Askep Distosia INSYA ALLAH FIX
Askep Distosia INSYA ALLAH FIX
Kelompok 3
Disusun oleh :
Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
2014
DISTOSIA
A. Definisi Distosia
Distosia adalah Kesulitan dalam jalannya persalinan (Rustam Mukhtar, 1994).
Persalinan abnormal yang erat kaitannya dengan kelainan pada 4P (pelvis, passenger, power,
dan plasenta) dan ditandai dengan adanya hambatan kemajuan dalam persalinan.
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat
berbagai kondisi (Bobak, 2004 : 784).
B. Klasifikasi Distosia
1. Distosia karena HIS
Distosia kelainan tenaga/his adalah tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan
persalinan macet.
Dalam persalinan diperlukan his normal yang mempunyai sifat :
Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim.
Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim
Kekuatanya seperti memeras isi otot rahim
Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi
retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
Jenis – jenis kelainan his :
a. His hipotonik
1) His hipotonik disebut juga intersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundus
berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu dari pada bagian lain.
2) Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan jarang
3) Selama ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu dan janin.
4) Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari his normal
5) Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Inersia uteri primer
- Bila sejak awal kekuatanya sudah lemah dan persalinan berlangsung lama
dan terjadi pada kala 1 fase laten.
b) Inersia uteri sekunder
- Timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama dan terjadi
pada kala 1 fase aktif.
- His pernah cukup kuat terapi kemudian melemah.
- Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan.
- Pada bagian terendah terdapat kapur, dan mungkin ketuban telah pecah.
- Dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama
sehinggga dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka interesia uteri
sekunder ini jarang ditemukan. Kecuali pada wanita yang tidak diberi
pengawasan baik waktu persalinan.
b. His Hipertonik
1) His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat.
2) Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada
kekuatan his.
3) His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung
cepat (<3 jam disebut partus presipitatus)
4) Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan :
a) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
b) Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
c) Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan inversion
uteri.
5) Tetania uteri juga menyebabkan afiksia intra uterine sampai kematian janin dalam
rahim. Bahaya bagi ibu adalah terjadinya perlukan yang luas pada jalan lahir,
khususnya serviks uteri, vagina dan perineum. Bahaya bagi bayi adalah terjadi
perdarahan dalam tengkorak karena mengalami tekanan kuat dalam waktu
singkat.
c. His tidak terkoordinasi
1) Adalah his yang berubah-ubah. His jenis ini disebut Ancoordinat Hypertonic
Urine Contraction.
2) Tonus otot meningkat diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa
karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi.
3) Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah
menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
A. Definisi
Pemanjangan fase laten atau fase aktif atau kedua – duanya dari kala pembukaan.
Pemanjangan fase laten dapat disebabkan oleh serviks yang belum matang atau karena
penggunaan analhetik yang terlalu dini. Pemanjangan fase deselerasi ditemukan pada
disproporsi sefalopevik atau kelainan anak. Perlu diingat bahwa pemanjangan fase laten
maupun fase aktif meningikan kematian perinatal.
C. Etiologi
Inersia uteri dapat disebabkan oleh penggunaan analgetik yang terlalu cepat,
kesempitan panggul, letak defleksi, kelainan posisi, rengangan dinding rahim (hidramnion,
kehamilan ganda), dan perasaan takut dari ibu sendiri.
Menurut Rustam Mochtar (1998) sebab-sebab inersia uteri adalah :
1. Kelainan his sering dijumpai pada primipara
2. Faktor herediter, emosi dan ketakutan
3. Salah persalinan dan obat-obatan penenang
4. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah rahim, ini
dijumpai pada kesalahan-kesalahan letak janin pada CPD.
5. Kelainan uterus, misalnya uterus bikornis unikolis
6. Kehamilan postmatur
7. Penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia
8. Uterus yang terlalu teregang misalnya hidramnion atau kehamilan kembar atau
makrosomia
D. Komplikasi
1. Persalinan berlangsung lama yang dapat membahayakan ibu maupun janin.
2. Menimbulkan tingginya risiko infeksi.
3. Dapat menimbulkan jejas kelahiran.
4. Ibu akan mengalami kelelahan dan dehidrasi .
5. Fase laten yang memanjang.
6. Serviks kakuatan tidak terjadi pelunakan serviks sehingga dapat menghambat proses
persalinan.
7. Kehamilan serotinus.
E. Penatalaksanaan
1. Mengatasi masalah yang muncul pada kondisi umum pasien seperti kelelahan, dehidrasi
dan perhatikan gizi pasien agar dapat terpenuhi dengan baik.
2. Berikan sedatif lalu nilai kembali pembukaan serviks setelah 12 jam.
3. Pemberian antiobiotik pada proses persalinan yang memanjang terutama pada kasus
dengan membrane plasenta telah pecah untuk menghindari adanya infeksi intrauteri.
4. Memberi efek stimulasi kontraksi uterus dengan oksitosin,5 unit oksitosin (syntocinon)
dalam 500 cc glukosa 5% diberikan melalui intra vena. Jika stimulasi tidak berhasil maka
dilakukan operasi cesar sesario pada pasien.
5. Operasi cesar sesario dapat dilakukan jika ada kontraindikasi terhadap pemberian unit
oksitosi maupun distres fetal sebelum terjadi dilatasi servikal.
6. Pemberian infus pada persalinan lebih 18 jam untuk mencegahtimbulnyagejala-
gejalaataupenyulitdalampersalinan. Tetesan infuse mulaidari 10 tetes/menit,
dankemudianmeningkatsecarabertahapsehinggamendapatkankontraksi uterus rata – rata
3x dalam 10 menit.
7. Stimulasi pitosin dapat dilakukan untuk mencapai kemajuan persalinan.
F. Pathways
Kelainan His
Kontraksi pelvic
Kontraksi uterus
Persalinan lama
Keletihan
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus 8
Seorang ibu multipara G2P1A0 datang ke rumah sakit dengan keluhan merasa kenceng-kenceng,
dari hasil pengkajian perawat didapatkan data sebagai berikut : TD 140/100 mmHg, Nadi
80x/menit, pembukaan 3 cm, klien sudah tampak keletihan, kurang energi, fase laten memanjang
14 jam, kontraksi setiap 7 menit, serviks kaku.
PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : Ny A
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Alamat : Pondok Bukit Agung AA-4 Sumurboto Banyumanik
Pekerjaan : Guru
1. Riwayat Kesehatan:
a. Kehamilan saat ini
Ibu multipara G2P1A0 dengan usia gestasi 37 minggu, mengalami distosia, mengeluh
kenceng-kenceng, pembukaan 3 cm, klien sudah tampak keletihan, kurang energi, fase
laten memanjang 14 jam, kontraksi setiap 7 menit, serviks kaku, HPHT : 6 Oktober 2013,
dan HPL : 13 Agustus 2014
b. Kehamilan dahulu
Klien mengatakan saat ini adalah kehamilan yang kedua, klien belum pernah mengalami
abortus.
c. Keluhan utama
Klien mengeluh kenceng-kenceng di abdomennya.
d. Riwayat Ginekologi
Menarche : 12 th
Siklus Haid : 28 hari
Teratur/ tidak teratur : Teratur
Sifat darah : Encer
Banyak : 3x ganti pembalut
Lamanya : 7 hari
Keluhan : Klien mengatakan bahwa ia mengalami dismenorhoe
e. Riwayat Medis
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit berat seperti HIV, diabetes, kanker,
ginjal, jantung.
f. Riwayat Medis Keluarga
Saudara kandung klien pernah mengalami kesulitan melahirkan karena kelainan HIS
g. Riwayat Pekerjaan
Klien merupakan wanita karir yang bekerja sebagai guru dan harus menjaga toko setelah
pulang bekerja.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
1) Tinggi badan : 155 cm
2) Berat badan : Sebelum : 48 Kg, Sekarang : 58 Kg
3) TTV :
a) TD : 140/100 Nadi : 80x/ menit
b) RR : 26x/ menit Suhu : 36,5 C
b. Kepala
1) Bentuk kepala Mesochepal, kepala teampak kurang bersih, tidak terdapat cloasma
gravidarum, dan atau benjolan.
2) Pemeriksaan leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar tioroid.
3) Pemeriksaan mata tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva anemis,
selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,
sklera kuning.
4) Telinga simetris, telinga tampak bersih dan tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
5) Pemeriksatidak terdapat polip pada hidung.
c. Kulit
1) Telapak kaki dan tangan tampak kemerahan
2) Jumlah keringat meningkat
3) Kulit berminyak dan berjerawat
4) Terdapat gars-garis putih pada kulit (striae gravidarum)
d. Wajah
1) Pucat
2) Bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada pipi dan dahi (Chloasma gravidarum).
3) Tidak terlihat adanya oedema
e. Jantung
Murmur jantung sistolik (90% pd wanita hamil) 1/6 atau 2/6 adalah ringan. Bila murmur
sistolik 2/6< harus dilakukan pemeriksaan lanjutan.
f. Dada
1) Letak payudara simetris
2) Hyperpigmentasi areola mamae
3) Puting susu menonjol
4) Terdapat colostrum
5) Bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal
g. Abdomen
1) Inspeksi
a) Tidak terdapat bekas luka operasi
b) Terdapat Linea nigra di garis tengah perut
c) Terjadi M. Rectus abdominis terbelah kiri-kanan pada trisemester ketiga
kehamilan
d) Terdapat Striae Gravidarum
e) Bising usus berkurang
2) Palpasi
a) Tonus meningkat dan terdapat nyeri tekan
b) Terdapat strie gravidarum (garis yang terlihat pada kulit perut wanita hamil).
c) Leopold I :-
d) Leopold II : Sering dijumpai kesalahan letak
e) Leopold III : Bagian terbawah janin belum turun, letak kepala biasanya
kepala masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas
panggul.
f) Leopold IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
3) Perkusi :Reflek lutut +/+
h. Genitalia
1) Tidak terdapat kelainan genetalia, terdapat pengeluaran air ketuban, adanya kelainan letak
anak.
2) Pengkajian genitalia eksterna:warna kemerahan dan peningkatan vaskularisasi yang
menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick ).
3) Pengkajian vagina dan serviks: tidak adanya rabas vagina, servisitis mukopurulen dan lesi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan intensitas kontraksi uterus, kontraksi tidak efektif
2. Cedera, resiko tinggi terhadap maternal (ibu) berhubungan dengan penurunan tonus
otot/pola kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
3. Cedera resiko tinggi terhadap janin berhubungan dengan persalinan lama, malpresentasi
janin, hipoksia/ asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu.
4. Keletihan berhubungan dengan faktor fisiologis ; kehamilan
5. Ansietas berhubungan dengan persalinan dan kurang informasi.
ANALISA DATA
No Data Fokus Masalah Keperawatan
1 DS :
- Pasien Nyeri b/d intensitas kontraksi uterus,
mengeluh kenceng-kenceng di kontraksi tidak efektif.
abdomennya
- Pasien
mengeluh perut mules bagian bawah
dan menjalar ke pinggang
DO :
- Klien
mengalami kontraksi intermiten sampai
regular setiap 7 menit sekali selama 30
detik dengan skala nyeri 9.
- TTV
TD: 140/100
Nadi : 80x/ menit
RR : 26x/ menit
Suhu : 36,5 C
2 DS : Resiko tinggi cedera maternal (ibu)
b/d pola kontraksi otot, keletihan
- Pasien mengeluh merasakan kenceng-
maternal.
kenceng
- Pasien mengeluh keletihan
- Pasien mengeluh pusing
DO :
- Pasien
tampak keletihan.
- Pasien terlihat
kurang energy.
- Pasien terlihat
pucat dan lemah.
5 DS :
- Pasien Ansietas b/d persalinan dan kurang
mengeluh pusing dan badan lemas informasi.
- Pasien
mengatakan cemas dan takut akan terjadi
hal buruk.
DO :
- Wajah pasien
tampak pucat
- Pasien
tampak kebingungan
INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
o
1. Nyeri Setelah dilakukan intervensi selama - Menentuk - Membantu dalam
berhubungan 1x24 jam kebutuhan rasa nyaman an sifat, mendiagnosa dan
dengan pasien terpenuhi dengan kriteria lokasi, memilih
intensitas hasil : dan durasi tindakan,
kontraksi - Nyeri yang dirasakan klien nyeri. penekanan
uterus, menurun dari 9 menjadi 3 kepala pada
kontraksi - Klien tampak rileks servik yang
tidak efektif. - Kontraksi uterus efektif berlangsung
- Ada kemajuan persalinan yang lama akan
baik menyebabkan
- Kaji nyeri
intensitas - Setiap individu
nyeri ibu mempunyai
dengan tingkat ambang
skala nyeri yang
nyeri berbeda, denga
skala dapat
diketahui
intensitas nyeri
klien.
- Berikan - Lingkungan yang
lingkungan nyaman dapat
yang mengalihkan rasa
nyaman, nyeri yang
tenang dan dirasakan pasien.
aktivitas
untuk - Teknik relaksasi
mengalihk dapat
an nyeri mengalihkan
perhatian
dan mengurangi
- Bantu rasa nyeri
klien - Untuk
dalam memastikan
mengguna keefektifitasan
kan metode relaksasi
metode yang telah
relaksasi dilakukan.
dan - Dengan kehadiran
jelaskan keluarga akan
prosedur. membuat klien
nyaman, dan
- Tinjau dapat mengurangi
kembali tingkat
penggunaa kecemasan dalam
n metode melewati
relaksasi. persalinan, klien
merasa
diperhatikan dan
- Kuatkan perhatian
dukungan terhadap nyeri
social/ akan terhindari
dukungan - Pemberian
keluarga. narkotik atau
sedative dapat
mengurangi nyeri
hebat
- Berikan
sedative
sesuai
dosis yang
telah
ditetntukan
dokter
2. Resiko Setelah dilakukan tindakan - Tinjau - Membantu
tinggi cedera keperawatan selama 3 jam diharapkan ulang dalam
maternal resiko cereda pada pasien berkurang. riwayat mengidentifikasi
(ibu) persalinan, kemungkinan
berhubungan awitan dan penyebab,
dengan pola durasi kebutuhan
kontraksi pemeriksaan
otot, diagnostik dan
keletihan intervensi yang
maternal. - Catat tepat
waktu/jeni - Sedatif yang
s obat, diberikan terlalu
hindari dini dapat
pemberian menghambat
narkotik atau
dan menghentikan
anastesi persalinan.
blok
epidural
sampai - Kelelahan ibu
serviks yang berlebihan
dilatasi 4 menimbulkan
cm disfungsi
- Evaluasi sekunder, atau
tingkat mungkin akibat
keletihan dari persalinan
yang lama
menyertai, - Kelelahan ibu
serta yang berlebihan
aktifitas menimbulkan
dan disfungsi
istirahat, sekunder, atau
sebelum mungkin akibat
awitan dari persalinan
persalinan lama
- Evaluasi - Disfungsi
tingkat kontraksi dapat
keletihan memperlama
yang persalinan,meni
menyertai, ngkakan resiko
serta komplikasi
aktifitas maternal/ janin
dan - Serviks kaku
istirahat, atau tidak siap
sebelum tidak akan
awitan dilatasi,
persalinan menghambat
- Kaji pola penurunan
kontraksi janin/kemajuan
uterus persalinan.
secara terjadi
manual amniositis
atau secara secara langsung
elektronik dihubungkan
dengan lamanya
persalinan
- Catat sehingga
kondisi melahirkan
serviks, harus terjadi
pantau dalam 24 jam
tanda setelah pecah
amnionitis, ketuban
catat - Catat
peningkata penonjolan,posis
n suhu i janin dan
atau presentase janin
jumlah sel - Kandung kemih
darah dapat
putih, catat menghambat
bau dan aktifitas uterus
rabas dan
vagina mempengaruhi
penurunan janin
- Ambulasi dapat
membantu
kekuatan
gravitasi dalam
merangsang
- Catat pola persalinan
penonjolan normal dan
, posisi dilatasi serviks
janin dan
presentase - Melahirkan
janin seksio sesari
segera
- Anjurkan diindifikasikan
klien untuk cincin
berkemih bandl untuk
setiap1-2 distres janin
jam, kaji karena CPD
terhadap - Melahirkan
penuhan secara forsep
kandung dilakukan pada
kemih ibu yang lelah
diatas berlebihan dan
simfisis tidak mampu
pubis untuk mengedan
- Tempatkan lagi
klien pada
posisi
rekumben
lateral dan
anjurkan
tirah
baring atau
ambulasi
sesuai
toleransi
- Bantu
dengan
persiapan
seksio
sesaria
sesuai
indikasi
untuk
malposisi,
- Siapkan
untuk
melahirkan
dengan
forsep
(bila perlu)
3. Cedera Setelah dilakukan intervensi selama - Kaji denyut - Bradikardi dan
resiko tinggi 1x24 jam cedera pada janin dapat jantung takikardi pada
terhadap dihindari dengan kriteria hasil: janin secara janin dapat
janin - DJJ dalam batas normal. manual dan disebabkan oleh
berhubungan - Kemajuan persalinan baik. elektronik,d stres, hipoksia,
dengan an kaji asidosis, atau
penekanan irama sepsis
kepala pada jantung - Tekanan dan
panggul, janin. kontraksi yang
partus lama. - Perhatikan besar dapat
tekanan menggangu
uterus oksigenasi
selama dalam ruang
istirahat intravilos
dan fase - Kontraksi yang
kontraksi terjadi setiap 2
melalui menit atau
kateter kurang tidak
tekanan memungkinkan
intrauterus oksigenasi
bila adekuat dari
tersedia ruang
intravilous
- Perhatikan - Menentukan
frekuensi pembaringan
kontaksi janin,posisi,dan
uterus. Beri persentase dapat
tahu dokter mengidentifikas
bila i faktor-faktor
frekuensi yang
dua menit memperberat
atau kurang disfungsional
persalinan
- Kaji - Penurunan jalan
malposisi lahir merupakan
dengan tanda CPD atau
menggunak malposisi
an manuver - Kelebihan
Leopold cairan amnion
dan temuan yang berlebihan
pemeriksaa menyebabkan
n distensi uterus
internal.tinj dihubungkan
au ulang dengan anomali
hasil USG janin
- Infeksi asenden
dan sepsis
- Pantau disertai dengan
penurunan takikardia dapat
janin pada terjadi pada
jalan lahir pecah ketuban
dalam lama
hubungann - Mencegah
ya dengan /mengatasi
kolumna infeksi asenden
vertebralis dan juga akan
iskial melindungi
janin
- Melahirkan
janin dalam
posisi posterior
- Perhatikan mengakibatkan
warna dan insiden lebih
jumlah tinggi dari
cairan laserasi
amnion bila maternal
pecah - Untuk
ketuban menghindari
cedera pada
kolumna
vertebralis bila
melahirkan
- Perhatikan pervagina dari
bau dan bokong
perubahan
warna
cairan
amnion
pada pecah
ketuban
lama.
Dapatkan
kultur bila
temuan
abnormal
- Berikan
antibiotik
pada klien
sesuai
indikasi
- Siapkan
untuk
melahirkan
pada posisi
posterior,bi
la janin
gagal
memutar
dari oksiput
posterior ke
anterior
- Siapkan
untuk
kelahiran
secara
sesaria bila
presentasi
bokong
terjadi
4. Keletihan Setelah dilakukan tindakan - Monitoring - Pemantauan
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 jam maka sumber sumber energy
dengan kebutuhan aman nyaman pada pasien energy guna
faktor dapat terpenuhi dengan criteria hasil yang pengukuran
fisiologis ; - P adekuat. nutrisi yang
kehamilan. asien tampak lebih segar. akan diberikan
- P - Memperhitungk
asien terlihat lebih berenergi. an jumlah kalori
- Konsultasi yang akan
dengan ahli diberikan pada
gizi untuk pasien.
meningkatk
an asupan - Pemantauan
makanan apakah
yang keletihan ini
berenergi juga akibat dari
tinggi. kurangnya
- Monitoring istirahat.
pola tidur - Dapat
dan mengurangi
lamanya tingkat
istirahat kelelahan.
pasien.
- Bantu
aktivitas
sehari –
hari sesuai
dengan
kebutuhan.
5. Ansietas Setelah dilakukan tindakan - Jelaskan - Pemahaman
berhubun keperawatan selama 2 x 24 jam maka semua yang baik
gan kebutuhan aman nyaman pada pasien prosedur mengenai
dengan dapat terpenuhi dengan criteria hasil dan apa prosedur atau
persalina - P yang akan tindakan dapat
n dan asien mengatakan cemas dan dirasakan mengurangi
kurang takut akan terjadi hal buruk. selama ansietas
informasi - P prosedur. - Pengungkapan
. asien tampak kebingungan. perasaan dapat
menugrangi
- Anjurkan ansietas
pengungka - Dapat
pan meningkatkan
perasaan rasa kontrol
pasien
- Berikan meskipun
kesempata kebanyakan
n kepada dari apa yang
pasien terjadi diluar
untuk kontrolnya
memberi - Membantu
masukan menurunkan
pada proses ansietas dan
pengambila memungkinkan
n pasien untuk
keputusan berpartisipasi
secara aktif
- Instruksika
n pasien
menggunka
n teknik
relaksasi
napas
dalam.
- Minta
orang tua
atau suami
untuk
menemani
pasien
untuk
mengurang
i rasa
cemas.
IMPLEMENTASI
No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Ttd
1. Nyeri b/d intensitas 1. Menentukan sifat, lokasi, dan durasi
kontraksi uterus, nyeri
kontraksi tidak 2. Mengkaji intensitas nyeri ibu dengan
efektif. skala nyeri
3. Memberikan lingkungan yang nyaman,
tenang dan aktivitas untuk mengalihkan
nyeri
4. Membantu klien dalam menggunakan
metode relaksasi dan jelaskan prosedur.
5. Meninjau kembali penggunaan metode
relaksasi.
6. Menguatkan dukungan social/ dukungan
keluarga.
7. Memberikan sedative sesuai dosis yang
telah ditetntukan dokter.
EVALUASI
No Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi Ttd
1. Nyeri b/d intensitas S :klien mengatakan bahwa nyerinya
kontraksi uterus, berkurang setelah diberikan tindakan
kontraksi tidak untuk mengupayakan rasa nyaman
efektif. dengan relaksasi.
O : pasien masih pucat
A : masalah sebagian teratasi
P :mengajak pasien terus melakukan
teknik relaksasi yang telah diajarkan
bila nyeri terasa
1. HK, Joseph dan S, Nugroho. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri. Yogyakarta:
Nuha Medika.
2. Ralph C. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Ed. 9. Jakarta : EGC.
3. Sastrawinata, Sulaiman. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi Obstetri Patologi Ed. 2.
Jakarta : EGC.
4. Mochlar, Rustam. 1990. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC
5. FKUI Universitas Padjajaran. 1983. Uji Diri Obstetric dan Ginekologi.
Bandung : Eleman
6. Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo
7. Chandranita, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetric untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta:EGC
8. Farrer, Helen. 2001. Perawatan Meternitas Edisi II. Jakarta: EGC