Modul 1 Penyakit Kronis Dan Terminal Pada Anak (PART 1)
Modul 1 Penyakit Kronis Dan Terminal Pada Anak (PART 1)
MODUL SESI I
PENYAKIT KRONIS dan KONDISI TERMINAL PADA ANAK
DISUSUN OLEH
NS. RITA DWI PRATIWI, S. Kep., M. SC
Ns. Ni Bodro Ardi,S.Kep.,M.Kep
0|Keperawatan Anak 2
Penyakit Kronis Pada Anak
B. Uraian
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani pasien karena peran
perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral
dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-
psikologis-sosiologis-spiritual. Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan
telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama {spiritual}
merupakan salah satu unsurdari pengertian kesehatan seutuhnya. Oleh karena
itu dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan
spiritual pasien. Hal ini dikarenakan peran perawat yang komprehensif tersebut
pasien senantiasa memandang perawat memiliki tugas mulia yaitu
mengantarkan pasien di akhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak
sebagai fasilitator {memfasilitasi} agar pasien tetap melakukan yang terbaik
seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering
kali diabaikan oleh tim kesehatan padahal aspek spiritual ini sangat penting
terutama untuk pasien terminal yang didiagnosa harapan sembuhnya sangat
tipis dan mendekati sekaratul maut {terminal}. Orang yang mengalami penyakit
terminal lebih banyak menjiwai penyakit kejiwaan ,krisis spiritual dan krisis
kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien terminal perlu mendapat
kan perhatian khusus”.
Pasien terminal biasanya memiliki rasa depresi yang berat, perasaan marah
1|Keperawatan Anak 2
terhadap ketidak berdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya
ini pasien tersebut selalu berada di samping perawat.
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi.
Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa
peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang. Terkadang kematian
menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua. Kondisi Terminal
adalah: Suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu
tahapan proses penurunan fisik , psikososial dan spiritual bagi individu. Pasien
Terminal adalah pasien –pasien yang dirawat yang sudah jelas bahwa mereka
akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk sehingga
diperlukan pendampingan dalam proses kematian. Penyakit Kronik terminal
berada pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat
progresif dan pengobatan hanya bersifat paliatif ( mengurangi gejala dan
keluhan, memperbaiki kualitas hidup. Bisa dikatakan Penyakit terminal adalah
lanjutan dari penyakit kronik/ penyakit akut yang sifatnya tidak bisa
disembuhkan dan mengarah pada kematian.
Pasien terminal illness adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana
tingkat sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis
sudah tidak mungkin dapat menyembuhkan lagi. Oleh karena itu, pasien
terminal illnes harus mendapatkan perawatan paliatif yang bersifat meredakan
gejala penyakit, namun tidak lagi berfungsi untuk menyembuhkan. Jadi fungsi
perawatan paliatif pada pasien terminal illnes adalah mengendalikan nyeri yang
dirasakan serta keluhan-keluhan lainnya dan meminimalisir masalah emosi,
sosial dan spiritual. Penjelasan tersebut mengindikasi bahwa pasien terminal
illness adalah orang-orang sakit yang diagnosis dengan penyakit berat yang
tidak dapat disembuhkan lagi dimana prognosisnya adalah kematian.
Dalam mempelajari penyakit kronis pada anak, pertama yang harus dipahami
adalah perbedaan penyakit kronis dan kondisi kronis. Dua hal tersebut
merupakan suatu kondisi yang mengakibat kesakitan dalam waktu lama, namun
terdapat perbedaan. Kejadian penyakit kronis pada anak akan menyebabkan
kondisi kronis, namun kondisi kronis belum tentu menyebabkan penyakit kronis.
Misalnya pada anak yang mengalami yang mengalami penyakit thalasemia
2|Keperawatan Anak 2
yang merupakan penyakit kronis dengan transfusi darah terus menurus maka
akan menyebabkan chronic condition. Hal berbeda dengan anak autis yang
mengalami chronic condition tapi sepanjang hidupnya tapi belum tentu disertai
dengan penyakit kronis.
Penyakit kronis pada anak tidak hanya berdampak terhadap anak tetapi juga
kepada orang tua dan saudara kandung. Penyakit kronik yang dialami oleh
anak akan berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada anak.
Selain hal tersebut, tingkat aktivitas anak akan dipengaruhi oleh kondisi kronik
tersebut. Contohnya pada anak usia sekolah, anak akan sering tidak masuk
sekolah karena menjalani perawatan di rumah sakit. Kondisi tersebut secara
tidak langsung akan menimbulkan masalah perilaku dan emosional pada anak.
Pada orang tua, hal tersebut menyebabkan orang tua bolos kerja, beban waktu,
beban finansial, lebih emosional atau masalah fisik selama merawat anak
dengan penyakit kronis. Sehingga dalam dalam perawatan anak dengan
penyakit kronis orang tua dan tenaga kesehatan saling bekerja sama agar
membantu anak untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
3|Keperawatan Anak 2
panjang, teknologi khusus dalam pengobatan serta dapat menimbulkan
berbagai masalah baru terhadap kesehatan anak.
Dari pengertian yang dijabarkan diatas, dapat tarik kesimpulan bahwa kondisi
sakit kronik pada anak akan menimbulkan dampak tidak hanya anak dan
keluarga (dalam hal ini orang tua, sibling, serta anggota keluarga lain) namun
juga terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, seorang
perawat yang merawat anak dengan penyakit kronis harus mampu melakukan
proses asuhan keperawatan secara komprehensif karena dalam kondisi ini
anak akan mengalami berbagai macam masalah yang tidak hanya fisik, namun
juga psikologis, sosial, dan spiritual. Selain hal tersebut, kondisi tersebut juga
menyebabkan anak menjalani hospitalisasi yang panjang sehingga proses
tersebut akan berdampak dalam aktivitas sehari-hari anak.
4|Keperawatan Anak 2
a. Kanker
Kanker merupakan salah satu penyakit kronis yang sering dijumpai pada
anak. Beberapa jenis kanker yang umum terjadi pada anak adalah leukemia,
tumor wilms, limfoma hodgkin & non hodgkin, tumor sel germinal, tumor pada
sistem saraf pusat, melanoma malignan. Angka kejadian kanker pada anak
di dunia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Namun, untuk di Indonesia,
belum ditemukan adanya data akurat terkait dengan jumlah registrasi
nasional kanker pada anak. Namun, untuk mengetahui angka prevalensi
dapat meminta ke Rumah Sakit Pusat seperti RSK Dharmain, RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo, RS Sardjito, RS Soetomo serta RS lainnya. Oleh
karena itu diharapkan adanya pencatatan yang tepat tentang angka kejadian
kanker pada anak secara nasional sehingga penemuan kasus juga pada
stadium awal/dini. Harapannya adalah dengan penemuan awal akan
meningkatkan survival rate. Namun untuk angka survival rate untuk negara
berkembang masih rendah, yaitu diperkirakan sekitar 20% atau dibawah itu
dibandingkan dengan negara maju yang mempunyai survival rate diatas 80%
(UICC, 2014). Oleh karena itu penting bagi seorang perawat mengetahui
apa saja jenis-jenis kanker pada anak dan penatalaksaannya sehingga
penemuan kasus ditemukan pada stadium dini atau stadium awal. Dengan
hal itu akan mempercepat proses pengobatan dan meningkatkan survival
rate.
b. Asthma
Asthma merupakan salah satu penyakit kronis yang dijumpai pada anak.
Kondisi ini akan mengganggu berbagai macam aktivitas anak sehingga anak
harus dihindari dari faktor-faktor yang dapat memicu munculnya asthma
tersebut. Anak dengan kondisi asthma harus di adaptasikan bagaimana agar
tetap tumbuh dan berkembang secara optimal dengan kondisi tersebut
sesuai dengan tahap perkembangannya. Perlu diingatkan, dalam kondisi
kronis, pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak berbeda dengan
anak normal. Sehingga perlu bagi seorang perawat mengkaji kebutuhan
yang tepat pada anak sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
c. Cystic fibrosis
d. Diabetes tipe 1
5|Keperawatan Anak 2
Diabetes tipe 1 atau juga dikenal dengan juvenille diabetes merupakan salah
satu gangguan sistem endokrin yang ditemui pada anak. Kejadian ini, juga
akan menimbulkan keterbatasan pada anak seperti aktivitas. Selain hal
tersebut diperlukan pengontrolan ketat terhadap anak terutama dalam hal
nutrisi. Oleh karena itu, anak dan keluarga harus mampu beradaptasi
dengan kondisinya sehingga dengan harapan anak mampu melakukan
pengelolaan terhadap penyakitnya. Pengelolaan yang baik membuat anak
mampu tumbuh dan berkembang dengan keterbatasan yang dialami anak.
e. Obesitas
f. Cerebral palsy
Cerebral palsy merupakan salah satu penyakit kronis pada anak dengan
kondisi anak mengalami gangguan motorik. Dalam kondisi ini anak
melakukan keterbatasan gerak dan aktivitas. Penyakit kronis yang dialami
oleh anak juga akan berdampak menimbulkan kondisi kronis.
6|Keperawatan Anak 2
langsung akan menyebabkan tidak normalnya hubungan antara orang tua
dan bayi. Selain hal itu, saat dirawat bayi akan kehilangan kemampuan
motorik dimana bayi lebih banyak berbaring ditempat tidur, kurangnya
sentuhan dari orang tua terutama pada bayi yang dirawat diruang intensif
sehingga menyebabkan bayi merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut
(James & Ashwill, 2010).
7|Keperawatan Anak 2
paling umum dijumpai pada anak dengan penyakit kronis adalah penurunan
berat badan, anemia, serta gangguan fisik lainnya.
Selain hal tersebut, masalah finansial juga akan menimbulkan masalah stres
pada orang tua dan keluarga. Masalah tersebut akibat pengobatan dalam
jangka waktu panjang serta mahalnya biaya pengobatan yang dijalani oleh
anak. Kekhawatiran dan ketakutan juga dialami oleh orang tua dimana
adanya perasaan atau pikiran terhadap hasil pengobatan apakah berhasil
atau tidak, rasa tidak tega akibat kesakitan yang dialami oleh anak setiap
menjalani treatment. Mendampingi anak disetiap menjalani perawatan
sehingga akan mengganggu fungsi dan peran harian keluarga.
Terganggunya fungsi dan peran ini dikarenakan fokus utama orang tua
adalah merawat anak yang sakit, sehingga banyak ibu yang tidak bisa
bekerja dan memutuskan untuk resign dari pekerjaannya. Selain itu, ibu
kurang waktu atau perhatian terhadap anak yang lain sehingga akan ada
beberapa kondisi menimbulkan respon negatif pada anak yang lain.
8|Keperawatan Anak 2
Pada saudara kandung, kondisi ini dapat menimbulkan respon positif
ataupun respon negatif. Respon negatif yang ditimbulkan oleh saudara
kandung diantaranya cemas atau takut dengan kondisi yang dialami oleh
saudaranya, cemburu karena orang tua lebih fokus terhadap saudaranya,
kurang waktu dalam berinteraksi dengan teman sejawat dikarenakan sibling
akan diberikan tanggung jawab tambahan seperti menjaga rumah atau
merawat saudara yang lain, serta terkadang muncul rasa malu terhadap
teman-temannya akibat sakit yang dialami oleh saudaranya. Sehingga,
dalam kondisi ini perawat dan petugas kesehatannya lain sangat penting
mengkaji kondisi psikologis sibling dan membantu sibling untuk menciptakan
mekanisme koping yang adaptif sehingga sibling dapat beradaptasi dengan
kondisi tersebut.
b. Psikososial
Sesuai fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E.Kubbler Ross mempelajari
respon-respon atas menerima kematian dan maut secara mendalam dan hasil
penelitiannya yaitu :
1) Respon kehilangan
a) Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah , keakutan, cara tertentu
untuk mengatur tangan
b) Cemas diungkapkan dengan cara menggerakan otot rahang dan kemudian
9|Keperawatan Anak 2
mengendor
c) Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka / menangis
2) Hubungan dengan orang lain
Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidakmampuan untuk berhubungan
secara interpersnal serta akibat penolakan
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-
Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan (Purwaningsih dan kartina, 2009):
1) Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa
takut, cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
2) Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui
berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantunga
3) Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga
kelompoknya
4) Kehilangan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti
panas, nyeri, dll
5) Kehilangan fungsi fisik
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal
harus dibantu melalui hemodialisa
6) Kehilangan fungsi mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien
mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir
efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
7) Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan
fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran
serta identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri
rendah
8) Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga
Rentang Respon
Rentang respon seseorang terhadap peyakit terminal dapat digambarkan dalam
10 | K e p e r a w a t a n A n a k 2
suatu rentang yaitu harapan ketidakpastian dan keputusasaan .
1) Respon Adaptif
a) Masih punya harapan
b.Berkeyakinan bisa sembuh
2) Respon Mal Adaptif
a) Keputusasaan
b) Pasrah
3) Respon Ketidakpastian: Respon antara adaptif dan mal adaptif
11 | K e p e r a w a t a n A n a k 2
sakit hati menunjukkan kebenciannya melalui candaan tentang kematian,
mentertawakan penampilan atau keadaannya, atau berusaha melakukan hal yang
menyenangkan yang belum sempat dilakukannya sebelum ia meninggal. Kemarahan
merupakan salah satu respon yang paling sulit dihadapi keluarga dan temannya.
Keluarga dapat bekerja sama dengan terapis untuk mengerti bahwa pasien
sebenarnya tidak marah kepada mereka tapi pada nasibnya.
c.Bargaining(tawar-menawar)
Klien mencoba untuk melakukan tawar menawar dengan tuhan agar terhindar dari
kehilangan yang akan terjadi, ini bisa dilakukan dalam diam atau dinyatakan secara
terbuka. Secara psikologis tawar-menawar dilakukan untuk memperbaiki kesalahan
atau dosa masa lalu. Pada tahap ini pasien sudah meninggalkan kemarahannya
dalam berbagai strategi seperti menerapkan tingkah laku baik demi kesehatan atau
melakukan amal atau tingkah laku lain yang tidak biasa dilakukannya merupakan
tanda bahwa pasien sedang melakukan tawar-menawar.
d.Depresi
Tahap keempat dalam model Kubler-Ross dilihat sebagai tahap di mana pasien
kehilangan kontrolnya. Pasien akan merasa jenuh, sesak nafas dan lelah. Mereka
akan merasa kesulitan untuk makan, perhatian, dan sulit untuk menyingkirkan rasa
sakit atau ketidaknyamanan. Rasa kesedihan yang mendalam sebagai akibat
kehilangan (past loss & impending loss), ekspresi kesedihan ini verbal atau
nonverbal merupakan persiapan terhadap kehilangan atau perpisahan abadi dengan
apapun dan siapapun.
Tahap depresi ini dikatakan sebagai masa ‘anticipatory grief’, di mana pasien akan
menangisi kematiannya sendiri. Proses kesedihan ini terjadi dalam dua tahap, yaitu
ketika pasien berada dalam masa kehilangan aktivitas yang dinilainya berharga,
teman dan kemudian mulai mengantisipasi hilangnya aktivitas dan hubungan di
masa depan.
e.Penerimaan(acceptance)
Pada tahap ini pasien sudah terlalu lemah untuk merasa marah dan memikirkan
kematian. Beberapa pasien menggunakan waktunya untuk membuat perisapan,
memutuskan kepunyaannya, dan mengucapkan selamat tinggal pada teman lama
dan anggota keluarga. Pada tahap menerima ini, klien memahami dan menerima
keadaannya yang bersangkutan mulai kehilangan interest dengan lingkungannya,
12 | K e p e r a w a t a n A n a k 2
dapat menemukan kedamaian dengan kondisinya, dan beristirahat untuk
menyiapkan dan memulai perjalanan panjang.
13 | K e p e r a w a t a n A n a k 2
d. Kebanyakan anak-anak (anak yang menderita penyakit terminal) membutuhkan
keberanian bahwa ia di cintai dan tidak akan merasa di tinggalkan.
e. Tanpa memandang umur, sebagai orang tua seharusnya sensitif dan simpati,
mendukunng apa yang anak rasakan.
Kebutuhan Anak dengan Penyakit Terminal
a. Komunikasi, dalam hal ini anak sangat perlu di ajak unuk berkomunikasi atau
berbicara dengan yang lain terutama oleh kedua orang tua karena dengan orang
tua mengajak anak berkomunikasi /berbicara anak merasa bahhwa ia tidak sendiri
dan ia merasa ditemani.
a. Memberitahu kepada anak bahwa ia tidak sendiri dalam menghadapi penyakit
tersebut.
b. Berdiskusi dengan siblings (saudara kandung) agar saudara kandung mau
ikut berpartisipasi dalam perawatan atau untuk merawat
c. Social support meningkatkan koping
14 | K e p e r a w a t a n A n a k 2
sesuatu; kami sangat menyesal bahwa kami tidak dapat menyelamatkannya”)
Berikan informasi yang diminta keluarga dan bersikap jujur.
c. Hargai kebutuhan emosional anggota keluarga seperti saudara kandung,
yang mungkin ingin menyingkir sejenak dari anak yang menjelang ajal.
d. Buat setiap upaya untuk mengatur anggota keluarga khususnya orang tua
untuk bersama anak pada saat kematian, bila mereka menginginkannya.
e. Dorong kelurga untuk bicara dengan anak bahkan bila ia tampak koma
f. Bantu keluarga mengidentifikasi dan menghubungi kerabat, teman atau
individu pendukung lain.
g. Hargai keyakinan religius dan budaya seperti upacara khusus atau ritual
h. Atur untuk dukungan spiritual, seperti rohaniawan, beri dukungan spiritual
sesuai permintaan anak atau keluarganya.
15 | K e p e r a w a t a n A n a k 2
k. Mengharapkan untuk tidak diganggu oleh teman dan kerabat
l. Kehilangan pola berhubungan yang umum,Gelisah, tidak dapat duduk diam,
gerakan tanpa tujuan.Terus menerus mencari seuatu untuk dilakukan atau
apa yang ia pikir harus lakukan .Kurang kapasitas untuk memulai atau
mempertahankan pola aktivitas yang teratur.
7. Mekanisme Koping
Dalam mempelajari konsep anak dengan penyakit kronis, perawat juga harus
memahami tentang mekanisme koping. Dimana mekanisme koping ini akan
membantu anak dan keluarganya dalam beradaptasi dengan kondisi sakit yang
menimbulkan masalah bio-psiko-sosio-spiritual. Mekanisme koping yang adaptif
akan membuat anak beradaptasi dengan sakitnya sehingga menciptakan
kualitas hidup yang baik. Bagi keluarga akan beradaptasi positif dengan
perubahan perubahan yang terjadi.
a. Definisi
Masing-masing individu memiliki cara-cara yang berbeda dalam menghadapi
masalah. Ada individu yang memiliki cara yang positif dan tidak jarang
ditemui individu yang memiliki cara yang negatif.
Mekanisme koping merupakan cara atau tindakan untuk beradaptasi
terhadap stressor dengan mengurangi ketegangan akibat situasi tertentu
(Hockenberry & Wilson, 2009). Diharapkan setiap individu mampu
menciptakan mekanisme koping yang positif/adaptif sehingga individu akan
mempunyai waktu untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi serta
melawan stress dengan cara itu.
b. Koping terhadap penyakit kronis
1) Anak
Penyakit yang di alami oleh anak akan menimbulkan stres pada anak
akibat tanda dan gejala yang muncul serta prosedur pengobatan yang
dijalani oleh anak. Kondisi hospitalisasi yang dijalani oleh anak
mengakibatkan anak tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari
seperti sebelumnya sehingga akan muncul perasaan bahwa anak berbeda
dengan anak lain seusianya. Tidak jarang terkadang anak menjadi korban
bullying di lingkungan akibat keterbatasan kondisi yang dialami oleh anak.
16 | K e p e r a w a t a n A n a k 2
Hal tersebut akan menyebabkan anak berespon secara kognitif maupun
emosional (Potts & Mandleco, 2012).
17 | K e p e r a w a t a n A n a k 2
anak untuk selalu berdoa setiap saat dan menggantungkan harapan
kepada Tuhan sesuai dengan keyakinan.
2) Saudara Kandung (Sibling)
Bantu sibling untuk beradaptasi adaptif dengan kondisi tersebut. Dalam
hal ini, perawat ataupun petugas kesehatan lain dapat menjelaskan
kepada saudara yang sedang sakit sehingga dengan mengetahui kondisi
tersebut akan meningkatkan kesadaran sibling dan partisipasinya dalam
merawat saudaranya.
3) Orang tua
Penyakit kronis yang dialami oleh anak akan menimbulkan masalah
kompleks pada orang tua. Oleh karena itu, bantu orang tua untuk
beradaptasi dengan kondisi barunya dengan memberikan dukungan dan
libatkan orang-orang terdekat dengan keluarga dalam merawat anak
sehingga orang tua tidak merasa sendiri dalam merawat anaknya yang
sakit. Mekanisme koping yang dapat dilakukan oleh orang tua terutama
ibu dalam merawat anak dengan penyakit kronis adalah:
a) Mencari informasi sebanyak-banyak dengan kondisi penyakit yang
dialami oleh anak
b) Menguasi keterampilan dan pengetahuan yang baru
c) Mencari dukungan sosial untuk menguatkan orang tua
d) Berfokus pada hal-hal positif
e) Berdoa sesuai dengan keyakinan dan agamanya, yakin bahwa sakit
yang dialami oleh anak merupakan ujian bagi orang tua.
8. Perawatan Paliatif
a. Pengertian
“palliative” berasal dari bahasa latin yaitu “pallium” yang artinya adalah
menutupi atau menyembunyikan. Perawatan paliatif ditujukan untuk
menutupi atau menyembunyikan keluhan pasien dan memberikan
kenyamanan ketika tujuan penatalaksanaan tidak mungkin disembuhkan
(Muckaden, 2011).
Menurut The Royal College of Paediatrics and Child Health (RCPCH) dan
Association for Children (ACT) dengan kondisi terminal anak dan keluarga
mengartikan bahwa perawatan paliatif merupakan pendekatan yang aktif dan
18 | K e p e r a w a t a n A n a k 2
total dalam merawat anak, menerima aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.
Pendekatan secara aktif menunjukkan perawatan yang tidak hanya
menghentikan tindakan. Semuanya ditujukan untuk mengatasi pada semua
keluhan yang dialami meliputi keluhan fisik, emosi dan spiritual.
Menurut WHO, asuhan paliatif merupakan asuhan aktif dan menyeluruh bagi
pasien dengan penyakit yang tidak responsif terhadap pengobatan kuratif.
Asuhan paliatif bukan usaha memperpendek hidup atau memperpanjang
proses kematian. Asuhan paliatif pada dasarnya merupakan asuhan yang
paling sesuai untuk anak ataupun pasien dengan penyakit kronis.
19 | K e p e r a w a t a n A n a k 2
4) Pengembangan profesi dan dukungan sosial untuk perawatan pada anak
Penyuluhan pada masyarakat tentang kesadaran akan kebutuhan
perawatan anak dan nilai perawatan paliatif serta usaha untuk
mempersiapkan serta memperbaiki hambatan secara ekonomi.
20 | K e p e r a w a t a n A n a k 2
berfokus pada perawatan yang kompleks meliputi masalah fisik, emosional,
sosial dan spiritual (Hockenberry & Wilson, 2009). Anggota tim yang lain
adalah ahli psikologis, fisioterapi, dan okupasi terapi. Masing-masing profesi
terlibat sesuai dengan masalah yang dihadapi penderita, dan penyusunan
tim perawatan paliatif disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan tempat
perawatannya. Anggota tim perawatan paliatif dapat memberikan kontribusi
sesuai dengan keahliannya.
Seluruh anggota tim perawatan paliatif harus memenuhi kriteria dan
kesadaran akan tugas dan tanggung jawabnya yaitu akan memberikan
perawatan secara individu pada anak dan keluarga dengan mendukung nilai,
harapan dan kepercayaan, jika tidak dijelaskan maka akan menyinggung
anak dan keluarganya (Craig, 2007).
21 | K e p e r a w a t a n A n a k 2
memperlihatkan dasar keilmuannya/pendidikannya yang meliputi
mengatasi nyeri neuropatik, berperan mengatasi konflik profesi,
mencegah duka cita, dan resiko kehilangan. Perawat pendidik dengan tim
lainnya seperti komite dan ahli farmasi, berdasarkan pedoman dari tim
perawat paliatif maka memberikan perawatan yang berbeda dan khusus
dalam menggunakan obat-obatan intravena untuk mengatasi nyeri
neuropatik yang tidak mudah diatasi
3) Peneliti
Perawat menghasilkan ilmu pengetahuan baru melalui pertanyaan-
pertanyaan penelitian dan memulai pendekatan baru yang ditujukan pada
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Perawat dapat meneliti dan terintegrasi
pada penelitian perawatan paliatif.
4) Bekerjasama (callaborator)
Perawat sebagai penasihat anggota/staf dalam mengkaji
biopsikososiospiritual dan penatalaksanaannya. Perawat membangun dan
mempertahankan hubungan kalaborasi dan mengidentifikasi sumber dan
kesempatan bekerja dengan tim perawatan paliatif, perawat memfasilitasi
dalam mengembangkan dan mengimplementasikan anggota dalam
pelayanan, kalaborasi perawat/dokter dan komite penasihat. Perawat
memperlihatkan nilai-nilai kalaborasi dengan anak dan keluarganya,
dengan tim antar disiplin ilmu dan tim kesehatan lainnya dalam
memfasilitasi kemungkinan hasil terbaik.
5) Penasihat
Perawat berkalaborasi dan berdiskusi dengan dokter, tim perawatan
paliatif dan komite untuk menentukan tindakan yang sesuai dalam
pertemuan/rapat tentang kebutuhan-kebutuhan anak dan keluarganya.
22 | K e p e r a w a t a n A n a k 2
e. Pilihan pengobatan pada anak dengan penyakit terminal
Dalam memberikan perawatan pada anak, dimulai dari saat di diagnosa dan
diberikan selama sakit hingga dukungan untuk berduka. Penatalaksanaan
awal secara total oleh tim paliaitif akan memfasilitasi ke perawatan yang
terbaik. Tempat perawatan paliaitf dapat dilaksanakan dirumah sakit, hospice,
atau di rumah anak. Keluarga dan anak agar dihargai dalam memilih tempat
yang disukainya untuk mendapatkan perawatan bila memungkinkan. Tempat
perawatan dibutuhkan pada pelayanan yang tepat dengan fasilitas
kesehatan, home care atau sarana ke hospice terdekat.
1) Rumah sakit
Perawatan di rumah sakit diperlukan jika anak harus mendapat perawatan
yang memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan
khusus. Pemberian perawatan paliatif harus memperhatikan kepentingan
anak dan melaksanakan tindakan yang diperlukan meskipun prognosis
anak memburuk serta harus mempertimbangkan manfaat dan resikonya
sehingga perlu meminta melibatkan keluarganya.Jika keluarga memilih
perawatan di rumah sakit untuk perawatan terminal anaknya, atur kondisi
ruangan seperti dirumah.
2) Hospice
Perawatan anak yang berada dalam keadaan tidak memerlukan
pengawasan ketat atau tindakan khusus serta belum dapat dirawat di
rumah karena memerlukan pengawasan tenaga kesehatan. Perawatan
hospice dapat dilakukan di rumah sakit, rumah atau rumah khusus
perawatan paliatif, tetapi dengan pengawasan dokter atau tenaga
kesehatan yang tidak ketat atau perawatan hospice homecare yaitu
perawatan di rumah dan secara teratur dikunjungi oleh dokter atau
petugas kesehatan apabila diperlukan.
3) Rumah
Pada perawatan di rumah, maka peran keluarga lebih menonjol karena
sebagian perawatan dilakukan oleh keluarga dan keluarga atau orangtua
sebagai caregiver diberikan latihan pendidikan keperawatan dasar.
Perawatan dirumah hanya mungkin dilakukan bila anak tidak memerlukan
23 | K e p e r a w a t a n A n a k 2
alat khusus atau keterampilan perawatan yang tidak mungkin dilakukan
oleh keluarga
24 | K e p e r a w a t a n A n a k 2
Kedekatan hubungan didefinisikan sebagai perasaan berhubungan dengan
orang lain yang memberikan perawatan. kedekatan mengandung makna
kedekatan fisik dan emosi yang diekspresikan dengan kehangatan dan
hubungan intim.
d. Asuhan Keperawatan Yang Diperlukan Pada Anak Yang Mengalami
Penyakit Terminal
Asuhan keperawatan yang diperlukan dan digunakan pada anak yang
mengalami penyakit terminal adalah ”PALLIATIVE CARE” tujuan perawatan
paliatif ini adalah guna untuk meningkatkan kualitas hidup anak dengan
kematian minimal mendekati normal, diupanyakan dengan perawatan yang
baik hingga pada akhirnya menuju pada kematian
PALLIATIFE CARE
a. Menambah kualitas hidup (anak) pada kondisi terminal.
b. Perawatan paliatif berfokus pada gejala rasa sakit (nyeri, dypsnea) dan
kondisi(kesendirian) dimana pada kasus ini mengurangi kepuasan atau
kesenangan hidup anak.
c. Mengontrol rasa nyeri dan gejala yang lain,masalah psikologi,social atau
spiritualnya dari anak dalam kondisi terminal.
PRINSIP DARI PERAWATAN PALLIATIVE CARE
a. Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasient dan
keluarga pasien.
b. Dukungan untuk caregiver
c. Palliateve care merupakan accses yang competent dan compassionet
d. Mengembangkan professional dan social support untuk pediatric palliative
care
e. Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik palliative care melalui penelitian
dan pendidikan
PALLIATIVE CARE PLANE (RENCANA ASUHAN PERAWATAN PALLIATIVE)
a. Melibatkan seorang partnership antara anak, keluarga, orang tua, pegawai,
guru, staff sekolah dan petugas keseatan yang professional
b. Suport phisik, emosinal, pycososial, dan spiritual khususnya
c. Melibatkan anak pada self care
d. Anak memerlukan atau membutuhkan gambaran dan kondisi (kondisi penyakit
terminalnya) secara bertahap, tepat dan sesuai
25 | K e p e r a w a t a n A n a k 2
e. Menyediakan diagnostic atau kebutuhan intervensi terapeutik guna
memperhatikan/memikirkan konteks tujuan dan pengaharapan dari anak dan
keluarga.
3.RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan sekarang: kaji mengenai keluhan yang dirasakan oleh
pasien,misalnya penglihatan mulai kabur.
26 | K e p e r a w a t a n A n a k 2
b. Riwayat kesehatan dahulu: Kaji penyakit yang pernah di alami oleh
pasien,baik yang ada hubungan nya dengan penyakit yang di alami saat ini.
c. Riwayat kesehatan keluarga: Kaji apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama dengan klien.
4.KEBIASAAN SEHARI-HARI
Kaji tentang kebiasaan yang dilakukan oleh pasien atau orang tua pasien sebelum
sakit dan saat sakit.biasanya mencakup Nutrisi, Eliminasi, Pola Istirahat dan tidur
serta Pola Kebersihan
B.PEMERIKSAAN FISIK
A.Keadaan umum
Bagaimana keadaan klien,apakah letih,lemah,atau sakit berat
B.Tanda vital
Suhu:tidak normal>37
Nadi:tidak normal{lemah&lambat}>70x/i
Pernafasan:tidak normal>16x/i
Tekanan darah:tidak normal{menurun}
C.Kepala
kulit kepala,rambut,serta bentuk kepala,apakah ada kelainan,atau lesi pada kepala.
D.wajah
bentuk wajah pucat
E.Mata
konjungtiva:anemis
sclera:ikterik
pupil:reflek{-}
F.Telinga
Pendengaran{-}pendengaran terakhiryang hilang pada pasien terminal
G.Hidung
Bentuk hidung,keadaan bersih/tidak,ada tidak secret pada hidug,serta cairan yang
keluar,ada sinus/tidak,dan terdapat ngguan dalam penciuman.
H.Thoraks
Bentuk dada simetris/tidak,dan mengalami ngguan pada pernafasan.
I.Abdomen
27 | K e p e r a w a t a n A n a k 2
Bagaimana bentuk abdomen,turgor kulit kering.
J.Integumen
Warna kulit pucat,turgor kulit kering,terdapat nyeri tekan pada kulit,,kulit teraba dingin.
K.Ekstremitas
Terdapat kelemahan fisik,kelemahan otot,dan kehilangan sensasi dan gerakan pada
ekstremitas.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan penyakit
terminal dan ancaman kematian
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kehilangan nafsu
makan, tidak tertarik pada makanan.
3. Takut/ cemas berhubungan dengan diagnosa, terapi, dan prognosis
4. Berduka antisipasi berhubungan denga ancaman kematian anak
Daftar Pustaka
Benzart, et al. (2011). Discharge planning for palliative care patient: a qualitative
analysis. Journal of palliative medicine, vol 14, p1
Craig, F., et al. (2007). IMPaCCT: standard for paediatric palliative care in Europe.
Journal of palliative care, vol 14, p109-114
Hockenberry, J.M., & Wilson, D. (2009). Wong: Essentials of pediatric nursing 8th
ed. St. Loius: Mosby Elsevier
James, S.R., & Ashwil, J. W. (2010). Nursing care of children: principle & practice.
St. Louis: Saunders Elsevier
Muckaden, et al. (2011). Pediatric palliative care: theory to practice. Indian journal
of palliative care, vol 1, p 52-60.
Polat, et al. (2014). The effect of therapeutic music on anxiety in children with
acute lymphoblastic leukemia. Indian Journal of Traditional Knowledge, p 42-
46
Plotts, N. L., & Mandleco, B.L. (2012). Pediatric nursing: caring for children and
their family, 3th ed. New York: Thomson Delmar Learning
Torpy, J., et al. (2010). Chronic diseases of children. JAMA, p303.
28 | K e p e r a w a t a n A n a k 2