Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas
NIM : 1245183156
Kelas: MBS 4D
Rasio ini menunjukkan bahwa 57% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun
2004. Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.57,00 dibiayai dengan utang
dan Rp.43,00 disediakan oleh pemegang saham.
Rasio ini menunjukkan bahwa 53% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun
2005. Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.53,00 dibiayai dengan utang
dan Rp.47,00 disediakan oleh pemegang saham.
Rasio ini menunjukkan bahwa 58% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun 2004.
Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.58,00 dibiayai dengan utang dan
Rp.42,00 disediakan oleh pemegang saham.
Jika rata-rata industri 50%, debt to asset ratio perusahaan masih dibawah rata-rata industri
sehingga akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman. Kondisi tersebut juga
menunjukkan perusahaan dibiayai hampir separuhnya dengan utang. Jika perusahaan bermaksud
untuk menambah utangnya, perusahaan perlu menambah dulu ekuitasnya.
2. Debt to Equity Ratio
Jika rasio rata-rata industri untuk debt to equity ratio sebesar 100%, maka perusahaan
masih dianggap kurang baik karena berada diatas rata-rata industri. Hal ini disebabkan karena
debt to equity ratio perusahaan memiliki nilai sebesar 133% pada tahun 2005, 114% pada athun
2005, serta 144% pada tahun 2006.
Times interest earned tahun 2004 adalah 12,1 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup 12,1 kali dari laba sebelum bunga atau pajak. Kemudian, untuk tahun 2005 adalah
10 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutup 10 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Pada tahun 2006 times interested earned nya yaitu 7,6 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup dengan 7,6 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Apabila rata-rata industri untuk usaha yang sejenis 9 kali, maka rasio pada tahun 2004
tergolong baik begitu juga dengan tahun 2005 masih bisa tergolong dengan kategori baik. Namun
untuk tahun 2006 dinilai kurang baik karena memiliki nilai yang berada dibawah ratarata
industri. Hal ini akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh tambahan pinjaman di
kemudian hari.
Seandainya rata-rata industri untuk fixed charge coverage adalah 9 kali, untuk tahun
2004, FCC yang dimiliki adalah 9,8 kali dan ini dinilai cukup baik karena berada pada rata-rata
industry sehingga memudahkan perusahaan memperoleh pinjaman. Namun untuk tahun 2005 dan
2006 hanya memiliki FCC sebesar 8,4 kali dan 6,7 kali dan hal ini dinilai kurang baik karena
masih dibawah rata-rata industry sehingga menyulitkan persahaan untuk memperoleh pinjaman.
5. Fixed Charge Coverage 9,8 kali 8,4 kali 6,7 kali 9 kali
Debt to asset ratio tahun 2004 sebanyak 57% artinya dari aktiva perusahaan didanai oleh
utang (modal pinjaman) sebesar 57% dan ini juga berarti sebanyak 43% dibiayai dengan modal
dari pemegang saham. Kemudian untuk tahun 2005 sebanyak 53% dari aktiva perusahaan
didanai oleh utang (modal pinjaman) dan sebanyak 47% dibiayai dengan modal dari pemegang
saham. Sedangkan pada tahun 2006 debt to asset ratio memiliki nilai sebanyak 58% yang artinya
aktiva perusahaan didanai oleh utang sebesar 58% dan 42% didanai oleh modal dari pemegang
saham. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata industri yang sebesar 50% maka kondisi
perusahaan untk tahun 2004, 2005, dan 2006 dinilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai
dengan utang melebihi rata-rata industri.
Jika rasio rata-rata industri untuk debt to equity ratio sebesar 100%, maka perusahaan
masih dianggap kurang baik karena berada diatas rata-rata industri. Hal ini disebabkan karena
debt to equity ratio perusahaan memiliki nilai sebesar 133% pada tahun 2004, 114% pada athun
2005, serta 140% pada tahun 2006.
Times interest earned tahun 2004 adalah 12,1 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup 12,1 kali dari laba sebelum bunga atau pajak. Kemudian, untuk tahun 2005 adalah
10 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutup 10 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Pada tahun 2006 times interested earned nya yaitu 7,6 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup dengan 7,6 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Apabila rata-rata industri untuk usaha yang sejenis 9 kali, maka rasio pada tahun 2004
tergolong baik begitu juga dengan tahun 2005 masih bisa tergolong dengan kategori baik. Namun
untuk tahun 2006 dinilai kurang baik karena memiliki nilai yang berada dibawah ratarata
industri. Hal ini akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh tambahan pinjaman di
kemudian hari.
Seandainya rata-rata industri untuk fixed charge coverage adalah 9 kali, untuk tahun
2004, FCC yang dimiliki adalah 9,8 kali dan ini dinilai cukup baik karena berada pada rata-rata
industry sehingga memudahkan perusahaan memperoleh pinjaman. Namun untuk tahun 2005
dan 2006 hanya memiliki FCC sebesar 8,4 kali dan 6,7 kali dan hal ini dinilai kurang baik karena
masih dibawah rata-rata industry sehingga menyulitkan persahaan untuk memperoleh pinjaman.
NIM : 12405183161
Kelas : MBS 4D
Fia Saputri 12405183162 MBS 4D
Dari
kedualaporankeuangandibawahiniandadimintauntukmencarirasiorasiosekaligusmenginterpreta
sikannya, yaitu :
Kemudian,
tentukanbagaimanakondisidanposisiperusahaanjikastandarindustrinyaandatentukansendiri.
Neraca PT SungailliatTbk
Per 31 Desember 2004, 2005, 2006 (DalamJutaan)
Pos-posNeraca 2004 2005 2006
Aktivalancer
Kas 1.750 2.250 2.000 2.250 3.150 2.850
Rekening Tabungan 1.500 1.450 1.750 1.600 2.000 2.300
Surat-suratberharga 1.950 4.000 3.000
Piutang 8.900 11.600 13.300
Sediaan
Total AktivaLancar
AktivaTetap
Tanah 7.500 8.250 7.500 9.500 7.500 9.500
Mesin 2.750 3.500 4.000
Kendaraan (1.100) (1.300) (1.400)
Akumulasipenyusutan 17.400 19.200 19.600
Total AktivaTetap
Total AktivaLainnya 1.700 1.400 1.100
Total Aktiva 28.000 32.200 34.000
UtangJangkaPendek
Utang Bank 4.800 5.200 4.000 2.000
UtangDagang 1.200 300 1.800 500 1.000
Utang Wesel 6.300 7.500 7.000
UtangJangkaPendek
UtangJangkaPanjang
UtangObligasi 6.200 6.600 8.400
Hipotek 3.500 3.500 5.000
Total UtangJangkaPanjang 9.700 10.100 13.400
Ekuitas
Modal setor 10.000 2.000 10.000 5.500 10.000 4.600
Cadanganlaba 12.000 15.500 14.600
Total Ekuitas
Total Passiva 28.000 33.100 35.000
Diketahui :
EBIT : EBT:
2004 = 2.300
2004 = 2.110
2005 = 1.800
2005 = 1.620 2006 = 1.300
2006 = 1.130
BiayaBunga : Sewa :
Jawab :
a. Debt to AssetRatio
Pos-posNeraca 2004 2005 2006
Total Asset (Total Aktiva) 28.000 32.200 34.000
Total Debt (Total Utang) 16.000 17.600 20.400
57%
55%
60%
b. Debt to equity ratio =
Pos-posNeraca 2004 2005 2006
Total Debt (Total Utang) 16.000 17.600 20.400
Total Equity (Total ekuitas) 12.000 15.500 14.600
= 133%
= 114%
= 140%
= 81%
= 65%
= 92%
d. Times interest earned
Pos-posNeraca 2004 2005 2006
Earning Before Interest and Text 2.300 1.800 1.300
BiayaBunga (Interest) 190 180 170
= 12 Kali
= 10 Kali
= 8,7 Kali
= 10 Kali
= 9 Kali
= 6.65 Kali
f. HasilPengukuran
NO. Jenis Ratio 2004 2005 2006 StandarIndustri
1 Debt to Asset Ratio 57% 55% 60% 50%
2 Debt to Equity Ratio 133% 114% 140% 90%
3 Long Term Debt to 81% 65% 92% 85%
Equity Ratio (LTDtER)
4 Time Interest Earned 12 Kali 9 Kali 8 Kali 12 Kali
5 Fixed Charge Coverage 10 Kali 9 Kali 6.65 Kali 8 Kali
- Debt to EquityRatio
2004 :Ratio inimenunjukkankreditormenyediakan 133,00 tahun 2005 untuktiap
Rp.100,00 yang sudahdisediakanpemegangsaham, atau bisa
disimpulkanperusahaandidanai olehutangsebanyak 133%
2005 : Ratio inimenunjukkankreditormenyediakan 114,00 tahun 2005 untuktiap
Rp.100,00 yang sudah disediakanpemegangsaham, atauperusahaan
didanaiolehmodal pinjamansebanyak 114%
2006 : Ratio inimenunjukkankreditormenyediakan 140,00 tahun 2005 untuksetiap
Rp.100,00 yang sudahdisediakanpemegangsaham, atauperusahaan didanaii
olehmodal pinjamansebanyak 140%.
Jika Debt to Equity Ratiorata- rata industry 90%, makapadatahun
20042005kondisiperusahaanmasih belumbisadikatakanbaik, karenapresentasenyamasih
di atas rata- rata industrimeskipuntahun 2005menurun,namunbelumsampaidibawah
rata- rata industri.
NIM : 1245183163
Kelas: MBS 4D
1) Debt to Asset Ratio
Rasio ini menunjukkan bahwa 57% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun
2004. Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.57,00 dibiayai dengan utang
dan Rp.43,00 disediakan oleh pemegang saham.
Rasio ini menunjukkan bahwa 53% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun
2005. Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.53,00 dibiayai dengan utang
dan Rp.47,00 disediakan oleh pemegang saham.
Rasio ini menunjukkan bahwa 58% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun 2004.
Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.58,00 dibiayai dengan utang dan
Rp.42,00 disediakan oleh pemegang saham.
Jika rata-rata industri 50%, debt to asset ratio perusahaan masih dibawah rata-rata industri
sehingga akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman. Kondisi tersebut juga
menunjukkan perusahaan dibiayai hampir separuhnya dengan utang. Jika perusahaan bermaksud
untuk menambah utangnya, perusahaan perlu menambah dulu ekuitasnya.
Times interest earned tahun 2004 adalah 12,1 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup 12,1 kali dari laba sebelum bunga atau pajak. Kemudian, untuk tahun 2005 adalah
10 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutup 10 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Pada tahun 2006 times interested earned nya yaitu 7,6 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup dengan 7,6 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Apabila rata-rata industri untuk usaha yang sejenis 9 kali, maka rasio pada tahun 2004
tergolong baik begitu juga dengan tahun 2005 masih bisa tergolong dengan kategori baik. Namun
untuk tahun 2006 dinilai kurang baik karena memiliki nilai yang berada dibawah ratarata
industri. Hal ini akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh tambahan pinjaman di
kemudian hari.
5. Fixed Charge Coverage 9,8 kali 8,4 kali 6,7 kali 9 kali
Debt to asset ratio tahun 2004 sebanyak 57% artinya dari aktiva perusahaan didanai oleh
utang (modal pinjaman) sebesar 57% dan ini juga berarti sebanyak 43% dibiayai dengan modal
dari pemegang saham. Kemudian untuk tahun 2005 sebanyak 53% dari aktiva perusahaan
didanai oleh utang (modal pinjaman) dan sebanyak 47% dibiayai dengan modal dari pemegang
saham. Sedangkan pada tahun 2006 debt to asset ratio memiliki nilai sebanyak 58% yang artinya
aktiva perusahaan didanai oleh utang sebesar 58% dan 42% didanai oleh modal dari pemegang
saham. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata industri yang sebesar 50% maka kondisi
perusahaan untk tahun 2004, 2005, dan 2006 dinilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai
dengan utang melebihi rata-rata industri.
Jika rasio rata-rata industri untuk debt to equity ratio sebesar 100%, maka perusahaan
masih dianggap kurang baik karena berada diatas rata-rata industri. Hal ini disebabkan karena
debt to equity ratio perusahaan memiliki nilai sebesar 133% pada tahun 2004, 114% pada athun
2005, serta 140% pada tahun 2006.
Times interest earned tahun 2004 adalah 12,1 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup 12,1 kali dari laba sebelum bunga atau pajak. Kemudian, untuk tahun 2005 adalah
10 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutup 10 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Pada tahun 2006 times interested earned nya yaitu 7,6 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup dengan 7,6 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Apabila rata-rata industri untuk usaha yang sejenis 9 kali, maka rasio pada tahun 2004
tergolong baik begitu juga dengan tahun 2005 masih bisa tergolong dengan kategori baik. Namun
untuk tahun 2006 dinilai kurang baik karena memiliki nilai yang berada dibawah ratarata
industri. Hal ini akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh tambahan pinjaman di
kemudian hari.
Seandainya rata-rata industri untuk fixed charge coverage adalah 9 kali, untuk tahun
2004, FCC yang dimiliki adalah 9,8 kali dan ini dinilai cukup baik karena berada pada rata-rata
industry sehingga memudahkan perusahaan memperoleh pinjaman. Namun untuk tahun 2005 dan
2006 hanya memiliki FCC sebesar 8,4 kali dan 6,7 kali dan hal ini dinilai kurang baik karena
masih dibawah rata-rata industry sehingga menyulitkan persahaan untuk memperoleh pinjaman.
Nama : SitiKhotimah
NIM : 1245183164
Kelas: MBS 4D
Times interest earnedtahun 2004 adalah 12,1 kali ataudengan kata lain,
biayabungadapatditutup 12,1 kali darilabasebelumbungaataupajak. Kemudian, untuktahun 2005
adalah 10 kali ataudengan kata lain biayabungadapatditutup 10 kali labasebelumbungadanpajak.
Padatahun 2006 times interested earnednyayaitu 7,6 kali ataudengan kata lain,
biayabungadapatditutupdengan7,6 kali labasebelumbungadanpajak.
Apabila rata-rata industriuntukusaha yang sejenis 9 kali, makarasiopadatahun 2004
tergolongbaikbegitujugadengantahun 2005 masihbisatergolongdengankategoribaik.
Namununtuktahun 2006 dinilaikurangbaikkarenamemilikinilai yang beradadibawah rata-rata
industri. Hal iniakanmenyulitkanperusahaandalammemperolehtambahanpinjaman di
kemudianhari.
5. Fixed Charge Coverage 9,8 kali 8,4 kali 6,7 kali 9 kali
Times interest earnedtahun 2004 adalah 12,1 kali ataudengan kata lain,
biayabungadapatditutup 12,1 kali darilabasebelumbungaataupajak. Kemudian, untuktahun 2005
adalah 10 kali ataudengan kata lain biayabungadapatditutup 10 kali labasebelumbungadanpajak.
Padatahun 2006 times interested earnednyayaitu 7,6 kali ataudengan kata lain,
biayabungadapatditutupdengan 7,6 kali labasebelumbungadanpajak.
NIM: 12405183165
Rasio ini menunjukkan bahwa 57% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun
2004. Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.57,00 dibiayai dengan utang
dan Rp.43,00 disediakan oleh pemegang saham.
Rasio ini menunjukkan bahwa 53% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun
2005. Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.53,00 dibiayai dengan utang
dan Rp.47,00 disediakan oleh pemegang saham.
Rasio ini menunjukkan bahwa 58% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun 2004.
Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.58,00 dibiayai dengan utang dan
Rp.42,00 disediakan oleh pemegang saham.
Jika rata-rata industri 50%, debt to asset ratio perusahaan masih dibawah rata-rata industri
sehingga akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman. Kondisi tersebut juga
menunjukkan perusahaan dibiayai hampir separuhnya dengan utang. Jika perusahaan bermaksud
untuk menambah utangnya, perusahaan perlu menambah dulu ekuitasnya.
2. Debt to Equity Ratio
Jika rasio rata-rata industri untuk debt to equity ratio sebesar 100%, maka perusahaan
masih dianggap kurang baik karena berada diatas rata-rata industri. Hal ini disebabkan karena
debt to equity ratio perusahaan memiliki nilai sebesar 133% pada tahun 2005, 114% pada athun
2005, serta 144% pada tahun 2006.
Times interest earned tahun 2004 adalah 12,1 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup 12,1 kali dari laba sebelum bunga atau pajak. Kemudian, untuk tahun 2005 adalah
10 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutup 10 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Pada tahun 2006 times interested earned nya yaitu 7,6 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup dengan 7,6 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Apabila rata-rata industri untuk usaha yang sejenis 9 kali, maka rasio pada tahun 2004
tergolong baik begitu juga dengan tahun 2005 masih bisa tergolong dengan kategori baik. Namun
untuk tahun 2006 dinilai kurang baik karena memiliki nilai yang berada dibawah ratarata
industri. Hal ini akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh tambahan pinjaman di
kemudian hari.
Seandainya rata-rata industri untuk fixed charge coverage adalah 9 kali, untuk tahun
2004, FCC yang dimiliki adalah 9,8 kali dan ini dinilai cukup baik karena berada pada rata-rata
industry sehingga memudahkan perusahaan memperoleh pinjaman. Namun untuk tahun 2005 dan
2006 hanya memiliki FCC sebesar 8,4 kali dan 6,7 kali dan hal ini dinilai kurang baik karena
masih dibawah rata-rata industry sehingga menyulitkan persahaan untuk memperoleh pinjaman.
5. Fixed Charge Coverage 9,8 kali 8,4 kali 6,7 kali 9 kali
Debt to asset ratio tahun 2004 sebanyak 57% artinya dari aktiva perusahaan didanai oleh
utang (modal pinjaman) sebesar 57% dan ini juga berarti sebanyak 43% dibiayai dengan modal
dari pemegang saham. Kemudian untuk tahun 2005 sebanyak 53% dari aktiva perusahaan
didanai oleh utang (modal pinjaman) dan sebanyak 47% dibiayai dengan modal dari pemegang
saham. Sedangkan pada tahun 2006 debt to asset ratio memiliki nilai sebanyak 58% yang artinya
aktiva perusahaan didanai oleh utang sebesar 58% dan 42% didanai oleh modal dari pemegang
saham. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata industri yang sebesar 50% maka kondisi
perusahaan untk tahun 2004, 2005, dan 2006 dinilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai
dengan utang melebihi rata-rata industri.
Jika rasio rata-rata industri untuk debt to equity ratio sebesar 100%, maka perusahaan
masih dianggap kurang baik karena berada diatas rata-rata industri. Hal ini disebabkan karena
debt to equity ratio perusahaan memiliki nilai sebesar 133% pada tahun 2005, 114% pada athun
2005, serta 144% pada tahun 2006.
Times interest earned tahun 2004 adalah 12,1 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup 12,1 kali dari laba sebelum bunga atau pajak. Kemudian, untuk tahun 2005 adalah
10 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutup 10 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Pada tahun 2006 times interested earned nya yaitu 7,6 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup dengan 7,6 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Apabila rata-rata industri untuk usaha yang sejenis 9 kali, maka rasio pada tahun 2004
tergolong baik begitu juga dengan tahun 2005 masih bisa tergolong dengan kategori baik. Namun
untuk tahun 2006 dinilai kurang baik karena memiliki nilai yang berada dibawah ratarata
industri. Hal ini akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh tambahan pinjaman di
kemudian hari.
Seandainya rata-rata industri untuk fixed charge coverage adalah 9 kali, untuk tahun
2004, FCC yang dimiliki adalah 9,8 kali dan ini dinilai cukup baik karena berada pada rata-rata
industry sehingga memudahkan perusahaan memperoleh pinjaman. Namun untuk tahun 2005 dan
2006 hanya memiliki FCC sebesar 8,4 kali dan 6,7 kali dan hal ini dinilai kurang baik karena
masih dibawah rata-rata industry sehingga menyulitkan persahaan untuk memperoleh pinjaman.
HASIL PENGUKURAN
Nim : 12405183167
: MBS4D
Kelas
Diketahui :
Jawab :
Debt to asset ratio
• = 57%
• = 55%
• = 60%
= 133%
= 114%
= 140%
= 81%
= 65%
= 92%
• = 12 Kali
= 10 Kali
• = 8,7 Kali
o = 10 Kali
o = 9 Kali
o Kali
Hasil Pengukuran
Nim : 12405183172
Kelas : MBS4D
Neraca PT SungailliatTbk
Diketahui :
Jawab :
= 57%
= 55%
= 60%
133%
= 114%
= 140%
= 81%
= 65%
= 92%
• = 12 Kali
• 10 Kali
• = 8,7 Kali
o = 10 Kali
o = 9 Kali
o = 6.65 Kali
Hasil Pengukuran
Neraca PT SungailliatTbk
Diketahui :
Jawab :
• = 57%
• = 55%
• = 60%
• 3%
• = 114%
• = 140%
= 81%
= 65%
= 92%
• = 12 Kali
• 10 Kali
• = 8,7 Kali
o = 10 Kali
o = 9 Kali
o = 6.65 Kali
HasilPengukuran
NIM : 12405183175
Kelas : MBS 4D
1. Menghitung :
a. Current Ratio
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
b. Quick Ratio
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
c. Cash Ratio
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
2. Menganalisis data :
HASIL PENGUKURAN
a. Hasil Current Ratio(Rasio Lancar) dapat dilihat pada tabel terjadi perubahan atau
kenaikan sebesar 0,4 itu artinya Current Ratio pada PT Sungailiat Tbk, ini mengalami
peningkatan mulai dari tahun 2004-2006.
• Untuk tahun 2004 jumlah Current Rationya sebesar 1,4 kali maka dikatakan
kurang baik karena kurang atau tidak memenuhi Standar Industri sebesar 1,5
kali. Oleh karena itu, kondisi di tahun 2004 perlu dikhawatirkan mengingat
rasio lancar yang dimiliki perusahaan masih dibawah rata-rata industri dan
perlu ditingkatkan lagi.
• Untuk tahun 2005 jumlah Current Rationya sebesar 1,6 kali maka dikatakan
baik karena nilainya melebihi atau sudah memenuhi Standar Industri sebesar
1,5 kali.
• Untuk tahun 2006 jumlah Current Rationya sebesar 1,9 kali maka dikatakan
baik karena nilainya melebihi atau sudah memenuhi Standar Industri sebesar
1,5 kali.
b. Quick Ratio (Rasio Cepat) dari tahun 2004-2006 pada PT. Sungailiat Tbk, mengalami
penurunan dan peningkatan.
• Pada tahun 2004 jumlah Quick Ratio mencapai 1,103 kali itu artinya cukup
memuaskan karena sudah memenuhi syarat standar industri sebesar 1,1 kali.
• Pada tahun 2005 jumlah Quick Ratio mengalamai penurunan menjadi sebesar
1,01 kali, ini artinya hasil yang didapat pada Quick Ratio pada tahun 2006 ini
kurang memuaskan karena kurang atau tidak memenuhi syarat standar industri
sebesar 1,1 kali.
• Pada tahun 2006 jumlah Quick Ratio mengalami kenaikan lagi sehingga
mencapai 1,47 kali itu artinya hasilnya cukup memuaskan karena sudah
memenuhi syarat standar industri sebesar 1,1 kali.
c. Hasil dari Cash Ratio dari tahun 2004-2006 pada PT. Sungailiat Tbk, ini mengalami
penurunan dan peningkatan, namun hasilnya masih bisa dikatakan memuaskan karena
semua sudah memenuhi standar industri.
• Di tahun 2004 hasil Cash Ratio sebesar 64% itu artinya hasilnya memuaskan
karena sudah melebihi atau sudah memenuhi syarat standar industri sebesar
40%.
• Walaupun di tahun 2005 hasil Cash Ratio mengalami penurunan sehingga
menjadi sebesar 57% tetapi hasilnya masih memuaskan karena sudah
memenuhi syarat standar industri sebesar 40%.
• Di tahun 2006 hasil Cash Ratio mengalami peningkatan sehingga menjadi
sebesar 64% itu artinya hasilnya memuaskan karena sudah melebihi atau
sudah memenuhi syarat standar industri sebesar 40%.
d. Hasil dari Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over) pada PT. Sungailiat Tbk, dari
tahun 2004-2006 mengalami penurunan dan tidak memuaskan karena besarnya tidak
memenuhi standar industri, ini artinya perusahaan mengalami kesulitan untuk
menutupi biaya-biaya perusahaan.
• Pada tahun 2004 hasil Rasio Perputaran Kas mencapai 4% ini artinya tidak
baik bagi perusahaan karena nilainya kurang dari standar industri yang sebesar
9%.
• Pada tahun 2005 hasil Rasio Perputaran Kas mengalami penurunan menjadi
3% ini artinya tidak baik bagi perusahaan karena nilainya kurang dari standar
industri yang sebesar 9%.
• Pada tahun 2006 hasil Rasio Perputaran Kas mengalami penuruan lagi
menjadi 2% ini artinya masih tidak baik bagi perusahaan karena nilainya
kurang dari standar industri yang sebesar 9%. Perusahaan harus berusaha
meningkatkan Rasio Perputaran Kas untuk memperbaikinya agar sesuai
dengan standar industi.
e. Hasil pengukuran Inventory to Net Working Capital pada PT. Sungailiat Tbk, dari
tahun 2004-2006 mengalami peningkatan dan penurunan, meskipun mengalami
peningkatan dan penuruan tetapi hasilnya baik karena sudah memenuhi standar
industri rata-rata.
• Pada tahun 2004 hasil Inventory to NWC sebesar 75% artinya rasio
perusahaan dinilai baik karena melebihi batas standar industry yaitu sebesar
15%.
• Pada tahun 2005 hasil Inventory to NWC mengalami kenaikan sehingga
menjadi sebesar 98% artinya rasio perusahaan dinilai sangat baik karena
melebihi batas standar industri yaitu sebesar 15%.
• Sedangkan pada tahun 2006 hasil Inventory to NWC mengalami penuruan
sehingga menjadi sebesar 48%, meskipun mengalami penuruan tetapi rasio
perusahaan masih dinilai baik karena masih melebihi batas standar industri
yaitu sebesar 15%.
NIM : 12405183176
Kelas : MBS4D
a. = 57%
b. = 55%
c. = 60%
a. = 133%
b. = 114%
c. = 140%
3. Long term debt to equity ratio =
Pos-pos Neraca 2004 2005 2006
Total Utang Jangka Panjang 9.700 10.100 13.400
Total Equity 12.000 15.500 14.600
a. = 81%
b. = 65%
c. = 92%
a. = 12 Kali
b. = 10 Kali
c. = 8,7 Kali
a. = 10 Kali
b. = 9 Kali
c. = 6.65 Kali
Hasil Pengukuran
NO. Jenis Ratio 2004 2005 2006 Standar
Industri
1 Debt to Asset Ratio 57% 55% 60% 50%
2 Debt to Equity Ratio 133% 114% 140% 90%
3 Long Term Debt to 81% 65% 92% 85%
Equity Ratio (LTDtER)
4 Time Interest Earned 12 Kali 9 Kali 8 Kali 12 Kali
5 Fixed Charge Coverage 10 Kali 9 Kali 6.65 Kali 8 Kali
1. Debt To Asset Ratio tahun 2004 sebanyak 57% artinya dari aktiva perusahaan didanai
utang (Modal Pinjaman) sebesar 57% dan ini juga berati sebanyak 43% dibiayai dengan
modal dari pemegang saham. Kemudian tahun 2005 sebanyak 55% dari aktiva
perusahaan didanai utang (modal pinjaman) dan sebanyak 45% dibiayai dengan modal
dari pemegang saham dan pada tahun 2006 sebanyak 60% dari aktiva perusahaan didanai
utang (modal pinjaman) dan sebanyak 40% dibiayai dengan modal dari pemegang saham.
Jika dibandingkan dengan standart rata-rata industry 50%, kondisi perusahaan untuk
tahun 2004-2006 dinilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai dengan utang melebihi
rata-rata industry.
2. Debt to equity ratio
a. 2004 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 133,00 tahun 2005 untuk
setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh
utang sebanyak 133%
b. 2005 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 114,00 tahun 2005 untuk
setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh
utang sebanyak 114%
c. 2006 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 140,00 tahun 2005 untuk
setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh
utang sebanyak 140%.
Jika Debt to Equity Ratiorata- rata industry 90%, maka untuk tahun
20042005kondisi perusahaan belum dapat dikatakan baik, karena presentasenya masih di
atas rata- rata industry meskipun tahun 2005menurun namun belum sampai dibawah rata-
rata industry.
3. Long Term Debt to Equity Ratio
Long Term Debt to Equity Ratio pada tahun 2004 kondisi perusahaan dapat
dikatakan baik karena rata- rata industry ditetapkan 85% dan presentase tahun
a. 2004 :Sebanyak 81 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
b. 2005 :Sebanyak 65 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
c. 2006 :Sebanyak 92 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
Nim : 12405183177
Kelas : MBS 4D
Dari kedua laporan keuangan dibawah ini anda diminta untuk mencari rasio-rasio sekaligus
menginterpretasikannya, yaitu :
Kemudian, tentukan bagaimana kondisi dan posisi perusahaan jika standar industrinya anda
tentukan sendiri.
Diketahui :
Jawab :
= 57%
= 55%
= 60%
= 133%
= 114%
= 140%
= 81%
= 65%
= 92%
• = 12 Kali
• 10 Kali
• = 8,7 Kali
o = 10 Kali
o = 9 Kali
o = 6.65 Kali
Hasil Pengukuran
k. Debt To Asset Ratio tahun 2004 sebanyak 57% artinya dari aktiva perusahaan didanai
utang (Modal Pinjaman) sebesar 57% dan ini juga berati sebanyak 43% dibiayai
dengan modal dari pemegang saham. Kemudian tahun 2005 sebanyak 55% dari
aktiva perusahaan didanai utang (modal pinjaman) dan sebanyak 45% dibiayai
dengan modal dari pemegang saham dan pada tahun 2006 sebanyak 60% dari aktiva
perusahaan didanai utang (modal pinjaman) dan sebanyak 40% dibiayai dengan
modal dari pemegang saham. Jika dibandingkan dengan standart rata-rata industry
50%, kondisi perusahaan untuk tahun 2004-2006 dinilai kurang baik. Artinya
perusahaan dibiayai dengan utang melebihi rata-rata industry.
l. Debt to equity ratio
2004 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 133,00 tahun 2005
untuk setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai
oleh utang sebanyak 133%
2005 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 114,00 tahun 2005
untuk setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai
oleh utang sebanyak 114%
2006 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 140,00 tahun 2005
untuk setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai
oleh utang sebanyak 140%.
Jika Debt to Equity Ratiorata- rata industry 90%, maka untuk tahun
20042005kondisi perusahaan belum dapat dikatakan baik, karena presentasenya
masih di atas rata- rata industry meskipun tahun 2005menurun namun belum sampai
dibawah rata- rata industry.
m. Long Term Debt to Equity Ratio
Untuk Long Term Debt to Equity Ratio pada tahun 2004 kondisi perusahaan dapat
dikatakan baik karena rata- rata industry ditetapkan 85% dan presentase tahun
• 2004 :Sebanyak 81 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
• 2005 :Sebanyak 65 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
• 2006 :Sebanyak 92 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
Seandainya rata-rata industry untuk fcc adalah 8 kali untuk tahun 2004 dan 2005 dinilai baik
sehingga perusahaan mudah memperoleh pinjaman karena diatas rata-rata sedangkan tahun 2006
dibawah rata-rata industry yang hanya sebesar 6.65 kali sehingga perusahaan akan sulit
mendapatkan pinjaman.
HASIL PENGUKURAN
Debt to asset ratio tahun 2004 sebanyak 58% artinya dari aktiva perusahaan didanai oleh
utang (modal pinjaman) sebesar 58% dan ini juga berarti sebanyak 42% dibiayai dengan modal
dari pemegang saham. Kemudian untuk tahun 2005 sebanyak 53% dari aktiva perusahaan
didanai oleh utang (modal pinjaman) dan sebanyak 47% dibiayai dengan modal dari pemegang
saham. Sedangkan pada tahun 2006 debt to asset ratio memiliki nilai sebanyak 58% yang artinya
aktiva perusahaan didanai oleh utang sebesar 59% dan 41% didanai oleh modal dari pemegang
saham. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata industri yang sebesar 50% maka kondisi
perusahaan untk tahun 2004, 2005, dan 2006 dinilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai
dengan utang melebihi rata-rata industri.
Jika rasio rata-rata industri untuk debt to equity ratio sebesar 100%, maka perusahaan
masih dianggap kurang baik karena berada diatas rata-rata industri. Hal ini disebabkan karena
debt to equity ratio perusahaan memiliki nilai sebesar 133% pada tahun 2005, 114% pada athun
2005, serta 144% pada tahun 2006.
Times interest earned tahun 2004 adalah 12 kali atau dengan kata lain, biaya bunga dapat
ditutup 12 kali dari laba sebelum bunga atau pajak. Kemudian, untuk tahun 2005 adalah 10 kali
atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutup 10 kali laba sebelum bunga dan pajak. Pada
tahun 2006 times interested earned nya yaitu 7,6 kali atau dengan kata lain, biaya bunga dapat
ditutup dengan 7,6 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Apabila rata-rata industri untuk usaha yang sejenis 9 kali, maka rasio pada tahun 2004
tergolong baik begitu juga dengan tahun 2005 masih bisa tergolong dengan kategori baik. Namun
untuk tahun 2006 dinilai kurang baik karena memiliki nilai yang berada dibawah ratarata
industri. Hal ini akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh tambahan pinjaman di
kemudian hari.
Seandainya rata-rata industri untuk fixed charge coverage adalah 9 kali, untuk tahun
2004, FCC yang dimiliki adalah 9,8 kali dan ini dinilai cukup baik karena berada pada rata-rata
industry sehingga memudahkan perusahaan memperoleh pinjaman. Namun untuk tahun 2005
dan 2006 hanya memiliki FCC sebesar 8,4 kali dan 6,7 kali dan hal ini dinilai kurang baik karena
masih dibawah rata-rata industry sehingga menyulitkan persahaan untuk memperoleh pinjaman.
NIM: 12405183179
Kelas: MBS 4D
Rasio ini menunjukkan bahwa 57% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun
2004. Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.57,00 dibiayai dengan utang
dan Rp.43,00 disediakan oleh pemegang saham.
Rasio ini menunjukkan bahwa 53% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun
2005. Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.53,00 dibiayai dengan utang
dan Rp.47,00 disediakan oleh pemegang saham.
Rasio ini menunjukkan bahwa 58% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun 2004.
Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.58,00 dibiayai dengan utang dan
Rp.42,00 disediakan oleh pemegang saham.
Jika rata-rata industri 50%, debt to asset ratio perusahaan masih dibawah rata-rata industri
sehingga akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman. Kondisi tersebut juga
menunjukkan perusahaan dibiayai hampir separuhnya dengan utang. Jika perusahaan bermaksud
untuk menambah utangnya, perusahaan perlu menambah dulu ekuitasnya.
Jika rasio rata-rata industri untuk debt to equity ratio sebesar 100%, maka perusahaan
masih dianggap kurang baik karena berada diatas rata-rata industri. Hal ini disebabkan karena
debt to equity ratio perusahaan memiliki nilai sebesar 133% pada tahun 2005, 114% pada athun
2005, serta 144% pada tahun 2006.
Times interest earned tahun 2004 adalah 12,1 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup 12,1 kali dari laba sebelum bunga atau pajak. Kemudian, untuk tahun 2005 adalah
10 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutup 10 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Pada tahun 2006 times interested earned nya yaitu 7,6 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup dengan 7,6 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Apabila rata-rata industri untuk usaha yang sejenis 9 kali, maka rasio pada tahun 2004
tergolong baik begitu juga dengan tahun 2005 masih bisa tergolong dengan kategori baik. Namun
untuk tahun 2006 dinilai kurang baik karena memiliki nilai yang berada dibawah ratarata
industri. Hal ini akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh tambahan pinjaman di
kemudian hari.
Seandainya rata-rata industri untuk fixed charge coverage adalah 9 kali, untuk tahun
2004, FCC yang dimiliki adalah 9,8 kali dan ini dinilai cukup baik karena berada pada rata-rata
industry sehingga memudahkan perusahaan memperoleh pinjaman. Namun untuk tahun 2005 dan
2006 hanya memiliki FCC sebesar 8,4 kali dan 6,7 kali dan hal ini dinilai kurang baik karena
masih dibawah rata-rata industry sehingga menyulitkan persahaan untuk memperoleh pinjaman.
5. Fixed Charge Coverage 9,8 kali 8,4 kali 6,7 kali 9 kali
Debt to asset ratio tahun 2004 sebanyak 57% artinya dari aktiva perusahaan didanai oleh
utang (modal pinjaman) sebesar 57% dan ini juga berarti sebanyak 43% dibiayai dengan modal
dari pemegang saham. Kemudian untuk tahun 2005 sebanyak 53% dari aktiva perusahaan
didanai oleh utang (modal pinjaman) dan sebanyak 47% dibiayai dengan modal dari pemegang
saham. Sedangkan pada tahun 2006 debt to asset ratio memiliki nilai sebanyak 58% yang artinya
aktiva perusahaan didanai oleh utang sebesar 58% dan 42% didanai oleh modal dari pemegang
saham. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata industri yang sebesar 50% maka kondisi
perusahaan untk tahun 2004, 2005, dan 2006 dinilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai
dengan utang melebihi rata-rata industri.
Jika rasio rata-rata industri untuk debt to equity ratio sebesar 100%, maka perusahaan
masih dianggap kurang baik karena berada diatas rata-rata industri. Hal ini disebabkan karena
debt to equity ratio perusahaan memiliki nilai sebesar 133% pada tahun 2005, 114% pada athun
2005, serta 144% pada tahun 2006.
Times interest earned tahun 2004 adalah 12,1 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup 12,1 kali dari laba sebelum bunga atau pajak. Kemudian, untuk tahun 2005 adalah
10 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutup 10 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Pada tahun 2006 times interested earned nya yaitu 7,6 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup dengan 7,6 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Apabila rata-rata industri untuk usaha yang sejenis 9 kali, maka rasio pada tahun 2004
tergolong baik begitu juga dengan tahun 2005 masih bisa tergolong dengan kategori baik. Namun
untuk tahun 2006 dinilai kurang baik karena memiliki nilai yang berada dibawah ratarata
industri. Hal ini akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh tambahan pinjaman di
kemudian hari.
Seandainya rata-rata industri untuk fixed charge coverage adalah 9 kali, untuk tahun
2004, FCC yang dimiliki adalah 9,8 kali dan ini dinilai cukup baik karena berada pada rata-rata
industry sehingga memudahkan perusahaan memperoleh pinjaman. Namun untuk tahun 2005 dan
2006 hanya memiliki FCC sebesar 8,4 kali dan 6,7 kali dan hal ini dinilai kurang baik karena
masih dibawah rata-rata industry sehingga menyulitkan persahaan untuk memperoleh pinjaman.
NIM: 12405183180
Kelas: MBS 4D
Rasio ini menunjukkan bahwa 57% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun
2004. Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.57,00 dibiayai dengan utang
dan Rp.43,00 disediakan oleh pemegang saham.
Rasio ini menunjukkan bahwa 53% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun
2005. Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.53,00 dibiayai dengan utang
dan Rp.47,00 disediakan oleh pemegang saham.
Rasio ini menunjukkan bahwa 58% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun 2004.
Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.58,00 dibiayai dengan utang dan
Rp.42,00 disediakan oleh pemegang saham.
Jika rata-rata industri 50%, debt to asset ratio perusahaan masih dibawah rata-rata industri
sehingga akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman. Kondisi tersebut juga
menunjukkan perusahaan dibiayai hampir separuhnya dengan utang. Jika perusahaan bermaksud
untuk menambah utangnya, perusahaan perlu menambah dulu ekuitasnya.
Jika rasio rata-rata industri untuk debt to equity ratio sebesar 100%, maka perusahaan
masih dianggap kurang baik karena berada diatas rata-rata industri. Hal ini disebabkan karena
debt to equity ratio perusahaan memiliki nilai sebesar 133% pada tahun 2005, 114% pada athun
2005, serta 144% pada tahun 2006.
Apabila rata-rata industri untuk usaha yang sejenis 9 kali, maka rasio pada tahun 2004
tergolong baik begitu juga dengan tahun 2005 masih bisa tergolong dengan kategori baik. Namun
untuk tahun 2006 dinilai kurang baik karena memiliki nilai yang berada dibawah ratarata
industri. Hal ini akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh tambahan pinjaman di
kemudian hari.
Seandainya rata-rata industri untuk fixed charge coverage adalah 9 kali, untuk tahun
2004, FCC yang dimiliki adalah 9,8 kali dan ini dinilai cukup baik karena berada pada rata-rata
industry sehingga memudahkan perusahaan memperoleh pinjaman. Namun untuk tahun 2005 dan
2006 hanya memiliki FCC sebesar 8,4 kali dan 6,7 kali dan hal ini dinilai kurang baik karena
masih dibawah rata-rata industry sehingga menyulitkan persahaan untuk memperoleh pinjaman.
5. Fixed Charge Coverage 9,8 kali 8,4 kali 6,7 kali 9 kali
Debt to asset ratio tahun 2004 sebanyak 57% artinya dari aktiva perusahaan didanai oleh
utang (modal pinjaman) sebesar 57% dan ini juga berarti sebanyak 43% dibiayai dengan modal
dari pemegang saham. Kemudian untuk tahun 2005 sebanyak 53% dari aktiva perusahaan
didanai oleh utang (modal pinjaman) dan sebanyak 47% dibiayai dengan modal dari pemegang
saham. Sedangkan pada tahun 2006 debt to asset ratio memiliki nilai sebanyak 58% yang artinya
aktiva perusahaan didanai oleh utang sebesar 58% dan 42% didanai oleh modal dari pemegang
saham. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata industri yang sebesar 50% maka kondisi
perusahaan untk tahun 2004, 2005, dan 2006 dinilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai
dengan utang melebihi rata-rata industri.
Jika rasio rata-rata industri untuk debt to equity ratio sebesar 100%, maka perusahaan
masih dianggap kurang baik karena berada diatas rata-rata industri. Hal ini disebabkan karena
debt to equity ratio perusahaan memiliki nilai sebesar 133% pada tahun 2005, 114% pada athun
2005, serta 144% pada tahun 2006.
Times interest earned tahun 2004 adalah 12,1 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup 12,1 kali dari laba sebelum bunga atau pajak. Kemudian, untuk tahun 2005 adalah
10 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutup 10 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Pada tahun 2006 times interested earned nya yaitu 7,6 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup dengan 7,6 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Apabila rata-rata industri untuk usaha yang sejenis 9 kali, maka rasio pada tahun 2004
tergolong baik begitu juga dengan tahun 2005 masih bisa tergolong dengan kategori baik. Namun
untuk tahun 2006 dinilai kurang baik karena memiliki nilai yang berada dibawah ratarata
industri. Hal ini akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh tambahan pinjaman di
kemudian hari.
Seandainya rata-rata industri untuk fixed charge coverage adalah 9 kali, untuk tahun
2004, FCC yang dimiliki adalah 9,8 kali dan ini dinilai cukup baik karena berada pada rata-rata
industry sehingga memudahkan perusahaan memperoleh pinjaman. Namun untuk tahun 2005 dan
2006 hanya memiliki FCC sebesar 8,4 kali dan 6,7 kali dan hal ini dinilai kurang baik karena
masih dibawah rata-rata industry sehingga menyulitkan persahaan untuk memperoleh pinjaman.
NIM : 12405183181
Kelas : MBS 4D
d. = 57%
e. = 55%
f. = 60%
d. = 133%
e. = 114%
f. = 140%
8. Long term debt to equity ratio =
Pos-pos Neraca 2004 2005 2006
Total Utang Jangka Panjang 9.700 10.100 13.400
Total Equity 12.000 15.500 14.600
d. = 81%
e. = 65%
f. = 92%
d. = 12 Kali
e. = 10 Kali
f. = 8,7 Kali
d. = 10 Kali
e. = 9 Kali
f. = 6.65
Kali
Hasil Pengukuran
NO. Jenis Ratio 2004 2005 2006 Standar
Industri
1 Debt to Asset Ratio 57% 55% 60% 50%
2 Debt to Equity Ratio 133% 114% 140% 90%
3 Long Term Debt to 81% 65% 92% 85%
Equity Ratio (LTDtER)
4 Time Interest Earned 12 Kali 9 Kali 8 Kali 12 Kali
5 Fixed Charge Coverage 10 Kali 9 Kali 6.65 Kali 8 Kali
6. Debt To Asset Ratio tahun 2004 sebanyak 57% artinya dari aktiva perusahaan didanai
utang (Modal Pinjaman) sebesar 57% dan ini juga berati sebanyak 43% dibiayai dengan
modal dari pemegang saham. Kemudian tahun 2005 sebanyak 55% dari aktiva
perusahaan didanai utang (modal pinjaman) dan sebanyak 45% dibiayai dengan modal
dari pemegang saham dan pada tahun 2006 sebanyak 60% dari aktiva perusahaan didanai
utang (modal pinjaman) dan sebanyak 40% dibiayai dengan modal dari pemegang saham.
Jika dibandingkan dengan standart rata-rata industry 50%, kondisi perusahaan untuk
tahun 2004-2006 dinilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai dengan utang melebihi
rata-rata industry.
7. Debt to equity ratio
a. 2004 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 133,00 tahun 2005 untuk
setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh
utang sebanyak 133%
b. 2005 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 114,00 tahun 2005 untuk
setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh
utang sebanyak 114%
c. 2006 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 140,00 tahun 2005 untuk
setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh
utang sebanyak 140%.
Jika Debt to Equity Ratiorata- rata industry 90%, maka untuk tahun
20042005kondisi perusahaan belum dapat dikatakan baik, karena presentasenya masih di
atas rata- rata industry meskipun tahun 2005menurun namun belum sampai dibawah rata-
rata industry.
8. Long Term Debt to Equity Ratio
Long Term Debt to Equity Ratio pada tahun 2004 kondisi perusahaan dapat
dikatakan baik karena rata- rata industry ditetapkan 85% dan presentase tahun
a. 2004 :Sebanyak 81 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
b. 2005 :Sebanyak 65 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
c. 2006 :Sebanyak 92 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
Nim : 12405183183
Diketahui :
• = 57%
• = 55%
• = 60%
Debt To Asset Ratio tahun 2004 sebanyak 57% artinya dari aktiva perusahaan
didanai utang (Modal Pinjaman) sebesar 57% dan ini juga berati sebanyak 43%
dibiayai dengan modal dari pemegang saham. Kemudian tahun 2005 sebanyak 55%
dari aktiva perusahaan didanai utang (modal pinjaman) dan sebanyak 45% dibiayai
dengan modal dari pemegang saham dan pada tahun 2006 sebanyak 60% dari aktiva
perusahaan didanai utang (modal pinjaman) dan sebanyak 40% dibiayai dengan
modal dari pemegang saham. Jika dibandingkan dengan standart rata-rata industry
50%, kondisi perusahaan untuk tahun 2004-2006 dinilai kurang baik. Artinya
perusahaan dibiayai dengan utang melebihi rata-rata industry.
• = 133%
• = 114%
• = 140%
Debt to equity ratio
2004 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 133,00 tahun 2005
untuk setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai
oleh utang sebanyak 133%
2005 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 114,00 tahun 2005
untuk setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai
oleh utang sebanyak 114%
2006 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 140,00 tahun 2005
untuk setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai
oleh utang sebanyak 140%.
Jika Debt to Equity Ratiorata- rata industry 90%, maka untuk tahun
20042005kondisi perusahaan belum dapat dikatakan baik, karena presentasenya
masih di atas rata- rata industry meskipun tahun 2005menurun namun belum sampai
dibawah rata- rata industry.
• = 81%
• = 65%
• = 92%
Untuk Long Term Debt to Equity Ratio pada tahun 2004 kondisi perusahaan dapat
dikatakan baik karena rata- rata industry ditetapkan 85% dan presentase tahun
• 2004 :Sebanyak 81 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
• 2005 :Sebanyak 65 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
• 2006 :Sebanyak 92 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
4. Times interest earned =
• = 12 Kali
• 10 Kali
• = 8,7 Kali
• = 10 Kali
• = 9 Kali
• = 6.65 Kali
Fixed Charge Covarage Seandainya rata-rata industry untuk fcc adalah 8 kali untuk
tahun 2004 dan 2005 dinilai baik sehingga perusahaan mudah memperoleh pinjaman
karena diatas rata-rata sedangkan tahun 2006 dibawah rata-rata industry yang hanya
sebesar 6.65 kali sehingga perusahaan akan sulit mendapakan pinjaman.
Nama : Ilham Quddus Ramadani
NIM : 12405183185
Kelas : MBS4D
Dari kedua laporan keuangan dibawah ini anda diminta untuk mencari rasio-rasio sekaligus
menginterpretasikannya, yaitu :
Kemudian, tentukan bagaimana kondisi dan posisi perusahaan jika standar industrinya anda
tentukan sendiri.
Diketahui :
= 57%
= 55%
= 60%
= 133%
%
= 140%
= 81%
= 65%
= 92%
• = 12 Kali
• 10 Kali
• = 8,7 Kali
o = 9 Kali
o = 6.65 Kali
Hasil Pengukuran
p. Debt To Asset Ratio tahun 2004 sebanyak 57% artinya dari aktiva perusahaan didanai
utang (Modal Pinjaman) sebesar 57% dan ini juga berati sebanyak 43% dibiayai
dengan modal dari pemegang saham. Kemudian tahun 2005 sebanyak 55% dari
aktiva perusahaan didanai utang (modal pinjaman) dan sebanyak 45% dibiayai
dengan modal dari pemegang saham dan pada tahun 2006 sebanyak 60% dari aktiva
perusahaan didanai utang (modal pinjaman) dan sebanyak 40% dibiayai dengan
modal dari pemegang saham. Jika dibandingkan dengan standart rata-rata industry
50%, kondisi perusahaan untuk tahun 2004-2006 dinilai kurang baik. Artinya
perusahaan dibiayai dengan utang melebihi rata-rata industry.
q. Debt to equity ratio
2004 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 133,00 tahun 2005
untuk setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai
oleh utang sebanyak 133%
2005 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 114,00 tahun 2005
untuk setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai
oleh utang sebanyak 114%
2006 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 140,00 tahun 2005
untuk setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai
oleh utang sebanyak 140%.
Jika Debt to Equity Ratiorata- rata industry 90%, maka untuk tahun
20042005kondisi perusahaan belum dapat dikatakan baik, karena presentasenya
masih di atas rata- rata industry meskipun tahun 2005menurun namun belum sampai
dibawah rata- rata industry.
Untuk Long Term Debt to Equity Ratio pada tahun 2004 kondisi perusahaan dapat
dikatakan baik karena rata- rata industry ditetapkan 85% dan presentase tahun
• 2004 :Sebanyak 81 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
• 2005 :Sebanyak 65 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
• 2006 :Sebanyak 92 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
NIM : 12405183186
Kelas : MBS 4D
g. = 57%
h. = 55%
i. = 60%
g. = 133%
h. %
i. = 140%
g. = 81%
h. = 65%
i. = 92%
g. = 12 Kali
h. 10 Kali
i. = 8,7 Kali
g. = 10 Kali
h. = 9 Kali
i. = 6.65
Kali
Hasil Pengukuran
NIM : 12405183187
Kelas : MBS 4D
a. = 57%
b. = 55%
c. = 60%
a. = 133%
b. = 114%
c. = 140%
a. = 81%
b. = 65%
c. = 92%
a. = 12 Kali
b. = 10 Kali
c. = 8,7 Kali
b. = 9 Kali
c. = 6.65 Kali
Hasil Pengukuran
1. Debt To Asset Ratio tahun 2004 sebanyak 57% artinya dari aktiva perusahaan didanai
utang (Modal Pinjaman) sebesar 57% dan ini juga berati sebanyak 43% dibiayai dengan
modal dari pemegang saham. Kemudian tahun 2005 sebanyak 55% dari aktiva
perusahaan didanai utang (modal pinjaman) dan sebanyak 45% dibiayai dengan modal
dari pemegang saham dan pada tahun 2006 sebanyak 60% dari aktiva perusahaan didanai
utang (modal pinjaman) dan sebanyak 40% dibiayai dengan modal dari pemegang saham.
Jika dibandingkan dengan standart rata-rata industry 50%, kondisi perusahaan untuk
tahun 2004-2006 dinilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai dengan utang melebihi
rata-rata industry.
2. Debt to equity ratio
a. 2004 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 133,00 tahun 2005 untuk
setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh
utang sebanyak 133%
b. 2005 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 114,00 tahun 2005 untuk
setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh
utang sebanyak 114%
c. 2006 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 140,00 tahun 2005 untuk
setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh
utang sebanyak 140%.
Jika Debt to Equity Ratiorata- rata industry 90%, maka untuk tahun
20042005kondisi perusahaan belum dapat dikatakan baik, karena presentasenya masih di
atas rata- rata industry meskipun tahun 2005menurun namun belum sampai dibawah rata-
rata industry.
3. Long Term Debt to Equity Ratio
Long Term Debt to Equity Ratio pada tahun 2004 kondisi perusahaan dapat
dikatakan baik karena rata- rata industry ditetapkan 85% dan presentase tahun
a. 2004 :Sebanyak 81 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
b. 2005 :Sebanyak 65 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
c. 2006 :Sebanyak 92 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
Analisis Keuangan
No Jenis rasio 2004 2005 2006 Standart Industri
1 Debt Rasio 61% 53% 58% 35%
2 Debt to equity 140% 114% 142% 90%
rasio
3 LTDtER 81% 65% 92% 75%
4 Time interest 12 10 8 12 kali
earned
5 FCC 10 8 7 8 kali
Penjelasan:
1. Debt rasio pada tahun 2004 sebesar 61 % artinya dari aktiva perusahaan masih didanai
utang (modal pinjaman) sebesar 61 % dan ini berarti sebanyak 39 % dibiayai dengan
modal oleh pemegang saham. Pada tahun 2005 sebesar 53 % artinya dari aktiva
perusahaan masih didanai utang sebesar 53 % dan ini berarti sebanyak 47 % dibiayai
dengan modal oleh pemegang saham. Pada tahun berikutnya 2006 sebesar 58 % yang
artinya dari aktiva perusahaan masih didanai utang sebesar 58 % dan ini berarti sebanyak
42 % dibiayai dengan modal oleh pemegang saham. Jika dibandingkan dengan standart
industry 35 %, kondisi perusahaan untuk tahun 2004-2006 dinilai kurang baik. Artinya
perusahaan dibiayai dengan utang melebihi standart rata-rata industry.
2. Debt to equity ratio
2004 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 140,00 tahun 2005 untuk
setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh utang
sebanyak 140%
2005 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 114,00 tahun 2005 untuk
setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh utang
sebanyak 114%
2006 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 142,00 tahun 2005 untuk
setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh utang
sebanyak 142%.
Jika Debt to Equity Ratiorata- rata industry 90%, maka untuk tahun
20042005kondisi perusahaan belum dapat dikatakan baik, karena presentasenya masih di
atas rata- rata industry meskipun tahun 2005menurun namun belum sampai dibawah rata-
rata industry.
• 2004 :Sebanyak 81 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
• 2005 :Sebanyak 65 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
• 2006 :Sebanyak 92 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
NIM : 12405183191
KELAS : MBS 4D
Rizka Agustina Permatasari
MBS 4D / 12405183193
Diketahui :
= 57%
= 55%
= 60%
= 133%
= 114%
= 140%
Long term debt to equity ratio =
= 81%
= 65%
= 92%
• = 12 Kali
= 10 Kali
• = 8,7 Kali
o = 10 Kali
o = 9 Kali
o = 6.65 Kali
Hasil Pengukuran
a. Debt To Asset Ratio tahun 2004 sebanyak 57% artinya dari aktiva perusahaan didanai
utang (Modal Pinjaman) sebesar 57% dan ini juga berati sebanyak 43% dibiayai
dengan modal dari pemegang saham. Kemudian tahun 2005 sebanyak 55% dari
aktiva perusahaan didanai utang (modal pinjaman) dan sebanyak 45% dibiayai
dengan modal dari pemegang saham dan pada tahun 2006 sebanyak 60% dari aktiva
perusahaan didanai utang (modal pinjaman) dan sebanyak 40% dibiayai dengan
modal dari pemegang saham. Jika dibandingkan dengan standart rata-rata industry
50%, kondisi perusahaan untuk tahun 2004-2006 dinilai kurang baik. Artinya
perusahaan dibiayai dengan utang melebihi rata-rata industry.
b. Debt to equity ratio
2004 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 133,00 tahun 2005
untuk setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai
oleh utang sebanyak 133%
2005 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 114,00 tahun 2005
untuk setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai
oleh utang sebanyak 114%
2006 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 140,00 tahun 2005
untuk setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai
oleh utang sebanyak 140%.
Jika Debt to Equity Ratiorata- rata industry 90%, maka untuk tahun
20042005kondisi perusahaan belum dapat dikatakan baik, karena presentasenya
masih di atas rata- rata industry meskipun tahun 2005menurun namun belum sampai
dibawah rata- rata industry.
Untuk Long Term Debt to Equity Ratio pada tahun 2004 kondisi perusahaan dapat
dikatakan baik karena rata- rata industry ditetapkan 85% dan presentase tahun
• 2004 :Sebanyak 81 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
• 2005 :Sebanyak 65 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
• 2006 :Sebanyak 92 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
NIM : 12405183194
Kelas : MBS4D
d. 2004 = = = 57%
e. 2005 = = = 55%
f. 2006 = = = 60%
d. 2004 = = = 133%
e. 2005 = = = 114%
f. 2006 = = = 140%
d. 2004 = = = 81%
e. 2005 = = = 65%
f. 2006 = = = 92%
d. 2004 = = = 10 Kali
e. 2005 = = = 9 Kali
f. 2006 = = = 6.65
Kali
Hasil Pengukuran
6. Debt To Asset Ratio tahun 2004 sebanyak 57% artinya dari aktiva perusahaan didanai
utang (Modal Pinjaman) sebesar 57% dan ini juga berati sebanyak 43% dibiayai dengan
modal dari pemegang saham. Kemudian tahun 2005 sebanyak 55% dari aktiva
perusahaan didanai utang (modal pinjaman) dan sebanyak 45% dibiayai dengan modal
dari pemegang saham dan pada tahun 2006 sebanyak 60% dari aktiva perusahaan didanai
utang (modal pinjaman) dan sebanyak 40% dibiayai dengan modal dari pemegang saham.
Jika dibandingkan dengan standart rata-rata industry 50%, kondisi perusahaan untuk
tahun 2004-2006 dinilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai dengan utang melebihi
rata-rata industry.
7. Debt to equity ratio
a. 2004 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 133,00 tahun 2005 untuk
setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh
utang sebanyak 133%
b. 2005 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 114,00 tahun 2005 untuk
setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh
utang sebanyak 114%
c. 2006 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 140,00 tahun 2005 untuk
setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh
utang sebanyak 140%.
Jika Debt to Equity Ratiorata- rata industry 90%, maka untuk tahun
20042005kondisi perusahaan belum dapat dikatakan baik, karena presentasenya masih di
atas rata- rata industry meskipun tahun 2005menurun namun belum sampai dibawah rata-
rata industry.
8. Long Term Debt to Equity Ratio
Long Term Debt to Equity Ratio pada tahun 2004 kondisi perusahaan dapat
dikatakan baik karena rata- rata industry ditetapkan 85% dan presentase tahun
a. 2004 :Sebanyak 81 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
b. 2005 :Sebanyak 65 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
c. 2006 :Sebanyak 92 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
Seandainya rata-rata industry untuk fcc adalah 8 kali untuk tahun 2004 dan 2005 dinilai baik
sehingga perusahaan mudah memperoleh pinjaman karena diatas rata-rata sedangkan tahun 2006
dibawah rata-rata industry yang hanya sebesar 6.65 kali sehingga perusahaan akan sulit
mendapakan pinjaman.
Nim : 12405183195
Diketahui :
JAWAB :
• = 57%
• = 55%
• = 60%
Debt To Asset Ratio tahun 2004 sebanyak 57% artinya dari aktiva perusahaan
didanai utang (Modal Pinjaman) sebesar 57% dan ini juga berati sebanyak 43%
dibiayai dengan modal dari pemegang saham. Kemudian tahun 2005 sebanyak 55%
dari aktiva perusahaan didanai utang (modal pinjaman) dan sebanyak 45% dibiayai
dengan modal dari pemegang saham dan pada tahun 2006 sebanyak 60% dari aktiva
perusahaan didanai utang (modal pinjaman) dan sebanyak 40% dibiayai dengan
modal dari pemegang saham. Jika dibandingkan dengan standart rata-rata industry
50%, kondisi perusahaan untuk tahun 2004-2006 dinilai kurang baik. Artinya
perusahaan dibiayai dengan utang melebihi rata-rata industry.
• = 133%
• = 114%
• = 140%
Debt to equity ratio
2004 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 133,00 tahun 2005
untuk setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai
oleh utang sebanyak 133%
2005 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 114,00 tahun 2005
untuk setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai
oleh utang sebanyak 114%
2006 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 140,00 tahun 2005
untuk setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai
oleh utang sebanyak 140%.
Jika Debt to Equity Ratiorata- rata industry 90%, maka untuk tahun
20042005kondisi perusahaan belum dapat dikatakan baik, karena presentasenya
masih di atas rata- rata industry meskipun tahun 2005menurun namun belum sampai
dibawah rata- rata industry.
• = 81%
• = 65%
• = 92%
Untuk Long Term Debt to Equity Ratio pada tahun 2004 kondisi perusahaan dapat
dikatakan baik karena rata- rata industry ditetapkan 85% dan presentase tahun
• 2004 :Sebanyak 81 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
• 2005 :Sebanyak 65 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
• 2006 :Sebanyak 92 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
• = 12 Kali
• = 10 Kali
• = 8,7 Kali
• = 10 Kali
• = 9 Kali
• = 6.65 Kali
Fixed Charge Covarage Seandainya rata-rata industry untuk fcc adalah 8 kali untuk
tahun 2004 dan 2005 dinilai baik sehingga perusahaan mudah memperoleh pinjaman
karena diatas rata-rata sedangkan tahun 2006 dibawah rata-rata industry yang hanya
sebesar 6.65 kali sehingga perusahaan akan sulit mendapakan pinjaman.
NIM : 12405183196
Kelas : MBS 4D
g. = 57%
h. = 55%
i. = 60%
12. Debt to equity ratio =
Pos-pos Neraca 2004 2005 2006
Total Debt (Total Utang) 16.000 17.600 20.400
Total Equity (Total ekuitas) 12.000 15.500 14.600
g. = 133%
h. = 114%
i. = 140%
g. = 81%
h. = 65%
i. = 92%
g. = 12 Kali
h. = 10 Kali
i. = 8,7 Kali
g. = 10 Kali
h. = 9 Kali
i. = 6.65 Kali
Hasil Pengukuran
11. Debt To Asset Ratio tahun 2004 sebanyak 57% artinya dari aktiva perusahaan didanai
utang (Modal Pinjaman) sebesar 57% dan ini juga berati sebanyak 43% dibiayai dengan
modal dari pemegang saham. Kemudian tahun 2005 sebanyak 55% dari aktiva
perusahaan didanai utang (modal pinjaman) dan sebanyak 45% dibiayai dengan modal
dari pemegang saham dan pada tahun 2006 sebanyak 60% dari aktiva perusahaan didanai
utang (modal pinjaman) dan sebanyak 40% dibiayai dengan modal dari pemegang saham.
Jika dibandingkan dengan standart rata-rata industry 50%, kondisi perusahaan untuk
tahun 2004-2006 dinilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai dengan utang melebihi
rata-rata industry.
12. Debt to equity ratio
a. 2004 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 133,00 tahun 2005 untuk
setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh
utang sebanyak 133%
b. 2005 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 114,00 tahun 2005 untuk
setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh
utang sebanyak 114%
c. 2006 : Ratio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan 140,00 tahun 2005 untuk
setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh
utang sebanyak 140%.
Jika Debt to Equity Ratiorata- rata industry 90%, maka untuk tahun
20042005kondisi perusahaan belum dapat dikatakan baik, karena presentasenya masih di
atas rata- rata industry meskipun tahun 2005menurun namun belum sampai dibawah rata-
rata industry.
13. Long Term Debt to Equity Ratio
Long Term Debt to Equity Ratio pada tahun 2004 kondisi perusahaan dapat
dikatakan baik karena rata- rata industry ditetapkan 85% dan presentase tahun
g. 2004 :Sebanyak 81 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
h. 2005 :Sebanyak 65 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
i. 2006 :Sebanyak 92 % dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang PT Sungailiat Tbk.
NIM: 12405183199
Rasio ini menunjukkan bahwa 57% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun
2004. Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.57,00 dibiayai dengan utang
dan Rp.43,00 disediakan oleh pemegang saham.
Rasio ini menunjukkan bahwa 53% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun
2005. Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.53,00 dibiayai dengan utang
dan Rp.47,00 disediakan oleh pemegang saham.
Rasio ini menunjukkan bahwa 58% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun 2004.
Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.58,00 dibiayai dengan utang dan
Rp.42,00 disediakan oleh pemegang saham.
Jika rata-rata industri 50%, debt to asset ratio perusahaan masih dibawah rata-rata industri
sehingga akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman. Kondisi tersebut juga
menunjukkan perusahaan dibiayai hampir separuhnya dengan utang. Jika perusahaan bermaksud
untuk menambah utangnya, perusahaan perlu menambah dulu ekuitasnya.
7. Debt to Equity Ratio
Jika rasio rata-rata industri untuk debt to equity ratio sebesar 100%, maka perusahaan
masih dianggap kurang baik karena berada diatas rata-rata industri. Hal ini disebabkan karena
debt to equity ratio perusahaan memiliki nilai sebesar 133% pada tahun 2005, 114% pada athun
2005, serta 144% pada tahun 2006.
Times interest earned tahun 2004 adalah 12,1 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup 12,1 kali dari laba sebelum bunga atau pajak. Kemudian, untuk tahun 2005 adalah
10 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutup 10 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Pada tahun 2006 times interested earned nya yaitu 7,6 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup dengan 7,6 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Apabila rata-rata industri untuk usaha yang sejenis 9 kali, maka rasio pada tahun 2004
tergolong baik begitu juga dengan tahun 2005 masih bisa tergolong dengan kategori baik. Namun
untuk tahun 2006 dinilai kurang baik karena memiliki nilai yang berada dibawah ratarata
industri. Hal ini akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh tambahan pinjaman di
kemudian hari.
Seandainya rata-rata industri untuk fixed charge coverage adalah 9 kali, untuk tahun
2004, FCC yang dimiliki adalah 9,8 kali dan ini dinilai cukup baik karena berada pada rata-rata
industry sehingga memudahkan perusahaan memperoleh pinjaman. Namun untuk tahun 2005 dan
2006 hanya memiliki FCC sebesar 8,4 kali dan 6,7 kali dan hal ini dinilai kurang baik karena
masih dibawah rata-rata industry sehingga menyulitkan persahaan untuk memperoleh pinjaman.
Debt to asset ratio tahun 2004 sebanyak 57% artinya dari aktiva perusahaan didanai oleh
utang (modal pinjaman) sebesar 57% dan ini juga berarti sebanyak 43% dibiayai dengan modal
dari pemegang saham. Kemudian untuk tahun 2005 sebanyak 53% dari aktiva perusahaan
didanai oleh utang (modal pinjaman) dan sebanyak 47% dibiayai dengan modal dari pemegang
saham. Sedangkan pada tahun 2006 debt to asset ratio memiliki nilai sebanyak 58% yang artinya
aktiva perusahaan didanai oleh utang sebesar 58% dan 42% didanai oleh modal dari pemegang
saham. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata industri yang sebesar 50% maka kondisi
perusahaan untk tahun 2004, 2005, dan 2006 dinilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai
dengan utang melebihi rata-rata industri.
Jika rasio rata-rata industri untuk debt to equity ratio sebesar 100%, maka perusahaan
masih dianggap kurang baik karena berada diatas rata-rata industri. Hal ini disebabkan karena
debt to equity ratio perusahaan memiliki nilai sebesar 133% pada tahun 2005, 114% pada athun
2005, serta 144% pada tahun 2006.
Times interest earned tahun 2004 adalah 12,1 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup 12,1 kali dari laba sebelum bunga atau pajak. Kemudian, untuk tahun 2005 adalah
10 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutup 10 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Pada tahun 2006 times interested earned nya yaitu 7,6 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup dengan 7,6 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Apabila rata-rata industri untuk usaha yang sejenis 9 kali, maka rasio pada tahun 2004
tergolong baik begitu juga dengan tahun 2005 masih bisa tergolong dengan kategori baik. Namun
untuk tahun 2006 dinilai kurang baik karena memiliki nilai yang berada dibawah ratarata
industri. Hal ini akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh tambahan pinjaman di
kemudian hari.
Seandainya rata-rata industri untuk fixed charge coverage adalah 9 kali, untuk tahun 2004, FCC
yang dimiliki adalah 9,8 kali dan ini dinilai cukup baik karena berada pada rata-rata industry
sehingga memudahkan perusahaan memperoleh pinjaman. Namun untuk tahun 2005 dan 2006
hanya memiliki FCC sebesar 8,4 kali dan 6,7 kali dan hal ini dinilai kurang baik karena masih
dibawah rata-rata industry sehingga menyulitkan persahaan untuk memperoleh pinjaman
Nama: Soni Setio Nugroho
NIM: 12405183200
Rasio ini menunjukkan bahwa 57% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun
2004. Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.57,00 dibiayai dengan utang
dan Rp.43,00 disediakan oleh pemegang saham.
Rasio ini menunjukkan bahwa 53% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun
2005. Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.53,00 dibiayai dengan utang
dan Rp.47,00 disediakan oleh pemegang saham.
Rasio ini menunjukkan bahwa 58% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang tahun 2004.
Artinya, bahwa setiap Rp.100,00 pendanaan perusahaan, Rp.58,00 dibiayai dengan utang dan
Rp.42,00 disediakan oleh pemegang saham.
Jika rata-rata industri 50%, debt to asset ratio perusahaan masih dibawah rata-rata industri
sehingga akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman. Kondisi tersebut juga
menunjukkan perusahaan dibiayai hampir separuhnya dengan utang. Jika perusahaan bermaksud
untuk menambah utangnya, perusahaan perlu menambah dulu ekuitasnya.
Debt to Equity Ratio
Jika rasio rata-rata industri untuk debt to equity ratio sebesar 100%, maka perusahaan
masih dianggap kurang baik karena berada diatas rata-rata industri. Hal ini disebabkan karena
debt to equity ratio perusahaan memiliki nilai sebesar 133% pada tahun 2005, 114% pada athun
2005, serta 144% pada tahun 2006.
Times interest earned tahun 2004 adalah 12,1 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup 12,1 kali dari laba sebelum bunga atau pajak. Kemudian, untuk tahun 2005 adalah
10 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutup 10 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Pada tahun 2006 times interested earned nya yaitu 7,6 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup dengan 7,6 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Apabila rata-rata industri untuk usaha yang sejenis 9 kali, maka rasio pada tahun 2004
tergolong baik begitu juga dengan tahun 2005 masih bisa tergolong dengan kategori baik. Namun
untuk tahun 2006 dinilai kurang baik karena memiliki nilai yang berada dibawah ratarata
industri. Hal ini akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh tambahan pinjaman di
kemudian hari.
Seandainya rata-rata industri untuk fixed charge coverage adalah 9 kali, untuk tahun
2004, FCC yang dimiliki adalah 9,8 kali dan ini dinilai cukup baik karena berada pada rata-rata
industry sehingga memudahkan perusahaan memperoleh pinjaman. Namun untuk tahun 2005 dan
2006 hanya memiliki FCC sebesar 8,4 kali dan 6,7 kali dan hal ini dinilai kurang baik karena
masih dibawah rata-rata industry sehingga menyulitkan persahaan untuk memperoleh pinjaman.
5. Fixed Charge Coverage 9,8 kali 8,4 kali 6,7 kali 9 kali
Debt to asset ratio tahun 2004 sebanyak 57% artinya dari aktiva perusahaan didanai oleh
utang (modal pinjaman) sebesar 57% dan ini juga berarti sebanyak 43% dibiayai dengan modal
dari pemegang saham. Kemudian untuk tahun 2005 sebanyak 53% dari aktiva perusahaan
didanai oleh utang (modal pinjaman) dan sebanyak 47% dibiayai dengan modal dari pemegang
saham. Sedangkan pada tahun 2006 debt to asset ratio memiliki nilai sebanyak 58% yang artinya
aktiva perusahaan didanai oleh utang sebesar 58% dan 42% didanai oleh modal dari pemegang
saham. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata industri yang sebesar 50% maka kondisi
perusahaan untk tahun 2004, 2005, dan 2006 dinilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai
dengan utang melebihi rata-rata industri.
Jika rasio rata-rata industri untuk debt to equity ratio sebesar 100%, maka perusahaan
masih dianggap kurang baik karena berada diatas rata-rata industri. Hal ini disebabkan karena
debt to equity ratio perusahaan memiliki nilai sebesar 133% pada tahun 2005, 114% pada athun
2005, serta 144% pada tahun 2006.
Times interest earned tahun 2004 adalah 12,1 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup 12,1 kali dari laba sebelum bunga atau pajak. Kemudian, untuk tahun 2005 adalah
10 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutup 10 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Pada tahun 2006 times interested earned nya yaitu 7,6 kali atau dengan kata lain, biaya bunga
dapat ditutup dengan 7,6 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Apabila rata-rata industri untuk usaha yang sejenis 9 kali, maka rasio pada tahun 2004
tergolong baik begitu juga dengan tahun 2005 masih bisa tergolong dengan kategori baik. Namun
untuk tahun 2006 dinilai kurang baik karena memiliki nilai yang berada dibawah ratarata
industri. Hal ini akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh tambahan pinjaman di
kemudian hari.
Seandainya rata-rata industri untuk fixed charge coverage adalah 9 kali, untuk tahun
2004, FCC yang dimiliki adalah 9,8 kali dan ini dinilai cukup baik karena berada pada rata-rata
industry sehingga memudahkan perusahaan memperoleh pinjaman. Namun untuk tahun 2005 dan
2006 hanya memiliki FCC sebesar 8,4 kali dan 6,7 kali dan hal ini dinilai kurang baik karena
masih dibawah rata-rata industry sehingga menyulitkan persahaan untuk memperoleh pinjaman.
Nama : Erika Septiana
NIM : 12405183201
Kelas : MBS4D
SOAL
Dari kedua laporan keuangan dibawah ini anda diminta untuk mencari rasio-rasio sekaligus
menginterpretasikannya, yaitu :
Kemudian, tentukan bagaimana kondisi dan posisi perusahaan jika standar industrinya anda
tentukan sendiri.
Neraca PT Sungailliat Tbk
Diketahui :
JAWAB
a. 57%
b. 55%
c. 60%
2. Debt to equity ratio =
a. 133%
b. 114%
c. 140%
a. 81%
b. = 65%
c. = 92%
a. = 12 Kali
b. = 10 Kali
c. = 8,7 Kali
a. = 10 Kali
b. = 9 Kali
c. = 6.65 Kali
2. Hasil Pengukuran