumintang, F. M. (2013, september). Analisis Pendapatan Petani Padi Di Desa


Teep Kecamatan Langowan Timur. 1(3), 991-998

Ni Made Marsy Dwitasari,I Gusti Bagus Indrajaya. (n.d.). Analisis Produksi


Terhadap Pendapatan Pengerajin Dulang Fiber Di Desa Bresela Kabupaten
Gianyar. E- Jurnal EP Unud, 6(5), 856-883

pujiharto. (2010, Desember). Kajian Kelembagaan Pembangunan Pertanian


Kasus Sub Terminal Agribisnis (Sta) Di Indonesia. 12(2), 137-157.

Rahardja, Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro, Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia, 2001.
37

Ridha,Syukrian.2017. Peranan Sub Terminal Agribisnis (STA) Dalam


Meningkatkan Posisi Tawar Petani Dan Pengembangan Agribisnis.
Sumatera Barat.

Sarlina Noni, Dwi Putra Darmawan, Wayan Suarthana. (2015, Mei). Prospek
Pembanguanan Sub Terminal Agribisnis Dalam Rangka Perbaikan
Kinerja Pemasaran Dan Peningkatan Pendapatan Petani Di Wilayah
Timur Kabupaten Sikka. Manajemen Agribisnis, 3(1).
38

Kuesioner untuk UPTD STA : Peran UPTD Sub Terminal Agribisnis terhadap
pemasaran dan pendapatan usahatani cabai

A. PEDOMAN WAWANCARA
1. Fungsi pemasaran
Pembelian
 Apakah anda melakukan kegiatan pembelian cabai ? (YA/TIDAK)
 Jika ya dimanakah membelinya ?
 Berapa harga pembelian cabai tersebut ?
 Berapa rata-rata cabai yang dibeli?

Penjualan

 Apakah melakukan kegiatan penjualan cabai? (YA/TIDAK)


 Berapa harga jual cabai tersebut?
 Berapa banyak rata-rata cabe yang bapa jual?
Penyimpanan
 Apakah melakukan kegiatan penyimpanan cabai?
 Jika ya dimanakah menyimpannya ?
 Berapa ukuran penyimpanannya?
 Berapa kapasitas penyimpanan cabai ?
Transfortasi
 Apakah melakukan kegiatan transfortasi ? (YA/TIDAK)
 Jika ya apakah alat transfortasi yang digunakan?
 Berapa biaya transfortasi yang digunakan?
Sortasi
 Bagaimanakah kegiatan sortasi tersebut ?
 Apakah ada perbedaan harga cabai berdasarkan kriteria sortasi
tersebut?
Pembiayaan
 Apa saja jenis biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan pemasaran ?
39

 Berapakah total biaya yang dikeluarkan dalam satu kali pemasaran ?


Informasi pasar
 Apakah selalu mencari informasi pasar?(YA/TIDAK)
 JIka ya apa saja jenis informasi pasar?
2. Bagaimana sistem penyaluran/pemasaran?
 Petani memberikan contoh (forward)
 Dibawa sekaligus ( on the spot)
40

Kuesioner untuk petani : Peran UPTD Sub Terminal Agribisnis terhadap


pemasaran dan pendapatan usahatani cabai

B. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan
4. Tempat tinggal :
5. Pendidikan terakhir :
C. PEDOMAN WAWANCARA
1. Sejak kapan memasarkan ke UPTD STA?
2. Kemana memasarkan cabai sebelum ke UPTD STA?
3. Bagaimana penjualan cabai sebelum dan sesudah dengan UPTD
STA?
4. Bagaimana cara pembayaran yang dilakukan UPTD STA?
5. Luas lahan : Hektar
6. Status lahan/Usaha : milik sendiri/sewa
7. Produksi rata-rata : kg
8. Apakah semua hasil usahatani cabai diual ke UPTD STA?
9. Jika tidak, kemana anda menjual sisa hasil usahatani cabai?
10. Harga jual sebelum melalui UPTD STA : Rp. /kg
11. Harga jual setelah melalui UPTD STA : Rp. /kg
12. Berapa rata-rata pendapatan dari hasil usahatani cabai sebelum
melalui UPTD STA? Rp. /musim
13. Berapa rata-rata pendapatan dari hasil usahatani cabai melalui
UPTD STA? Rp. /musim
14. Bagaimana peran UPTD STA dalam meningkatkan posisi tawar
petani
41

a. Sangat Tinggi b. Tinggi c. Cukup d. Rendah


15. Bagaimana peran UPTD STA dalam memperpendek rantai
pemasaran ?
a. Sangat Tinggi b. Tinggi c. Cukup d. Rendah
16. Bagaimana peran UPTD STA dalam menyediakan informasi yang
dibutuhkan petani?
a. Sangat Tinggi b. Tinggi c. Cukup d. Rendah
17. Apakah petani melakukan grading dan sortasi sebelum dijual ke
UPTD STA? (YA/TIDAK)

Anda mungkin juga menyukai