Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang di dalamnya
terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan pengunjung) dan
kegiatan pelayanan kesehatan, selain dapat menghasilkan dampak positif
berupa produk pelayanan kesehatan yang baik terhadap pasien dan
memberikan keuntungan retribusi bagi pemerintah dan lembaga pelayanan itu
sendiri, rumah sakit juga dapat menimbulkan dampak negatif berupa pengaruh
buruk kepada manusia, seperti sampah dan limbah rumah sakit yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan, sumber penularan penyakit dan
menghambat proses penyembuhan serta pemulihan penderita.
Sampah atau limbah rumah sakit diduga banyak mengandung bahaya atau
resiko karena dapat berumah sakitifat racun, infeksius dan juga radioaktif.
Selain itu, karena kegiatan atau sifat pelayanan yang diberikan, maka rumah
sakit bisa menjadi depot segala macam penyakit yang ada di masyarakat,
bahkan dapat pula sebagai sumber distribusi penyakit karena selalu dihuni,
dipergunakan, dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan lemah
terhadap penyakit. Di rumah sakit pula dapat terjadi penularan baik secara
langsung (cross infection), melalui kontaminasi benda-benda ataupun melalui
serangga (vector borne infection) sehingga dapat mengancam kesehatan
masyarakat umum.
Untuk mengantisipasi dampak negatif yang tidak diinginkan dari institusi
pelayanan kesehatan ini, maka dirumuskan konsep sanitasi lingkungan yang
bertujuan untuk mengendalikan faktor-faktor yang dapat membahayakan bagi
kesehatan manusia terumah sakitebut.
Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah
upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin
menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi
perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.

1
Dalam lingkup rumah sakit, sanitasi berarti upaya pengawasan berbagai
faktor lingkungan fisik, kimiawi dan biologik di rumah sakit yang
menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap
kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi masyarakat di sekitar
rumah sakit.
Dari pengertian di atas maka sanitasi rumah sakit merupakan upaya dan
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit
dalam memberikan layanan dan asuhan pasien yang sebaik-baiknya. Karena
tujuan dari sanitasi rumah sakit terumah sakitebut adalah menciptakan kondisi
lingkungan rumah sakit agar tetap berumah sakitih, nyaman, dan dapat
mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak mencemari lingkungan.
Menimbang rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit atau orang sehat dan dapat menjadi penularan
penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan
gangguan kesehatan, maka dalam merespon pentingnya dilakukan penertiban
kondisi kesehatan dan sanitasi lingkungan di lingkungan rumah sakit, yang
bertujuan mengatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan dari
institusi pelayanan kesehatan, Pemerintah melalui Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/ X/2004 menetapkan
perumah sakityaratan-perumah sakityaratan yang harus dipenuhi dan
dilaksanakan setiap rumah sakit dalam hal kesehatan lingkungan rumah sakit.
Salah satu cara untuk mengetahui tingkat penataan suatu sarana pelayanan
kesehatan adalah dengan melakukan pengawasan dan pemantauan (inspeksi).
Pengawasan dan pemantauan ini merupakan suatu kegiatan pengawasan agar
pengelola sarana pelayanan kesehatan mentaati semua ketentuan perundangan
lingkungan hidup dan kesehatan dan perumah sakityaratan (baku mutu,
ambang batas) limbah. Oleh karena itu kegiatan pengawasan dan pemantauan
yang rutin dan terprogram harus dilakukan secara terpadu dan ditindak lanjuti
dengan langkah kongkrit yaitu memberikan pujian (apresiasi) bagi yang taat
dan memberikan sangki bagi yang melanggar. Sehingga pengelola sarana

2
pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kemauan dan kemampuan untuk
melaksanakan semua ketentuan yang berlaku.
Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat, kami dituntut mampu
menganalisis dan menilai status sanitasi Rumah Sakit. Untuk itulah dalam
kesempatan kali ini dalam mata kuliah Sanitasi Rumah Sakit, kami mendapat
tugas untuk melakukan observasi Rumah Sakit. Dan Rumah Sakit yang
menjadi tempat melakukan inspeksi (menilai Sarana sanitasi) adalah Rumah
Sakit Ibu & Anak “Thaha Bakrie” yang terletak di Jalan P Hidayatullah No 11
Samarinda.

B. Tujuan
1. Mengetahui pemenuhan persyaratan sanitasi rumah sakit sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/ X/2004.
2. Mengkategorikan pemenuhan persyaratan sanitasi rumah sakit secara
keseluruhan Rumah Sakit.
3. Memahami gambaran lapangan terkait pemenuhan persyaratan sanitasi
rumah sakit secara keseluruhan Rumah Sakit

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Rumah Sakit
1. Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan


profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan
tenaga ahli kesehatan lainnya. Selama Abad pertengahan, rumah sakit
juga melayani banyak fungsi di luar rumah sakit yang kita kenal di
zaman sekarang, misalnya sebagai penampungan orang miskin atau
persinggahan musafir. Istilah hospital(rumah sakit) berasal dari kata
Latin, hospes (tuan rumah), yang juga menjadi akar kata hotel
dan hospitality (keramahan). Beberapa pasien bisa hanya datang untuk
diagnosis atau terapi ringan untuk kemudian meminta perawatan
jalan, atau bisa pula meminta rawat inap dalam hitungan hari,
minggu, atau bulan. Rumah sakit dibedakan dari institusi
kesehatan lain dari kemampuannya memberikan diagnosa dan
perawatan medis secara menyeluruh kepada pasien (sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/rumah_sakit).

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat


menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan
berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi
dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan
kesehatan yang baik. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana
kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan
dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang.
Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

4
penyakit(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan (Siregar,2004).

2. Klasifikasi Rumah Sakit


Jika ditinjau dari kemapuan yang dimiliki rumah sakit di Indonesia
dibedakan atas lima macam, yaitu (Aditama, Tjandra Yoga. (2000).
Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: UIPA di Koesomo, Suparto.
(1995). Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: Pustaka Sinar harapan,
Hal : 91 – 99.) : 20
a. Rumah Sakit Tipe A
adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah
ditetapkan sebagai rujukan tertinggi (Top Referral Hospital) atau
disebut pula sebagai rumah sakit pusat.
b. Rumah Sakit Tipe B
adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas.Rumah sakit ini
didirikan disetiap Ibukota propinsi yabg menampung pelayanan
rujukan di rumah sakit kabupaten.
c. Rumah Sakit Tipe C
adalah rumah sakit yang mapu memberikan pelayanan
kedokeran spesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan disetiap
ibukota Kabupaten ( Regency Hospital) yang menampung
pelayanan rujukan dari puskesmas.
d. Rumah Sakit Tipe D
adalah rumah sakit yang bersifat transisi dengan kemampuan
hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi.
Rumah sakit ini menampung rujukan yang berasal dari
puskesmas.
e. Rumah Sakit Tipe E

5
adalah rumah sakit khusus (Spesial Hospital) yang
menyelenggarakan hanya satu macam pelayan kesehatan
kedokteran saja. Saat ini banyak rumah sakit kelas ini
ditemukan misal, rumah sakit kusta, paru, jantung, kanker, ibu
dan anak.

B. Definisi Rumah Sakit Ibu dan Anak


Rumah Sakit Ibu dan Anak berdasarkan klasifikasi tipe rumah
sakit adalah rumah sakit khusus tipe E (spesial hospital) yang
menyalenggarakan hanya satu macam pelayan kesehatan kedokteran
saja, yaitu dalam bidang pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak. Di
dalam Rumah Sakit Ibu dan Anak pelayanan dan fasilitas yang ada
ditujukan supaya ibu dan anak merasa aman serta nyaman untuk berada di
rumah sakit. Diketahui bahwa baik ibu yang sedang mengandung
maupun tidak serta ibu yang sedang mengalami penyakit seputar
kehamilan tentu saja memiliki karakter yang berbeda, sehingga perlu
pelayanan khusus untuk para ibu di bidang kesehatan. Hal ini hampir
serupa dengan karakter anak kecil yang tidak mungkin disamakan
dengan orang dewasa pada umumnnya, sehingga dalam perkembangan
jaman saat ini, pelayanan maupun fasilitas bagi ibu dan sangat
diharapkan keberadaannya.

C. Jenis Kegiatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak


1. Kegiatan Medis
a. Poliklinik
Merupakan bagian yang melayani pasien rawat jalan
khususnya pasien bayi atau anak, ibu hamil, atau ibu yang
memiliki penyakit kandungan. Poliklinik biasanya erdiri dari
beberapa poli, antara lain :

6
 Poli Anak
Merupakan unit yang melayani anak usia 0-12 tahun,
pelayanan berupa imunisasi, konsultasi kesehatan,
perkembangan kesehatan anak dan pengobatan penyakit anak.
 Poli Kandungan dan Kebidanan
Berdasarkan ketentuan dari Departemen Kesehatan RI, setiap
rumah sakit harus dilengkapi dengan spesialisasi lainnya,
salah satunya adalah unit kandungan ini.
 Poli Gizi
Merupakan unit yang mengontrol segala nutrisi dan gizi
dari pasiennya, khususnya ibu dan anak, karena diketahui
baik ibu dan anak membutuhkan asupan gizi yang cukup.
 Unit Gawat Darurat
Merupakan bagian pertolongan pertama kepada pasien. Unit ini
bekerja tiap hari selama 24 jam dan bersifat sementara, bisa
juga merupakan unit pengganti poliklinik ketika sudah tutup.
Kegiatan pelayanan di UGD meliputi : Pasien diterima di
UGD, Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter , Jika kondisi
pasien membaik maka diperbolehkan untuk pulang, namun
jika tidak maka akan di bawa ke ruang perawatan.
b. Farmasi
Penyediaan fasilitas berupa apotik serta penyediaan obat-
obatan. Sasarannya adalah pasien poloklinik dan umum.
Pendistribusian obat dilakukan ke bagian perawatan, pelayanan
dan penunjang secara medis.
c. Terapi
Merupakan kegiatan-kegiatan fisik yang berguna untuk
memulihkan kondisi pasien. Pelayanan ini berupa penggunaan
otot-otot motorik pada tingkat sederhana baik pada pasien rawat
jalan maupun rawat inap.

7
d. Bedah
Terdiri dari bagian operasi atau pembedahan yang digunakan
untuk menolong kelahiran secara operasi dan bagian persalinan
normal.
e. Perawatan
Perawatannya dibrdakan antara perawatan normal dengan
perawatan isolasi. Bagian ini dibedakan atas perawatan ibu dan
bayi, masing masing bagian perawatan mendapat pengawasan
dari stasiun perawat.beberapa macam perawatan antara lain :
 Perawatan umum
Perawatan kepada pasien yang bersifat umum, dalam arti
tidak memiliki penyakit khusus yang harus dirujuk ke unit lain.
 Perawatan isolasi
Merawat pasien yang memiliki penyakit khusus, biasanya
jenis penyakit menular. Memiliki ruangan yang serba
tertutup guna menghindari persebaran penyakit.
 ICU
 Merawat pasien yang memerlukan perawatan dan
pengawasan secara intensif karena kondisi tubuhnya tergolong
kritis.
2. Kegiatan Non Medis
a. Kegiatan Administratif
Meliputi kegiatan pendaftaran pasien, mendata keluhan da
penyakit pasien, serta laporan perkembangan pasien
b. Kegiatan Perawatan Inap
Unit perawatan inap beserta seluruh pendukungnya
c. Unit-unit pendukung pelayanan medis
Fungsi-fungsi yang terkait seperti : laboratorium, farmasi,
radiologi, UGD, ICU, Instalasi bedah dan ruang bersalin.
d. Kegiatan Pendukung Non Medis
Terdiri dari unit gizi, unit sterilisasi, kantor, dll.

8
e. Kelompok kegiatan Komersial dan Sosial
Fungsinya sebagai salah satu pemasukan, meliputi : area parkir,
kantin, wartel, dll.
f. Service penunjang
Unit penunjang pada bagian servis antara lain dapur, pos
keamanan, janitor, dll.

D. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit


I. Penyehatan Ruang Bangunan Dan Halaman Rumah Sakit
1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas
yang kelas, dilengkapi dengan agar yang kuat dan tidak
memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk
dengan bebas.
b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan
luas lahan keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang
memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir.
c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir.
Jika berlokasi di daerah banjir harus menyediakan
fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.
d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok
e. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan
dengan intensitas cahaya yang cukup.
f. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek,
atau tidak terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke
saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk
dan disesuaikan dengan luas halaman
g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup
dan terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan
instalasi pengolahan limbah.

9
h. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat
tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat
sampah.
i. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam
keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan
kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga
tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembang
biaknya serangga, binatang pengerat, danbinatang pengganggu
lainnya.
2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit
a. Lantai
1) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air,
permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah
dibersihkan.
2) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah
3) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk
konus/lengkung agar mudah diberishkan
b. Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terangdan
menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat
yang mengandung logam berat
c. Ventilasi
1) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udaradi dalam
kamar/ruang dengan baik.
2) Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai
3) Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya
pergantian udara dengan baik, kamar atau ruang harus
dilengkapi dengan penghawaan buatan/mekanis.
4) Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan
peruntukkan ruangan.

10
d. Atap
1) Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
2) Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi
penangkal petir.
e. Langit-langit
1) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan.
2) Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
3) Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu
harus anti rayap.
f. Konstruksi
Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak
terjadi genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan
nyamuk Aedes.
g. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus, dan binatangpengganggu lainnya.
h. Jaringan Instalasi
1) Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah,
gas, listrik, sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan
lain-lain harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar
aman digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan.
2) Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan
dengan pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif
untuk menghindari pencemaran air minum.
i. Lalu Lintas Antar Ruangan
1) Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain
sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan,
sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar

11
ruangan serta menghindari risiko terjadinyakecelakaan dan
kontaminasi
2) Penggunaan tangga atau elevatordan liftharus dilengkapi
dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan
petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya
atau untuk lift4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD
(Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang dapat mencari
lantai terdekat bila listrik mati.
3) Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan
mudah bila terjadi kebakaran atau kejadiandarurat lainnya dan
dilengkapi ram untuk brankar.
j. Fasilitas Pemadam Kebakaran
Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam
kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3. Ruang Bangunan
Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan
fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan
mengelompokkan ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya
penularan penyakit sebagai berikut :
a. Zona dengan Risiko Rendah
Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer,
ruang pertemuan, ruang perpustakaan,ruang resepsionis, dan ruang
pendidikan/pelatihan.
1) Permukaan dinding harus rata dan berawarna terang
2) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan,
kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan
dinding harus berbentuk konus.
3) Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan
yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus
kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.

12
4) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter,
dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
5) Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar/ruang dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak
menjamin adanya pergantian udara dengan baik, harus
dilengkapi dengan penghawaan mekanis (exhauster) .
6) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian
minimal 1,40 meter dari lantai.
b. Zona dengan Risiko Sedang
Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit
menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu
pasien. Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko sedang
sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah.
c. Zona dengan Risiko Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruangperawatan intensif,
laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang
bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan
sebagai berikut :
1) Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.
a) Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik
setinggi 1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang.
b) Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap,
dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar
yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan
tersebut, tembok pembatas antara ruang Sinar X
c) dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette.
2) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air,
berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus
berbentuk konus

13
3) Langit-langit terbuat dari bahan mutipleks atu bahan yang kuat,
warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi
minimal 2,70 meter dari lantai.
4) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter,
dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lanti.
5) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal
1,40 meter dari lantai.
d. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang
perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang
patologi dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl setinggi langit-langit,
atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman,
berwarna terang.
2) angit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi
minimal 2,70 meter dari lantai.
3) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m, dan
semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.
4) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan
dan berwarna terang.
5) Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu
bedah dengan profil baja doubleINP 20 yang dipasang sebelum
pemasangan langit-langit
6) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai
7) Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri
yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang
terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter
dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam kamar
operasi berasal dari atas ke bawah. Khusus untuk ruang bedah
ortopedi atau transplantasi organ harus menggunakan pengaturan
udara UCA (Ultra Clean Air) System

14
8) Tidak dibaenarkan terdapat hubungan langsung denganudara luar,
untuk itu harus dibuat ruang antara.
9) Hubungan dengan ruang scrub–upuntuk melihat ke dalam ruang
operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril
dari bagian cleaningcukup dengan sebuah loket yang dapat diuka
dan ditutup.
10) Pemasangan gas media secara sentral diusahakan melalui bawah
lantai atau di atas langit-langit.
11) Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.
4. Kualitas Udara Ruang
a. Tidak berbau (terutana bebas dari H2S dan Amoniak
b. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron
dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150
µg/m3, dan tidak mengandung debu asbes.
5. Pencahayaan
Pencahayaan, penerangan, dan intensitasnya di ruangumum dan
khusus harus sesuai dengan peruntukkannya.
6. Pengawasan
Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit seperti
berikut :
a. Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi,
laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat
pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut.
b. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif
sedikit (minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di
rumah sakit.
c. Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa
sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban

15
7. Kebisingan
Kebisingan diruang perawatan tidak boleh melebihi 45 dBA, diruang
poliklinik maksimum 80 dBA, laboratorium maksimum 68 dBA, ruang
cuci dapur maksimum 78 dBA.
8. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit
Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan
jumlah kamar mandi seperti pada table berikut :
9. Jumlah Tempat Tidur
Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantaiuntuk kamar
perawatan dan kamar isolasi sebagai berikut :
a. Ruang bayi :
1. Ruang perawatan minimal 2 m2/tempat tidur
2. Ruang isolasi minimal 3,5 m2/tempat tidur
b. Ruang dewasa :
1. Ruang perawatan minimal 4,5 m2/tempat tidur
2. Ruang isolasi minimal 6 m2/tempat tidur
10. Lantai dan dan Dinding
Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai
berikut :
a. Ruang Operasi : 0 - 5 CFU/cm2 dan bebas patogen dan gas
gangren
b. Ruang perawatan : 5 – 10 CFU/cm2
c. Ruang isolasi : 0 – 5 CFU/cm2
d. Ruang UGD : 5 – 10 CFU/cm2

II. Penyehatan Hygiene Dan Sanitasi Makanan Minuman


1. Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan
dan pada minuman angka kuman E.Coli harus 0/100 ml sampel
minuman.

16
1. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka totalkuman
sebanyak-banyaknya 100/cm2permukaan dan tidak ada kuman
E. Coli.
2. Makanan ayng mudah membususk disimpan dalam suhu panas
lebih dari 65,5°atau dalam suhu dingin kurang dari 4°C. Untuk
makanan yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan suhu – 5°C
sampai -1°C.
3. Maknaan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ±
10°C.
4. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhuKelembaban
penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %.
5. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel padalantai,
dinding, atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
b) Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
c) Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm

III. Penyehatan Air


1. Kualitas Air Minum
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
2. Kualitas Air yang Digunakan di Ruang Khusus
a. Ruang Operasi
Bagi rumah sakit yg menggunakan air yg sudah diolah seperti
dari PDAM, sumur bor, dan sumber lain untuk keperluan
operasi dapat melakukan pengolahan tambahan dgn catridge
filterdan dilengkapi dgn disinfeksi menggunakan ultra
violet(UV)

17
b. Ruang Farmasi dan Hemodialisis
Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air yang
dimurnikan untuk penyiapan obat, penyiapan injeksi, dan
pengenceran dalam hemodialisis.

IV. Pengelolaan Limbah


1. Limbah Medis Padat
a. Minimasi Limbah
1) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai
dari sumber.
2) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi
penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun.
3) Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stokbahan
kimia dan farmasi.
4) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah
medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan
pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang
berwenang.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang
menghasilkan limbah
2) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan
dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.
3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah
tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah
tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk
dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak
dapat membukanya.
4) Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat
digunakan kembali.

18
5) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali
harus melalui proses sterilisasi. Untuk menguji efektifitas
sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus
stearothermophilusdan untuk sterilisasi kimia harus
dilakukan tes Bacillus subtilis
6) Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk
dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit tidak
mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah
jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah
melalui proses salah satu metode sterilisasi
7) Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi
persyaratan dengan penggunaan wadah dan label seperti
Tabel I.11
8) Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali
untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film
sinar X.
9) Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat,
anti bocor, dan diberi label bertuliskan ”
LimbahSitotoksis”.
c. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Media
Padat di Lingkungan Rumah Sakit
1) Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan
penghasil limbah menggunakan troli khusus yang tertutup.
2) Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis
yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim
kemarau paling lama 24 jam.
d. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke Luar Rumah
Sakit
1) Pengelola harus mengumpulkan dan mengmas pada tempat
yang kuat.

19
2) Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit
menggunakankendaraan khusus.
e. Pengolahan dan Pemusnahan
1) Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang
langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik
sebelum aman bagi kesehatan.
2) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah
medis padat disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit
dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan
pemanasanmenggunakan otoklaf atau dengan pembakaran
menggunakan insinerator.
2. Limbah Medis Non Padat
a. Pemilahan dan Pewadahan
1) Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari
limbah medis padat dan ditampung dalam kantong plastik
warna hitam.
2) Tempat Pewadahan
a) Setiap tempat pewadahan limbah padat harus
dilapisikantong plastik warna hitam sebagai
pembungkus limbah padat dengan lambang ”domestik”
warna putih
b) Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah pada
melebih 2 (dua) ekor per-block grill, perlu dilakukan
pengendalian padat.
b. Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan
1) Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan
lalat lebih dari 20 ekor per-block grillatau tikus terlihat
pada siang hari, harus dilakukan pengendalian.
2) Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian
serangga dan binatang pengganggu yang lain minimal
1(satu) bulan sekali.

20
c. Pengolahan dan Pemusnahan
Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non-medis harus
dilakukan sesuai persyaratan kesehatan.
3. Limbah Cair
Kalitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan
air atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen
sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-
58/MenLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat.
4. Limbah Gas
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah
medis padat dengan insinerator mengacu pada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/MenLH/12/1995 tentang Baku
Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

V. Pengelolaan Tempat Pencucian Linen (Laundry)


a. Suhu air panas untuk pencucian 70°C dalam waktu 25 menit atau
95°C dalam waktu 10 menit
b. Penggunaan jenis deterjen dan disinfektan untuk proses pencucian
yang ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah
terurai oleh lingkungan
c. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak
mengandung 6 x 103spora spesies Bacilusper inci persegi.

VI. Pengendalian Serangga, Tikus Dan Binatang Pengganggu Lainnya


a. Kepadatan jentik Aedes spyang diamati melalui indeks kontainer
harus 0 (nol).
b. Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa yang memungkinkan
nyamuk masuk ke dalam ruangan, terutama di ruangan
c. perawatan.

21
d. Semua ruang di rumah sakit harus bebas dari kecoa,terutana pada
dapur, gudang makanan, dan ruangan steril.
e. Tidak ditemukannya tandaq-tanda keberadaan tikus terutana pada
daerah bangunan tertutup (core) rumah sakit.
f. Tidak ditemukannya lalat di dalam bangunan tertutup (core) di
rumah sakit.
g. Di lingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan anjing.

VII. Melalui Disinfeksi Dan Sterilisasi


a. Suhu pada disinfeksi secara fisik dengan air panasuntuk peralatan
sanitasi 80°C dalam waktu 45-60 detik, sedangkan untuk peralatan
memasak 80°C dalam waktu 1 menit.
b. Disinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak peralatan
maupun orang, disinfektan mempunyai efek sebagai deterjen dan
efektif dalam waktu yang relatif singkat, tidak terpengaruh oleh
kesadahan air atau keberadaan sabun dan protein yang mungkin
ada.
c. Penggunaan disinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik.
d. Pada akhir proses disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis
(ruang operasi dan ruang isolasi) tingkatkepadatan kuman pada
e. lantai dan dnding 0-5 CFU/cm2, bebas mikroorganisme patogen
dan gas gangren. Untuk ruang penunjang medis (ruang rawat inap,
ruang ICU/ICCU, kamar bayi, kamar bersalin, ruang perawatan
luka bakar, dan laundry) sebesar 5-10 CFU/cm2.
f. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan pasien secara
fisik dengan pemanasan pada suhu ± 121°C selama 30 menit atau
pda suhu 134°C selam 13 menit dan harus mengacu pada petunjuk
penggunaan alat sterilisasi yang digunakan.
g. Sterilisasi harus menggunakan disinfektan yang ramah lingkungan.
h. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan
menguasai prosedur sterilisasi yang aman.

22
i. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasidan ruang isolasi
harus bebas dari mikroorganisme hidup.

VIII. Melalui Disinfeksi Dan Sterilisasi


Persyaratan sesuai Keputusan Badan pengawas Tenaga Nuklir Nomor
01 Tahun 1999, tentang Ketentuan Keselamatan Kerja terhadap
Radiasi adalah :
1. Nilai Batas Dosis (NBD) bagi pekerja yang terpajanradiasi sebesar
50 mSv (mili Sievert) dalam 1 (satu) tahun.
2. NBD bagi msyarakat yang terpajan sebesar 5 mSv (mili Sievert)
dalam 1 (satu) tahun.

IX. Upaya Promosi Kesehatan Dari Aspek Kesehatan Lingkungan


Setiap rumah sakit harus melaksankan upaya promosi higiene dan
sanitasi yang pelaksanaannya dilakukan oleh tenaga/unit organisasi
yang menangani promosi kesehatan lingkungan rumah sakit.

23
BAB III
METODE OBSERVASI

A. Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan observasi ini dilakukan di Rumah Sakit Ibu & Anak “ Thaha
Bakrie” yang terletak di Jalan P Hidayatullah No. 11 Samarinda. Kegiatan
observasi dilaksanakan pada Hari Kamis, tanggal 30 Oktober 2014 mulai pukul
08.30 s/d 10.00 Wita.

B. Metode Kegiatan
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah observasi, dimana
dibantu dengan lembar penilaian pemeriksaan Kesehatan Lingkungan (Inspeksi
Sanitasi) Rumah Sakit sesuai dengan KEPMENKES No
1204/MENKES/SK/X/2004, sehingga mempermudah dalam menilai keadaan
sanitasi di Rumah Sakit & Anak “ Thaha Bakrie”.

3.3 Instrumen Observasi


Dalam melakukan observasi, kami menggunakan beberapa alat dan
bahan antara lain sebagai berikut :
1. Alat :
a. Bolpoin
b. Kamera digital
c. Meteran
d. Alat pengukur pencahayaan, kebisingan, dan kelembaban
e. Kalkulator
2. Bahan
a. Lembar penilaian Rumah Sakit (KEPMENKES No
1204/MENKES/SK/X/2004)

24
3.4 Prosedur Penilaian
Langkah-langkah dalam observasi yang kami lakukan di RSIA Thaha
Bakrie adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan instrumen penilaian atau lembar observasi dengan
mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
2. Melakukan observasi secara bersama-sama seluruh anggota tim, sehingga
penilaian terhadap suatu titik pantau didasarkan atas persepsi yang sama
seluruh anggota tim.
3. Pengambilan foto dibeberapa titik pantau.
4. Menghitung & mengisi komponen yang dinilai dari variabel upaya pada
lembar penilaian inspeksi Rumah Sakit.
Rumus :
Skor = Bobot x Nilai

5. Menarik kesimpulan berdasarkan criteria sebagai berikut :


Karena RSIA Thaha Bakrie Termasuk Rumah Sakit Swasta dengan
Kelas pratama, maka Rumah sakit dinyatakan memenuhi persyaratan
kesehatan lingkungan apabila memperoleh skor hasil penilaian Kesehatan
Lingkungan Sekurang-kurangnya 65 % dari skor maksimal yang ada/
yang di periksa.

25
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Rumah Sakit


Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Ibu dan Anak H. Thaha Bakrie
Alamat : Jl. P. Hidayatullah No. 11 Samarinda 75112
Telp. (0541) 742191 Fax. (0541) 200075
No. HP 0821 5813 3939 / 0856 5222 3646
e-mail : rsia_thahabakrie@yahoo.co.id
Pendiri : (Alm.) H. Thaha Bakrie
Pemilik : PT. Shafa Nur Arafah
Direktur : Ir. Sandjaja
Jenis Rumah Sakit : Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
Izin Pendirian : No. 563/DPPK-KS/Pr.B/V/2007
Izin Operasional : No. 503/RS-02/DKK/V/2011

B. Visi RSIA H. Thaha Bakrie


Menjadikan RSIA H. Thaha Bakrie sebagai Rumah Sakit Ibu dan Anak
yang terkemuka, profesional, selalu mengembangkan sumber daya yang
dimiliki, menerapkan nilai-nilai kejujuran, keterbukaan yang berorientasi pada
kepuasan konsumen.

C. Misi RSIA H. Thaha Bakrie


1. Melakukan upaya secara berlanjut untuk meningkatkan mutu pelayanan
bersahabat kepada pelanggan.
2. Melakukan pelatihan dan pendidikan kepada para karyawan agar mampu
memberikan pelayanan yang profesional.
3. Melakukan pengelolaan Rumah Sakit, agar tercapai efisiensi dan
efektifitas yang tinggi.
4. Menyediakan fasilitas pelayanan terdepan.
5. Mengutamakan kemudahan dan kepuasan konsumen.

26
D. Manajemen dan Tenaga Medis
1. Ketenagaan Manajemen Rumah Sakit
1. Direktur Umum : H. Ir. Sandjaja
2. Direktur Pelayanan Medis : dr. Erwin Ginting, Sp.OG
3. Kepala Bagian Umum : Hj. Rahmi Jamilah
4. Kepala Bagian Keuangan : Hj. Faridah, SE
5. Tenaga Adm. Keuangan & Logistik : 6 orang
6. Front Office : 5 orang
7. Security : 5 orang
8. Cleaning Service : 4 orang
9. Repair & Maintenance : 2 orang
10. Dapur : 3 orang
2. Ketenagaan Medis
1. Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan : 4 orang
2. Dokter Spesialis Anak : 2 orang
3. Dokter Anestesi : 1 orang
4. Dokter Umum : 4 orang
5. Perawat : 10 orang
6. Bidan : 15 orang
7. Perekam Medis : 1 orang
8. Fisioterapi Anak : 1 orang
9. Apoteker : 1 orang
10. Asisten Apoteker : 5 orang
11. Staf Pelayanan Medis : 1 orang

E. Bangunan Rumah Sakit


Pembangunan fisik gedung RSIA H. Thaha Bakrie dimulai dari tahun
2007 yang dilakukan secara bertahap. Pembangunan berjalan sesuai izin yang
diberikan oleh Pemerintah Kota Samarinda sesuai dengan IMB yang diberikan.
Berikut adalah informasi tentang fisik bangunan rumah sakit :

27
- Luas tanah : 1.148.00 M²
- Luas bangunan Lt 1 : 701.00 M²
- Luas Bangunan Lt 2 : 727.00 M2
- Luas Bangunan Lt. 3 : 727.00 M2
- Jumlah lantai : 3 Lantai
- Lokasi : Jl. P. Hidayatullah No.11 Samarinda

RSIA H. Thaha Bakrie terdiri dari tiga lantai yang digunakan untuk
masing – masing pelayanan, antara lain :
a. Lantai Dasar
Lantai dasar rumah sakit digunakan untuk pelayanan administrasi
rumah sakit (Front Office), poliklinik kandungan dan kebidanan, poliklinik
anak, poliklinik fisioterapi, pelayanan unit gawat darurat, pelayanan kamar
bersalin, dan pelayanan kamar operasi. Selain itu juga pada lantai dasar
terdapat pelayanan penunjang medis seperti ruang menyusui, instalasi
farmasi, instalasi rekam medis dan penunjang lainnya seperti musholla,
kafetaria, dan kamar kecil.
b. Lantai Dua
Lantai dua rumah sakit digunakan untuk pelayanan ruang perawatan.
Jumlah tempat tidur yang disediakan adalah 28 tempat tidur yang terbagi
dalam beberapa ruang kelas perawatan yang terdiri dari :
Jumlah
Jumlah
Ruangan Perawatan Tempat
Kamar
Tidur
Ruang VIP 4 kamar/1
4 buah/ bed
(Tulip/Adelia) bed
6 kamar/ 1
Ruang Kelas I (Lily) 6 buah/ bed
bed
Ruang Kelas II 3 kamar/ 2
6 buah/ bed
(Asparaga) bed
Ruang Kelas III Anak 1 kamar/ 5
5 buah/ bed
(Sakura) bed
Ruang Kelas III 1 kamar/ 6 6 buah/ bed

28
Dewasa
bed
(Sedap Malam)
c. Lantai Tiga
Lantai tiga rumah sakit dipergunakan untuk pelayanan administrasi
perkantoran rumah sakit yang terdiri dari ruang direktur, ruang rapat,
keuangan, administrasi umum, dan logistik. Selain itu juga terdapat
ruangan penunjang pelayanan tumbuh kembang anak.

F. Hasil Penilaian dan Pembahasan Variabel Upaya Rumah Sakit

a. Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit


Berdasarkan observasi yang telah dilakukan terkait dengan upaya
kesehatan lingkungan yang ada di rumah sakit serta berdasarkan pada
pedoman penilaian pemeriksaan (MENKES RI no. 1204 tahun 2004) maka
dapat dilihat bahwa upaya kesehatan dari RSIA Thaha Bakrie ini sudah
baik hal ini terbukti berdasarkan hasil penilaian observasi yang telah
dilakukan. Yakni, dari 11 item dengan subitem didalamnya hanya ada
beberapa item yang tidak memenuhi syarat ketentuan. Item yang dimaksud
tersebut adalah item ventilasi dan pagar. RSIA Thaha Bakrie ini
menggunakan ventilasi mekanis sehingga meskipun syarat luas lubang
ventilasi yang minimal 15 % dari luas lantai telah terpenuhi namun
kegunaannya tidak dimaksimalkan dengan baik atau dapat dikatakan
bahwa ventilasi tersebut tidak pernah dibuka sehingga fungsinya tidak
berjalan secara semestinya.
Sedangkan item selanjutnya dalam upaya kesehatan lingkungan
RSIA Thaha Bakrie yang belum terpenuhi lainnya adalah pagar. Hal ini
dikarenakan posisi dari RSIA Thaha Bakrie ini berada ditengah- tengah
gedung dan rumah milik pribadi sehingga sulit untuk diadakannya pagar
karena terhalang pada permasalahan pemborosan area parkir rumah sakit
yang memang sudah amat sangat kecil.

29
Sedangkan pada kompenen item lainnya yang termasuk dalam
peniaian kesehatan lingkungan rumah sakit seperti lantai, dinding, atap,
langit-langit, jaringan instalasi hingga pada saluran air limbah semuanya
telah memenuhi syarat ketentuan penilaian kesehatan lingkungan rumah
sakit.

b. Ruang Bangunan Rumah Sakit


Item penillain ruang banngunan rumah sakit terdiri dari ruang
perawatan, lingkungan RS, laboratorium hingga pada ruang operasi.
Namun pada inspeksi ini tidak keseluruhan ruangan dapat diobservasi
seperti pada ruang operasi dan laboratorium karena dinilai membutuhkan
kondisi yang sangat steril dan terisolir, sehingga selain petugas yang
berhak dilarang untuk mengobservasi atau masuk kedalam kedua ruangan
tersebut. Hal tersebut telah disampaikan dengan baik oleh pihak rumah
sakit, sehingga objek observasi diubah menjadi 5 item saja yakni ruang
perawatan, lingkungan rumah sakit , ruang pendingin, toilet dan kamar
mandi dan karena inspeksi ini dilakukan di RSIA (Rumah Sakit Ibu dan
Anak) maka, terdapat juga item penilaian pada ruang bersalin dengan
menggunakan pedoman penilaian pada item ruang operasi.
Berdasarkan hasil penilain yang telah dilakukan pada ke-5 item
ruang bangunan rumah sakit. Maka RSIA Thaha Bakrie ini telah dapat
dinyatakan memenuhi syarat ketentuan meskipun tidak semua pengukuran
dapat dialaksanakan namun berdasarkan pengakuan petugas kesehatan
lingkungan yang ada pada RSIA Thaha Bakrie pengukuran – pengukuran
tersebut dilaksanakan juga oleh pihak RSIA Thaha Bakrie secara berkala.
Untuk penyediaan toilet dan kamar mandi sendiri RSIA Thaha Bakrie ini
juga telah memenuhi persyaratan. Karena jumlah tempat tidur terbanyak
dalam ruangan adalah 6 tempat tidur, yakni ruang perawatan pada kelas III
yang dilengkapi dengan 1 kamar mandi dan toilet.

30
c. Penyehatan Makanan dan Minuman
Penilaian observasi pada penyehatan makanan dan minuman ini
juga menjadi salah satu yang tidak dapat di observasi langsung dengan
alasan bahwa instalasi makanan merupakan instalasi yang hanya petugas
yang bersangkutan yang diperbolehkan ada pada ruangan tersebut.
Sehingga, penilaiannya hanya dilakukan dengan proses wawancara dengan
petugas kesehatan lingkungan yang telah melakukan penilaian pada
instalasi ini. Berdasarkan pengakuan petugas tersebut, RSIA Thaha Bakrie
ini sudah hampir memenuhi keseluruhan syarat dan ketentuan dari
penilaian tersebut. Hanya pada subitem penggunaan cerobong asap yang
tidak dimiliki oleh instalasi tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa
instalasi peyediaan makanan atau gizi pada RSIA Thaha Bakrie ini telah
memenuhi hampir keseluruhan syarat tersebut atau baik.
Untuk sistem penyimpanan bahan makanan segarnya sendiri, RSIA
Thaha Bakrie ini menggunakan sistem penggunaan bahan makanan perhari
maksudnya adalah makanan – makanan yang mudah rusak atau membusuk
hanya terus diperbaharui setiap harinya sehingga tidak membutuhkan
tempat penyimpanan makanan atau pendingin yang lebih banyak.

d. Penyehatan Air
Sistem penyediaan air yang digunakan RSIA Thaha Bakrie ini
menggunakan tandon atau tempat penyimpanan air yang bersumber dari
PDAM dengan kapasitas sebesar 1200 liter yang berjumlah 8 buah yang
selalu dalam kondisi tertutup dan terus dipantau kondisinya. Berdasarkan
jumlah air yang berasal dari perhitungan kapasitas air yang dapat
ditampung dengan jumlah tandon yang tersedia, maka setiap harinya RSIA
Thaha Bakrie ini menyediakan sebanyak 9600 liter per hari yang kemudian
akan dibagi dengan jumlah total tempat tidur yang ada yakni sebanyak 30
buah maka didapatkan bahwa setiap hari sebanyak 320 liter/tempat
tidur/hari yang disediakan. Meskipun ketersediaan air yang didapatkan
dari perhitungan tidak sesuai dengan standar dari penilaian pada lembar

31
kuesioner sanitasi, namun hal ini dapat ditolerir karena kondisi RSIA
Thaha Bakrie ini merupakan rumah sakit bersalin dimana pasien yang
melakukan pengobatan rawat jalan selalu kurang dari 50 % jumlah tempat
tidur yang tersedia.
Untuk ketersediaan air minum, RSIA Thaha Bakrie ini telah
melengkapi penyimpanan air berstandar air minum yang disimpan dalam
galon – galon air minum yang ditempatkan pada seluruh ruangan baik bagi
pasien maupun juga petugas yang bekerja di RSIA Thaha Bakrie tersebut.

e. Pengelolaan Limbah
Pada item penilaian pengelolaan limbah ini, RSIA Thaha Bakrie
melakukannya dengan mengadakan kerjasama bersama Rumah Sakit Islam
samarinda. Hal ini berkaitan dengan pengadaan alat pada instalasi
pengolahan yang tidak dengan mudah dibuat begitu saja. Namun demikian
tidak keseluruhan limbah yang dihasilkan RSIA Thaha Bakrie ini diolah
oleh RS Islam, seperti misalnya limbah cair yang dalam hal ini RSIA
Thaha Bakrie mengolahnya sendiri dengan menggunakan bak – bak
penampungan dibawah tanah dengan ketentuan dan pengawasan ketat dari
petugas yang memiliki latar belakang pendidikan D3 kesehatan
lingkungan dan juga SKM sehingga pengolahan dilakukan sesuai dengan
kaidah pengolahan limbah cair yang tepat. Instalasi ini di cek dan
diperhatika setiap hari kondisi fisik, biologi maupun kimiawinya agar
tujuan pengolahan tersebut sesuai harapan yakni tidak merusak
lingkungan.

f. Tempat Pencucian Linen


Tempat pencucian linen pada RSIA Thaha Bakrie ini dikhususkan
untuk linen infeksius, sedangkan untuk linen non infeksius RSIA Thaha
Bakrie memberikan tanggung jawab kepada pihak ke-3 untuk melakukan
proses pencuciannya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses
pencucian serta meminimalisir kontaminasi infeksius dari linen-linen

32
tersebut karena adanya pemisahan linen yang ketat sebelum proses
pencucian dilakukan.
Pada ruangan proses pencucian linen infeksius merupakan salah
satu ruangan yang juga tidak diperbolehkan untuk diobservasi karena juga
merupakan ruangan yang terisolir menjaga dari kontaminan lainnya.
Sehingga penilaian item ini dilakukan atas dasar wawancara langsung
dengan petugas kesehatan lingkungan yang mengetahui kondisi tempat
pencucian linen tersebut dengan baik. Berdasarkan wawancara yang telah
dilakukan maka hasil penilaian tempat pencucian linen RSIA Thaha
Bakrie ini dapat dikatakan memenuhi syarat dan baik.

g. Pengendalian Serangga dan Tikus


Item penilaian ini meliputi penilaian terhadap konstruksi bangunan,
tempat penampungan air dan tempat sampah. Berdasarkan observasi yang
telah dilakukan langsung dengan mengamati tempat penampungan air,
tempat sampah serta kondisi konstruksi bangunan RSIA Thaha Bakrie ini,
maka hasil penilaiannya sangat baik karena sudah memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan.
Penampungan air yang digunakan RSIA Thaha Bakrie ini adalah
tangki air yang satu tangkinya memuat sebanyak 1500 liter air dengan
jumlah sebanyak 6 tangki yang berada di balkon atas bangunan rumah
sakit. Sedangkan untuk tempat sampah, hal ini tidak memungkinkan
adanya tempat bagi serangga dan tikus karena selalu dijaga dalam keadaan
bersih dan siap digunakan kembali sehari 2 kali yakni pada pagi dan sore
hari.

h. Dekontaminasi Melalui Disinfeksi dan Sterilisasi


Pada penilaian ini lebih menitikberatkan pada kebiasaan –
kebiasaan higienitas sebuah rumah sakit, sehingga penilaiannya
sebenarnya akan lebih efektif jika dilakukan setiap hari pengoperasian
rumah sakit. Oleh karena itu penilaian pada item ini hanya dilakukan

33
dengan cara wawancara dengan pihak yang bertanggungjawab terhadap
kualitas kesehatan lingkungan RSIA Thaha Bakrie ini. Berdasarkan
wawancara yang telah dilakukan, maka proses sterilisasi dan desinfeksi
RSIA Thaha Bakrie ini telah memenuhi syarat dan ketentuan yang baik.

i. Pengamanan Radiasi
Pada item ini tidak dilakukan observasi dan penilaian karena pada
RSIA Thaha Bakrie tidak memiliki instalasi radiologi sehingga tidak perlu
adanya penilaian tersebut.

34
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan kegiatan observasi dan wawancara yang telah dilakukan
bersama petugas yang bertanggung jawab terhadap sanitasi yang ada pada
RSIA Thaha Bakrie ini, maka dapat disimpulkan bahwa RSIA Thaha Bakrie
ini dalam keadaan baik dan memenuhi persyaratan sanitasi rumah sakit.
Meskipun tidak pada keseluruhan item penilaian mendapatkan nilai
pperhitungan sempurna seperti pada item penyehatan air serta pada item
penyuluhan petugas kesehatan terkait sanitasi pada rumah sakit namun
secara keseluruhan item yang menjadi penilaian sanitasi yang telah
dilakukan di RSIA Thaha Bakrie ini sudah memenuhi syarat rumah sakit
sesuai dengan kemenkes 1204 tahun 2004.

B. Saran

Setelah diadakannya kegiatan observasi dan pelaporan, maka


didapatkan beberapa saran yang diaharapkan dapat membantu
meningkatkan sanitasi RSIA Thaha Bakrie ini, diantaranya yaitu :
Pedoman penilaian yang digunakan merupakan pedoman penilaian rumah
sakit secara umum, sehingga ruangan – ruangan yang secara spesifik
hanya ada pada rumah sakit bersalin tidak spesifik dalam penilaiannya
misalnya ruang bersalin, ruang menyusui dan lainnya. Sehingga perlu
adanya pengembangan pedoman penilaian sanitasi rumah sakit khusus
bagi rumah sakit ibu dan anak.

35
36

Anda mungkin juga menyukai