Anda di halaman 1dari 109

LAPORAN TRIWULANAN

PERKEMBANGAN
EKONOMI REGIONAL
PROVINSI MALUKU UTARA

BANK INDONESIA TERNATE


Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate
Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017
LAPORAN TRIWULANAN

PERKEMBANGAN
EKONOMIREGIONAL
PROVINSI MALUKU UTARA

TRIWULAN I-2009

BANK INDONESIA TERNATE


Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate
Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-31-24017
VISI BANK INDONESIA
“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya
secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis
yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”

MISI BANK INDONESIA

“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui


pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan
stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang
negara Indonesia yang berkesinambungan”

TUGAS BANK INDONESIA


(Pasal 8 UU No. 23 Tahun 1999)

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,


2. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran,
3. Mengatur dan mengawasi bank.

Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada :

Redaksi :
Kelompok Kajian, Statistik, Survey dan Pengawasan Bank
Kantor Bank Indonesia Ternate
Jl. Jos Sudarso No. 1, Ternate
Telp : (0921) 3121217
Fax : (0921) 3124017
KATA PENGANTAR

Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran
serta mengatur dan mengawasi bank dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah.
Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di
daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan
sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.
Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan
moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan
menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi, Kinerja Perbankan dan
Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara. Laporan ini diolah berdasarkan data dan
informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank
Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu
kebijakan di daerah. Laporan Triwulan ini meliputi perkembangan inflasi regional; ekonomi,
moneter dan Perbankan; sistem pembayaran dan prospek ekonomi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa
kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan
kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini
menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.
Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami
sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.

Ternate, 5 Mei 2009


BANK INDONESIA TERNATE

Sabarudin
Deputi PBI

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GRAFIK v
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH viii

RINGKASAN EKSEKUTIF x

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1


1.1 Gambaran Umum ………………………………………………………. 1
1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan...................................... 2
1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran................................ 8

BOKS 1 Hasil Rumusan Rapat Koordinasi Nasional Pendapatan Daerah Tahun 23


2009
BOKS 2 Kerja Forum Pemerintahan Daerah Provinsi Kepulauan Tahun 2008 27

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 31


2.1 Gambaran Umum…………………………………………………….… 31
2.2 Menurut kelompok Barang ………………………….......................... 33
2.2.1. Inflasi IHK Triwulanan (q-t-q)………………………………… 33
2.2.2. Inflasi IHK Tahunan (y-o-y)……….…………………………… 33

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN 42


3.1 Perkembangan Perbankan ……………………………….………….. 42
a. Perkembangan Aset Bank Umum …………………………….. 43
b. Penghimpunan Dana Bank Umum ..…………………………. 45
c. Penyaluran Kredit ……………………...………………………… 48
c.1. Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor …........ 48
c.2 Persetujuan Kredit Baru ..………………………………… 50
c.3 Perkembangan Kredit Usaha Kecil (KUK) Bank 51
Umum
d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum …………....…….… 52
e. Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum …………..…….… 53
BOKS 3 Penelitian Lending Model Usaha Mebel Bambu Lurik 55
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 63
4.1 Gambaran Umum…. ………………………………………..................... 63
4.2 Pendapatan Daerah ............................................................................ 64
4.3 Belanja Daerah………………… ………………………...………………… 65
4.4 Lain-lain………………………………. ……………………………………… 66
BOKS 4 Penandatanganan Adendum Kesepakatan Kerjasama Pengembangan 68
Komoditas Unggulan UMKM Kota Ternate

ii
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 70
5.1 Transaksi Tunai…………………………. ..................…………...……… 70
5.1.1 Aliran Uang Kartal ............................................................................. 70
5.1.2 Pemusnahan Uang........................................................................... 73
5.1.3 Uang Palsu.......................................................................................... 74
5.2 Transaksi Non Tunai............................................................................ 76
5.2.1 Perkembangan Kliring Lokal ............................................................. 76
5.2.2 Perkembangan Transaksi RTGS ...................................................... 78
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH 79
6.1 Ketenagakerjaan.............. …………………………………………....... 79
6.1.1 Angkatan Kerja .................................................................................. 79
6.1.2 Lapangan Pekerjaan Utama............................................................ 83
6.2 Kesejahteraan..................................................................................... 84
6.2.1 Kesejahteraan Petani........................................................................ 84
6.2.2 Tingkat Upah....................................................................................... 85
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 87
7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi........................................................ 87
7.2 Prosoek Inflasi Daerah........................................................................ 88

iii
DAFTAR TABEL

Halaman

Daftar perusahaan yang sudah tidak beroperasi di Maluku Utara Tahun


Tabel 1.1 2008..................................................................................................... 11
.
Tabel 1.2 Perkembangan kegiatan bank.............................................................. 20
Tabel 2.1 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan……………................................
34
Tabel 2.2 Inflasi sub kelompok makanan jadi............... ........................................ 34
Tabel 2.3 Inflasi sub Kelompok Perumahan, Listrik gas dan air bersih…………….
35
Tabel 2.4 Inflasi sub kelompok sandang………………. ........................................ 36
Tabel 2.5 Inflasi sub kelompok kesehatan..............................…………………….. 36
Tabel 2.6 Inflasi sub kelompok pendidikan………..………………………………… 37
Tabel 2.7 Inflasi sub kelompok transpor…………………………………………..... 37
Tabel 28 Inflasi sub kelompok vahan makanan……………………………………. 38
Tabel 2.9 Inflasi sub kelompok makanan jadi………………………………………. 39
Tabel 2.10 Inflasi sub kelmpok listrik………………………………………………….. 39
Tabel 2.11 Inflasi sub kelompok sandang…………………………………………….. 40
Tabel 2.12 Inflasi sub kelompok kesehatan…………………………………………… 40
Tabel 2.13 Inflasi sub kelompok pendidikan………………………………………….. 41
Tabel 2.14 Inflasi sub kelompok transpor…………………………………………….. 41
Tabel 3.1 Komposisi Kepemilikan Aset Perbankan…………………………………. 44
Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Perbankan …………………................................ 50
Alokasi Pemanfaatan Dana SILPA untuk Stimulus Fiskal di Maluku 67
Tabel 4.1
Utara Tahun 2009…………………………………………………………..
Tabel 5.1 Perkembangan Kegiatan Kas................................................................. 71
Tabel 5.2 Perkembangan Pemusnahan Uang Kertas............................................ 73
Tabel 5.3 Kegiatan Sosialisasi Keaslian Uang Rupiah.............................................
74
Tabel 5.4 PosisiUang Kartal Yang Diedarkan......................................................... 76
Tabel 5.5 Rata-rata Harian Transaksi Kliring......................................................... 76
Tabel 5.6 Rata-rata Penarikan Cek/BG Kosong..................................................... 77
Tabel 5.7 Penyelesaian Transaksi RTGS................................................................. 78
80
Tabel 6.1 Penduduk Maluku Utara menurut kegiatan..........................................
81
Tabel 6.2 Pertumbuhan Penduduk di Maluku Utara ………………....................

iv
83
Tabel 6.3 Komposisi Angkatan Kerja Menurut Kota...................... ………............
Tabel 6.4 Penduduk Usia Kerja Berdasarkan lapangan Kerja................................ 83
Tabel 6.5 Penduduk usia kerja menurut status pekerjaan utama.......................... 84
Tabel 6.6 Nilai Tukar Petani di Maluku Utara........................................................ 85
Tabel 6.7 Perkembangan UMP di Beberapa Daerah Sulampua............................ 86
Tabel 7.1 Indeks Ekspektasi Terhadap Harga dan Bunga...................................... 89

v
DAFTAR GRAFIK

Halaman
Grafik 1.1 Struktur SBT SKDU Triwulan I-2009..………………………………… 1
Grafik 1.2 PDRB Maluku Utara Sisi Permintaan.................................................. 3
Grafik 1.3 Nilai Konsumsi Maluku Utara............................................................. 4
Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Ekspor Maluku Utara ........................................ 6
Grafik 1.5 Nilai Ekspor – Impor Maluku Utara.................................................... 7
Grafik 1.6 Pertumbuhan PDRB Maluku Utara.................................................... 8
Grafik 1.7 Nilai PDRB Maluku Utara.................................................................. 9
Grafik 1.8 Perkembangan NTP Maluku Utara..................................................... 10
Grafik 1.9 Perkembangan Harga Hasil Perkebunan............................................ 11
Grafik 1.10 Produksi Sektor Pertanian Maluku Utara........................................... 12
Grafik 1.11 Presentase Ekspor Maluku Utara........................................................ 13
Grafik 1.12 Nilai Ekspor Nikel Maluku Utara......................................................... 13
Grafik 1.13 Perkembangan Harga Nikel Dunia..................................................... 14
Grafik 1.14 Negara Tujuan Ekspor Nikel Maluku Utara....................................... 14
Grafik 1.15 Hasil Pengelolaan Nikel Dunia........................................................... 15
Grafik 1.16 Produksi Sekstor Industri Pengolahan............................................... 17
Grafik 1.17 Perkembangan Kelistrikan daerah................................................... 17
Grafik 1.18 Produksi sektor pengangkutan dan komunikasi............................... 20
Grafik 1.19 Perkembangan Kegiatan Bank........................................................ 21
Grafik 1.20 Produksi sektor Jasa-jasa.................................................................. 22
Grafik 2.1 Perkembangan Harga di Maluku Utara ............................................. 31
Grafik 2.2 Perbandingan Inflasi Triwulanan....................................................... 32
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Maluku Utara .......…………………. 44
Grafik 3.2 Proporsi DPK Perbankan ..………......................................………..... 46
Grafik 3.3 Proporsi Pemberian Kredit Baru ………......................................…... 51
Grafik 3.4 Struktur Kredit Executing................................................................. 52
Grafik 3.5 Perkembangan LDR Bank Umum..................................................... 53
Grafik 3.6 Perbandingan NPL’s Perbankan Daerah.......................................... 54

vi
Grafik 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara .............………………… ............ 64
Grafik 5.1 Perbandingan Jumlah Kas Keliling dan Uang yang Masuk ke BI …….. 72
Grafik 5.2 Perbandingan Persentase Penemuan Uang Palsu…….……………….. 75

Grafik 5.3 Perkembangan Rasio Uang Palsu terhadap Uang Asli………………….. 75

Grafik 5.4 Rata-rata Harian Transaksi Kliring …………..…..……………………….. 76

Grafik 5.5 Perkembangan Kegiatan Kliring…………………………………………. 78

Grafik 6.1 Perbandingan Penduduk Bekerja dan Menganggur .……………….. 82

Grafik 7.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha................................................................ 87

vii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

INFLASI & PDRB

TAHUN 2008 TAHUN 2009


INDIKATOR
Tw. 4 Tw.1
MAKRO
Indeks Harga Konsumen (Kota Ternate) 115,88 117,33
Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 11,25 7,64
PDRB - harga konstan (miliar Rp)
- Pertanian 240,33 243,58
- Pertambangan & Penggalian 29,40 27,00
- Industri Pengolahan 83,35 83,72
- Listrik, Gas & Air Bersih 3,27 3,23
- Bangunan 12,44 12,07
- Perdagangan, Hotel & Restoran 168,00 171,99
- Pengangkutan & Komunikasi 54,53 55,01
- Keuangan, Persewaaan & Jasa 23,92 24,19
- Jasa 51,38 51,09
Pertumbuhan PDRB (yoy %) -2,55 0,79
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 47,50 18,24
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 971,48 458,87
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) - -
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) - -

viii
PERBANKAN

TAHUN 2008 TAHUN 2009


INDIKATOR
Tw. 4 Tw.1
PERBANKAN
Bank Umum:
Total Aset (Rp triliun) 3,04281 3,014404
DPK (Rp triliun) 2,800 2,828
- Giro 0,804 1,008
- Tabungan 1,469 1,254
- Deposito 0,527 0,566
Kredit (Rp triliun) 1,270 1,384
- Modal Kerja 0,425 0,469
- Investasi 0,109 0,109
- Konsumsi 0,736 0,806
LDR 45,35% 48,94%
Kredit UMKM (Rp juta)
Kredit Mikro (Rp juta) 606,712 623,267
- Modal Kerja 46,308 49,347
- Investasi 7,903 9,127
- Konsumsi 552,501 564,793
Kredit Kecil (Rp juta) 301,509 364,648
- Modal Kerja 121,484 130,857
- Investasi 28,186 28,145
- Konsumsi 151,839 205,646
Kredit Menengah (Rp juta) 327,212 343,813
- Modal Kerja 222,651 236,522
- Investasi 73,13 71,513
- Konsumsi 31,431 35,778
Total Kredit MKM (Rp juta) 1235,433 1331,728
NPL MKM (%) 3,75 3,77
Keterangan:
Klredit Mikro (< Rp50 juta)
Klredit Kecil (Rp50 juta < X ≤ Rp500 juta)
Klredit Mikro (Rp500 juta < X ≤ Rp5 miliar)

ix
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif

GAMBARAN UMUM
Perekonomian Provinsi Kelesuan perekonomian yang sempat terjadi di
Maluku Utara pada triwulan wilayah Maluku Utara pada triwulan IV-2008 berangsur-
I-2009 mengalami
pertumbuhan sebesar 0,79% angsur mulai pulih. Kinerja perekonomian Maluku Utara pada
(q-t-q) dan 4,98% (y-o-y)... triwulan I-2009 menunjukkan pertumbuhan positif. Hal ini
tergambar dari angka pertumbuhan PDRB atas dasar harga
konstan tahun 2000 secara tahunan sebesar 4,98% (y-o-y).
Tingkat inflasi di Ternate pada Triwulan I-2009
Tingkat inflasi tahunan di
Ternate mengalami mengalami peningkatan dibandingkan dengan Triwulan IV-
penurunan... 2008, namun menurun apabila dibandingkan terhadap
periode yang sama tahun 2008.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO


Kinerja perekonomian Maluku Utara pada triwulan I-
2009 menunjukkan pertumbuhan positif. Hal ini tergambar
dari angka pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan
tahun 2000 secara tahunan sebesar 4,98% (y-o-y) yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu
3,78% (y-o-y). Secara triwulanan, kinerja perekonomian pada
triwulan I-2009 lebih tinggi dari triwulan IV-2008 dengan
pertumbuhan sebesar 0,79% (q-t-q), setelah pada triwulan
IV-2008 perekonomian Maluku Utara mengalami
perlambatan laju perekonomian yang mencapai minus 2,55%
(q-t-q).
Di sisi permintaan, Dari sisi permintaan, pada triwulan I-2009
pertumbuhan tahunan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Maluku Utara
didorong tingginya
diperkirakan sebesar 4,98% (y-o-y) secara dominan ditopang
konsumsi...
oleh peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat dan

Ringkasan Eksekutif x
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

pengeluaran pemerintah. Kegiatan ekspor dari daerah


Maluku Utara mengalami penurunan seiring dengan
penurunan permintaan akibat krisis ekonomi yang melanda
perekonomian dunia sejak awal triwulan IV-2008.
Beberapa faktor yang mendorong peningkatan
konsumsi ini diantaranya peningkatan daya beli masyarakat
terutama yang berprofesi sebagai petani dan pegawai/buruh.
Hal ini tergambar dari peningkatan NTP petani di daerah disisi
lain UMP Maluku Utara pada tahun 2009 mengalami
kenaikan sebesar 10%, berdasarkan SK Gubernur No.
136/KPTS/MU/2008 tanggal 23 Desember 2008 yang mulai
berlaku tanggal 1 Januari 2009 yaitu dari Rp700.000/bulan
menjadi Rp770.000/bulan. Selain itu kenaikan gaji PNS
sebesar 15% serta program PNPM diyakini sebagai faktor
penggerak konsumsi pada periode ini.
Pada triwulan I-2009 investasi tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 37,68% (y-o-y), sedangkan pada
triwulan IV-2008 investasi mengalami pertumbuhan sebesar
40,95% (y-o-y). Masih tingginya investasi disebabkan karena
pelaksanaan proyek-proyek pembangunan infrastruktur oleh
Pemerintah daerah khususnya di luar Kota Ternate, misalnya
pembangunan Kantor Gubernur di Sofifi, Kator Bupati
Halmahera Timur dan Halmahera Tengah. Dengan
pelaksanaan pemekaran daerah di wilayah Maluku Utara
seperti kabupaten Pulau Morotai, Kecamatan Hiri dan
beberapa desa di Pulau Hiri maka peningkatan kegiatan
investasi oleh pemerintah diperkirakan masih akan terus
berlanjut pada tripulan selanjutnya.
Disisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi di
Di sisi penawaran, sebagian
besar sektor ekonomi daerah pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan
mengalami pertumbuhan ... kecuali sektor pertambangan dan penggalian serta sektor
industri pengolahan yang mengalami kontraksi. Sektor yang
memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ini

Ringkasan Eksekutif xi
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

adalah sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan


restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sub sektor tanaman bahan makanan pada triwulan ini
mengalami pertumbuhan tertinggi dengan nilai sebesar
20,00% (y-o-y) dimana pertumbuhannya pada triwulan IV-
2008 adalah 16,23% (y-o-y). Peningkatan kinerja sub sektor
ini dipengaruhi oleh penambahan jumlah transmigran dan
pembukaan lahan guna menampung transmigran baru yang
notabene merupakan daerah embrio sentra penghasil
tanaman bahan makanan di Maluku Utara. Periode Januari –
April merupakan permulaan masa panen di beberapa sentra
transmigrasi seperti daerah Halmahera Timur, Halmahera
Utara dan Halmahera Tengah
Sektor perdagangan, hotel dan industri pada triwulan
I-2009 ini mengalami pertumbuhan sebesar 7,57% (y-o-y),
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dengan
pertumbuhan hanya sebesar 3,89% (y-o-y). Semua sub-
sektor mengalami pertumbuhan pada triwulan ini. Pada sub-
sektor perdagangan, ekspansi dipicu dari dua sisi, yaitu
naiknya permintaan yang juga disertai naiknya harga barang
yang diperdagangkan.

INFLASI REGIONAL
Secara triwulanan, Inflasi tertinggi pada triwulan ini

Pada triwulan I-2009 inflasi terjadi pada kelompok bahan makanan (3,73%). Sub
tertinggi dialami oleh kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada kelompok ini
kelompok bahan makanan ...
adalah ikan segar dan bumbu-bumbuan yang inflasinya
mencapai 11,41% dan 8,33%. Hal ini terutama disebabkan
oleh kenaikan harga pada sub kelompok ikan segar dan
bumbu-bumbuan. Harga ikan segar yang mengalami
kenaikan yaitu cakalang, lolosi, kembung, malalugis, tude
dan ekor kuning. Sedangkan untuk bumbu-bumbuan,
komoditas yang mengalami kenaikan harga adalah bawang
merah, bawang putih dan cabe rawit.

Ringkasan Eksekutif xii


Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Penurunan tingkat harga (deflasi) terjadi pada


Kelompok transport,
kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan dengan
komunikasi dan jasa
keuangan secara triwulanan nilai mencapai 4,00%. Hal ini terutama disebabkan karena
mengalami deflasi ... perlambatan pada sub kelompok transpor yang mencapai
minus 6,71%. Perluasan jaringan komunikasi serta perang
tarif yang masih terus berlanjut antar operator telekomunikasi
diperkirakan menjadi pemicu utama penurunan harga
tersebut.
Jika dilihat secara tahunan inflasi tertinggi terjadi
pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (14,50%)

Inflasi tahunan tertinggi disusul kelompok bahan makanan (12,59%). Satu-satunya


dialami oleh kelompok kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok transpor,
pendidikan, rekreasi dan komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,35%. Pendidikan
olah raga...
merupakan sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi
yaitu sebesar 24,02% diikuti sub kelompok ikan segar yang
inflasinya mencapai mencapai 26,93%.

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH


Pada Triwulan I-2009, kegiatan intermediasi
perbankan di daerah Maluku Utara terus menunjukkan
Kegiatan intermediasi
perbankan mengalami peningkatan. Peningkatan penyaluran kredit melebihi
peningkatan ... peningkatan penghimpunan dana dari masyarakat tercermin
dari peningkatan LDR perbankan pada triwulan laporan.
Pada triwulan I-2009, terjadi penambahan kantor
bank umum yang beroperasi di Maluku Utara. Data yang
dimiliki oleh Bank Indonesia Ternate menunjukkan bahwa
sampai dengan Bulan Maret 2009 terdapat 10 (sembilan)
bank umum (konvensional dan syariah) dan 1 (satu) bank BPR
yang beroperasi. Dari seluruh Bank yang ada di Maluku
Utara, pelayanan kepada nasabah dilakukan oleh perbankan
melalui 38 kantor bank umum termasuk BRI Unit dan 1 BPR,
serta beberapa ATM dan payment point yang masih terpusat
kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten
Halmahera Utara.

Ringkasan Eksekutif xiii


Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

KEUANGAN DAERAH
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Maluku Utara
Deficit anggaran tahun 2009
Nomor 1 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
diperkirakan mencapai
Rp34,5 miliar ... Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 tanggal 21 Januari
2009 diketahui bahwa untuk tahun anggaran 2009
pendapatan daerah Provinsi Maluku Utara ditargetkan
sebesar 721,41 miliar rupiah sedangkan belanja daerah
dianggarkan sebesar 755,91 miliar rupiah. Dengan demikian
anggaran pembangunan daerah pada tahun 2009
mengalami defisit sebesar 34,5 miliar rupiah.
Pada tahun 2009, pemerintah pusat melalui anggaran
kementrian Negara/lembaga mengalokasikan stimulus fiskal
guna mendukung ekspansi sektor rii sebesar Rp12,2 triliun.
Provinsi Maluku Utara sendiri mendapatkan kucuran dana
sebesar Rp224,2 juta. Rencananya, sejumlah dana tersebut
akan disalurkan melalui kegiatan/proyek pembangunan
departemen pekerjaan umum dan departemen perhubungan.

SISTEM PEMBAYARAN
Pada triwulan I-2009, total aliran uang kartal keluar
Aliran uang kartal di Bank dan masuk ke Bank Indonesia tercatat sebesar Rp207,63
Indonesia Ternate mengalami
miliar atau mengalami penurunan sebesar minus 46,27% (q-
penurunan ...
t-q). kondisi tersebut sejalan dengan siklus tahunan yang
menunjukkan bahwa pada awal tahun uang kartal yang
keluar dan masuk di Bank Indonesia Ternate mengalami
penurunan seiring dengan berakhirnya berbagai event
menyambut pergantian tahun serta event keagamanan yang
berlangsung pada triwulan sebelumnya.
Pada triwulan I-2009 rata-rata penyelesaian transaksi
Rata-rata transaksi kliring harian melalui kliring mengalami penurunan. Rata-rata harian
mengalami penurunan ...
nilai nominal transaksi kliring pada triwulan I-2009 sebesar
2,334 miliar rupiah atau mengalami penurunan sebesar

Ringkasan Eksekutif xiv


Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

23,86%, dimana nilai nominal transaksi pada triwulan


sebelumnya adalah 3,056 miliar. Jika dilihat rata-rata harian
jumlah warkat sebenarnya tidak terdapat perubahan dimana
jumlah rata-rata harian warkat pada triwulan IV-2008
maupun pada triwulan I-2009 sebanyak 48.
Penyelesaian transaksi ekonomi melalui sarana RTGS
Penyelesaian transaksi melalui
di wilayah Kota Ternate pada triwulan I-2009 mengalami
system RTGS mengalami
penurunan ... penurunan. Pada triwulan I-2009 transaksi RTGS dari wilayah
Maluku Utara (outflow) tercatat sebesar Rp1,17 triliun
sedangkan transaksi dari luar wilayah Maluku Utara (to)
tercatat sebesar Rp992,88 miliar. Searah dengan nilai
transaksi RTGS, keseluruhan volume transaksi pada triwulan
laporan tercatat sebesar 3.805 kali transaksi, mengalami
penurunan sebesar minus 40,77% dibandingkan dengan
periode sebelumnya.

TENAGA KERJA
Secara tahunan, pada posisi Agustus 2008 terjadi
Jumlah orang yang bekerja peningkatan jumlah orang yang bekerja sebesar 5,98% (y-o-
mengalami peningkatan ...
y) dari kondisi Bulan Agustus 2007 dimana jumlah penduduk
yang bekerja tercatat sejumlah 372,34 ribu jiwa dengan
tingkat pengangguran terbuka sebesar 6,48%. Meskipun
garis kemiskinan mengalami peningkatan, jumlah penduduk
miskin pada periode Maret 2008 tercatat sebesar 105 ribu
jiwa atau mengalami penurunan sebesar 4,46 % (y-o-y).
Selaras dengan kegiatan ekonomi masyarakat yang
terkonsentrasi di Kota Ternate, persebaran angkatan kerja,
penduduk yang menganggur maupun penduduk yang
bekerja juga terkonsentrasi di kota yang sama. Sebagian
besar penduduk usia kerja menggantungkan pekerjaan pada
sektor pertanian. Data dari BPS menunjukkan bahwa pada
periode Agustus 2008, sebanyak 59,21% penduduk usia
kerja bekerja di sektor pertanian

Ringkasan Eksekutif xv
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Pada tahun 2009, Pemerintah Provinsi Maluku Utara


berencana meningkatkan upah minimum provinsi sebesar
10% bila dibandingkan dengan tingkat upah pada tahun
2008. Pada tahun 2009 Pemerintah Daerah mengusulkan
tingkat upah minimum provinsi sebesar Rp770 ribu/bulan.

PROSPEK EKONOMI REGIONAL


Pada triwulan II-2009 perekonomian daerah Maluku
Utara diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar
5,75± 1% (y-o-y). Sektor pertanian diperkirakan masih akan
Perekonomian daerah masih mengalami pertumbuhan menyusul dilakukannya panen hasil
akan mengalami
pertumbuhan pada triwulan pertanian dan perkebunan. Masih tingginya permintaan juga
II-2009 ... diperkirakan akan terus mendorong pertumbuhan sub-sektor
perdagangan, pada triwulan mendatang. Sub-sektor hotel
dan restoran juga optimis mengingat semakin membaiknya
infrastruktur serta pengelolaan pariwisata seperti dibukanya
penerbangan baru dan semakin kondusifnya kemanan
setelah pemilu. Dari sisi pengeluaran, kegiatan konsumsi
diperkirakan masih akan menjadi motor penggerak utama
pertumbuhan ekonomi daerah.
Infalsi pada triwulan II-2009 diperkirakan akan berada

Inflasi pada triwulan I-2009 pada level 1,3 +1% (q-t-q) dan 14,1 +1% (y-o-y). Meskipun
juga mengalami kenaikan ... kondisi politik di Maluku Utara pasca pelaksanaan pemilu
legislatif relatif aman, pertumbuhan ekonomi yang terjadi
menjadi pemicu tersendiri bagi peningkatan inflasi di daerah.
Kelompok bahan makanan dan makanan jadi diperkirakan
masih memegang peranan besar terhadap pembentukan
tingkat harga pada triwulan mendatang. Trend penurunan
suku bunga SBI yang sampai saat ini menjadi salah satu
acuan perbankan dalam menerapkan kebijakan suku bunga
diperkirakan masih akan berlanjut. Dengan demikian kredit
perbankan diharapkan akan semakin terasa lebih murah
dengan penurunan bunga pengembalian.

Ringkasan Eksekutif xvi


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Bab Perkembangan
I Ekonomi Makro

1.1 Gambaran Umum


Kelesuan perekonomian yang sempat terjadi di wilayah Maluku Utara pada
triwulan IV-2008 berangsur-angsur mulai pulih. Kinerja perekonomian Maluku
Utara pada triwulan I-2009 menunjukkan pertumbuhan positif. Hal ini tergambar
dari angka pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 secara
tahunan sebesar 4,98% (y-o-y) yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya yaitu 3,78% (y-o-y). Secara triwulanan, kinerja perekonomian pada
triwulan I-2009 lebih tinggi dari triwulan IV-2008 dengan pertumbuhan sebesar
0,79% (q-t-q), setelah pada triwulan IV-2008 perekonomian Maluku Utara
mengalami perlambatan laju perekonomian yang mencapai minus 2,55% (q-t-q).
Perkembangan kondisi tersebut sejalan dengan hasil survei kegiatan dunia usaha
(SKDU) di Provinsi Maluku Utara menunjukkan kegiatan usaha pada triwulan I-2009
mengalami ekspansi sebagaimana tercermin pada Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
sebesar 22,33%.

Grafik 1.1
Struktur SBT SKDU triwulan I-2009

22.33 SBT Total

-1.89 Pertanian
0.00 Pertambangan & Penggalian

5.33 Industri Pengolahan

0.04 Listrik, Gas & Air Bersih


1.52 Bangunan
13.36 Perdagangan, Hotel & Restoran
2.66 Pengangkutan & Komunikasi
0.00 Keuangan, Persewaan & Jasa Perush.

1.31 Jasa-jasa

Perkembangan Ekonomi Makro 1


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Dari sisi permintaan, secara tahunan net ekspor di Maluku Utara mengalami
perlambatan yang cukup besar namun perekonomian daerah masih dapat
mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan konsumsi masyarakat
dan goverment spending. Net ekspor pada triwulan I-2009 mengalami
perlambatan hingga mencapai minus 64,39% (y-o-y). Adapun konsumsi tumbuh
sebesar 8,40% (y-o-y) dan pengeluaran pemerintah tumbuh 21,97% (y-o-y). Selain
itu investasi masih mengalami pertumbuhan tinggi yaitu sebesar 37,68% (y-o-y),
meskipun menurun dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan
sebelumnya.

Disisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi yang ada mengalami


pertumbuhan secara tahunan. Hanya sektor pertambangan dan penggalian serta
sektor industri pengolahan yang mengalami kontraksi pertumbuhan. Sektor
pertanian tumbuh 8,76% (y-o-y); sektor pertambangan dan penggalian mengalami
kontraksi terdalam dengan nilai sebesar minus 17,58% (y-o-y); sektor industri
pengolahan yang mengalami kontraksi sepanjang tahun 2008 pada triwulan I 2009
juga masih mengalami kontraksi sebesar minus 7,26% (y-o-y); sektor listrik, gas dan
air bersih mengalami pertumbuhan 2,37% (y-o-y); sektor bangunan merupakan
sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan ini dengan angka
pertumbuhan sebesar 19,67% (y-o-y); sektor PHR mengalami pertumbuhan sebesar
7,57% (y-o-y); sektor pengangkutan dan komunikasi masih tumbuh sebesar
11,99% (y-o-y); sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan juga masih
tumbuh sebesar 11,14% (y-o-y) , dan terakhir sektor jasa-jasa mengalami
pertumbuhan sebesar 4,28% (y-o-y).

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan


Setelah mengalami kontraksi ekonomi pada triwulan IV-2008, perekonomian daerah
Maluku Utara mulai menunjukkan perkembangan positif pada awal tahun 2009.
Pada triwulan I-2009 pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Maluku Utara
diperkirakan sebesar 4,98% (y-o-y) secara dominan ditopang oleh peningkatan
kegiatan konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Kegiatan ekspor dari
daerah Maluku Utara mengalami penurunan seiring dengan penurunan permintaan
akibat krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia sejak awal triwulan IV-
2008. Meskipun demikian, pemenuhan peningkatan konsumsi masyarakat masih

Perkembangan Ekonomi Makro 2


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

didominasi oleh barang-barang dari wilayah lain. Kondisi tersebut tergambar dari
peningkatan aktivitas impor oleh pelaku ekonomi di daerah. Konsumsi secara umum
mengalami pertumbuhan sebesar 8,40% (y-o-y), dimana sub komponen konsumsi
rumah tangga tumbuh sebesar 8,47% (y-o-y) sedangkan konsumsi swasta
mengalami pertumbuhan sebesar 2,49% (y-o-y). Pengeluaran pemerintah
mengalami pertumbuhan sebesar 21,97% (y-o-y), kemudian investasi mengalami
pertumbuhan sebesar 37,68% dan net ekspor (ekspor – impor) mengalami
kontraksi yang sangat signifikan yaitu sebesar minus 64,39%. Apabila
dikomparasikan secara parsial, ekspor mengalami kontraksi sebesar minus 23,40%
sedangkan impor tumbuh sebesar 4,26%.

Grafik 1.2
PDRB Maluku Utara Sisi Permintaan dan Kontribusinya (y-o-y)

A. Konsumsi
Tingkat konsumsi secara umum (rumah tangga dan swasta) di Maluku Utara pada
triwulan I-2009 tercatat sebesar Rp573,36 miliar atau mengalami pertumbuhan
sebesar 8,40% (y-o-y), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan
pada periode sebelumnya yang sebesar 3,61% (y-o-y). Apabila ditelusuri secara
lebih rinci, tingginya pertumbuhan konsumsi pada triwulan laporan didominasi oleh
pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang mencapai 8,47%, yang mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan IV-2008
yang tercatat sebesar 3,61% (y-o-y). Konsumsi swasta pada triwulan laporan

Perkembangan Ekonomi Makro 3


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan, dimana pertumbuhannya pada


triwulan IV-2008 mencapai 3,42% (y-o-y) sedangkan pada triwulan I-2009
konsumsi swasta hanya mengalami pertumbuhan sebesar 2,49% (y-o-y).

800,000

700,000
Konsumsi Rumah Tangga
600,000

500,000

400,000 Konsumsi Pemerintah

300,000

200,000

Konsumsi Sw asta
100,000

0
T w. I 2007 T w. II T w. III T w. IV T w. I 2008 Tw. II T w. III T w. IV T w. I
2007 2007 2007 2008 2008 2008 2009*

Grafik 1.3
Nilai Konsumsi Maluku Utara
Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)

Beberapa faktor yang mendorong peningkatan konsumsi ini diantaranya


peningkatan daya beli masyarakat terutama yang berprofesi sebagai petani dan
pegawai/buruh. Hal ini tergambar dari peningkatan NTP petani di daerah disisi lain
UMP Maluku Utara pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 10%,
berdasarkan SK Gubernur No. 136/KPTS/MU/2008 tanggal 23 Desember 2008 yang
mulai berlaku tanggal 1 Januari 2009 yaitu dari Rp700.000/bulan menjadi
Rp770.000/bulan. Selain itu kenaikan gaji PNS sebesar 15% serta program PNPM
diyakini sebagai faktor penggerak konsumsi pada periode ini.

B. Investasi
Pertumbuhan investasi di Maluku Utara pada triwulan I-2009 tergolong cukup tinggi
meskipun mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan
I-2009 investasi tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 37,68% (y-o-y),
sedangkan pada triwulan IV-2008 investasi mengalami pertumbuhan sebesar
40,95% (y-o-y). Masih tingginya investasi disebabkan karena pelaksanaan proyek-
proyek pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah daerah khususnya di luar Kota

Perkembangan Ekonomi Makro 4


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ternate, misalnya pembangunan Kantor Gubernur di Sofifi, Kator Bupati Halmahera


Timur dan Halmahera Tengah.
Dengan pelaksanaan pemekaran daerah di wilayah Maluku Utara seperti kabupaten
Pulau Morotai, Kecamatan Hiri dan beberapa desa di Pulau Hiri maka peningkatan
kegiatan investasi oleh pemerintah diperkirakan masih akan terus berlanjut pada
tripulan selanjutnya. Berbeda dengan kegiatan investasi pemerintah, laboran
kegiatan investasi oleh swasta di wilayah Maluku Utara tahun 2009 sampai akhir
tripulan laporan masih nihil. Hal ini diakui oleh instansi terkait dengan kondisi
geografis Maluku Utara yang berupa kepulauan kecil dengan dukungan sarana
transportasi yang masih minim sedangkan sebagian besar kegiatan investasi swasta
berada di luar pulau Ternate. Disamping itu tingkat kesadaran/kedisiplinan pihak
investor/pengelola usaha untuk melaporkan perkembangan usahanya juga masih
rendah. Penutupan kegiatan usaha beberapa investasi swasta pada tahun 2008
diperkirakan akan berpengaruh pada melambatnya perkembangan investasi swasta
di daerah.

C. Pengeluaran Pemerintah
Konsumsi pemerintah tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 21,97% (y-o-y),
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode triwulan IV-2008 yang sebesar
15,22% (y-o-y). Faktor pendorong kenaikan konsumsi pemerintah pada periode ini
disebabkan karena pembayaran gaji PNS yang mengalami peningkatan, penerimaan
CPNS dan pengangkatan tenaga honorer menjadi PNS di beberapa daerah, serta
pembangunan infrastruktur di Sofifi untuk kantor gubernur baru.
Kegiatan goverment spending pada triwulan berikutnya diperkirakan akan
mengalami peningkatan yang lebih besar. Salah satu indikasinya adalah pada
triwulan laporan beberapa proyek pemerintah baru memasuki tahap pelelangan
pekerjaan, sehingga pada triwulan berikutnya diperkirakan sudah memasuki
tahapan pengerjaan/realisasi. Beberapa proyek yang tengah dalam tahap pelelangan
tersebut antara lain: proyek tata lingkunga/perpipaan air bersih/limah di daerah
Kepulauan Sula, Halmahera Barat, Halmahera Selatan, Tidore Kepulauan dan
Halmahera Utara; serta Pembangunan tahap III Jalan Kota Baru – Bastiong di
Kotamadya Ternate.

Perkembangan Ekonomi Makro 5


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

D. Kegiatan Ekspor-Impor
Pada triwulan I-2009 net ekspor Maluku Utara (ekspor - impor) mengalami
penurunan yang cukup besar bila dibandingkan dengan kondisi pada triwulan IV-
2008. Pada triwulan ini net ekspor tercatat mengalami kontraksi sebesar minus
64,39% (y-o-y). Meskipun kinerja net ekspor Maluku Utara memang cenderung
fluktuatif, namun trend penurunan ini sebenarnya telah dimulai sejak triwulan II-
2007, sedikit mengalami perbaikan pada triwulan II-2008, namun mengalami
penurunan kembali pada periode-periode berikutnya.

Grafik 1.4
Perkembangan Nilai Ekspor Maluku Utara

Semakin menurunnya net ekspor ini disebabkan karena selama beberapa periode
terakhir, ekspor semakin menurun namun impor semakin meningkat. Selain itu
diduga bahwa terjadinya krisis global telah menurunkan permintaan Jepang akan
nickel, yang merupakan salah satu komoditas ekspor utama Maluku Utara. Nickel
sebagai salah satu bahan logam penting dalam industri otomotif, selama beberapa
triwulan terakhir ini memang lebih banyak diekspor ke Jepang. Apabila diperhatikan
kinerja perekonomian Jepang, sejak triwulan III-2008 memang terlihat perlambatan,
dan hal ini diduga ikut mempengaruhi perlambatan ekspor selama beberapa
triwulan terakhir.

Perkembangan Ekonomi Makro 6


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Kinerja ekspor Maluku Utara pada triwulan I-2009 merupakan yang terendah
dibandingkan dengan beberapa periode terakhir dengan kontraksi mencapai minus
23,40% (y-o-y), jauh dalam dibandingkan periode sebelumnya yang mengalami
kontraksi sebesar minus 2,26%. Penurunan kinerja ini terutama disebabkan oleh
kontraksi pada sisi ekspor luar negeri, yang mencapai minus 27,51%, atau masih
melanjutkan trend penurunan pada triwulan IV-2008 yang kontraksinya sebesar
minus 0,17% (y-o-y). Seperti halnya pada ekspor luar negeri, ekspor antar pulau
juga menunjukan penurunan, dimana pada triwulan I-2009 terjadi kontraksi
sebesar minus 8,03% sedangkan pada triwulan IV-2008 kontraksinya tercatat
sebesar minus 9,99%.

250.000

Ekspor Luar Negeri


200.000

150.000 Impor Antar Pulau

100.000
Ekspor Antar Pulau

50.000
Impor Luar Negeri

0
Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I
2007 2007 2007 2007 2008 2008 2008 2008 2009*

Grafik 1.5
Nilai Ekspor-Impor Maluku Utara
Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)

Berbeda dengan ekspor, kegiatan impor masih terus mengalami pertumbuhan,


dimana pada triwulan IV-2008 pertumbuhan yang terjadi sebesar 0,97% (y-o-y)
sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya mencapai 4,26% (y-o-y).
Meskipun secara umum impor tumbuh, namun impor luar negeri mengalami
kontraksi yang cukup besar hingga mencapai minus 63,61% (y-o-y), tetapi
penurunan tersebut tercover oleh kegiatan impor antar pulau yang terus mengalami
peningkatan dimana pada triwulan IV-2008 impor antar pulau mengalami
pertumbuhan sebesar 8,40% (y-o-y) kemudian pada triwulan I-2009
pertumbuhannya mencapai 11,83% (y-o-y).

Perkembangan Ekonomi Makro 7


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Hal ini sebenarnya tidak mengherankan mengingat tingginya ketergantungan


Maluku Utara terhadap provinsi lain. Sebagian besar kegiatan impor antar pulau
dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan pokok seperti beras, telur, daging ayam,
daging sapi, sayur, dan buah-buahan yang umumnya dipasok dari Surabaya dan
Manado. Dengan kondisi daerah yang memiliki jumlah industri yang sedikit dan
kapasitasnya yang relatif kecil, Maluku Utara merupakan daerah dengan tingkat
konsumsi yang lebih besar bila dibandingkan dengan tingkat produksi
perekonomian lokal. Oleh karena itu, peningkatan konsumsi masyarakat memiliki
hubungan yang relatif kuat terhadap perkembangan impor di daerah.

1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran


Disisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi di daerah pada triwulan laporan
mengalami pertumbuhan kecuali sektor pertambangan dan penggalian serta sektor
industri pengolahan yang mengalami kontraksi. Sektor yang memberikan kontribusi
signifikan terhadap pertumbuhan ini adalah sektor pertanian, sektor perdagangan,
hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Jika dilihat dari
persentase pertumbuhannnya, sebenarnya sektor yang mengalami pertumbuhan
tertinggi pada triwulan ini adalah sektor bangunan yang tumbuh sebesar 19,67%
(y-o-y). Namun pertumbuhan sektor bangunan belum bisa men-drive kinerja
perekonomian Maluku Utara sebesar pertumbuhan yang terjadi pada sektor
tersebut mengingat bobotnya terhadap peekonomian daerah yang tidak sebesar
sektor pertanian.

Grafik 1.6

Perkembangan Ekonomi Makro 8


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Sementara sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan mengalami


kontraksi sebesar minus 17,58% (y-o-y), lebih besar kontraksinya dibandingkan
yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang sebesar minus 5,48% (y-o-y).

700,000 Pertanian

600,000 Perdagangan, Hotel & Restoran


Industri Pengolahan
500,000

Jasa-jasa
400,000
Pengangkutan & Komunikasi
300,000
Pertambangan & Penggalian
200,000
Keuangan, Persew aan & Jasa Prush
100,000 Bangunan

0 Listrik, Gas & Air Bersih


T w. I T w. II Tw. III T w. IV T w. I Tw. II T w. III Tw. IV T w. I
2007 2007 2007 2007 2008 2008 2008 2008 2009*

Grafik 1.7
Nilai PDRB Maluku Utara
Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)

A. Pertanian
Pada triwulan I-2009 ini sektor pertanian secara umum masih menunjukkan
peningkatan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya dengan mencatat
pertumbuhan sebesar 8,76% (y-o-y), sedangkan pada triwulan IV-2008 sektor ini
hanya mengalami pertumbuhan sebesar 7,98% (y-o-y). Apabila dilihat lebih
terperinci, terdapat dua sub sektor yang pertumbuhannya melampaui triwulan
sebelumnya, sedangkan tiga sub sektor lainnya mengalami perlambatan meskipun
masih menunjukan pertumbuhan positif. Pertumbuhan sektor pertanian tergambar
pula pada Nilai Tukar Petani pada periode laporan yang mengalami peningkatan
dan dengan nilai yang melebihi 100 (Indeks yang diterima petani lebih besar dari
indeks yang harus dibayar oleh petani).

Perkembangan Ekonomi Makro 9


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Grafik 1.8
Perkembangan NTP di Maluku Utara

102
100
98
96
94
92
90
88 Apr

Oct
Feb

Jul

Feb
May
Jan

Jun

Jan
Aug
Sep

Nov
Dec
Mar

2008 2009

Sub sektor tanaman bahan makanan pada triwulan ini mengalami pertumbuhan
tertinggi dengan nilai sebesar 20,00% (y-o-y) dimana pertumbuhannya pada
triwulan IV-2008 adalah 16,23% (y-o-y). Peningkatan kinerja sub sektor ini
dipengaruhi oleh penambahan jumlah transmigran dan pembukaan lahan guna
menampung transmigran baru yang notabene merupakan daerah embrio sentra
penghasil tanaman bahan makanan di Maluku Utara. Periode Januari – April
merupakan permulaan masa panen di beberapa sentra transmigrasi seperti daerah
Halmahera Timur, Halmahera Utara dan Halmahera Tengah. Meskipun demikuan
pemerintah daerah perlu mewaspadai dan memperhatikan perkembangan yang
terjadi di daerah transmigrasi tersebut, baik dari segi perekonomian, fasilitas
pendidikan serta fasilitas umum lainnya maupun akses ke wilayah lain. Pada awal
tahun 2009, beberapa Kepala Keluarga transmigran memilih untuk mencari
penghidupan di kota Ternate dan sekitarnya dengan alasan di wilayah transmigrasi
mereka tidak memperoleh sarana umum dengan baik, seperti pendidikan anak-
anak, fasilitas kesehatan, sanitasi dan akses untuk menjual hasil pertanian yang
kurang menguntungkan. Bila hal ini dibiarkan terus berlanjut, daerah transmigran
yang dipersiapkan sebagai sentra produksi pertanian akan mengalami penurunan
atau bahkan tidak bisa terwujud sama sekali.

Perkembangan Ekonomi Makro 10


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Peningkatan pertumbuhan juga terjadi pada sub sektor perikanan dengan angka
pertumbuhan sebesar 6,77% (y-o-y) dimana pertumbuhannya pada triwulan IV-
2008 adalah 4,35% (y-o-y). Seringnya pelaksanaan operasi di perairan sekitar
Maluku Utara oleh Polairud serta tindakan tegas terhadap kapal – kapal yang
melakukan penangkapan ikan secara ilegal diperkirakan menjadi salah satu
pendorong meningkatnya kinerja sub sektor perikanan. Hal ini sesuai dengan
karakteristik perikanan di daerah Maluku Utara yang didominasi oleh perikanan
tangkap dibandingkan dengan perikanan budidaya. Adapun komoditas utama yang
mendorong peningkatan kinerja sub sektor ini diperkirakan berupa ikan cakalang
dan tuna.

Grafik 1.9
Perkembangan harga hasil perkebunan

80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2008 2009
Pala Fuli Cengkih Coklat Kopra

Sumber: Disperindag Provinsi

Sub sektor tanaman perkebunan sedikit mengalami perlambatan dibandingkan


triwulan sebelumnya dengan mencatat pertumbuhan sebesar 5,38% (y-o-y) dimana
pertumbuhan yang terjadi pada triwulan IV-2008 adalah 5,65% (y-o-y). Sub sektor
peternakan dan hasil-hasilnya serta sub sektor kehutanan mengalami perlambatan
yang cukup besar bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sub sektor
peternakan dan hasil-hasilnya mengalami pertumbuhan sebesar 0,59% (y-o-y) lebih
rendah apabila dibandingkan dengan triwulan IV-2008 yang pertumbuhannya
mencapai 2,76% (y-o-y). Adapun sub sektor kehutanan memiliki pertumbuhan
sebesar 0,31% (y-o-y) sedangkan pertumbuhannya pada triwulan IV-2008 adalah
4,07% (y-o-y). Penurunan sub sektor tanaman perkebunan terjadi karena pada
triwulan I-2009 memang bukan merupakan musim panen.

Perkembangan Ekonomi Makro 11


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

300,000

Tanaman Perkebunan
250,000

Tanaman Bahan Makanan


200,000

150,000 Perikanan

100,000
Kehutanan

50,000

Peternakan dan Hasil-hasilnya


0
T w. I Tw. II T w. III T w. IV T w. I Tw. II T w. III T w. IV T w. I
2007 2007 2007 2007 2008 2008 2008 2008 2009*

Grafik 1.10
Produksi Sektor Pertanian Maluku Utara
Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)

B. Pertambangan & Penggalian


Sektor yang mengalami penurunan terbesar pada triwulan I 2009 ini adalah sektor
pertambangan dan penggalian dengan kontraksi sebesar minus 17,58% (y-o-y). Ini
merupakan penurunan terdalam di sektor pertambangan dan penggalian yang
pernah dialami Maluku Utara sejak tahun 2001. Trend penurunan kinerja pada
sektor ini sudah mulai terjadi triwulan IV 2008 dengan kontraksi sebesar minus
5,48% (y-o-y).

Sektor pertambangan dan penggalian di Maluku Utara didominasi oleh sub-sektor


pertambangan non-migas khususnya pertambangan nikel. Hal ini juga tercermin
dari nilai ekspor Maluku Utara yang juga didominasi komoditas nikel. Sementara sub
sektor penggalian masih didominasi oleh penggalian tipe C dengan produk utama
pasir dan batu serta dikelola secara sederhana (penggalian rakyat) dengan
pemasaran hasil galian yang masih terbatas di daerah sekitar lokasi penggalian.

Perkembangan Ekonomi Makro 12


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

9% 1%

Nikel

Hasil Hutan

Lainnya

90%

Grafik 1.11
Persentase Ekspor Maluku Utara (2003-2009)
Sumber: Datawarehouse DSM (diolah)

Nilai ekspor nikel Maluku Utara dalam setahun terakhir telah mengalami penurunan
seperti terlihat pada grafik berikut:

90,000,000

80,000,000

70,000,000

60,000,000

50,000,000

40,000,000

30,000,000

20,000,000

10,000,000

0
Mrt'08 Apr'08 Mei'08 Jun'08 Jul'08 Agst'08 Sep'08 Okt'08 Nov'08 Des'08 Jan'09 Feb'09

Grafik 1.12
Nilai Ekspor Nikel Maluku Utara 1 Tahun Terakhir
Sumber: Datawarehouse DSM

Penurunan pada triwulan I sampai triwulan III 2008 lebih dipicu oleh turunnya harga
komoditas nikel dunia seperti tergambar pada grafik berikut:

Perkembangan Ekonomi Makro 13


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Grafik 1.13
Perkembangan Harga Nikel Dunia 1 Tahun Terakhir
Sumber: London Metal Exchange

Sedangkan rendahnya ekspor nikel pada triwulan IV 2008 dan triwulan I 2009 lebih
disebabkan oleh rendahnya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor nikel
Maluku Utara seperti Jepang dan RRC.

6%
6%

Jepang
12%
RRC

49% Ukraina

Yunani

Lainnya

27%

Grafik 1.14
Negara Tujuan Ekspor Nikel Maluku Utara (2003-2009)
Sumber: Datawarehouse DSM (diolah)

Perkembangan Ekonomi Makro 14


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Di negara tujuannya, output utama dari pengolahan nikel (stainless steel) paling
banyak digunakan pada industri otomotif.

5%
8%

Stainle ss Ste el

Other Alloys
22%
Electroplating

65% Chem icals

Grafik 1.15
Hasil Pengolahan Nikel Dunia
Sumber: Standard CIB Global Research

Sampai triwulan pertama 2009, pasar otomotif dunia terus memburuk akibat
turunnya permintaan seiring dengan adanya kirisis ekonomi global. Asosiasi
Produsen Mobil Jepang melaporkan penjualan kendaraan di pasar domestik selama
Maret mengalami penurunan hingga 32%. Selain itu akibat merosotnya permintaan
dari Amerika Serikat dan Eropa, produksi otomotif Jepang anjlok hingga 56% pada
bulan Februari lalu dibandingkan bulan sama pada 2008. Penurunan ini merupakan
yang terburuk sejak tahun 1967. Dua belas pabrikan mobil Jepang hanya
memproduksi 481.396 unit pada Februari lalu sehingga mendorong Nissan, Mazda,
dan Mitsubishi memangkas produksi minimal 60%.

C. Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan yang mengalami trend penurunan sepanjang tahun
2008 masih berlanjut pada triwulan I 2009 dengan penurunan sebesar minus
7,26% (y-o-y). Namun penurunan ini masih lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang turun sebesar minus 10,77% (y-o-y). Perlambatan ini masih
didominasi oleh turunnya sub-sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya yang
turun sebesar minus 11,44% (y-o-y). Sedangkan sub-sektor makanan, minuman dan
tembakau tetap tumbuh sebesar 6,20% (y-o-y) namun karena bobotnya yang
dominan sehingga sektor indutri pengolahan secara umum tetap mengalami
perlambatan.

Perkembangan Ekonomi Makro 15


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Salah satu faktor yang mempengaruhi perlambatan di sub-sektor barang kayu dan
hasil hutan lainnya adalah karena semakin bertambahnya perusahaan penghasil
kayu lapis yang ditutup.

Tabel 1.1
Daftar Perusahaan Yang Sudah Tidak Beroperasi
Di Provinsi Maluku Utara Tahun 2008
BIDANG PERKEMBANGAN TK
ALAMAT KANTOR DAN NO. TELP. INVESTASI
NO. NAMA PERUSAHAAN USAHA INDONESIA ASING
PUSAT PERWAKILAN RENCANA REALISASI Lokasi RENCANA REALISASI RENCANA REALISASI
1 2 3 4 5 6 8 9 10 11 12
Penanaman Modal Dalam Negeri

1 PT. MANGOLE TIMBER PRODUCERS Jl.Yos Sudarso No.66 Jl. Mononutu Ternate Rp 158,708,933,522 Rp 158,708,933,522 Loging, 15 15 - -
No.06/III/PMDN/1986 Manado Tlp.0431-844557 Playwood,
tgl, 19-06-1989 Blockbooard,
No.275/III/PMDN/1993 Particle Board
tgl, 25-06-1993 SK Merger. Falabisahaya
(Kep.Sula)

2 PT. TALIABU LUNA TIMBER Jl. Kesehatan Raya Jl.Bogenvile RT.04 Rp 2,075,000,000 Rp 2,075,000,000 Penggergajian 196 196 - -
No. 60/V /PMDN /1993 No.60 Tanah Abang Kel. Toboko Ternate Kayu Loging
Tgl. 14-8-1978 Jakarta 10160 Taliabu
(Kep.Sula)

3 PT.WIRANUSA TRISATRYA Jl. Ir Juanda III /19-19A Jl. Mononutu Rp 19,715,900,000 Rp 19,715,900,000 Formaldehyde 103 103 - -
No.485 /I / PMDN /1989 Jakarta Ternate Resin
Falabisahaya
(Kep.Sula)

4 PT. TUNGGAL AGATHIS INDAH Jl. Ir.H Huanda III Jl. Mononutu Rp 3,475,400,000 Rp 3,475,400,000 Loging, Sawmil 1369 170 4 4
WOOD INDUSTRIES No.19-19A Jakarta SK II/20 Ternate Wood, Workoing
No. 274 / III / PMDN / 1993 Playwood
Blockboard
Partickelboard
(Jailolo Selatan)

5 PT. Indonesia Tongbao Mining Jl. Tambak No.55 A $ 750,000 Eksplorasi Jasa Penunjang 30
No.786/I/PMA/2008 Pegangsaan, Menteng, Pertambangan umum
Tgl. 21 Mei 2008 Jakarta Pusat perdagangan besar
(distributo Utama)
ekspor dan impor

JUMLAH ( Rp ) Rp 183,975,983,522 Rp 183,975,233,522 1,713 484 4 4

Catatan :
* Bahwa Perusahaan yang tertera dikolom atas telah tutup/ tidak beroperasi lagi
namun belum ada Surat Pemberitahuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal di Jakarta

Sumber: BKPMD Provinsi Maluku Utara

Pertumbuhan yang dialami sub-sektor makanan, minuman dan tembakau pada


triwulan I 2009 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
yang hanya sebesar 4,02% (y-o-y). Pertumbuhan ini dipicu oleh peningkatan
ketersediaan bahan baku sehingga industri bisa memenuhi permintaan yang tinggi.
Pertumbuhan ini juga didorong oleh turunnya harga bahan baku lokal menyusul
diturunkannya harga BBM oleh pemerintah. Disisi lain, untuk harga bahan baku
impor justru naik menyusul melemahnya nilai rupiah. Namun dikarenakan tidak
banyak industri di Maluku Utara yang menggunakan bahan baku impor, sehingga
hal ini tidak berdampak signifikan.

Perkembangan Ekonomi Makro 16


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

100,000

90,000

80,000
Brg. Kayu & Hasil Hutan Lainnya
70,000

60,000

50,000

40,000

30,000

20,000 Makanan, Minuman & Tembakau


10,000

0
T w. I T w. II Tw. III T w. IV Tw. I T w. II T w. III T w. IV T w. I
2007 2007 2007 2007 2008 2008 2008 2008 2009*

Grafik 1.16
Produksi Sektor Industri Pengolahan Maluku Utara
Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)

D. Listrik, Gas & Air Bersih


Sektor listrik, gas dan air bersih mengalami pertumbuhan 2,37% (y-o-y) pada
triwulan I-2009. Kondisi tersebut sedikit lebih baik bila dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,16% (y-o-y).

Grafik 1.7
Perkembangan kelistrikan daerah

MWH
70,000

60,000

50,000

40,000

30,000

20,000

10,000

0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Daya Terpasang Daya Mampu Beban Puncak

Sumber: PLN Ternate

Motor penggerak pertumbuhan pada sektor ini berada pada sub-sektor air bersih
yang tumbuh sebesar 4,81% (y-o-y) sedangkan sub sektor listrik relatif tetap
dengan pertumbuhan hanya mencapai 0,24% (y-o-y). Sub-sektor listrik belum

Perkembangan Ekonomi Makro 17


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

menunjukkan adanya pertumbuhan karena masih terkendala oleh keterbatasan


mesin produksi. Sebenarnya sektor ini masih bisa tumbuh lebih besar mengingat
banyak permintaan masyarakat yang belum dapat dipenuhi. Kalaupun terjadi
perlambatan pada sektor ini sebenarnya tidak akan berdampak signifikan terhadap
total pertumbuhan ekonomi karena tersedianya barang substitusi berupa generator,
namun dalam jangka panjang sektor ini sangat berpengaruh bagi pertumbuhan
investasi dan juga sektor-sektor lain.

E. Bangunan
Sektor bangunan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada
triwulan ini dengan pertumbuhan sebesar 19,67% (y-o-y). Namun pertumbuhan
sektor ini belum bisa men-drive kinerja perekonomian Maluku Utara mengingat
bobotnya yang tidak besar. Kontribusi sektor ini terhadap kinerja perekonomian
pada triwulan pertama 2009 hanya sebesar 0,31% (y-o-y).

Sektor ini memang masih cukup konsisten tumbuh diatas 15% dalam setahun
terakhir. Pertumbuhan ini merupakan dampak dari pembangunan infrastruktur di
ibukota Provinsi Maluku Utara yaitu Sofifi, dimana pemerintahan provinsi
ditargetkan akan dipindahkan pada tahun 2009 ini. Selain itu, pertumbuhan juga
didorong oleh adanya proyek-proyek pembangunan infrastruktur terkait adanya
proses pemekaran di beberapa daerah di Maluku Utara serta proyek pembangunan
kawasan Kota Baru di wilayah Kota Ternate dengan peruntukkan perumahan dan
fasilitas umum lainnya.

F. Perdagangan, Hotel & Restoran


Sektor perdagangan, hotel dan industri pada triwulan I-2009 ini mengalami
pertumbuhan sebesar 7,57% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
dengan pertumbuhan hanya sebesar 3,89% (y-o-y). Semua sub-sektor mengalami
pertumbuhan pada triwulan ini.

Pada sub-sektor perdagangan, ekspansi dipicu dari dua sisi, yaitu naiknya
permintaan yang juga disertai naiknya harga barang yang diperdagangkan.
Kenaikan permintaan terjadi pada perdagangan barang primer dan sekunder. Untuk
komoditas energi seperti BBM dan minyak tanah juga mengalami kenaikan

Perkembangan Ekonomi Makro 18


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

permintaan, namun pemasok belum bisa meningkatkan supply mengingat alokasi


yang diberikan oleh Pertamina masih tetap. Sedangkan pada sub-sektor hotel dan
restoran, pertumbuhan dipicu oleh banyaknya event yang diselenggarakan instansi
pemerintah menyambut tahun anggaran baru. Pada awal tahun 2009 Maluku Utara
bertindak sebagai tuan rumah penyelenggaraan Rapat Koordinasi Provinsi
Kepaulauan dan Rakornas Pendapatan Daerah yang banyak menggunakan fasilitas
hotel dan restoran. Pada kesempatan itu, sebagaian besar peserta juga
menyempatkan diri untuk membeli souvenir khas Maluku utara maupun makanan
khas daerah. Selain itu menjelang pemilu juga banyak partai yang menggunakan
function-room. Beberapa manajemen hotel dan restoran juga mengakui situasi
keamanan yang sudah kondusif telah mengundang wisatawan ke Maluku Utara.

G. Pengangkutan & Komunikasi


Pada triwulan laporan, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami
pertumbuhan sebesar 11,99% (y-o-y) sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan
kondisi pada triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 11,90% (y-o-y).
Semua sub-sektor mengalami pertumbuhan pada triwulan ini.

Untuk sub-sektor pengangkutan, pertumbuhan lebih banyak didorong oleh


bertambahnya muatan angkutan laut. Hal ini menyusul adanya proyek-proyek
pembangunan infrastruktur di Pulau Halmahera serta adanya proses pemekaran di
beberapa daerah. Selain itu, load penumpang pesawat juga mengalami kenaikan.
Pada sub-sektor komunikasi, pertumbuhan didorong oleh peningkatan pengguna
jasa telekomunikasi seluler, naiknya penggunaan jasa telekomunikasi konvensional
oleh instansi dan corporate serta naiknya oplah surat kabar harian menjelang
pemilu.

Perkembangan Ekonomi Makro 19


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

60,000
Pos dan Telekomunikasi

50,000
Angkutan Laut
40,000

Angkutan Jalan Raya


30,000

Angkutan Udara
20,000

Jasa Penunjang Angkutan


10,000

Angk. Sungai, Danau & Penyebrangan


0
T w. I T w. II T w. III Tw. IV T w. I T w. II T w. III T w. IV T w. I
2007 2007 2007 2007 2008 2008 2008 2008 2009*

Grafik 1.18
Produksi Sektor Pengangkutan & Komunikasi Maluku Utara
Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)

H. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan


Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan juga masih konsisten tumbuh
sebesar 11,14% (y-o-y) tidak signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 10,99% (y-o-y). Seluruh sub-sektor mengalami pertumbuhan
dengan pertumbuhan tertinggi dialami oleh sub-sektor perbankan dengan
pertumbuhan sebesar 18,76% (y-o-y).

Sebagai sub-sektor yang paling dominan, perbankan masih dapat mendorong


sektor ini tetap tumbuh berkat kepercayaan konsumen terhadap perbankan yang
masih terjaga walaupun terjadi krisis keuangan global belakangan ini. Hal ini dapat
terlihat dari pertumbuhan DPK dan nilai kredit perbankan yang terus meningkat.

Tabel 1.2
Perkembangan Kegiatan Bank
2007 2008
Uraian
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV
DPK 2,147,882 2,210,204 2,289,774 2,620,055 2,666,948 2,692,396 2,656,388 2,799,841
Kredit 710,752 777,404 840,739 865,082 918,336 1,052,831 1,187,038 1,269,690
LDR 33.09% 35.17% 36.72% 33.02% 34.43% 39.10% 44.69% 45.35%
NPL 4.29% 4.15% 3.51% 3.38% 3.73% 3.47% 3.41% 4.48%

Perkembangan Ekonomi Makro 20


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Grafik 1.19
Perkembangan Kegiatan Bank

I. Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa pada triwulan I-2009 tercatat mengalami pertumbuhan mencapai
4,28% (y-o-y). Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
pada triwulan sebelumnya yang sebesar 4,08% (y-o-y). Sub-sektor yang mengalami
pertumbuhan terbesar adalah sub-sektor jasa hiburan dan rekreasi yang tumbuh
11,28% (y-o-y). Pertumbuhan dipicu oleh banyaknya event yang diselenggarakan
oleh instansi pemerintah menyambut tahun anggaran baru serta oleh partai-partai
menjelang pemilu yang banyak memanfaatkan tempat rekreasi sebagai lokasi
penyampaian visi dan misi. Selain itu, kondisi keamanan yang semakin kondusif di
Maluku Utara mulai mengundang wisatawan ke daerah ini.

Perkembangan Ekonomi Makro 21


Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

60,000
Adm. Pemerintahan & Pertahanan
50,000

40,000
Sosial Kemasyarakatan

30,000

20,000 Perorangan & Rumah Tangga

10,000

0 Hiburan & Rekreasi


Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I
2007 2007 2007 2007 2008 2008 2008 2008 2009*

Gambar 1.20
Produksi Sektor Jasa-jasa Maluku Utara
Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)

Perkembangan Ekonomi Makro 22


BOX 1
HASIL PERUMUSAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL PENDAPATAN DAERAH
TAHUN 2009

Pada tanggal 24 Februari 2009 telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Nasional


Pendapatan Daerah dalam rangka intensifikasi pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
yang diselenggarakan pada tanggal 23-25 Februari 2009, bertempat di Hotel Amara
Internasional, Ternate, Maluku Utara.
Rapat dibuka oleh Gubernur Maluku Utara dilanjutkan diskusi panel yang dipimpin oleh
Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Kalimantan Barat dan dihadiri oleh Bupati dan Walikota se
Propinsi Maluku Utara, Ketua DPRD dan Musyawarah Pimpinan Daerah Propinsi Maluku Utara,
Sekretaris Daerah Propinsi se Indonesia, 68 Sekretaris Daerah Kabupaten dan Kota, Kepala
Dipenda/ BPKD/ DPKAD/ DPPAD/ DPP Propinsi se Indonesia, 68 Kepala Dipenda/ BPKD/ DPKAD/
DPPAD/ DPP Kabupaten dan Kota, Kasubdis/ Kabid Pajak Dipenda/ BPKD/ DPKAD/ DPPAD/ DPP
Propinsi se Indonesia, pejabat Ditjen Perimbangan Keuangan Depkeu dan Depdagri (Ditjen
BAKD dan Inspektorat Jendral).
Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai arahan dari:
1. Sambutan Gubernur Maluku Utara
2. Sambutan/ pengarahan Sekretaris Jendral Depdagri;
Dilanjutkan dengan pemaparan dalam rangka memperkaya substansi dan materi
sebagai bahan diskusi disampaikan pemaparan oleh:
1. Direktur Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Ditjen Perimbangan Keuangan Departemen
Keuangan;
2. Kepala Dipenda Propinsi Jawa Barat;
3. Kepala Dipenda Propinsi Jawa Timur;
4. Direktur Fasilitasi Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah, Ditjen BAKD
Departemen Dalam Negeri;
Dengan memperhatikan arahan dan pemaparan tersebut di atas serta
mempertimbangkan dinamika diskusi pada jalannya rapat dan berbagai usul dan saran dari
peserta secara musyawarah dan mufakat terhadap pembahasan materi utama berkaitan
dengan Penyikapan Stimulus Fiskal Pendapatan Daerah dan Kebijakan Pengelolaan Biaya
Pemungutan dihasilkan hal-hal sebagai berikut:

I. Rencana Stimulus Fiskal


Tanggapan terhadap rencana kebijakan Pemerintah tentang stimulus fiskal di bidang
pajak daerah, Departemen Dalam Negeri pada prinsipnya mendukung namun demikian seluruh

23 
 
peserta Rapat Koordinasi Nasional memohon agar pemerintah mempertimbangkan kembali
untuk tidak melaksanakan rencana kebijakan stimulus fiskal tersebut dengan pertimbangan
sebagai berikut:
1. Penerimaan PKB, BBN-KB dan PPJ merupakan jenis penerimaan daerah yang utama dan
sangat dominan terhadap besarnya APBD pada setiap Propinsi dan Kabupaten/Kota di
Indonesia, apabila stimulus fiskal dimaksud dilakukan maka akan mengurangi kapasitas
APBD yang akan berdampak terhadap tidak terlaksananya program dan kegiatan
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan di daerah akan terganggu
bahkan lebih jauh dikhawatirkan akan berdampak secara luas yang menyangkut sosial dan
politik;
2. Rencana APBD TA 2009 yang telah ditetapkan tidak memperhitungkan adanya rencana
kebijakan fiskal di satu sisi, di sisi lain dalam APBD tersebut sudah mengandung atau sudah
mengakomodir program dan kegiatan dalam rangka mengantisipasi dampak dari krisis
finansial global;
3. Secara teknis pemberian stimulus fiskal berupa pengurangan besar NJKB tidak akan
mempengaruhi harga kendaraan bermotor, karena NJKB bukan merupakan variabel
pembentuk harga kendaraan bermotor, untuk itu mungkin akan lebih tepat stimulus yang
diberikan pada industri otomotif adalah berupa pengurangan tarif pajak penjualan barang
mewah (PPn-BM);
4. Dengan diberikan pengurangan NJKB terhadap kendaraan bermotor tahun pembuatan
2009 akan menimbulkan ketidakadilan dalam pengenaan pajak dimana kendaraan yang
lebih baru akan membayar pajak lebih kecil dibanding dengan kendaraan tahun pembuatan
2008 ke bawah, sehinga dapat menimbulkan gejolak sosial di masyarakat wajib pajak
kendaraan bermotor;
5. Saat ini pemerintah daerah secara kebijakan lokal masing-masing daerah, juga telah
memberlakukan berbagai stimulus dibidang pendapatan daerah seperti penghapusan atau
pembebasan pengenaan retribusi terhadap jenis pelayanan tertentu, pengurangan/
keringanan pengenaan BBN-KB kendaraan bekas, pemutihan BBN-KB penyerahan kedua,
dan lain-lainnya;
6. Rencana kebijakan stimulus fiskal dibidang pajak daerah berupa pengurangan NJKB untuk
meringankan beban industri otomotif kurang relevan dengan tujuh prioritas dibidang
perekonomian yang disampaikan Presiden pada Sidang Kabinet Terbatas tangggal 12
Januari 2009 yang meliputi:
a. Melakukan upaya untuk mencegah pengangguran baru atau PHK, dan langkah-langkah
penanggulangan apabila terjadi PHK;

24 
 
b. Melakukan upaya dan kebijakan yang meringankan dunia usaha termasuk insentif fiskal
untuk mengamankan sektor riil;
c. Mencegah inflasi yang tidak semestinya melalui stabilisasi harga dan meningkatkan daya
beli masyarakat;
d. Menjaga daya beli masyarakat;
e. Melindungi dan membantu masyarakat miskin agar dapat mencukupi kebutuhan sehari-
hari;
f. Menjaga ketahanan pangan dan ketahanan energi sehingga dapat memenuhi
kebutuhan perekonomian tahun 2009;
g. Menjaga laju pertumbuhan ekonomi tahun 2009;

Apabila kebijakan pemberian stimulus fiskal pajak daerah diberikan sangat boleh jadi
yang akan menikmati stimulus tersebut adalah agen penjual kendaraan.

II. Biaya Pemungutan


Tanggapan terhadap kebijakan terkait dengan biaya pemungutan pajak daerah
direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kepada Departemen Dalam Negeri kiranya untuk dapat mempercepat proses perubahan
Kepmendagri Nomor 35 Tahun 2002 yang disempurnakan dengan Permendagri Nomor 6
Tahun 2004 tentang Pedoman Alokasi Biaya Pemungutan Pajak Daerah;
2. Sehubungan dengan telah diterbitkannya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
973/321/SJ tentang Penegasan Penundaan Sementara Pemberian Biaya Pemungutan Pajak
Daerah TA. 2009, peserta rapat sepakat untuk memperjelas cakupan pengertian
diantaranya:
a. Dengan keluarnya Surat Edaran ini apakah proporsi besaran alokasi yang diatur dalam
Kepmendagri Nomor 35 Tahun 2002 yang disempurnakan dengan Permendagri Nomor
6 Tahun 2004 tentang Pedoman Alokasi Biaya Pemungutan Pajak Daerah masih tetap
berlaku;
b. Yang dimaksud dengan penanggungjawab pemungutan selain Gubernur/ Wakil
Gubernur dan Bupati/ Walikota serta Wakil Bupati/ Wakil Walikota termasuk di
dalamnya adalah Sekretaris Daerah dan Pejabat lainnya yang terkait langsung;
c. Proporsi besaran untuk Kepolisian RI di tingkat daerah;
d. Alokasi biaya pemungutan atas over target dan biaya pungut yang belum direalisasikan
pada tahun 2008 yang dialokasikan pada tahun anggaran 2009 masih mengacu pada
ketentuan terdahulu.

25 
 
III. Lain-Lain
Agenda lain yang dibahas dalam Rakornas Pendapatan Daerah diantaranya meliputi hal-
hal sebagai berikut:
1. Perlu diagendakan kembali pembahasan draft perubahan Instruksi Bersama (Inbers) Kapolri,
Mendagri dan Menkeu tentang Sistem Administrasi Manunggal di Bawah Satu Atap
(SAMSAT);
2. Dalam upaya optimalisasi peningkatan sumber-sumber pajak daerah khususnya dari pajak
dan retribusi daerah dimohon kepada Pemerintah untuk mendorong percepatan
pengesahan RUU pajak daerah dan retribusi daerah menjadi Undang-Undang;
3. Disarankan kepada Depkeu untuk meninjau kembali kebijakan mekanisme transfer dana
bagi hasil baik pajak maupun bukan pajak serta DAU dan DAK agar tepat waktu sehingga
lebih efektif dapat digunakan oleh pemerintah daerah. Jangan seperti saat ini dana bagi
hasil baru bisa diterima oleh daerah pada akhir bulan Desember menjelang tutupnya tahun
anggaran.

Hasil rapat ini disepakati sebagai bahan untuk disampaikan kepada Menteri Dalam
Negeri melalui Sekretaris Jendral Depdagri, Dirjen BAKD Depdagri dan untuk Menteri Keuangan
melalui Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu serta kepada masing-masing Gubernur/ Bupati/
Walikota se Indonesia untuk dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan lebih lanjut.

26 
 
BOX 2
RAPAT KERJA FORUM PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN TAHUN 2008

Pada tanggal 19 sampai dengan 20 Januari Tahun 2009 telah dilaksanakan Forum
Kerjasama Antar Pemerintahan Daerah Provinsi Kepulauan yang berlangsung di Kota Ternate,
Provinsi Maluku Utara.
Peserta Forum adalah Seluruh Gubernur se provinsi kepulauan beserta staf dan Ketua
DPRD se Provinsi Kepulauan, Bupati/Walikota se Provinsi Maluku Utara, Satuan Kerja Perangkat
Daerah Provinsi, anggota DPRD Provinsi, Perguruan Tinggi, KADINDA, serta Perwakilan Asosiasi
Swasta.
Pelaksanaan Rakor ini diawali dengan Laporan dan penjelasan teknis Gubernur Maluku
sebagai Ketua Forum Provinsi Kepulauan yang menjelaskan tentang kronologis
kehadiran/Pembentukan Forum ini serta kemajuan yang dicapai oleh Forum. Ketua Forum
mengharapkan adanya persepsi dan pola pikir yang sama dalam memahami perjuangan Forum
ini, yang berawal dari Deklarasi Ambon pada tanggal 10 Agustus 2005 lalu.
Deklarasi yang telah dibuat merupakan tonggak sejarah baru dalam rangka meletakan
dasar-dasar perjuangan untuk mewujudkan pengakuan yuridis bagi Provinsi Kepulauan yang
memiliki karakteristik yang spesifik, itulah sebabnya, pada kelanjutannya, dalam Seminar
Nasional Provinsi Kepulauan di Jakarta pada tanggal 15 Desember tahun 2005, Forum
Kerjasama merasa penting untuk melibatkan berbagai unsur baik akademisi, unsur pemerintah,
unsur LEMHANAS, unsur DPR RI dan Unsur Tokoh Masyarakat guna membicarakan dan
mendapatkan berbagai masukan terkait dengan Provinsi Kepulauan.
Kemudian pada tanggal 21 - 22 April 2006, untuk pertama kalinya, Forum Kerjasama
Provinsi Kepulauan melakukan Rapat Kerjanya di Pangkal Pinang (Provinsi Bangka Belitung).
Dalam Rapat itu, Forum berhasil merumuskan “Formula DAU Pangkal Pinang” yakni cara
menghitung DAU dengan memperhitungkan luas wilayah laut yang selama ini tidak
diperhitungkan dengan menyampaikan beberapa pertimbangan yang mendasarinya. Formula
DAU Pangkal Pinang ini kemudian telah disampaikan oleh Forum pada pertemuannya dengan
Panitia Anggaran DPR RI dan mendapat respons yang positif, setelah terlebih dahulu
menyampaikannya dalam rapat APPSI pada tanggal 22 – 24 Mei 2006 di Mataram yang
mendapat dukungan dari 33 Provinsi di Indonesia.
Dukungan atas perjuangan Forum, ternyata tidak saja berasal dari Asosiasi Pemerintah
Provinsi Seluruh Indonesia, tetapi juga dari Presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang
Yudhoyono yang bersedia menghadiri rapat kerja kedua Forum ini di Pulau Bintan, Provinsi
Kepulauan Riau pada tanggal 5 September 2006.

27 

 
Konfigurasi perjuangan Forum ini ke depan terus dirasakan peningkatannya dari waktu
ke waktu. Dalam Rapat Kerja ketiga di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara, dari tanggal 14
hingga 16 Juni 2007 lalu, Forum Kerjasama Provinsi Kepulauan berhasil menetapkan
“Kesepakatan Manado” yang berisikan antara lain :
ƒ Rapat kerja Forum di Manado dalam pengamatan tentang UU No 32 tahun 2004 menyoroti
tentang masalah luas wilayah sebagaimana diatur dalam pasal 18 UU No 32 Tahun 2004.
Batas wilayah sebagaimana dimaksud dalam pasal tersebut untuk provinsi kepulauan
mestinya diukur berdasarkan Garis pangkal lurus kepulauan, agar sinkron dengan bunyi
penjelasan pasal 4 ayat (2) UU No 32 Tahun 2004 yang antara lain menyebutkan bahwa:
“batas daerah dan cakupan wilayah harus didasarkan pada prinsip Negara
Kepulauan”.
ƒ Perhitungan 25% menurut Forum Provinsi Kepulauan, belum dapat mencerminkan
kebutuhan akan penyedian sarana dan prasarana persatuan wilayah sebagaimana yang
tercantum dalam penjelasan pasal 28 ayat (2) UU No 33 Tahun 2004. Sarana dan prasarana
pada wilayah kepulauan membutuhkan pembiayaan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu
Kesepakatan Manado mengharapkan agar angka 25 % dapat dinaikan menjadi 50% yang
dihitung dari luas wilayah berdasarkan UU Pembentukan tiap Provinsi.
ƒ Prosentasi yang diberikan pada indikator luas wilayah adalah sebesar 15%, dirasakan belum
mencerminkan asas keseimbangan untuk itu “Kesepakatan Manado” mengusulkan agar
Prosentase luas wilayah, kiranya dapat dinaikan, menjadi 20 % yang 5 % nya diambil dari
prosentase jumlah penduduk.
ƒ Pasal 28 UU No 33 tahun 2004 menyebutkan antara lain: “Bahwa kebutuhan fiskal daerah
merupakan kebutuhan pendanaan Daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum
yang diukur secara berturut-turut dengan Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Indeks
Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik Regional Bruto perkapita dan Indeks Pembangunan
Manusia”
Gubernur Maluku selaku Ketua Forum juga memberikan masukan dalam Rapat Kerja ke
empat di Ternate, Provinsi Maluku Utara, atas pergantian nama ‘Forum’ ke ‘Badan
Kerjasama’ Provinsi Kepulauan dan ini disambut baik oleh seluruh peserta Rakor Forum
Kerjasama Provinsi Kepulauan. Alasan Gubernur Maluku selaku Ketua Forum merubah nama
ini karena, nama ‘Forum’ cenderung diartikan secara negatif sebagai sebuah Forum Aksi yang
bersifat politis. Padahal ‘Forum’ ini hanyalah sebuah wadah konsultatif antar Pemerintah Daerah
di Tujuh Provinsi Kepulauan.
Selain itu, Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
mengharuskan penggunaan istilah ‘Badan’ bagi Provinsi-provinsi yang ingin melakukan

28 

 
kerjasama. Ini penting sebab Badan Kerjasama lebih operasional untuk mewujudkan kerjasama
pembangunan di semua bidang dengan tetap mengikuti prinsip-prinsip dasar yang telah di
tetapkan dalam Deklarasi Ambon tanggal 10 Agustus tahun 2005 lalu guna membentuk
paradigma pembangunan yang berwawasan kepulauan.
Dalam diskusi teknis maupun mendengar sambutan Gubernur Maluku Utara dan
penjelasan teknis Gubernur Maluku selaku Ketua Forum Kerjasama antar Pemerintahan Daerah
Provinsi Kepulauan, Panel Diskusi tentang sistem pembangunan kepulauan dalam konteks
pembangunan nasional, mendengar pemaparan ilmiah tentang sistem pembangunan provinsi
kepulauan oleh staf ahli Bappenas, 3 orang panelis dalam panel diskusi tentang sistem
pembangunan procinsi kepulauan dari Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen
Dalam Negeri dan Gubernur Kepulauan Riau, saran dan pendapat dari anggota forum serta
memperhatikan hasil rapat tim teknis Provinsi Kepulauan melahirkan beberapa rekomendasi
sebagai berikut :
1) Perlu segera mengusulkan kepada Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia untuk segera mengadakan perubahan terhadap UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah, dan UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
karena ketiga UU tersebut belum sesuai dengan keinginan pasal 25A UUD 1945.
2) Memintakan agar Forum/Badan melakukan pendekatan kerjasama dengan anggota Dewan
Perwakilan Daerah dari masing-masing Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia yang berasal dari daerah pemilihan pada masing-masing Provinsi untuk
mendukung ide dimaksud pada butir 1di atas.
3) Menetapkan rumput laut sebagai komoditas unggulan yang akan dikembangkan diketujuh
Provinsi yang tergabung dalam Forum/Badan Kerjasama Antar Pemerintahan Daerah Provinsi
Kepulauan, demi peningkatan pendapatan Negara dan Masyarakat.
4) Agar Badan Kerjasama Antar Pemerintahan Daerah Provinsi Kepulauan turut perpartisipasi
aktif dalam W.O.C dan TAIP Tahun 2009
Selain rekomendasi yang dihasilkan dalam Rakor tersebut juga menghasilkan deklarasi
yang diberi nama “Kesepakatan Ternate” atas dasar penelusuran tapak-tapak sejarah
perjalanan Forum Kerjasama Antar Pemerintahan Daerah Provinsi Kepulauan, sejak
dideklarasikan pada tanggal 10 Agustus 2005 yang ditandatangani oleh Gubernur dan Ketua
DPRD se-Provinsi Kepulauan, dengan urut-urutan deklarasi sebagai berikut :
1) Forum Kerjasama Antar Pemerintahan Daerah yang dibentuk berdasarkan Deklarasi Ambon
tanggal sepuluh Agustus Tahun dua ribu lima di Kota Ambon telah mampu meletakan dasar
– dasar perjuangan untuk mewujudkan pengakuan yuridis bagi Provinsi Kepulauan yang

29 

 
memiliki karakeristik yang spesifik sehingga telah mendapatkan pengakuan dari pemerintah
walaupun belum sepenuhnya.
2) Bahwa nama “Forum” yang dipakai oleh tujuh Provinsi ini yang merupakan wadah kerjasama
antar Pemerintah Daerah dari tujuh Provinsi ini cenderung diartikan secara negatif sebagai
sebuah Forum Aksi yang bersifat politis, padahal Forum ini hanyalah sebuah wadah
Konsultatif antar Pemerintah Daerah di ketujuh Provinsi dimaksud, sehingga perlu dirubah
namanya menjadi “Badan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan”.
3) Bahwa Undang – Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menggunakan
istilah Badan bagi Provinsi – Provinsi yang ingin melakukan kerjasama.
4) Bahwa penggunaan istilah Badan Kerjasama, adalah lebih operasional untuk mewujudkan
kerjasama pembangunan disemua bidang antar ketujuh provinsi tersebut yang memiliki
karekeristik yang sama bagi terwujudnya kesejahteraan rakyat di provinsi kepulauan
5) Bahwa Badan Kerjasama ini tetap mengikuti prinsip – prinsip dasar yang telah di tetapkan
dalam Deklarasi Ambon tanggal sepuluh Agustus tahun 2005, dan menjiwai seluruh aktifitas
Badan Kerjasama ini.
Berdasarkan pertimbangan – pertimbangan tersebut diatas maka para Gubernur dan
Ketua DPRD dari tujuh Provinsi Kepulauan yang semula tergabung dalam Forum Kerjasama
antar Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan bersepakat untuk :
1) Merubah nama Forum Kerjasama antar Pemerintahan Daerah Provinsi Kepulauan menjadi
Badan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan sejak hari ini Selasa tanggal
dua puluh Januari Tahun dua ribu Sembilan
2) Badan Kerjasama ini akan dipimpin oleh Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Badan yang
dipilih bersama dari dan oleh Anggota Badan, dan untuk pertama kali sejak pembentukan
Badan ini Pimpinan Forum Kerjasama Antar Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan tetap
dipercayakan memimpin Badan ini sampai dengan berakhir masa jabatannya pada tahun
duaribu sepuluh.
3) Pimpinan Badan Kerjasama dengan dibantu oleh Tim Teknis akan menyusun Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga Badan selambat – lambatnya enam bulan setelah Badan ini
dibentuk, dan rancangan dimaksud akan dibahas dan ditetapkan pada Rapat Badan
Kerjasama Antar Pemerintah Daerah Provisi Kepulauan tahun 2009.

30 

 
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Bab Perkembangan
II Inflasi Regional

2.1 Gambaran Umum


Tingkat inflasi di Ternate pada Triwulan I-2009 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan Triwulan IV-2008 (q-t-q), namun menurun apabila
dibandingkan terhadap periode yang sama tahun 2008 (y-o-y). Secara
triwulanan inflasi di Ternate tercatat sebesar 1,25%, sedangkan pada triwulan
sebelumnya Kota Ternate justru mengalami deflasi sebesar 0,92%. Secara tahunan
inflasi yang terjadi di Kota Ternate pada triwulan I-2009 sebesar 7,64%, lebih
rendah jika dibandingkan dengan tingkat harga pada triwulan sebelumnya yang
mencapai 11,25%. Kelompok bahan makanan mendominasi pergerakan inflasi
pada periode laporan dengan komoditas utama yang mengalami kenaikan harga
adalah cakalang, bawang merah, ikan lolosi, kangkung, ikan kembung, ikan
malalugis, cabe rawit, ikan tude, ikan tongkol, ikan ekor kuning, sawi hijau, kacang
panjang, bayam, minyak goreng, tauge, nangka muda, terong panjang dan bawang
putih

Grafik 2.1
Perkembangan harga di Maluku Utara

60,000

50,000

40,000

30,000

20,000

10,000

-
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar
2008 2009
Bahan Pokok Pertanian Perkebunan Bahan Bangunan BBM

Sumber: Disperindag provinsi

31
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Jika dibandingkan dengan nasional tingkat harga yang terjadi dikota


Ternate secara triwulanan lebih tinggi namun sedikit lebih rendah bila
dibandingkan secara tahunan. Secara triwulanan inflasi yang terjadi di ternate
adalah 1,25% sedangkan inflasi yang terjadi secara nasional adalah 0,34%. Jika
dibandingkan dengan wilayah-wilayah SULAMPUA, Mamuju merupakan provinsi
yang mengalami deflasi tertinggi hingga mencapai 0,35% dan diikuti oleh Jayapura
yang mengalami penurunan tingkat harga sebesar 0,06%. Daerah-daerah yang
tingkat inflasinya diatas nasional adalah Manokwari (3,52%), Kendari (2,99%),
Gorontalo (2,33%), Ambon (2,26%), Watampone (2,14%), Palu (1,78%), Ternate
(1,25%), Manado (1,18%), Palopo (1,14%), Makassar (0,84%), Sorong (0,77%)
dan Parepare (0,40%). Jika dibandingkan secara tahunan, inflasi di Ternate adalah
7,64%, sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi nasional pada periode
yang sama yaitu sebesar 7,92%. Inflasi di Sorong merupakan yang tertinggi di
wilayah SULAMPUA, yang mencapai 21,59%, lalu Manokwari yang mencapai
19,93%.

Grafik 2.2
Perbandingan Inflasi Triwulanan (q-t-q)

32
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Grafik 2.3
Perbandingan Inflasi Tahunan (y-o-y)

2.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok


2.2.1 Inflasi Triwulanan (q-t-q)
Inflasi tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok bahan makanan
(3,73%). Sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada kelompok ini adalah
ikan segar dan bumbu-bumbuan yang inflasinya mencapai 11,41% dan 8,33%.
Penurunan tingkat harga (deflasi) terjadi pada kelompok transpor,
komunikasi, dan jasa keuangan dengan nilai mencapai 4,00%. Meskipun
mengalami deflasi namun hanya ada satu sub kelompok yang mengalami
penurunan, yaitu pada biaya tempat tinggal sebesar minus 6,71% sedangkan sub
kelompok lainnya mengalami inflasi.
Secara umum inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 3,73%
mengalami kenaikan yang cukup besar jika dibandingkan dengan tingkat harga
kelompok ini pada triwulan sebelumnya yang justru mengalami deflasi sebesar
3,43%. Hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada sub kelompok ikan
segar dan bumbu-bumbuan. Harga ikan segar yang mengalami kenaikan yaitu
cakalang, lolosi, kembung, malalugis, tude dan ekor kuning. Sedangkan untuk
bumbu-bumbuan, komoditas yang mengalami kenaikan harga adalah bawang
merah, bawang putih dan cabe rawit. Kondisi ini tercermin dari penurunan kinerja
di sub sektor angkutan laut yang merupakan jalur distribusi utama bahan makanan
dari wilayah lain seperti Surabaya dan Manado.

33
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Tabel 2.1
Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan Triwulan IV-2008 (q-t-q)

Sub Kelompok Bahan Makanan Inflasi


Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya -0,12%
Daging dan Hasil-hasilnya -4,00%
Ikan Segar 11,41%
Ikan Diawetkan -15,84%
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 1,20%
Sayur-sayuran 3,60%
Kacang – kacangan 3,43%
Buah – buahan -2,34%
Bumbu – bumbuan 8,33%
Lemak dan Minyak -1,82%
Bahan Makanan Lainnya 1,25%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar
2,07% lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai
0,53%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol
sebesar 9,97%, sedangkan pergerakan harga pada sub kelompok tembakau dan
minuman beralkohol relatif stabil. Komoditas penyumbang inflasi pada sub
kelompok minuman yang tidak beralkohol adalah minuman kesegaran, minuman
ringan dan teh. Sedangkan komoditas yang mengalami kenaikan harga pada sub
kelompok makanan jadi adalah kue kering, gula pasir, roti manis dan kacang kulit.
Kenikan tingkat harga pada kelompok ini sejalan dengan peningkatan konsumsi
masyarakat pada triwulan laporan serta peningkatan yang terjadi pada sub
kelompok industri tanpa migas, terutama makanan, minuman dan tembakau.

Tabel 2.2
Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
Triwulan IV-2008 (q-t-q)
Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Inflasi
Makanan Jadi 1,15%
Minuman yang Tidak Beralkohol 9,97%
Tembakau dan Minuman Beralkohol 0,00%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

34
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar mengalami inflasi 1,48%
mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya yang mengalami deflasi
sebesar 0,14%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok penyelenggaraan rumah
tangga sebesar 2,12% sedangkan sub kelompok yang mengalami inflasi terendah
adalah sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar 0,06%. Komoditas
penyumbang inflasi utama pada kelompok ini diantaranya adalah lemari pakaian,
kompor, mesin cuci dan air conditioner (AC) yang termasuk dalam sub kelompok
perlengkapan rumah tangga, lalu sabun detergen bubuk yang merupakan bagian
sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga dan komoditas lilin yang merupakan
bagian dari sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air.

Tabel 2.3
Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar
Triwulan IV-2008 (q-t-q)

Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas & BB Inflasi


Biaya Tempat Tinggal 1,86%
Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,06%
Perlengkapan Rumahtangga 1,40%
Penyelenggaraan Rumahtangga 2,12%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 2,59% sedikit lebih tinggi jika
dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 2,54%. Hal ini
terjadi karena peningkatan harga pada sub kelompok barang pribadi dan sandang
lain yang mencapai 12,43%, dimana inflasi pada triwulan sebelumnya adalah -
9,64%. Komoditas yang mengalami kenaikan harga pada sub kelompok ini
diantaranya emas perhiasan, payung dan semir sepatu. Dari sub kelompok sandang
wanita komoditas yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah blus,
sedangkan pada sub kelompok sandang anak-anak yang mengalami kenaikan harga
adalah gaun anak. Peningkatan harga pada kelompok ini searah dengan
peningkatan kinerja pada sub sektor perdagangan.

35
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Tabel 2.4
Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar
Triwulan IV-2008 (q-t-q)

Sub Kelompok Sandang Inflasi


Sandang Laki-laki -0,01%
Sandang Wanita 0,07%
Sandang Anak-anak 0,75%
Barang Pribadi dan Sandang Lain 12,43%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,95% lebih rendah jika


dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,01%. Inflasi
tertinggi terjadi pada sub kelompok obat-obatan yang inflasinya mencapai 2,60%
lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar
minus 0,57% dimana kenaikan ini terjadi karena kenaikan harga pada komoditas
vitamin, alat kontrasepsi, obat sakit kepala dan obat flu. Adapun sub kelompok jasa
perawatan jasmani pergerakannya relatif stabil. Perlambatan tingkat inflasi ini
diduga dipicu oleh pelaksanaan pengobatan dan khitanan gratis yang
diselenggarakan oleh beberapa rumah sakit yang ada di kota Ternate.

Tabel 2.5
Inflasi Sub Kelompok Kesehatan Triwulan IV-2008 (q-t-q)

Sub Kelompok Kesehatan Inflasi


Jasa Kesehatan 1,06%
Obat-obatan 2,60%
Jasa Perawatan Jasmani 0,00%
Perawatan Jasmani dan Kosmetika 0,22%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan laporan mengalami


deflasi sebesar 0,07% setelah pada periode sebelumnya mengalami inflasi sebesar
0,86%. Hal ini terjadi karena tidak adanya kenaikan harga pada sub kelompok
pendidikan dan kursus-kursus/ pelatihan disamping rendahnya inflasi yang terjadi
pada sub kelompok lainnya. Kondisi ini diperkirakan karena sebagian besar
masyarakat yang memiliki anak usia sekolah (kelas 6 SD, 3 SLTP dan 3 SMU) telah

36
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

mengikutsertakan putra-putri mereka pada lembaga bimbingan belajar beberapa


periode sebelumnya (6 bulan atau 12 bulan yang sebelum masa ujian nasional).

Tabel 2.6
Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
Triwulan IV-2008 (q-t-q)

Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Inflasi


Pendidikan 0,00%
Kursus-kursus / Pelatihan 0,00%
Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 0,24%
Rekreasi -0,35%
Olahraga 0,37%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar


minus 4,00%, dimana pada triwulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar minus
1,60%. Hal ini terutama disebabkan karena perlambatan pada sub kelompok
transpor yang mencapai minus 6,71%. Perluasan jaringan komunikasi serta perang
tarif yang masih terus berlanjut antar operator telekomunikasi diperkirakan menjadi
pemicu utama penurunan harga tersebut.

Tabel 2.7
Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Triwulan IV-2008 (q-t-q)

Sub Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi


Transpor -6,71%
Komunikasi Dan Pengiriman 2,77%
Sarana dan Penunjang Transpor 0,33%
Jasa Keuangan 0,00%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

2.2.2 Inflasi Tahunan (y-o-y)


Jika dilihat secara tahunan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga (14,50%) disusul kelompok bahan
makanan (12,59%). Satu-satunya kelompok yang mengalami deflasi adalah
kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,35%. Pendidikan

37
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

merupakan sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 24,02%
diikuti sub kelompok ikan segar yang inflasinya mencapai mencapai 26,93%.

Jika dilihat secara tahunan (y-o-y), inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan I
tahun 2009 adalah sebesar 12,59%. Angka ini lebih kecil jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang mencapai 17,37%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub
kelompok ikan segar yang inflasinya mencapai 26,93%, dimana pada triwulan
sebelumnya inflasi tercatat sebesar 24,92%. Perlambatan inflasi terjadi pada sub
kelompok lemak dan minyak dengan inflasi sebesar minus 13,50% dimana inflasi
pada periode sebelumnya tercatat sebesar 9,13%. Tingginya inflasi pada sub
kelompok ikan segar dikonfirmasikan dengan kelangkaan ikan di pasaran domestik
dan menurunnya hasil tangkapan oleh nelayan di daerah. Kegiatan perdagangan
ikan di laut lepas yang sering dilakukan oleh nelayan dari daerah lain serta sebagian
hasil tangkapan yang dijual ke daerah lain atau di ekspor turut mendongkrang
harga ikan segar di daerah.

Tabel 2.8
Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan Triwulan IV-2008 (y-o-y)

Sub Kelompok Bahan Makanan Inflasi


Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 0,40%
Daging dan Hasil-hasilnya 16,33%
Ikan Segar 26,93%
Ikan Diawetkan 10,63%
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 11,26%
Sayur-sayuran 20,72%
Kacang – kacangan 16,49%
Buah – buahan 12,65%
Bumbu – bumbuan 8,97%
Lemak dan Minyak -13,50%
Bahan Makanan Lainnya 2,78%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Inflasi tahunan yang terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau adalah sebesar 9,31% sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yaitu sebesar 9,76%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub

38
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

kelompok minuman yang tidak beralkohol dengan inflasi sebesar 10,40% dimana
inflasi yang terjadi pada triwulan sebelumnya adalah 2,39%.

Tabel 2.9
Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
Triwulan IV-2008 (y-o-y)

Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Inflasi


Makanan Jadi 9,68%
Minuman yang Tidak Beralkohol 10,40%
Tembakau dan Minuman Beralkohol 8,23%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar -
6,05% lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya
yang mencapai 12,32%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok
penyelenggaraan rumah tangga yaitu 12,69%, sedikit lebih tinggi jika dibandingkan
dengan inflasi yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 12,47%.
Perbaikan beberapa pembangkit listrik yang telah memasuki tahap penyelesaian
diperkirakan turut mempengaruhi tingkat inflasi pada kelompok ini.

Tabel 2.10
Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar
Triwulan IV-2008 (y-o-y)

Sub KelompokPerumahan, Listrik, Air, Gas & BB Inflasi


Biaya Tempat Tinggal 4,95%
Bahan Bakar, Penerangan dan Air 8,16%
Perlengkapan Rumahtangga 5,69%
Penyelenggaraan Rumahtangga 12,69%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 8,06% lebih tinggi jika dibandingkan
dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 6,82%. Inflasi tertinggi
terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain dimana inflasi yang
terjadi pada triwulan sebelumnya adalah 12,59%.

39
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Tabel 2.11
Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar
Triwulan IV-2008 (y-o-y)

Sub Kelompok Sandang Inflasi


Sandang Laki-laki 2,98%
Sandang Wanita 8,26%
Sandang Anak-anak 5,34%
Barang Pribadi dan Sandang Lain 19,81%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 3,55% lebih tinggi jika


dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 3,07%. Inflasi
tertinggi terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang
inflasinya mencapai 7,05% sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi
triwulan sebelumnya yang sebesar 7,17%. Perlambatan inflasi terjadi pada sub
kelompok jasa perawatan jasmani.

Tabel 2.12
Inflasi Sub Kelompok Kesehatan Triwulan IV-2008 (y-o-y)

Sub Kelompok Kesehatan Inflasi


Jasa Kesehatan 2,19%
Obat-obatan 0,85%
Jasa Perawatan Jasmani -1,13%
Perawatan Jasmani dan Kosmetika 7,05%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mencapai inflasi sebesar 14,50% lebih
tinggi jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai
13,90%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok pendidikan yang mencapai
24,02%, dimana angka ini sama dengan inflasi yang terjadi pada triwulan
sebelumnya.

40
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Tabel 2.13
Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
Triwulan IV-2008 (y-o-y)

Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Inflasi


Pendidikan 24,02%
Kursus-kursus / Pelatihan 7,01%
Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 6,64%
Rekreasi 4,75%
Olahraga 1,64%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami perlambatan


inflasi sebesar minus 0,35%, dimana pada triwulan sebelumnya inflasi tercatat
sebesar 4,32%. Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok transpor dimana pada
triwulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar 12,64%. Perlambatan terjadi pada sub
kelompok komunikasi dan pengiriman.

Tabel 2.14
Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Triwulan IV-2008 (q-t-q)
Sub Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi
Transpor 4,88%
Komunikasi Dan Pengiriman -11,97%
Sarana dan Penunjang Transpor 1,42%
Jasa Keuangan 2,55%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

41
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Bab Perkembangan
III Perbankan Daerah

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di daerah Maluku Utara sebesar


4,98% (y-o-y) atau sebesar 0,79% (q-t-q) pada Triwulan I-2009 turut
didukung oleh perkembangan perbankan. Kinerja perbankan daerah secara
umum menunjukkan pertumbuhan yang cukup menggembirakan terutama dalam
hal DPK dan penyaluran kredit (kegiatan intermediasi perbankan). Kepemilikan aset
perbankan mengalami penurunan secara triwulanan namun tetap menunjukkan
peningkatan bila dibandingkan secara tahunan. Perkembangan penyaluran kredit
oleh perbankan juga diiringi dengan semakin membaiknya kualitas pendanaan yang
dilakukan secara triwulanan meskipun secara tahunan mengalami sedikit
peningkatan.
Penyelesaian transaksi tunai melalui perbankan di wilayah Maluku
Utara juga menunjukkan kualitas transaksi yang cukup baik. Hal ini tercermin
dari tidak adanya laporan/temuan transaksi ekonomi yang menggunakan uang
palsu di wilayah Maluku Utara sejak tahun 2006. Penemuan penyelesaian transaksi
tunai dengan menggunakan uang palsu terakhir kali ditemukan di Provinsi Maluku
Utara pada tahun 2005.

3.1 Perkembangan Perbankan


Pada Triwulan I-2009, kegiatan intermediasi perbankan di daerah
Maluku Utara terus menunjukkan peningkatan. Peningkatan penyaluran kredit
melebihi peningkatan penghimpunan dana dari masyarakat tercermin dari
peningkatan LDR perbankan pada triwulan laporan.
Pada triwulan I-2009, terjadi penambahan kantor bank umum yang
beroperasi di Maluku Utara. Data yang dimiliki oleh Bank Indonesia Ternate
menunjukkan bahwa sampai dengan Bulan Maret 2009 terdapat 10 (sembilan) bank
umum (konvensional dan syariah) dan 1 (satu) bank BPR yang beroperasi. Dari
seluruh Bank yang ada di Maluku Utara, pelayanan kepada nasabah dilakukan oleh
perbankan melalui 38 kantor bank umum termasuk BRI Unit dan 1 BPR, serta

42
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

beberapa ATM dan payment point yang masih terpusat kota Ternate, Kota Tidore
Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Utara.
Dari 10 Bank umum yang beroperasi di Maluku Utara, sebanyak 69,23%
kantor cabang bank beroperasi di wilayah kota Ternate, sehingga perkembangan
keuangan/perekonomian masih didominasi di Kota Ternate. Kondisi trersebut tidak
terlepas dari pusat pemerintahan yang sampai saat ini masih berada di wilayah
Ternate meskipun ibukota definitif Maluku Utara yaitu Sofifi sudah mulai berbenah
menjadi ibukota secara riil disamping persebaran penduduk Maluku Utara yang juga
terpusat di kota Ternate. Penambahan kantor bank pada periode laporan dengan
status kantor cabang pembantu terletak di wilayah Ternate. Sementara satu BPR
masih menjalani proses perizinan dari Bank Indonesia.

a. Perkembangan Aset Bank Umum


Total asset bank umum di ilayah kerja Bank Indonesia Ternate1 pada
akhir Triwulan I-2009 tercatat sebesar Rp3,01 triliun. Nilai tersebut mengalami
penurunan sebesar minus 0,93% (q-t-q) bila dibandingkan dengan kondisi pada
akhir tahun 2008. Namun bila dibandingkan dengan nilai asset perbankan pada
periode yang sama tahun 2008 maka terjadi peningkatan sebesar 9,86% (y-o-y).
Pada triwulan laporan, bank pemerintah masih memegang peran dominan
dalam penguasaan asset keseluruhan perbankan yang ada di Maluku Utara.
Kepemilikan asset oleh bank pemerintah mencapai 86,75% atau mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan penguasaan asset oleh bank berpelat merah
pada periode sebelumnya yang tercatat sebesar87,01%. Dengan demikian bank
swasta nasional menguasai asset perbankan sebesar 13,25% pada triwulan laporan.
Penurunan penguasaan asset oleh bank pemerintah diduga sebagai konsekuensi
logis akibat bertambahnya jumlah bank swasta di wilayah Maluku Utara. Pada
triwulan laporan, jumlah perbankan milik pemerintah (pusat dan daerah) di Maluku
Utara mengalami penurunan dari 55,56% pada triwulan sebelumnya menjadi 50%.
Meskipun perbandingan jumlah bank swasta dan pemerintah telah berimbang pada
triwulan laporan, nilai kapitalisasi perbankan berplat merah tersebut lebih besar dan
kuat bila dibandingkan dengan perbankan swasta yang ada.

43
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Grafik 3.1
Perkembangan Aset Perbankan Maluku Utara

Rp miliar
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
I II III IV I

2008 2009
Bank Pemerintah Bank Swasta

Secara tahunan, bank pemerintah mengalami pertumbuhan aset sebesar


6,61% (y-o-y) sedangkan bank swasta nasional secara tahunan mengalami kenaikan
kepemilikan asset perbankan sebesar 37,21% (y-o-y).
Penyebaran asset bank umum masih didominasi di Kota Ternate dengan
porsi aset sebesar 75,13%, diikuti oleh Halmahera Tengah sebesar 14,25%
sedangkan sisanya terdapat didaerah lain di daerah Maluku Utara. Sebaran
kepemilikan asset tersebut sejalan dengan kegiatan ekonomi masyarakat yang
terkonsentrasi di Kota Ternate. Seiring dengan pelaksanaan pemekaran daerah serta
pemindahan aktivitas pemerintahan baik dalam level provinsi maupun
Kabupaten/kota diharapkan akan memicu ekspansi/penyebaran jasa perbankan
yang lebih merata. Dengan demikian sumber alternatif pembiayaan pembangunan
bagi pelaku ekonomi di daerah semakin meningkat.

Tabel 3.1
Komposisi Kepemilikan Aset Perbankan
Di Maluku Utara

2007 2008 2009


Keterangan
I II III IV I II III IV I
Jenis Bank 2.211,25 2.291,93 2.388,48 2.747,14 2.588,24 2.718,68 2.743,88 3.042,81 3.014,40
Bank Pemerintah 1.978,06 2.030,88 2.125,45 2.414,41 2.282,72 2.419,20 2.452,78 2.647,65 2.614,98
Bank Swasta 233,19 261,05 263,03 332,73 305,52 299,48 291,10 395,16 399,42
Dati II 2.211,25 2.291,93 2.388,48 2.747,14 2.588,24 2.718,68 2.743,88 3.042,81 3.014,40
Ternate 1.682,80 1.709,77 1.738,20 2.059,03 1.921,66 2.034,40 2.022,90 2.282,24 2.264,59
Maluku Utara 243,70 252,67 290,97 240,96 269,88 267,15 274,95 329,42 320,12
Halmahera Tengah 284,76 329,49 359,31 447,14 396,70 417,13 446,04 431,15 429,70
Jenis Valuta 2.211,25 2.291,93 2.388,48 2.747,14 2.588,24 2.718,68 2.743,88 3.042,81 3.014,40
Rupiah 2.139,76 2.228,84 2.347,93 2.702,60 2.524,83 2.587,87 2.641,28 3.030,36 2.947,12
Valas 71,49 63,10 40,55 44,54 63,42 130,81 102,60 12,45 67,29

1
Tidak termasuk KCP BCA karena laporan bulanannya menginduk ke KC di Manado

44
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Berdasarkan jenis valuta, aset bank umum dalam mata uang rupiah
mendominasi sekitar 97,77% aset perbankan Maluku Utara, Sedangkan aset bank
umum dalam valuta asing hanya mencapai 2,23%. Rendahnya share asset bank
dalam denominasi mata uang asingterkonfirmasi dengan penurunan tahunan asset
tersebut sebesar minus 34,42% (y-o-y) sementara asset dalam denominasi rupiah
justru mengalami kenaikan sebesar 11,58% (y-o-y). selain kegiatan perdagangan
antar Negara yang relatif rendah, penurunan asset valas tersebut dipicu oleh tidak
adanya pedagang valuta asing di wilayah Maluku Utara sampai triwulan I-2009;
belum adanya embargasi haji di Provinsi Maluku Utara serta struktur
ketenagakerjaan di Maluku Utara yang hampir tidak ada yang berprofesi sebagai
TKI.
Target pengembangan asset perbankan syariah secara nasional sebesar 5%
dari seluruh total asset perbankan pada tahun 2008 tidak bias tercapai di wilayah
kerja Bank Indonesia Ternate. Pada triwulan I-2009 kepemilikan asset perbankan
syariah di Maluku Utara baru mencapai 2,39 dari total asset bank umum di Provinsi
Maluku Utara. Salah satu faktor penyebabnya adalah sampai triwulan laporan di
wilayah Maluku Utara baru terdapat sebuah bank umum syariah, sementara bank
umum konvensional yang ada belum memiliki unit usaha syariah. Meskipun
demikian, dengan mayoritas warga beragama Islam pengembangan perbankan
syariah di wilayah Maluku Utara diperkirakan memiliki potensi yang cukup menarik
untuk dikelola dengan baik.

b. Penghimpunan Dana Bank Umum


Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan di Maluku Utara
selama Triwulan I-2009 tercatat sebesar Rp2,83 triliun atau mengalami peningkatan
sebesar 1,02% (q-t-q) dan 6,05% (y-o-y). Secara triwulanan, dana masyarakat yang
berasal dari tabungan mengalami penurunan sebesar minus 14,63%. Disisi lain giro
tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu mencapai 25,37%.meskipun
demikian, dana tabungan masyarakat masih mendominasi sumber DPK perpankan
dengan porsi sebesar 44,35%, sementara porsi terendah berupa deposito yaitu
sebesar 20,02%. Persebaran share DPK tersebut dipengaruhi oleh tipe nasabah di
wilayah Maluku Utara yang masih didominasi oleh nasabah konvensional yang
belum memanfaatkan seluruh fasilitas yang ditawarkan oleh perbankan. Disamping
itu budaya masyarakat yang lebih menyukai pembayaran secara tunai membuat

45
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

produk tabungan terlihat lebih menarik karena dapat dilakukan pengambilan


sewaktu-waktu dengan daya dukung ATM yang cukup luas.
Sedikit berbeda dengan perkembangan yang terjadi secara triwulanan,
produk giro merupakan satu-satunya produk perbankan yang mengalami
penurunan dalam upaya menarik dana dari nasabah bank. Secara tahunan giro
mengalami penurunan sebesar minus 0,82%, sedangkan pertumbuhan tertinggi
dialami oleh produk deposito perbankan sebesar 25,68%.

Grafik 3.2
Proporsi DPK Perbankan

20.02

35.63

Giro
Tabungan
Deposito

44.35

Kontribusi DPK pada triwulan laporan berdasarkan pada kelompok bank,


untuk bank pemerintah mempunyai porsi sebesar 86,02% dari total DPK,
sedangkan bank swasta nasional mempunyai porsi mencapai 13,98%. Meskipun
demikian secara perlahan-lahan kinerja bank swasta nasional di Maluku Utara
tercatat mengalami peningkatan baik secara triwulanan maupun tahunan. Secara
triwulanan DPK yang berhasil dikumpulkan olehbankswasta mengalami peningkatan
sebesar 3,64% melebihi pertumbuhan DPK perbankan pemerintah yang hanya
mengalami pertumbuhan sebesar 0,60%. Pertumbuhan DPK perbankan swasta
yang lebih impresif terlihat secara tahunan, dengan kenaikan mencapai 38,20%
sementara bank pemerintah hanya mengalami pertumbuhan sebesar 2,19%.

46
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Berdasarkan daerah penghimpunan DPK, Kota Ternate masih menjadi


penghimpun DPK perbankan terbesar dengan nilai nominal sebesar Rp2,12 trilyun
dengan share sebesar 74,93% dari seluruh DPK triwulan laporan. Share tertinggi
kedua dicatatkan oleh Kabupaten Halmahera Tengah dengan porsi 14,84%. Secara
triwulanan (q-t-q) di wilayah Kabupaten Halmahera Tengah terjadi penurunan
jumlah penghimpunan dana dari masyarakat, yaitu sebesar minus 0,7%. Sementara
pertumbuhan tertinggi terjadi di wilayah Mauku Utara diluar Kota Ternate dan
Halmahera tengah sebesar 8,22%. Masuknya musim panen pada triwulan I-2009
dibeberapa daerah transmigrasi di wilayah Subaim, Halmahera Utara dan Halmahera
Tengah diperkirakan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar sehingga
kemampuan menabung masyarakat mengalami peningkatan. Hal ini terkonfirmasi
dengan peningkatan kinerja di sektor pertanian serta terjadinya peningkatan NTP
petani pada triwulan laporan.
Penghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan dalam bentuk Rupiah di
Maluku Utara selama triwulan I-2009 tercatat sebesar Rp2,76 triliu atau secara
triwulan mengalami penurunan sebesar minus 0,86% (q-t-q). Sementara DPK dalam
valas secara triwulanan tercatat mengalami kenaikan sebesar 298,89% dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp18 miliar. Pertumbuhan tersebut diperkirakan
seiring dengan persiapan pelaksanaan ibadah haji sehingga kebutuhan akan uang
asing menjadi lebih besar. Perkembangan DPK perbankan secara tahunan memiliki
arah yang sedikit berbeda dengan perkembangan yang ditunjukkan oleh data
triwulanan. Secara tahunan (y-o-y), pertumbuhan DPK justru terjadi pada dana
dalam rupiah yaitu sebesar 7,7%. Sedangkan DPK dalam valas justru mengalami
penurunan sebesar minus 33,96%.
Bila ditinjau dari pemilik dana yang dikelola oleh perbankan di Maluku
Utara, dana perorangan memiliki porsi terbesar yaitu tercatat sebesar 62,59% dari
keseluruhan dana pihak ketiga di perbankan atau sebesar Rp1,77 trilyun. Sementara
dana pemerintah yang dikelola oleh perbankan di Maluku Utara (pemerintah pusat,
pemerintah daerah, badan/lembaga pemerintah, BUMN dan BUMD) memiliki porsi
sebesar 32,78% atau mengalami penurunan dari triwulan lalu yang tercatat sebesar
25,68%. Salah satu faktor yang mempengaruhi haltersebut adalah struktur
ekonomi di Maluku Utara yang didominasi oleh pengusaha Mikro, Kecil dan
Menengah serta minimnya jumlah BUMN dan BUMD yang terdapat di Maluku
Utara.

47
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

c. Penyaluran Kredit
c.1.Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor
Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit
perbankan (lending) di Provinsi Maluku Utara pada Triwulan I-2009 tercatat sebesar
Rp1,38 triliun. Nilai kredit tersebut mengalami kenaikan sebesar 9,02% (q-t-q)
dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar dan mengalami peningkatan
sebesar 50,74% (y-o-y) bila dibandingkan dengan penyaluran kredit perbankan
pada triwulan I-2008. Kondisi tersebut sejalan dengan perkembangan
perekonomian daerah serta tingginya tingkat harga di wilayah Maluku Utara
dibandingkan partner usaha utama (Manado dan Surabaya) sehingga kebutuhan
dana masyarakat juga mengalami peningkatan.
Pada triwulan laporan, kredit perbankan kepada pelaku ekonomi yang
tergolong ke dalam usaha kecil dan menengah (UKM) tercatat sebesar Rp1,3 triliun
atau memiliki porsi sebesar 93,77% terhadap total kredit perbankan. Kondisi
tersebut menunjukkan komitmen perbankan di daerah dalam mendukung
pengembangan UKM sebagai soko guru perekonomian nasional, disamping secara
struktural perekonomian di Maluku Utara memang masih didominasi oleh pelaku
usaha bertipe UKM dan terbatasnya kewenangan memutus kredit dari perbankan di
Maluku Utara. Untuk pemberiankredit non UKM, sebagian perbankan di Maluku
Utara harus berkonsultasi dulu dengan kantor wilayah baik di Manado atau di
Makassar.
Secara triwulanan, kredit perbankan yang digunakan untuk membiayai
kegiatan konsumsi mengalami kenaikan sebesar 9,57%. Hal ini turut menopang
meningkatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat dalam struktur PDRB pada
triwulan laporan. Tingginya kredit konsumsi di daerah tercermin dari share yang
dimiliki oleh kredit konsumsi sebesar 58,24% dari total kredit perbankan. Kredit
modal kerja mengalami kenaikan sebesar 10,5% namun kredit investasi justru
mengalami penurunan sebesar minus 0,4%. Meskipun demikian kegiatan investasi
di daerah pada triwulan laporan masih mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi
oleh struktur investasi pada triwulan laporan yang masih didominasi oleh investasi
yang dilakukan oleh pemerintah.
Secara tahunan, intermediasi perbankan di wilayah maluku Utara tumbuh
sebesar 50,74% (y-o-y) dibanding dengan triwulan I-2008 yang tercatat sebesar
Rp918,34 miliar. Seluruh jenis penggunaan kredit mengalami kenaikan, dengan

48
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

kenaikan tertinggi dialami oleh kredit investasi sebesar 58,33% diikuti oleh kredit
konsumsi sebesar 57,16%. Peningkatan kredit investasi banyak digunakan untuk
melakukan peningkatan transportasi di daerah, terutama sarana dan prasarana
speedboat. Bank pemerintah mengalami kenaikan penyaluran kredit sebesar
53,50% (y-o-y) sedangkan bank swasta hanya mengalami kenaikan sebesar
20,64%. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah penyebaran
kantor layanan nasabah bank swasta yang hanya terdapat di wilayah Kota Ternate
sehingga penetrasi kreditnya sangat terbatas.
Peningkatan penyaluran kredit oleh perbankan pada triwulan laporan tetap
mengindahkan kaidah kehati-hatian. Disamping itu penerapan managemen kredit
yang lebih baik juga ditunjukkan oleh perbankan di Maluku Utara pada periode
laporan. Dengan nilai kredit yang semakin besar ternyata rasio jumlah kredit
bermasalah (NPL’s) perbankan justru mengalami penurunan sebesar minus 0,09%
(q-t-q) sehingga pada periode laporan tercatat sebesar 4,38%. Kredit dengan
kategori lancar mengalami kenaikan sebesar 8,39% (q-t-q).
Selama Triwulan I-200, Pertumbuhan pembiayaan/ kredit triwulanan
perbankan tertinggi terjadi pada sektor perindustrian yaitu sebesar 24,16%
kemudian diikuti oleh sektor konstruksi dengan pertumbuhan sebesar 23,65%.
Meningkatnya konsumsi masyarakat terutama yang terkait dengan konsumsi bahan
makanan mendorong terjadinya kenaikan permintaan sehingga industri pengolahan
daerah membutuhkan tambahan modal untuk memenuhi perubahan tersebut.
Sementara persiapan pemindahan ibukota ke Sofifi beserta kelangkapannya seperti
rumah dinas pejabat dan sarana prasarana lainya turut mendorong kenaikan
kebutuhan bahan bangunan. Disisi lain kenaikan tingkat harga di wilayah Maluku
Utara membuat kebutuhan dana oleh kalangan industri pengolahan maupun
pemborong/konstruktor mengalami peningkatan.
Meskipun pertumbuhan kredit di sektor perdagangan, hotel dan restoran
hanya sebesar 5,27% (q-t-q) namun kredit di sektor ini memiliki share terbesar yaitu
25,55% dengan nilai kredit mencapai 335,92 miliar. Share kredit dari sektor ini
sejalan dengan share sektor terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Sementara itu
sektor pertanian yang memiliki share terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah hanya memiliki share sebesar 5,01% dari total kredir perbankan. Pertanian
Maluku Utara yang didominasi oleh pertanian rakyat/kecil sehingga sebagian besar
modal kerja diperoleh dari pelaku ekonomi.

49
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Tabel 3.2
Perkembangan Kredit Perbankan
(Miliar rupiah)

2008 2009
Keterangan
I II III IV I
Jenis Penggunaan 918,34 1.052,83 1.187,04 1.269,69 1.384,28
Modal Kerja 336,65 380,82 398,41 424,70 469,28
Investasi 68,71 86,68 109,55 109,22 108,79
Konsumsi 512,98 585,33 679,08 735,77 806,22
Golongan Kredit 304,17 1.052,83 1.187,04 1.269,69 1.384,28
UKM - KUK (inc. PKT) 167,24 199,00 192,44 207,37 207,32
UKM - Non KUK 68,24 788,37 916,26 993,09 1.090,66
Non UKM 68,69 65,46 78,33 69,22 86,29
Jenis Bank 918,34 1.052,83 1.187,04 1.269,69 1.384,28
Bank Pemerintah 841,11 968,45 1.095,49 1.179,40 1.291,11
Bank Swasta 77,23 84,38 91,55 90,29 93,17

c.2 Persetujuan Kredit Baru


Nilai persetujuan kredit baru pada triwulan I-2009 tercatat sebesar Rp374,23
miliar atau secara triwulanan mengalami peningkatan sebesar 394,19% (q-t-q)
dibandingkan total persetujuan kredit baru pada triwulan IV-2008. Meskipun
demikian tingkat persetujuan kredit baru untuk mendanai kegiatan investasi
mengalami penurunan sebesar minus 32,95% (q-t-q), sementara persetujuan kredit
konsumsi mengalami peningkatan sebesar 29,99% (q-t-q). Kondisi memberikan
isyarat awal bahwa perekonomian daerah pada periode selanjutnya masih akan
didominasi oleh kegiatan konsumsi masyarakat. Penurunan kredit investasi
diharapkan dapat ditekan dengan pelaksanaan kegiatan/proyek investasi dari
pemerintah sehingga kinerja investasi daerah diharapkan dapat mengalami
pertumbuhan.
Berbeda dari periode-periode sebelumnya, pada Triwulan I-2009 proporsi
persetujuan kredit baru didominasi oleh bank-bank swasta dengan share sebesar
80,51% dari total persetujuan kredit. Penambahan kantor layanan bank swasta
serta kebijakan ekspansi kredit perbankan swasta diperkirakan menjadi pemicu
perubahan tersebut.Kota Ternate masi menjadi basis utama penyaluran kredit
perbankan di daerah, dengan proporsi sebesar 96,38%. Hal ini menandakan bahwa
aktivitas perekonomian daerah masih berada di Ternate meskipun aktivitas
pemerintahan provinsi akan segera berpindah ke Sofifi.

50
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Grafik 3.3
Proporsi Pemberian Kredit Baru

84.08%

Modal Kerja
Investasi
Konsumsi

14.46%
1.45%

c.3.Perkembangan Kredit Usaha Kecil (KUK) Bank Umum


Peningkatan kredit executing secara umum sebesar 9,14% (q-t-q) dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1,37 triliun. Sejalan dengan
perkembangan kredit secara umum, kredit konsumsi masih mendominasi kredit
jenis ini dengan share mencapai 58,85%, sedangkan kredit investasi hanya
mencapai 7,85%.
Selama Triwulan I-2009, Kredit Usaha Kecil (executing2) tercatat sebesar
Rp192,97 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 0,03% (q-t-q). Nilai kredit
tersebut memberikan kontribusi sebesar 14,09 dari total kredit executing pada
triwulan laporan. Masih rendahnya kredit pada pengusaha kecil di daerah secara
umum dipengaruhi oleh rendahnya nilai agunan yang dimiliki pengusaha serta
kelengkapan pencatatan dokumen dan arus kas (neraca) yang masih sulit dipenuhi.
Sedangkan kredit UKM secara keseluruhan mencapai Rp1,28 triliun atau mengalami
peningkatan sebesar 8,23% (q-t-q). Adapun share dari kredit UKM mencapai
93,7% dari totak kredit executing.

2
Dana milik bank sendiri

51
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Grafik 3.4
Struktur Kredit Executing
Bank Umum di Maluku Utara

Rp miliar
1,400
1,200
1,000
800
600 UKM
400 Non UKM
200
0
I II III IV I

2008 22009

Penyaluran kredit executing pada triwulan laporan masih didominasi oleh


perbankan pemerintah dengn proporsi sebesar 93,46% atau senilai Rp1,28 triliun.
Jumlah pengusaha kecil di sektor perdagangan, hotel dan restoran memicu
peningkatan kredit di sektor ini sebesar 5,31% (q-t-q) sehingga share kredit pada
sektor ini mencapai 25,78%. Demikian pula dengan sektor pertanian yang
merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar di Maluku Utara memiliki share
kredit sebesar 4,24%, dengan pertumbuhan triwulanan sebesar 5,06% (q-t-q).

d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum


Peningkatan penyaluran kredit oleh perbankan pada triwulan laporan lebih
tinggi bila dibandingkan dengan peningkatan kemampuan bank dalam
mengumpulkan dana dari masyarakat. Dengan demikian, LDR perbankan di Provinsi
Maluku Utara pada Triwulan I-2009 mengalami peningkatan sebesar 3,59% (q-t-q)
menjadi 48,94%. Secara kasar dapat dikatakan bahwa peningkatan kinerja
perekonomian di daerah pada triwulan laporan turut dipengaruhi oleh peningkatan
pembiayaan oleh perbankan di daerah.
Secara triwulanan, rasio LDR tertinggi pada Triwulan I-2009 terjadi pada
kelompok bank pemerintah sebesar 53,07% meningkat dari kondisi triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 48,77%, sedangkan LDR bank swasta justru

52
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

mengalami penurunan dari 23,67% pada triwulan IV-2008 menjadi 23,57% pada
triwulan laporan. Data tersebut memberikan sinyal awal bahwa perbangkan
berpelat merah memiliki agresifitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
perbankan swasta dalam upaya penyaluran kreditnya. Meskipun demikian,
pertumbuhan penyaluran kredit baru oleh perbankan swasta diharapkan mampu
meningkatkan rasio pembiayaan tersebut.

Grafik 3.5
Perkembangan LDR Bank Umum
Di maluku Utara
Rp miliar DPK KREDIT LDR
3,000 60%

2,500 50%

2,000 40%

1,500 30%

1,000 20%

500 10%

0 0%
I II III IV I

2008 2009

e. Non Performing Loans (NPL’s) Bank Umum


Non Performing Loans (NPL’s) pada perbankan di wilayah Maluku Utara
pada Triwulan I-2009 tercatat sebesar 4,38% mengalami penurunan sebesar minus
0,09% dari triwulan sebelunya yang tercatat sebesar 4,48%. Penurunan NPl’s
secara triwulanan (q-t-q) tersebut dipengaruhi oleh peningkatan kredit dengan
kategori lancer sebesar 8,39% (q-t-q) serta penurunan kredit dalam kategori
diragukan sebesar minus 84,54% (q-t-q). Menurunnya NPL’s dalam triwulan laporan
menunjukkan pembenahan dalam pengelolaan manajemen risiko oleh perbankan
terutama resiko kredit.
Secara tahunan NPL’s perbankan di daerah mengalami kenaikan sebesar
0,01% (y-o-y). Kondisi ini harus mendapatkan perhatian serius mengingat

53
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

pertumbuhan kredit secara tahunan hanyamencapai 0,51% (y-o-y). Disamping itu


secara struktur kredit pertumbuhan kredit lancar lebih rendah bila dibandingkan
dengan pertumbuhan kredit macet.

Grafik 3.6
Perkembangan NPL’s Perbankan Daerah

Rp miliar KREDIT NPL


1,600 5.00%
1,400 4.50%
4.00%
1,200
3.50%
1,000 3.00%
800 2.50%
600 2.00%
1.50%
400
1.00%
200 0.50%
0 0.00%
I II III IV I

2008 2009

Dari sejumlah Rp60,69 miliar kredit yang bermasalah, proporsi terbesar


terdapat pada kredit yang digunakan sebagai modal kerja yaitu sebesar 77,31%,
sedangkan kredit konsumsi yang bermasalah hanya mencapai 14,88% dari total
kredit bermasalah. Sejalan dengan agresifitas perbankan dalam penyaluran kredit,
bank pemerintah mendominasi pengelolaan kredit bermasalah pada triwulan
laporan dengan proporsi mencapai 90,87% sedangkan bank swasta hanya sebesar
9,13%.
NPL’s yang terbentuk pada triwulan laporan tidak dapat dipisahkan terhadap
share kredit setiap sektor ekonomi yang ada. Secara sektoral, nilai tertinggi
pembentukan NPL’s terjadi pada perdagangan, hotel dan restoran sebesar 52,54%
yang diikuti oleh sektor pertanian sebesar 14,52%.

54
 

BOX 4
PENANDATANGANAN ADENDUM KESEPAKATAN
KERJASAMA PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN UMKM KOTA TERNATE

Pada haris Senin tanggal 16 Maret 2009, bertempat di Sentra kerajinan mebel bambu
lurik Goliho, wilayah Tongole, Kelurahan Marikurubu, telah dilaksanakan penandatanganan
adendum kesepakatan kerjasama pengembangan komoditi unggulan UMKM Kota Ternate
antara Pemerintah Kota Ternate (diwakili oleh Walikota Ternate Syamsir Andili), Bank Indonesia
(diwakili Pimpinan Bank Indonesia Endih Santosa) dan KADIN Ternate (diwakili oleh Abubakar
Sani), yang turut disaksikan oleh Presiden Direktur Japan External Trade Organization (JETRO)
Jakarta Sadanobu Kusaoke dan staf ahli JETRO Yuri Sato, Kepala BRI Cabang Ternate Chaerul
Mustofa, Kepala Bank Artha Graha Cabang Ternate Freddy Pungus, Kepala BPR Malifut Kasim
Konoras, dan Staf Bank Mandiri Cabang Ternate serta staf Bank Tabungan Negara cabang
Ternate.
Pada kesempatan ini diberikan pula bantuan kepada UMKM secara simbolis berupa satu
unit mesin jahit dan alat pertukangan kepada beberapa kelompok UMKM seperti kelompok
akelatuhu, akemotoa, akelamo dan akefako dari Pemerintah Kota TErnate.
Dalam acara ini dilakukan pula penyerahan hasil penelitian dari Universitas Sam
Ratulangi Manado kepada Bank Indonesia Ternate, untuk diserahkan kembali kepada
Pemerintah Kota Ternate. Penelitian yang dimaksud adalah Profil Usaha Kerajinan Mebel Bambu
Lurik di Kota Ternate dan Pola Pembiayaan Usaha Kecil Bubuk Rempah (Pala, Cengkeh dan
Kayu Manis).
Dalam sambutannya PBI Ternate mengucapkan terima kasih atas kepedulian dan respon
Walikota terhadap pengembangan UMKM di Ternate yang salah satunya telah diwujudkan
melalui pendirian UKM center. PBI Ternate juga berterima kasih kepada masyarakat sekitar dan
panitia penyelenggara atas terlaksananya penandatanganan adendum, dimana hal tersebut
menunjukkan komitmen bersama dalam rangka pengembangan UMKM di Ternate khususnya
dan Maluku Utara pada umumnya. Dikemukakan pula bahwa dalam mengevaluasi program
pengembangan UMKM tidak hanya ditujukan untuk peningkatan kualitas produksi tetapi juga
pada peningkatan atau perluasan partisipasi masyarakat sekitar. Pada kesempatan tersebut PBI
ternate juga mengemukakan harapannya bagi keberlanjutan program-program pengembangan
UMKM dan peningkatan sinergi seluruh instansi terkait.
Walikota Ternate mengemukakan bahwa pusat kerajinan bambu lurik Goliho didirikan
pada tahun 1999 dengan memperhatikan potensi pengembangan bambu lurik yang sangat
besar dan sebagai pusat kerajinan masyarakat di Lingkungan Tongole kelurahan Marikurubu.

68 
 
 

Apabila di daerah jawa motif yang muncul pada bambu adalah karena dibakar, di Ternate motif
lurik merupakan hal yang timbul secara alami. Pengembangan UMKM di Ternate mengalami
pasang surut karena terbentur permasalahan SDM yang kurang mendukung. Dari segi produk,
pengemasan harus dibuat lebih artistik sehingga meningkatkan daya jual produk di pasaran.
Dengan adanya adendum diharapkan dapat terjalin kerjasama semua pihak, termasuk
perbankan, karena keterlibatan perbankan sangat penting bagi pengembangan UMKM. UMKM
di Ternate sangat banyak jumlahnya hingga mencapai lebih dari 4000 unit usaha, dan hal inilah
yang mendorong lahirnya UKM center. Dana yang disalurkan ke masyarakat untuk
pengembangan sektor ini sebesar 2,5 miliar rupiah, dan dalam 7 tahun telah berkembang
menjadi 5,5 miliar rupiah dimana UMKM yang telah difasilitasi adalah sebanyak 1200 unit.
Walikota mengemukakan bahwa willingnes to pay merupakan hal yang paling penting, alih-alih
collateral. Salah satu yang perlu untuk dibanggakan adalah kerajinan meubel bambu lurik telah
di ekspor hingga Dubai.

69 
 
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Bab Perkembangan
IV Keuangan Daerah

4.1. Gambaran Umum


Pengelolaan keuangan daerah yang efektif dan efisien dapat menjadi
stimulus percepatan pertumbuhan ekonomi daerah. Berdasarkan data realisasi
APBD1 Provinsi Maluku Utara tahun anggaran 2008, diketahui bahwa realisasi
pendapatan daerah pada tahun 2008 diperkirakan mencapai 101,90% sedangkan
untuk belanja daerah realisasinya masih belum optimal dengan tingkat pencapaian
89,47%.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Maluku Utara Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 tanggal 21
Januari 2009 diketahui bahwa untuk tahun anggaran 2009 pendapatan daerah
Provinsi Maluku Utara ditargetkan sebesar 721,41 miliar rupiah sedangkan belanja
daerah dianggarkan sebesar 755,91 miliar rupiah. Dengan demikian anggaran
pembangunan daerah pada tahun 2009 mengalami defisit sebesar 34,5 miliar
rupiah. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, rencana pendapatan
daerah mengalami kenaikan sebesar 16,08% dimana pada tahun anggaran 2008
rencana pendapatan daerah adalah 621,47 miliar rupiah. Rencana belanja daerah
juga mengalami kenaikan sebesar 18,77% dimana pada tahun sebelumnya belanja
daerah yang direncanakan adalah sebesar 736,61 miliar rupiah.

1
Data masih dalam proses pemeriksaan BPK

63
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Grafik 4.1
Perkembangan APBD Maluku Utara

4.2. Pendapatan Daerah


Realisasi pendapatan Provinsi Maluku Utara hingga akhir tahun 2008
mencapai 101,90%. Hal ini agak mengejutkan karena laporan realisasi pada
semester pertama tahun 2008 yang diterima oleh Bank Indonesia dari Biro
Keuangan Provinsi masih 0,00%. Pencapaian ini disebabkan karena realisasi
pendapatan asli daerah yang mencapai 121,37% dan realisasi lain-lain pendapatan
yang sah mencapai 150%. Adapun pendapatan transfer realisasinya hanya
mencapai 98,17%.

Pos pendapatan asli daerah yang realisasinya dibawah target adalah


pendapatan retribusi daerah yang realisasinya hanya sebesar 46,57%.
Kondisi ini mengindikasikan tingkat kedisiplinan serta kepedulian masyarakat relatif
rendah atau terjadinya pemungutan retribusi daerah yang tumpang tindih. Salah
satu indikasinya adalah masuknya Provinsi Maluku Utara dalam dafar daerah yang
memiliki perturan daerah yang dinilai menghambat tingkat investasi oleh Menteri
Keuangan. Adapun pos-pos lainnya yaitu pendapatan pajak daerah dan lain-lain
PAD yang sah melampaui target, dengan realisasi masing-masing sebesar 143,34%
dan 115,51%.

Dari sisi pendapatan transfer, pos transfer pemerintah pusat yang yang
berupa dana perimbangan terealisasi sebesar 98,17%. Secara rinci dana

64
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

perimbangan ini berupa dana bagi hasil pajak dengan realisasi 109,59%; dana bagi
hasil sumber daya alam dengan realisasi 68,42%; dana alokasi umum dengan
realisasi 100%; dan dana alokasi khusus yang realisasinya sebesar 100,08%.
Rendahnya realisasi dana bagi hasil sumber daya alam cukup memprihatinkan
karena daerah Maluku Utara terkenal dengan kekayaan sumber daya alam, baik
berupa potensi wisata alam, kandungan mineral/bahan tambang maupun hasil
palawija.

Lain-lain pendapatan yang sah, yang terdiri atas pendapatan hibah,


pendapatan dana darurat dan pendapatan lainnya memiliki realisasi sebesar
150% dengan sumber pendapatan hanya bersumber dari pendapatan dana
darurat. Kondisi politik di Maluku Utara pasca pemilihan Gubernur pada akhir
tahun 2007 memang cukup memprihatinkan. Selama tahun 2008 kondisi
keamanan di daerah cukup memprihatinkan, baik dari pemberitaan di media cetak
maupun elektronik. Pelaksanaan demonstrasi masa pendukung pasangan calon
gubernur sering berakhir rusuh. Oleh karena itu untuk memelihara kondisi
keamanan daerah, hampir selama satu tahun Maluku Utara mendapatkan bantuan
personel pengamanan dari pemerintah pusat.

4.3. Belanja Daerah


Secara umum realisasi belanja daerah selama tahun 2008 diperkirakan
mencapai 89,47%. Pada komponen belanja, pos belanja operasi memiliki realisasi
sebesar 91,31%; belanja modal realisasinya sebesar 79,55%; dan belanja tak
terduga mencapai realisasi sebesar 6,74%.

Pada pos belanja operasi, belanja pegawai memiliki realisasi sebesar 91,93%;
belanja barang dan jasa 87,88%; hibah 103,07%; bantuan sosial 96,63%; dan
belanja bantuan keuangan 60,41%. Tingginya realisasi belanja pegawai sejalan
dengan peningkatan gaji PNS serta dilaksanakannya peneriaan CPNS pada tahun
2008. Perkembangan ini terkonfirmasi dengan meningkatnya konsumsi pemerintah
pada PDRB triwulan laporan.

65
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Pada pos belanja modal, belanja tanah realisasinya 98,12%; belanja peralatan dan
mesin 67,18%; belanja gedung dan bangunan 75,47%; belanja jalan, irigasi dan
jaringan 81,41%; belanja aset tetap lainnya 94,09; dan belanja aset lainnya tidak
dianggarkan. Di Maluku Utara, belanja modal merupakan komponen yang dominan
terhadap kegiatan investasi di daerah. Hal ini tercermin dari meningkatnya kegiatan
investasi di daerah dalam PDRB sejalan dengan perkembangan investasi dari
pemerintah terutama dari realisasi pembangunan infrastruktur di daerah.

4.4 Lain-Lain
Pada tahun 2009, pemerintah pusat melalui anggaran kementrian Negara/lembaga
mengalokasikan stimulus fiskal guna mendukung ekspansi sektor rii sebesar Rp12,2
triliun. Provinsi Maluku Utara sendiri mendapatkan kucuran dana sebesar Rp224,2
juta. Rencananya, sejumlah dana tersebut akan disalurkan melalui kegiatan/proyek
pembangunan departemen pekerjaan umum dan departemen perhubungan.

66
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Table 4.
Alokasi pemanfaatan dana SILPA
Untuk stimulus fiskal di daerah Maluku Utara
Tahun anggaran 2009
No Deskripsi Jumlah
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM 115.000.000
I. Jalan dan jembatan Provinsi 25.000.000
II. Jalan dan jembatan Kab/Kota
a Kab. Halmahera Barat 5.000.000
b Kab. Halmahera Timur
- Peningkatan jalan ruas Lapter - Wayamli 10.000.000
- Peningkatan jalan ruas Lmaba - Bicoli 15.000.000
c Kota Tidore Kepulauan 20.000.000
d Kota Ternate (Pembangunan Talud) 20.000.000
III Irigasi Kab/Kota
Kab. Halmahera Timur 10.000.000
IV Pengembangan Infrastruktur Pemukiman di Kab/Kota
Kab. Halmahera Timur 10.000.000
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN 109.200.000
Pembangunan dan Rehabilitasi Pelabuhan Laut dan Penyeberangan
I a Lanjutan pembangunan faspel Laut Makean Tahap II 20.000.000
b Lanjutan pembangunan faspel Laut Wayaloar Tahap II 20.700.000
c Lanjutan pembangunan faspel Laut Sanana Tahap II 6.000.000
d Lanjutan pembangunan faspel Laut Bobong Tahap II 20.000.000
e Lanjutan pembangunan faspel Laut Tikong Tahap II 26.500.000
f Lanjutan pembangunan faspel Laut Manituntung Tahap II 10.000.000
g Lanjutan pembangunan faspel Laut LaiwuiTahap III 3.700.000
h Lanjutan pembangunan faspel Laut GebeTahap III 2.300.000
TOTAL 224.200.000

67
BOX 3
Penelitian Lending Model Usaha Mebel Bambu Lurik

Kerjasama Bank Indonesia Ternate dan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat)

Pendahuluan

Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa bambu mampu memberikan nilai tambah
yang lebih besar apabila dikelola secara maksimal. Pemahaman seperti ini penting untuk
mengubah persepsi masyarakat dari pemanfaatan bambu secara tradisional menjadi suatu
komoditi yang lebih berdaya guna dengan menerapkan teknologi dan sentuhan seni, sehingga
dapat diubah dari suatu komoditi menjadi produk olahan yang mampu memberikan manfaat
ekonomi bagi pengrajin dan juga mampu menyerap lapangan kerja yang lebih banyak.
Bagi Kota Ternate, usaha kecil kerajinan mebel bambu lurik telah lama dikenal sebagai
salah satu jenis usaha kecil yang memiliki ciri khas yang dapat meningkatkan sumber
pendapatan keluarga pengrajin dan lapangan pekerjaan di Kota Ternate. Produk kerajinan
mebel bumbu lurik telah dipasarkan bukan hanya di Kota Ternate, tetapi juga telah dipasarkan
di daerah lain, seperti ke Kota Manado di Sulawesi Utara, Kota Ambon di Maluku, serta
beberapa kota di Papua dan Pulau Jawa, bahkan ke manca negara, seperti ke Dubai dan
Australia.
Kegiatan studi pola pembiayaan usaha kerajinan mebel bambu lurik dilakukan dengan
metode survey, untuk menghimpun data dan informasi baik data primer dan sekunder dengan
menggunakan alat bantu kuesioner. Responden terdiri dari pengrajin Mebel bambu lurik yang
sentra industrinya berlokasi di Jalan Pemancar TVRI Lingkungan Tangole di kecamatan Ternate
Tengah Kota Ternate Provinsi Maluku Utara. Sebagai pembanding dilakukan survey pada satu
pengusaha yang ada di kota Tidore Kepulauan. Data sekunder diperoleh dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan dan Koperasi Kota Ternate dan BPS Kota Ternate.
Aspek Pasar

Berdasarkan hasil survey dan wawancara dengan pengusaha kerajinan Mebel Lurik di
Kota Ternate diperoleh informasi bahwa pembeli/konsumen atau kelompok pembeli mebel lurik
ini sebagian besar adalah konsumen langsung. Artinya pembeli langsung datang ke tempat
usaha dan membeli produk mebel dari produsen/pengusaha/pegrajin mebel. Produk kerajinan
mebel lurik sebagian besar permintannya adalah pasar lokal (konsumen) khususnya Ternate.
Ada juga produk mebel ini di pasarkan ke daerah-daerah sekitarnya seperti Halmahera Barat,

55 
 
Halmahera Utara dan sebagian lagi dipasarkan di Kota Ambon Provinsi Maluku, Papua dan
Manado. Permintaan konsumen untuk mebel bambu lurik tertinggi terjadi menjelang Idul Fitri.

Tingkat persaingan di antara para pengrajin mebel bambu lurik di Kota Ternate relatif
tergolong rendah karena produk mebel lurik relatif homogen. Usaha kerajinan mebel lurik di
Provinsi Maluku Utara hanya terdapat di 2 (dua) lokasi yaitu di Kota Ternate dan Kota Tidore
Kepulauan. Usaha mebel bambu lurik di kedua daerah ini tidak saling bersaing karena masing-
masing memiliki segmen pasar sendiri-sendiri. Untuk usaha mebel lurik di Kota Tidore sebagian
besar melayani kebutuhan konsumen lokal di kota Tidore. Sebagian pula dijual ke pembeli di
luar kota Tidore Kepulauan yang datang melihat dan membeli di lokasi/tempat usaha. Pembeli
tersebut datang dari daerah-daerah sekitar seperti Halmahera Utara, Halmahera Barat dan
daerah-daerah lainnya. Sesekali juga produk mebel bambu lurik ini dikirim ke ke Jawa maupun
Australia berdasarkan pesanan.

Aspek Produksi

Proses produksi mebel bambu lurik relatif panjang, walaupun teknologi yang digunakan
sangat sederhana
Proses Produksi Mebel Bambu Lurik

56 
 
Skala usaha para pengrajin mebel bambu lurik di Kota Ternate sangat beragam.
Walaupun semuanya tergolong skala kecil, namun ada yang sudah mendekati skala menengah
dan ada juga yang skala usahanya masih sangat kecil. Secara umum, tipe usaha yang tipikal
menghasilkan mebel kursi tamu dengan kapasitas produksi per tahun mencapai 30 unit kursi
tamu tipe sofa, 45 unit kursi tamu tipe sudut, dan 45 unit kursi tamu tipe biasa.

Mutu produk yang dihasilkan oleh para pengrajin mebel bambu lurik di Kota Ternate
juga relatif beragam, yang sesuai dengan harga yang ditawarkan kepada konsumen. Pada
umumnya, mutu dasarnya tergolong baik dan hampir merata pada semua semua pengrajin. Hal
ini didukung oleh pengalaman para pengrajin yang telah cukup lama melaksanakan usaha
kerajinan ini. Namun demikian, ada sebagian pengrajin yang sering mendapatkan pesanan tipe
sofa yang agak mahal, sehingga mutunya pun dibuat lebih baik.

Kendala produksi yang sering dialami oleh para pengrajin bambu lurik adalah cuaca dan
tenaga kerja. Pada saat musim penghujan, pengeringan bambu menjadi lebih lama sehingga
proses produksi akan mengalami penundaan. Akibatnya, jumlah produksi yang dihasilkan akan
berkurang. Demikian juga, jumlah tenaga kerja trampil yang ada sangat terbatas sehingga para
pengrajin sering mengalami kesulitan memenuhi pesanan atau permintaan pasar yang banyak
dalam waktu yang relatif singkat.

Aspek Keuangan

Analisis keuangan kerajinan mebel bambu lurik dibuat untuk mengetahui deskripsi
umum pendapatan dan pengeluaran, kemampuan melunasi kredit dan kelayakan usaha dilihat
dari beberapa kriteria kelayakan finasial seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate Return
(IRR), Payback Period (PBP), dan Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C).

Langkah awal sebelum analisa keuangan adalah membuat asumsi dan parameter
keuangan yang didasarkan pada hasil pengamatan di lapangan, masukan dari instansi terkait
dan pustaka yang berkaitan. Asumsi dan parameter keuangan yang digunakan dapat dilihat
pada Tabel 1.

Jangka waktu periode proyek ditetapkan 5 tahun, karena umur ekonomis dari sebagian
besar mesin yang digunakan dalam proses produksi adalah 5 tahun. Jumlah bahan baku yang
digunakan untuk satu bulan proses produksi adalah 30 batang bambu lurik yang menghasilkan
mebel kursi tamu sofa sebanyak 2 unit, mebel kursi tamu tipe 1 sebanyak 3 unit dan mebel
kursi tamu tipe 2 sebanyak 3 unit.

57 
 
Proses produksi kerajinan bambu lurik berlaku sepanjang tahun karena bahan baku
dapat diperoleh sepanjang tahun. Hari produksi per bulan diasumsikan selama 26 hari kerja.

Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan

No  Asumsi  Satuan  Jumlah 


1  Periode Proyek  tahun  5 
2  Bulan kerja efektif per tahun  bulan  12 
3  Hari kerja per bulan  hari  26 
4  Bahan baku bambu lurik       
   ‐ Harga  Rp / batang  10,000 
5  Kapasitas produksi per bulan       
   ‐ Mebel meja kursi tamu  set  2 
   ‐ Mebel meja kursi makan  set  6 
6  Harga Jual       
   ‐ Mebel kursi tamu sofa  Rp / set  2,000,000  
   ‐ Mebel kursi tamu tipe 1  Rp / set  1,500,000  
   ‐ Mebel kursi tamu tipe 2  Rp / set  1,250,000  
7  Kapasitas produksi terjual       
   ‐ Tahun ke – 1  %  75% 
   ‐ Tahun ke – 2  %  80% 
   ‐ Tahun ke – 3  %  90% 
   ‐ Tahun ke – 4  %  90% 
   ‐ Tahun ke – 5  %  90% 
8  Kredit investasi       
   ‐ Suku bunga kredit  %  18% 
   ‐ Jangka waktu  tahun  3 
9  Proporsi kredit investasi  %  50% 

Pada saat memulai usaha kerajinan bambu lurik, maka diperlukan biaya investasi yang
mencakup biaya pengurusan perizinan, serta biaya untuk pembelian tanah, bangunan, mesin
dan peralatan. Biaya investasi ini bersifat tetap yang harus dikelurakan di tahun ke-0 sebelum
usaha dimulai. Komponen mesin dan peralatan nilainya tidak besar, yaitu hanya 6,67% dari
seluruh komponen biaya, karena alat yang digunakan pada umumnya adalah manual. Besarnya
biaya investasi untuk usaha kerajinan bambu lurik adalah sebesar Rp. 70.715.000,-.

58 
 
Kebutuhan Biaya Investasi

No  Uraian  Jumlah (Rp) 


1  Perizinan  1.000.000 
2  Tanah/lahan  15.000.000 
3  Bangunan  50.000.000 
4  Mesin dan peralatan   4.715.000 
   Jumlah   70.715.000 

Analisa sensitivitas kelayakan usaha perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh
proyek yang dilaksanakan sensitif terhadap perubahan biaya produksi maupun penjualan
produk. Analisa sentivitas dilakukan pada 3 skenario perubahan yaitu : 1) Penurunan
penerimaan penjualan; 2) Kenaikan biaya produksi variabel dan 3) Penurunan penerimaan
penjualan dan kenaikan biaya produksi variabel.

Tabel 3. Analisis Kelayakan Usaha

No  Unsur Pembiayaan  Uraian 


1  Jenis Usaha  Kerajinan Usaha Mebel Lurik 
2  Lokasi Usaha  Kelurahan Tangole Kecamatan Ternate Selatan Kota 
Ternate 
3  Dana yang digunakan  Investasi   :   Rp   70.715.000 
Modal Kerja   :   Rp   8.936.000 
4  Sumber Dana  Kredit   :   Rp   25.000.000 
Modal Sendiri   :   Rp    54.651.000 
5  Plafon Kredit  Dana dari Bank untuk: 
Investasi   :   Rp   25.000.000 
6  Jangka Waktu Kredit  Kredit Investasi   :   3 tahun 
7  Suku Bunga  18% per tahun menurun 
8  Periode Pembayaran Kredit  Angsuran pokok dan bunga dibyarkan tiap bulan 
9  Kelayakan Usaha   
- Periode Proyek  5 Tahun 
- Produk yang Dihasilkan  Mebel Bambu Lurik (3 jenis) 
- Kapasitas Produksi  8 set mebel bambu lurik per bulan 
- Volume Penjualan 
8 set mebel bambu lurik per bulan 
- Tingkat Teknologi 
Tradisional 
10  Kriteria Kelayakan Usaha 
- NPV(i=18%)  Rp. 57.165.805 
- IRR  47,48% 
- Net B/C  1,81 
- PBP 
32 bulan 
- BEP Penjualan 
Rp. 54,538,960  
Penilaian 
Layak Dilaksanakan 

59 
 
11  Analisis Sensitivitas   
  1. Dari Sisi Penjualan   
  a. Turun 10%   
  -NPV (i =18%)   Rp. 4 .236.859 
-IRR  20,38% 
-Net B/C 
1,06 
-PBP 
57 bulan 
-Penilaian 
Layak Dilaksanakan 
  b. Turun 11%   
-NPV (i =18%)  (Rp.1.056.036) 
-IRR  17,40% 
-Net B/C   0,99  
-PBP 
61 bulan 
-Penilaian 
Tidak Layak Dilaksanakan 
  2. Dari Sisi Biaya Produksi   
a. Naik 16,5%   
-NPV (i =18%)  Rp. 2.014.474  
-IRR  19,13% 
-Net B/C 
 1,03  
-PBP 
59 bulan 
-Penilaian 
Layak Dilaksanakan 
  b. Naik 17,5%   
-NPV (i =18%)  (Rp. 1.328.031) 
-IRR  17,25% 
-Net B/C   0,98  
-PBP 
61 bulan 
-Penilaian 
Tidak Layak Dilaksanakan 
  3. Dari Sisi Penjualan dan Biaya   
Produksi   
a. Naik 6%   
-NPV (i =18%)  Rp. 5.353.408  
-IRR 
20,99% 
-Net B/C 
-PBP  1,08  
-Penilaian  56 bulan 
Layak Dilaksanakan 
  b. Naik 7%   
-NPV (i =18%)  (Rp. 3.281.992) 
-IRR  16,13% 
-Net B/C  0,95  
-PBP 
61 bulan 
-Penilaian 
Tidak Layak Dilaksanakan 

60 
 
Kesimpulan

1. Usaha mebel bambu lurik mempunyai prospek yang cerah dimasa datang karena
masyarakat saat ini cenderung menggunakan produk mebel dengan bahan baku
alamiah yang bernilai seni dan ramah lingkungan.
2. Kajian terhadap aspek teknologi dan produksi menunjukkan bahwa secara teknis bahan
baku cukup tersedia di daerah sendiri, sementara teknis/proses produksi bukan
merupakan hambatan kegiatan usaha. Tersedianya sarana dan prasarana transportasi
dan komunikasi memudahkan para pengrajin dalam memasarkan produk mebel lurik.
Kendala yang dihadapi oleh pengrajin mebel bambu lurik adalah kurangnya inovasi
dalam membuat model mebel bambu lurik yang baru.
3. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk usaha mebel bambu lurik dengan kapasitas
produksi 8 set bambu lurik adalah Rp. 70.715.000 yang terdiri dari kredit bank sebesar
35,35 % yaitu Rp. 21.200.000 dan dana sendiri 64,65% yaitu Rp. 45.715.000.
4. Hasil analisis keuangan menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dilaksanakan ditinjau
dari kriteria kelayakan usaha, karena pada tingkat suku bunga 18 %, nilai NPV sebesar
Rp. 57.165.805, IRR sebesar 47,48%, Net B/C sebesar 1,81 dan jangka waktu
pengembalian modal 32 bulan.
5. Hasil analisis sensitivitas usaha kerajinan mebel bambu lurik terhadap penurunan
penjualan menunjukkan bahwa usaha ini masih dapat dilaksanakan sampai batas
penurunan penjualan sebesar 10%. Hasil analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya
produksi menunjukkan bahwa usaha ini masih dapat dilaksanakan sampai batas
kenaikan sebesar 16,5%. Hasil analisis sensitivitas terhadap penurunan penjualan dan
kenaikan biaya produksi menunjukkan bahwa usaha ini masih dapat dilaksanakan
sampai batas penurunan penjualan dan kenaikan biaya poduksi variabel 6%. Usaha ini
lebih sensitif terhadap penurunan penjualan dibandingkan dengan kenaikan biaya
produksi variabel.
6. Usaha mebel bambu lurik mempunyai manfaat yang cukup baik ditinjau dari aspek
sosial ekonomi dan tidak memberikan dampak lingkungan yang membahayakan
masyarakat di sekitar lokasi usaha. Secara keseluruhan usaha ini dapat dikatakan layak
untuk mendapatkan pembiayaan dari perbankan maupun pihak lainnya.
7. Ditinjau dari aspek sosial ekonomi, pengembangan usaha kerajinan mebel lurik dapat
mendorong perekonomian Kota Ternate dan Tidore melalui peningkatan pendapatan
pengrajin, memperluas lapangan pekerjaan dan meningkatan PAD melalui penerimaan
retribusi daerah.

61 
 
Saran

1. Untuk memperkuat sektor usaha kerajinan mebel bambu lurik, hendaknya pengrajin
membentuk Koperasi bagi pengrajin Mebel bambu Lurik. Upaya pendirian Koperasi ini
didasarkan pada pemikiran bahwa perlu adanya wadah berhimpun untuk penguatan
Kelembagaan pengrajin, sebagai sarana menjaga terpeliharanya ketersediaan bahan
baku yang dikelola bersama dan untuk memperkuat akses pembiayaan dan pemasaran.
2. Karena pengusaha yang bergerak di bidang pengolahan produk ini sudah cukup
banyak, usaha mebel bambu lurik perlu mendapatkan lebih banyak pembinaan teknis
khususnya inovasi pembuatan model yang lebih menarik dari pihak Pemerintah Daerah
yang ditunjang oleh aspek permodalan dari pihak perbankan.
3. Untuk terus mempertahankan dan meningkatkan usaha bambu lurik, maka pihak
pengusaha harus membeli atau menggunakan bahan baku bambu lurik yang
berkwalitas baik.
4. Secara finansial proyek ini layak untuk dibiayai,namun pihak perbankan tetap perlu
melakukan analisis kelayakan usaha yang lebih komprehensif berdasarkan prinsip
kehati-hatian, khususnya dalam penyaluran kredit investasi untuk usaha baru maupun
perluasan usaha.
5. Petani bambu lurik dan dinas terkait perlu memperhatikan kondisi lahan hutan bambu
lurik yang ada agar potensi bambu lurik dapat terjaga, yang Kerajinan Mebel Bambu
Lurik berdampak kepada ketersediaan pasokan bahan baku bagi pengrajin bambu serta
mampu menjaga kelestarian lingkungan sekitar.

62 
 
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Bab Perkembangan
V Sistem Pembayaran
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 tahun 2004 dicantumkan
bahwa salah satu tugas yang harus dijalankan dalam rangka mencapai
tujuan Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran (pasal 8). Sistem Pembayaran dapat didefinisikan sebagai sistem yang
mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang dipakai untuk
melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari
suatu kegiatan ekonomi1. Kebijakan Bank Indonesia dalam sistem pembayaran tunai
adalah senantiasa untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat
baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktudan dalam
kondisi yang layak edar (fit for circulation). Sementara dari sisi pembayaran non
tunai kebijakan diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif,
efisien, handal dengan tetapmemperhatikan aspek perlindungan konsumen.
Penyelesaian transaksi tunai dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran yang
sah (uang kartal) sedangkan penyelesaian transaksi non tunai dapat dilakukan
menggunakan cek, giro, dll. Pemantauan perkembangan penyelesaian transaksi
pembayaran tunai dapat dilakukan dengan mengamati aliran uang yang masuk dan
keluar dari kas Bank Indonesia, sedangkan untuk transaksi pembayaran non tunai
dipantau melalui kegiatan kliring dan RTGS (Real Time Gross Settlement).

5.1 Transaksi Tunai


5.1.1. Aliran Uang Kartal (Outflow / Inflow)
Berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.3 Tahun 2004, BI
menyelenggarakan pelayanan perkasan di setiap satuan kerja kas Kantor Bank
Indonesia. Selain itu BI memberikan pelayanan kas di luar kantor berupa kas keliling,
kas titipan dan kerjasama penukaran dengan pihak ketiga.

1
www.bi.go.id

70
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Pada triwulan I-2009, total aliran uang kartal keluar dan masuk ke
Bank Indonesia tercatat sebesar Rp207,63 miliar atau mengalami penurunan
sebesar minus 46,27% (q-t-q). kondisi tersebut sejalan dengan siklus tahunan
yang menunjukkan bahwa pada awal tahun uang kartal yang keluar dan masuk di
Bank Indonesia Ternate mengalami penurunan seiring dengan berakhirnya berbagai
event menyambut pergantian tahun serta event keagamanan yang berlangsung
pada triwulan sebelumnya. Penurunan harga BBM oleh Pemerintah yang diikuti
dengan penyesuaian tariff angkutan diduga turut mempengaruhi penurunan aliran
uang kartak di Bank Indonesia, meskipun pada triwulan laporan perekonomian
daerah justru mengalami pertumbuhan bila dibandingkan dengan periode
sebelumnya.
Aliran uang kartal di Bank Indonesia Ternate pada triwulan laporan
secara keseluruhan terjadi net inflow Pada triwulan laporan, aliran uang kartal
yang masuk ke Bank Indonesia Ternate (inflow) sebesar Rp106,43 miliar atau
mengalami peningkatan sebesar 13,65% (q-t-q). Disisi lain, aliran uang kartal keluar
(outflow) dari Bank Indonesia pada Triwulan I-2009 tercatat sebesar Rp101,20 miliar
atau mengalami penurunan sebesar minus 65,43% (q-t-q). Hal ini dipengaruhi oleh
preferensi masyarakat yang melakukan penyetoran uang ke perbankan setelah masa
pergantian tahun dan hari raya keagamaan berlalu.. Bila di breakdown menjadi
bulanan, kondisi net inflow terjadi pada bulan Januari dan Februari. Pada bulan
Maret masyarakat di Maluku Utara memasuki persiapan penyelenggaraan pesta
rakyat Legu Gam, maupun HUT Kota Tidore. Kegiatan tersebut mendorong
peningkatan kebutuhan uang sehingga pada bulan ini mulai terjadi net outflow.
Secara umum, perbandingan antara nilai nominal uang yang masuk dan yang keluar
dari Bank Indonesia Ternate adalah 9,5 : 1.

Tabel 5.1
Perkembangan Kegiatan Kas
Di Bank Indonesia Ternate
miliar rupiah
Net
TRIWULAN Inflow Outflow (inflow/outflo
w)
I 78.65 59.28 19.36
II 35.38 268.74 (233.36)
2007
III 34.17 258.72 (224.56)
IV 52.07 447.97 (395.91)
I 95.86 134.06 (38.20)
II 22.63 233.28 (210.65)
2008
III 25.19 321.47 (296.27)
IV 93.64 292.77 (199.13)
2009 I 106.43 101.20 5.23
Sumber : Bank Indonesia
71
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan kegiatan perkasan di Bank Indonesia juga terkait dengan


aktivitas masyarakat terhadap perbankan secara umum. Pada triwulan laporan,
kenaikan nominal kredit perbankan lebih rendah bila dibandingkan dengan
pertumbuhan nominal DPK perbankan. Dengan demikian aliran dana masyarakat ke
bank lebih besar dibandingkan dengan aliran dana perbankan ke masyarakat.
Dengan pelaksanaan uji coba setoran – bayaran kepada seluruh perbankan maka
uang yang tidak layak edar di perbankan dari setoran dana masyarakat akan
berkorelasi positif dengan setoran perbangkan ke Bank Indonesia.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan salah satu tugas Bank Sentral yaitu
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia
melaksanakan kas keliling ke berbagai daerah yang dianggap strategis bagi kegiatan
ekonomi masyarakat, seperti pasar-pasar dan kawasan pemukiman yang relatif
padat penduduk. Sampai akhir triwulan I-2009 telah dilaksanakan kas keliling di
wilayah Maluku Utara sebanyak 4 kali (di Kota Tidore kepulauan, pasar Gamalama
dan kawasan pertokoan/food court) sebagai alternatif penukaran berbagai pecahan
kecil dengan jumlah total sebanyak Rp355 juta.

Grafik 5.1
Perbandingan Jumlah Kas Keliling
Dengan Uang Yang Masuk Ke BI

Miliar Rp
7 120
6 100
5
80
4
60
3
40
2
1 20
0 ‐
I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009


Jml. Kas Keliling inflow (kanan)

Guna memenuhi kebutuhan uang tunai di daerah, Kantor Bank Indonesia


Ternate juga berkoordinasi dengan Kantor Bank Indonesia lainnya. Salah satu
bentuk kerjasamanya adalah dengan dilaksanakannya pengiriman uang cetakan

72
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

sempurna (HCS) dari/ke Kantor Bank Indonesia Ternate. Mengantisipasi lonjakan


kebutuhan masyarakat Maluku Utara menjelang masa kampanye dan persiapan
pemilu, Bank Indonesia Ternate pada triwulan I-2009 telah melaksanakan kegiatan
remise sebanyak 2 (dua) kali dengan jumlah nominal sebesar Rp422,1 miliar.

5.1.2. Pemusnahan Uang


Sistem pembayaran yang baik didukung oleh kelayakan alat pembayaran
yang dipakai selain ketersediaan alat dan sarana penunjang pembayaran itu sendiri.
Oleh karena itu, sebagai lembaga yang bertindak sebagai Otoritas Moneter di
wilayah NKRI, Bank indonesia senantiasa menjaga uang yang beredar di masyarakat
berada dalam kondisi yang layak (fit for circulation). Dengan pemberlakuan metode
setoran – bayaran pada perbankan maka uang yang boleh disetorkan ke Bank
Indonesia adalah uang tidak layak edar(UTLE). Oleh karena itu secara berkala
dilakukan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar menggunakan
mesin racik uang kertas (MRUK).

Tabel 5.2
Perkembangan Pemusnahan Uang Kertas
Di bank Indonesia Ternate

MRUK
TRIWULAN Inflow Nomial
% INFLOW
(miliar)
I 78.65 40.06 50.94
II 35.38 37.74 106.66
2007
III 34.17 36.97 108.21
IV 52.07 25.64 49.25
I 95.86 30.28 31.59
II 22.63 28.89 127.67
2008
III 25.19 28.09 111.48
IV 93.64 34.40 36.74
2009 I 106.43 16.34 15.35
Sumber : Bank Indonesia
Pada triwulan laporan, bank Indonesia Ternate telah melaksanakan
pemusnahan uang kertas sebanyak 12 kali dengan jumlah uang yang telah
diracik mencapai Rp16,34 miliar. Secara triwulanan (q-t-q) jumlah uang yang
diracik mengalami penurunan sebesar 52,51%. Pada triwulan laporan, rasio jumlah

73
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

uang yang dimusnahkan dibandingkan dengan jumlah inflow uang kartal sebesar
15,35%, mengalami penurunan dari rasio pada triwulansebelumnya yang tercatat
sebesar 36,74%.

5.1.3. Uang palsu


Sejalan dengan kebijakan yang diterapkan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia
dalam menjaga kualitas uang beredar, maka Kantor Bank Indonesia Ternate
berupaya menerapkan kebijakan clean money policy serta pemberantasan uang
palsu di masyarakat. Atas dasar laporan yang masuk di Bank Indonesia dan pihak
berwajib, sampai dengan akhir triwulan laporan tidak terdapat pengaduan
ditemukannya uang palsu yang beredar di masyarakat.
Meskipun demikian, sejalan dengan kondisi politik yang semakin ramai
menjelang pelaksanaan pemilu serta perkembangan perekonomian di daerah maka
Bank Indonesia Ternate tetap berupaya melakukan pencegahan terhadap peredaran
uang palsu dengan melakukan edukasi/sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang
rupiah berbagai pecahan dan edisi kepada masyarakat, baik masyarakat umum,
pegawai pemerintahan maupun kalangan akademisi. Selama triwulan I-2009 Bank
Indonesia Ternate talah melaksanakan kegiatan sosialisasi keaslian uang rupiah
sebanyak 5 (lima) kali, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 5.3
Kegiatan Sosialisasi Keaslian Uang Rupiah
Triwulan I-2009

No. Tgl. Pelaksanaan Tempat/Lokasi


1 29 Januari 2009 Pasar Tidore
2 11 Februari 2009 Pasar Terminal Gamalama Ternate
3 20 Maret 2009 Kantor Bank BTN
4 25 Maret 2009 Bumi Perkemahan Pramuka, Kel. Gambesi Ternate Selatan

74
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Grafik 5.2
Perbandingan Persentase Penemuan Uang Palsu
di KKBI Makassar dan Kantor Pusat BI

% KKBI Makasar Kantor Pusat
70

60

50

40

30

20

10


Aug

Aug
Apr

Apr
Oct

Oct
Feb 

Nov

Nov
Jun

Sep

Feb

Jun

Sep

Feb
Dec

Dec
Jul

Jul
May

May
Jan

Jan

Jan
Mar

Mar
2007 2008 2009

Dari tabel di atas, kita dapat melihat bahwa persentase penemuan atau pelaporan
kasus uang palsu di wilayah Sulampua relatif stabil. Kondisi tersebut tentu saja
terkontribusi dari pelaporan penemuan uang palsu di Maluku Utara sebagai salah
satu wilayah di KKBI Makassar (Wilayah Sulampua) yang sejak tahun 2006 selalu
nihil.
Grafik 5.3
Perkembangan rasio uang palsu terhadap uang asli

lb/Rp juta
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Nov

Nov
Jan

Jun

Jan

Jun

Jan
Jul

Jul
Mar
Apr

Aug
Sep

Feb
Mar
Apr

Aug
Sep

Feb
Oct

Oct
May

Dec

May

Dec
Feb

2007 2008 2009

Secara nasional pada triwulan I-2009 rasio penemuan uang palsu mengalami
peningkatan. Bila pada akhir tahun 2008 sario uang palsu hanya mencapai 1,08
lembar setiap satu juta lembar uang asli maka pada periode Februari 2009 sudah
mencapai 1,38 lembar setiap satu juta lembar uang asli. Disisi lain, jumlah uang
kartal yang diedarkan oleh Bank Indonesia pada triwulan I-2009 justru mengalami
penurunan sebesar minus 14,27% (q-t-q). Secara umum uang kartal yang diedarkan

75
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

oleh Bank Indonesia masih didominasi oleh uang kertas, yang pada triwulan laporan
mencapai 98,72% dari seluruh uang kartal yang diedarkan.
Tabel 5.4
Posisi uang kartal yang diedarkan

Uang Uang
Periode Kertas Logam Jumlah
(Triliun Rp) (Triliun Rp) (Triliun Rp)
I 196.27 2.67 198.94
II 221.61 2.73 224.34
2008
III 267.42 2.82 270.24
IV 261.53 2.86 264.39
2009 I 223.77 2.90 226.67

5.2 Transaksi Non Tunai


5.2.1 Perkembangan Kliring Lokal
Pada triwulan I-2009 rata-rata penyelesaian transaksi harian melalui
kliring mengalami penurunan. Rata-rata harian nilai nominal transaksi kliring
pada triwulan I-2009 sebesar 2,334 miliar rupiah atau mengalami penurunan
sebesar 23,86%, dimana nilai nominal transaksi pada triwulan sebelumnya adalah
3,056 miliar. Jika dilihat rata-rata harian jumlah warkat sebenarnya tidak terdapat
perubahan dimana jumlah rata-rata harian warkat pada triwulan IV-2008 maupun
pada triwulan I-2009 sebanyak 48.
Tabel 5.5
Rata-rata Harian Transaksi
Kli i
Lembar Nominal
TRIWULAN
(satuan) (miliar Rp)
2007 I 38 1,199
II 46 1,468
III 49 1,649
IV 47 2,134
2008 I 49 1,915
II 48 2,427
III 49 2,101
IV 48 3,056 Grafik 5.4
2009 I 48 2,334 Rata-rata Harian Transaksi Kliring
Sumber: Bank Indonesia

76
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Kualitas kliring di Ternate pada triwulan IV-2008 mengalami peningkatan.


Hal ini ditunjukkan dengan persentase rata-rata harian tolakan kliring terhadap total
rata-rata harian kliring yang mengalami penurunan. Persentase volume tolakan pada
triwulan I-2009 adalah 0,64% dimana pada triwulan sebelumnya volume tolakan
tersebut sebesar 0,81%. Dari sisi nominal terjadi penurunan tolakan dimana pada
triwulan IV-2008 nominal tolakan sebesar 1,22% sedangkan pada triwulan I-2009
tolakan sebesar 1,16%.
Tabel 5.6
Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong
Penarikan Cek/BG Kosong Kliring Total Persentase
TRIWULAN
Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal
2007 I 0,13 7,62 38,40 1.198,81 0,33% 0,64%
II 0,26 24,77 46,35 1.467,58 0,56% 1,69%
III 0,11 2,21 49,25 1.648,93 0,22% 0,13%
IV 0,29 36,11 46,73 2.134,17 0,62% 1,69%
2008 I 0,68 14,84 48,81 1.915,44 1,39% 0,77%
II 0,41 484,47 47,70 2.427,49 0,87% 19,96%
III 0,51 36,33 48,62 2.100,51 1,04% 1,73%
IV 0,39 37,21 48,22 3.056,40 0,81% 1,22%
2009 I 0,31 27,12 48,03 2.334,05 0,64% 1,16%
Sumber: Bank Indonesia

Peningkatan aktivitas kliring di Maluku Utara sejalan dengan cerminan


perbaikan kualitas transaksi warkat kliring. Kondisi tersebut dapat dilihat dari
penurunan yang terjadi dari jumlah warkat yang tercatat sebagai transaksi
penolakan cek atau bilyet giro (BG) terhadap total jumlah transaksi yang tercatat
mencapai 0,87% sedangkan pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 1,39%.
Meskipun demikian kita perlu meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian dalam
bertransaksi karena meskipun persentase jumlah warkat yang dotolak terhadap
jumlah keseluruhan warkat yang dikliringkan mengalami penurunan akan tetapi
nilai penolakannya justru mengalami peningkatan yaitu dari 0,77% terhadap total
nilai kliring pada triwula I-2008 menjadi 19,96% dari total nilai kliring pada periode
laporan.

77
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Grafik 5.5
Perkembangan Kegiatan Kliring

Lbr q-t-q y-o-y %


120 120
100
100 80
60
80 40
20
60
0
40 -20
-40
20 -60
-80
- -100
ribu Rp
180 300
160 250
140 200
120 150
100 100
80 50
60 0
40 -50
20 -100
0 -150
I II III IV I II III IV I II
Miliar Rp
2006 2007 2008
Nom q-t-q y-o-y %

5.2.2 Perkembangan Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement)


Penyelesaian transaksi ekonomi melalui sarana RTGS di wilayah Kota
Ternate pada triwulan I-2009 mengalami penurunan. Pada triwulan I-2009
transaksi RTGS dari wilayah Maluku Utara (outflow) tercatat sebesar Rp1,17 triliun
sedangkan transaksi dari luar wilayah Maluku Utara (to) tercatat sebesar Rp992,88
miliar. Searah dengan nilai transaksi RTGS, keseluruhan volume transaksi pada
triwulan laporan tercatat sebesar 3.805 kali transaksi, mengalami penurunan
sebesar minus 40,77% dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Tabel 5.7
Penyelesaian transaksi RTGS
Kota Ternate
OUTFLOW (FROM) INFLOW (TO) FROM - TO
PERIODE NOMINAL NOMINAL
VOLUME VOLUME NOMINAL (miliar) VOLUME
(miliar) (miliar)
2008 Tw. IV 1792.68 3394 1605.84 3030 808.53 1083
2009 Tw. I 1186.2 1993 992.88 1812 384.17 399

Transaksi RTGS antar provinsi (from-to) pada triwulan I-2009 juga


mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara nominal
transaksi RTGS antar pulau pada periode laporan tercatat sebesar 384,17 miliar atau
mengalami penurunan sebesar mius 52,49% (q-t-q). Sedangkan volume transaksi
mengalami penurunan sebesar 63,16% (q-t-q) sehingga pada triwulan laporan
hanya terjadi 399 kali transaksi.

78
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Bab Perkembangan
VI Ketenagakerjaan

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Maluku Utara pada triwulan


laporan sejalan dengan perbaikan yang terjadi pada beberapa indikator
ketenagakerjaaan dan kesejahteraan masyarakat. Secara tahunan, pada posisi
Agustus 2008 terjadi peningkatan jumlah orang yang bekerja sebesar 5,98% (y-o-y)
dari kondisi Bulan Agustus 2007 dimana jumlah penduduk yang bekerja tercatat
sejumlah 372,34 ribu jiwa. Meskipun garis kemiskinan mengalami peningkatan,
jumlah penduduk miskin pada periode Maret 2008 tercatat sebesar 105 ribu jiwa
atau mengalami penurunan sebesar 4,46 % (y-o-y). Disisi lain, Upah minimum
Provinsi di Maluku Utara mengalami peningkatan pada tahun 2009 bila
dibandingkan dengan UMP pada tahun 2009. Demikian pula dengan nilai tikar
petani periode Februari 2009 mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode
akhir tahun lalu.

6.1 Ketenagakerjaan
6.1.1. Angkatan Kerja
Pertumbuhan ekonomi sebesar 4,98% (y-o-y) belum mampu menjadi
stimulus perbaikan kondisi ketenagakerjaan daerah secara menyeluruh.
Meningkatnya penduduk usia kerja (umur 15 tahun keatas) memang diiringi dengan
kenaikan angkatan kerja dan jumlah penduduk yang bekerja, namun tingkat
pengangguran juga mengalami peningkatan. Data hasil survey BPS Provinsi Maluku
Utara pada bulan Agustus 20081 mengungkapkan terjadinya peningkatan jumlah
angkatan kerja sebesar 6,45% bila dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja
pada posisi bulan Agustus 2007 yang tercatat sebesar 396,32 ribu orang.
Peningkatan tersebut diikuti oleh peningkatan penduduk usia kerja yang bekerja

1
Survey yang dilakukan oleh BPS Provinsi mengnai data ketenagakerjaan berlangsung bulan
Februari dan Agustus setiap tahunnya.

79
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

sebesar 5,98% (y-o-y), sekaligus jumlah peningkatan jumlah pengangguran di


daerah sebesar 13,84% (y-o-y).

Tabel 6.1
Penduduk Maluku Utara
Usia 15 tahun keatas Menurut Kegiatan

2007 2008
Kegatan Utama
Februari Agustus Februari Agustus
Penduduk usia 15 tahun ke atas 583,03 589,39 624,44 639,8
Angkatan kerja 404,79 396,32 417,45 421,9
• Bekerja 371,03 372,34 388,11 394,6
• Penganggur 33,77 23,98 29,34 27,3
Bukan angkatan kerja 178,23 193,07 206,99 217,9
Tingkat partisipasi angkatan kerja 69,43% 67,24% 66,85% 65,94%
Tingkat pengangguran terbuka 8,34% 6,05% 7,03% 6,48%
Sumber: BPS Provinsi

Meningkatnya jumlah angkatan kerja tersebut lebih disebabkan oleh


meningkatnya jumlah penduduk di daerah, terutama penduduk dengan
status pengangguran. Peningkatan jumlah penduduk bekerja yang lebih rendah
daripada jumlah penduduk yang menganggur diperkirakan dipengaruhi oleh
berhentinya kegiatan operasional beberapa industri pengolahan kayu yang ada di
wilayah Maluku Utara, kegiatan investasi yang masih didominasi oleh investasi
pemerintah serta tingkat pendidikan penduduk usia kerja yang relatif rendah.
Meskipun demikian, jumlah penduduk yang bekerja pada periode yang sama masih
mengalami peningkatan dengan adanya penerimaan CPNS di daerah serta
penambahan Investasi seperti hotel, restoran serta perbankan. Kondisi tersebut
berakibat menurunya tingkat partisipasi angkatan kerja di daerah sebesar minus
1,30% (y-o-y).
Penduduk di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2009 diperkirakan
mencapai 958,1 ribu jiwa2 yang tersebar di 9 (sembilan) kabupaten/kota.
Jumlah tersebut diprediksikan mengalami pertumbuhan sekitar 2,38% dari jumlah
penduduk pada tahun 2008. Pertumbuhan penduduk tersebut dapat terdongkrak
dengan adanya pengembangan program transmigrasi yang mendatangkan
penduduk dari luar wilayah Maluku Utara.

2
sumber: http://www.datastatistik-indonesia.com

80
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Tabel 6.2
Pertumbuhan Penduduk di Maluku Utara
2008 2009
UMUR
Laki-Laki Perempuan TOTAL Laki-Laki Perempuan TOTAL

0-4 50,4 51,6 102 51,7 50,4 102,1


5-9 51,9 47,3 99,2 50 48,8 98,8
9-14 60,6 46,9 107,5 52,9 51,7 104,6
15-19 50,2 59,1 109,3 57,6 56,1 113,7
20-24 44,3 47,2 91,5 48,7 45,2 93,9
25-29 37,1 45,5 82,6 43 42,1 85,1
30-34 33 40,3 73,3 35,7 38 73,7
35-39 29,8 33,4 63,2 32,5 34 66,5
40-44 25,5 29,6 55,1 29,4 27 56,4
45-49 21,4 23,7 45,1 24,2 23 47,2
50-54 16,4 19,6 36 20,2 18 38,2
55-59 11,7 14,2 25,9 15,1 13 28,1
60-64 7,9 9,1 17 10 9 19
65-69 5,8 6,2 12 6 6 12
70-74 3,8 4,2 8 5 5 10
75+ 3,7 4,4 8,1 3,9 4,9 8,8
Total 453,5 482,3 935,8 485,9 472,2 958,1
sumber: http://www.datastatistik-indonesia.com

Pada periode Agustus 2008, peningkatan angkatan kerja perempuan


lebih tinggi bila dibandingkan dengan peningkatan angkatan kerja laki-laki.
Angkatan kerja perempuan mengalami pertumbuhan sebesar 8,68% (y-o-y)
sehingga pada Agustus 2008 tercatat sejumlah 160,2 ribu jiwa, sedangkan
angkatan kerja laki-laki hanya mengalami pertumbuhan sebesar 5,13% (y-o-y)
sehingga pada Agustus 2008 tercatat sejumlah 261,7 ribu jiwa. Kondisi serupa juga
terjadi bila kita membandingkan peningkatan jumlah penduduk perempuan dan
laki-laki yang bekerja maupun yang menganggur. Bermunculannya restoran dan
hotel baru yang lebih banyak merekrut pegawai dari kaum perempuan menjadi
salah satu penyebab terjadinya kondisi yang demikian.

81
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Grafik 6.1
Perbandingan Penduduk
Bekerja dan Menganggur
(ribu jiwa)

laki‐laki bekerja laki‐laki penganggur wanita bekerja wanita penganggur

300

200

100

0
februari agustus februari agustus

2007 2008

Selaras dengan kegiatan ekonomi masyarakat yang terkonsentrasi di


Kota Ternate, persebaran angkatan kerja, penduduk yang menganggur
maupun penduduk yang bekerja juga terkonsentrasi di kota yang sama.
Sebagai pusat aktivitas ekonomi, Kota Ternate memiliki daya tarik yang kuat bagi
penduduk usia kerja sehingga penduduk dari wilayah lain banyak yang bermigrasi
ke Ternate untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.

82
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Table 6.3
Persebaran Angkatan Kerja menurut Kab/Kota

Angkatan kerja Pengangguran


Bekerja (ribu jiwa)
Kab/Kota (ribu) (ribu jiwa)
2008 2007 2008 2007 2008
Halbar 42,964 41,13 40,861 1,473 2,103
Halteng 14,891 12,47 14,251 0,338 0,64
Kep. Sula 54,766 50,45 51,221 3,028 3,545
Halsel 83,47 72,9 80,144 3,602 3,326
Halut 80,493 77,32 76,598 3,794 3,895
Haltim 26,73 24,33 25,22 1,235 1,51
Ternate 82,434 61,8 72,074 9,28 10,36
Tikep 36,132 31,93 34,188 1,233 1,944
Maluku Utara 421,88 372,33 394,557 23,983 27,32
sumber: BPS Provinsi

6.1.2. Lapangan Pekerjaan Utama


Sebagian besar penduduk usia kerja menggantungkan pekerjaan
pada sektor pertanian. Data dari BPS menunjukkan bahwa pada periode Agustus
2008, sebanyak 59,21% penduduk usia kerja bekerja di sektor pertanian. Beberapa
hal yang diperkirakan menjadi penyebabnya adalah kondisi geografis Maluku Utara
yang merupakan daerah kepulauan, sumber daya alam yang melimpah, serta tingkat
pendidikan penduduk yang realtif rendah.

Tabel 6.4
Penduduk usia kerja berdasarkan lapangan kerja
2007 2008
Lapanga pekerjaan
februari agustus februari agustus
Pertanian 228,56 224,72 234,57 233,63
Pertambangan 9,45 4,14 7,84 6,75
Industri 16,13 14,56 16,70 15,03
Listrik, gas, air 0,75 0,61 0,43 0,76
Bangunan 14,62 14,30 12,78 17,80
Perdagangan 50,01 51,42 48,76 44,58
Angkutan & pergudangan 22,69 26,40 23,36 25,43
Keuangan dan jasa perusahaan 0,30 33,66 2,23 2,96
Jasa kemasyarakatan 28,52 3,13 41,45 47,63
TOTAL 371,03 372,942 388,12 394,55
Sumber: BPS Provinsi

Bila dilihat dari status pekerjaan utama yang dijalani oleh penduduk
usia kerja di daerah, jumlah pekerja yang tidak di bayar masih cukup tinggi.

83
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Dari 394,56 ribu jiwa yang bekerja pada periode Agustus 2008, sebanyak 24,39%
merupakan pekerja yang tidak dibayar. Perbandingan tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan penduduk yang menggeluti pekerjaan dengan status usaha
sendiri yang hanya mencapai 23,1%. Kondisi tersebut dapat diasosiasikan secara
sederhana dengan masih rendahnya daya tawar (bargaining position) pekerja di
daerah. Hal ini tentu tidak terlepas dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pekerja
di daerah. Kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah
untuk meningkatkan daya tawar tenaga kerja di daerah guna lebih mengakselerasi
pertumbuhan ekonomi daerah.

Tabel 6.5
Penduduk usia kerja menurut status pekerjaan utama
(ribu jiwa)

2007 2008
status pekerjaan
februari agustus februari agustus
Usaha sendiri 105,33 98,31 89,08 91,13
Usaha dibantu buruh tidak tetap 105,7 83,12 111,39 95,84
Usaha dibantu buruh tetap 7,96 11,99 9,88 14,76
Buruh/karyawan 47,74 73,45 57,8 75,64
Pekerja bebas di pertanian 7,14 14,65 12,65 13,04
Pekerja bebas di non pertanian 13,02 8,23 12,87 7,91
Pekeja tak dibayar 84,14 82,59 94,44 96,24
TOTAL 371,03 372,34 388,11 394,56
Sumber: BPS Provinsi

6.2 Kesejahteraan
6.2.1. Kesejahteraan Petani
Membaiknya kondisi ekonomi diikuti oleh peningkatan mayoritas
penduduk Maluku Utara yang bergelut di sektor pertanian. Indikator yang
sering digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani adalah Nilai Tukar
Petani (NTP). Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di provinsi
Maluku Utara yang dilaksanakan oleh BPS pada Februari 2009, NTP mengalami
kenaikan sebesar 0,58% dibandingkan periode Desember 2008. Pada periode
Februari 2009, nilai tukar petani di Maluku Utara tercatat sebesar 100,38 yang
berarti terjadi surplus atas indeks harga yang diterima petani. Kondisi tersebut
selaras dengan peningkatan kinerja sektor pertanian yang terjadi pada triwulan I-
2009. Selain beberapa sentra pertanian yang telah memasuki panen pada triwulan I-

84
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

2009, meningkatnya harga pada beberapa komoditas pertanian diperkirakan


menjadi pemicu kenaikan indeks tersebut.

Table 6.6
Nilai Tukar Petani di Maluku Utara

2008 2009
Sub Sektor
Dec Jan Feb
Tanaman Pangan
   Indeks yang diterima 98,23 103,07 104,17
   Indeks yang dibayar 118,49 119,02 118,17
   Nilai Tukar Petani 82,90 86,60 88,15
Holtikultura
   Indeks yang diterima 114,68 114,36 115,84
   Indeks yang dibayar 120,34 120,34 119,16
   Nilai Tukar Petani 95,30 95,03 97,21
Tanaman Perkebunan Rakyat
   Indeks yang diterima 149,29 149,81 143,15
   Indeks yang dibayar 115,96 116,45 115,42
   Nilai Tukar Petani 128,74 128,65 124,03
Peternakan
   Indeks yang diterima 108,34 109,09 109,79
   Indeks yang dibayar 110,56 110,98 109,93
   Nilai Tukar Petani 97,99 98,30 99,87
Perikanan
   Indeks yang diterima 103,86 104,92 103,31
   Indeks yang dibayar 119,2 118,29 117,47
   Nilai Tukar Petani 87,13 88,70 87,95
Maluku Utara
Indeks Diterima Petani 117,67 119,25 117,45
Indeks Dibayar Petani 117,91 118,05 117,01
Nilai Tukar Petani 99,80 101,02 100,38
Sumber: BPS Provinsi

6.2.2. Tingkat Upah


Pada tahun 2009, Pemerintah Provinsi Maluku Utara berencana
meningkatkan upah minimum provinsi sebesar 10% bila dibandingkan
dengan tingkat upah pada tahun 2008. Pada tahun 2009 Pemerintah Daerah
mengusulkan tingkat upah minimum provinsi sebesar Rp770 ribu/bulan. Selain

85
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

pertimbangan tingkat inflasi daerah yang cukup persisten terhadap perubahan,


tingkat pemenuhan kebutuhan hidup layak menjadi pertimbangan utama
peningkatan UMP tersebut.

Tabel 6.7
Perkembangan UMP di beberapa daerah (Sulampua)
UMP (Rp)
NO PROVINSI
2006 2007 2008 2009
1 Maluku 575.000 635.000 700.000 805.000
2 Malut 528.000 660.000 700.000 770.000
3 Gorontalo 527.000 560.000 600.000 675.000
4 Sulut 713.500 750.000 845.000 929.500
5 Sultra 573.400 640.000 700.000 770.000
6 Sulteng 575.000 615.000 670.000 720.000
7 Sulsel 612.000 673.200 740.520 905.000
Rata-rata Nasional 602.151 671.837 760.346 836.612

86
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Bab Prospek
VII Perekonomian Daerah

7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi


Perkembangan ekonomi di Maluku Utara pada triwulan I-2009 masih
memiliki arah yang sejalan dengan prospek ekonomi yang dibuat dalam kajian
perekonomian daerah pada triwulan sebelumnya. Perekonomian daerah mengalami
pertumbuhan yang meningkat meskipun masih berada di bawah tingkat
pertumbuhan ekonomi nasional.
Pada triwulan II-2009 perekonomian daerah Maluku Utara diperkirakan akan
mengalami pertumbuhan sebesar 5,75± 1% (y-o-y). Berdasarkan indikator ekonomi
yang terjadi pada triwulan I-2009 yang telah dipaparkan pada beberapa bab
sebelumnya, serta kondisi keamanan yang tetap terjaga setelah pelaksanaan pemilu
legislative, perekonomian Maluku Utara pada diperkirakan masih cukup stabil
bahkan kecenderungan mengalami pertumbuhan. Prediksi tersebut sejalan dengan
hasil survey SKDU yang telah dilaksanakan oleh Bank Indonesia Ternate pada
triwulan I-2009. Ekspektasi masyarakat terhadap kegiatan usaha di triwulan II-2009
mengalami peningkatan.
Grafik 7.1
Ekspektasi Kegiatan Usaha

180 200
160 180
140 160
120 140
120
100
100
80
80
60
60
40 40
Ekspektasi Keg. Usaha
20 20
Realisasi Keg. Usaha
0 0
Tw.II-2007 Tw.III- Tw.IV- Tw.I-2008 Tw.II-2008 Tw.III- Tw.IV- Tw.I-2009 Tw.II-2009
2007 2007 2008 2008

Sektor pertanian diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan


menyusul dilakukannya panen hasil pertanian dan perkebunan. Begitu juga dengan

87
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

sub-sektor perikanan mengingat cuaca diharapkan akan kembali normal dan musim
migrasi ikan telah berakhir. Sektor industri pengolahan juga masih yakin akan terus
bertumbuh dengan adanya peningkatan ketersediaan bahan baku, turunnya harga
bahan baku lokal Maluku Utara serta tingginya permintaan. Masih tingginya
permintaan juga diperkirakan akan terus mendorong pertumbuhan sub-sektor
perdagangan, pada triwulan mendatang. Sub-sektor hotel dan restoran juga optimis
mengingat semakin membaiknya infrastruktur serta pengelolaan pariwisata seperti
dibukanya penerbangan baru dan semakin kondusifnya kemanan setelah pemilu.
Sektor ekonomi yang masih perlu diwaspadai antara lain sektor listrik, gas
dan air bersih serta sektor bangunan. Pelaksanaan pembebasan lahan untuk
penempatan generator yang disewa oleh PLN cabang Ternate sampai akhir triwulan
laporan masih mengalami kendala. Sementara itu pada akhir triwulan I-2009
Pertamina Ternate melakukan pengurangan pasokan kepada SPBU yang ada di Kota
Ternate akibat penjualan BBM kepada masyarakat yang menggunakan jerigen,
bukan kendaraan bermotor. Kondisi tersebut bila dibiarkan berjalan lama maka
diperkirakan akan mengurangi pertumbuhan ekonomi daerah.
Dari sisi pengeluaran, kegiatan konsumsi diperkirakan masih akan menjadi
motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi daerah. Kondisi ini tercermin dari
kegiatan impor barang yang dilakukan masyarakat Maluku Utara yang didominasi
oleh barang-barang untuk keperluan konsumsi. Selain itu dominasi persetujuan
kredit baru untuk kegiatan konsumsi masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan
kredit modal kerja maupun kredit investasi. Pelaksanaan proyek-proyek oleh
pemerintah daerah yang pada triwulan I-2009 sudah memasuki tahapan pelelangan
diperkirakan akan memacu peningkatan konsumsi pemerintah. Kegiatan ekspor
diperkirakan masih akan terkoreksi dengan kecenderungan meningkat seiring
dengan panen raya hasil pertanian dan perkebunan rakyat di wilayah Maluku Utara.

7.2 Prospek Inflasi Daerah


Infalsi yang terjadi pada triwulan I-2009 lebih banyak disebabkan oleh
kenaikan harga barang-barang yang memiliki siklus musiman. Sampai akhir triwulan
laporan, kebijakan pemerintah yang menetapkan penyesuaian tarif angkutan seiring
penurunan harga BBM masih belum begitu terasa oleh masyarakat. Resistensi
pelaku usaha didaerah diperkirakan sebagai salah satu wujud antisipasi apabila
dikemudian hari terjadi kembali kenaikan harga.

88
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Berdasarkan data dan perkembangan terkini, infalsi pada triwulan II-2009


diperkirakan akan berada pada level 1,3 +1% (q-t-q) dan 14,1 +1% (y-o-y).
Meskipun kondisi politik di Maluku Utara pasca pelaksanaan pemilu legislatif relatif
aman, pertumbuhan ekonomi yang terjadi menjadi pemicu tersendiri bagi
peningkatan inflasi di daerah.
Kelompok bahan makanan dan makanan jadi diperkirakan masih
memegang peranan besar terhadap pembentukan tingkat harga pada triwulan
mendatang, terutama komoditas ikan segar dan sayur-mayur. Hasil tangkapan ikan
nelayan di daerah mengalami penurunan selama triwulan laporan dan diperkirakan
masih akan berlanjut pada triwula mendatang. Memasuki masa kelulusan sekolah
pada awal triwulan II-2009, membuat pergerakan harga di kelompok pendidikan,
rekreasi dan olah raga juga patut diwaspadai.
Sementara kelompok barang yang diperkirakan akan mengalami penurunan
meskipun dalam rentang yang sempit antara lain transportasi, komunikasi dan jasa
serta sandang. Rencana beberapa maskapai penerbangan untuk membuka rute
melintasi wilayah Maluku Utara semakin kuat. Hal ini terbukti dengan pemantauan
kesiapan bandara dari pihak maskapai serta pemuatan iklan di beberapa media
cetak lokal. Demikian pula dengan rencana penambahan BTS dari perusahaan
telekomunikasi yang beroperasi di Maluku Utara serta perang tariff secara nasional
akan mempermudah masyarakat dalam melakukan komunikasi, baik untuk
kepentingan bisnis maupun lainnya.

Tabel 7.1
Indeks Ekspektasi terhadap Harga Umum & Suku Bunga Kredit
Variabel Tw. I - 2009
Ekspektasi Harga Umum
Ekspektasi 3 bulan y.a.d. 134.38
Ekspektasi 6 bulan y.a.d. 150.00
Ekspektasi Suku Bunga
Ekspektasi 3 bulan y.a.d. 86.21
Ekspektasi 6 bulan y.a.d. 86.21

Trend penurunan suku bunga SBI yang sampai saat ini menjadi salah satu
acuan perbankan dalam menerapkan kebijakan suku bunga diperkirakan masih

89
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

akan berlanjut. Dengan demikian kredit perbankan diharapkan akan semakin terasa
lebih murah dengan penurunan bunga pengembalian. Ekspektasi peningkatan
tingkat harga serta penurunan tingkat suku bunga tercermin dari hasil SKDU yang
dilaksanakan pada triwulan I-2009.

90

Anda mungkin juga menyukai