Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit
parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang
secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada
orang lain (Santa, dkk, 2009).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk
meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare,
2002 ).

B. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis paru menurut Danusantoso (2012, Hal. 101) adalah
sebagai mana telah diketahui, tuberkulosis paru disebabkan oleh basil TB
(mycobacterium tuberculosis humanis).

 Mycobacterium tuberculosis termasuk family mycobacteriaceae yang


mempunyai berbagai genus, satu diantaranya adalah mycobacterium, salah
satu speciesnya adalah M. tuberculosis.
 Mycobacterium tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah type
humani (kemungkinan infeksi type bovinus saat dapat diabaikan, setelah
hygiene peternakan makin di tingkatkan
  Basil tuberculosis mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam basa.
Karena itu, kuman disebut pula Basil Tahan Asam (BTA)
 Karena pada umumnya mycobacterium tahan asam, secara teoritis Basil Tahan
Asam (BTA) belum tentu identik dengan basil tuberculosis, mungkin saja
Basil Tahan Asam (BTA) yang ditemukan adalah mycobacterium atipik yang
menjadi penyebab mycobacteriosis.
  Kalau bakteri – bakteri lain hanya memerlukan beberapa menit sampai 20
menit untuk mitosis, basil tuberculosis memerlukan waktu 12 sampai 24 jam.
 Basil tuberculosis sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam
beberapa menit saja akan mati. Basil tuberculosis juga akan terbunuh dalam
beberapa menit bila terkena alcohol 70 % atau lisol 5%.

C. PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi
melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan
merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang
terkontaminasi.
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T)
adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini
disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami
nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid
dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa
membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan
terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks
Gohn   respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana
bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang
dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial.
Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat
terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup
sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda
lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat
perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat
mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan
perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan
bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah
bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan
mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang
biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut
yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular
dan tersebar ke organ-organ tubuh.
  
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau
malah banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar. 2001):
1. Demam
2. Batuk/Batuk Darah
3. Sesak Napas
4. Nyeri Dada
5. Malaise
E. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Somantri (2007. Hal 62) ada beberapa pemeriksaan penunjang pada klien
dengan dengan tuberkulosis paru untuk menunjang dignosis yaitu :

 Sputum culture: untuk memastikan apakah keberadaan M. Tuberkulosis pada


stadium aktif.
 Ziehl neelsen (Acid-fast staind applied to smear of body fluid) : positif untuk
BTA.
 Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch): reaksi postif (area indurasi
10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intradermal)
mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibodi, tetapi tidak
mengindikasikan penyakit yang sedang aktif.
 Chest X-ray: dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal dibagian
paru paru, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pleura.
Perubahan yang mengindikasikan TB yang lebih berat dapat mencakup area
berlubang dan fibrosa.
 Histlogi atau kultur jaringan ( teramasuk kumbah lambung, urin dan CSF,
serta biopsi kulit): positif untuk M. Tuberkulosis.
 Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar
yang mengindikasikan nekrosis.
 Elektrolit: mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya infeksi
misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, dapat ditemukan pada TB
paru-paru lanjut kronis.
 ABGs: mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat, dan sisa kerusakan paru
paru.
 Bronkografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronkhus atau kerusakan paru-paru karena TB.
 Darah: leukositosis, LED meningkat.
 Tes fungsi paru paru: VC menurun, dead space meningkat, TLC meningkat,
dan menurunnya saturasi O2 yang merupakan gejala sekunder dari
fibrosis/infiltrasi parenkim paru-paru dan penyakit pleu
G. PENATALAKSANAAN
Menurut Ardiansyah (2012. Hal: 309) Penatalaksanaan dari TB dibagi menjadi 3
bagian, yaitu pencegahan, pengobatan dan penemuan penderita
1. Pencegahan Tuberkulosis paru.
 Pencegahan tuberkulosis paru dilakukan dengan pemeriksaan terhadap
individu yang bergaul erat dengan penderita tuberkulosis paru BTA positif.
 mass chest X-ray. Yaitu Pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok
tertentu misalnya: Karyawan rumah sakit/puskesmas/balai pengobatan,
penghuni rumah tahanan, siswa-siswai pesantren.
 Vaksinasi BCG (bacille Calmette -Guerin); reaksi positif terjadi jika setelah
mendapat vaksinasi BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam
waktu kurang dari tujuh hari.
 Kemoprofilaksis yaitu dengan menggunakan INH 5mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang
masih sedikit
 Komunikasi, informasi dan edukasi tentang penyakit tuberkulosis paru kepada
masyarakat di tingkat Puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas
pemerintah atau petugas lembaga swadaya masyarakat.

2. Pengobatan Tuberkulosis Paru


Tujuan Pengobatan pada penderita tuberkulosis paru, selain untuk mengobati,
juga untuk mencegah kematian, kekambuhan, reistensi kuman terhadap Obat Anti
Tuberkulosis serta memutuskan rantai penularan.

3. Penemuan Penderita TB Paru


 Penatalaksnaan terapi: asupan nutrisi adekuat/mencukupi.
 Kemoterapi yang mencakup pemberian : isoniazid (INH) sebagai bakterisidial
terhadap basil yang tumbuh aktif. Obat ini diberikan selama 18 s.d 24 bulan
dan dengan dosis 10-20mg/kg berat badan/hari melalui oral. Kombinasi antara
NH, rifampicin, dan prrazinamid yang diberikan selama 6 bulan. Obat
tambahan antara lain streptomycin (diberikan intramuskuler) dan ethambutol.
Terapi kortikosteroid bersamaan dengan obat anti tuberkulosis untuk
mengurangi respon peradangan, misalnya pada meningitis.
  Pembedahan dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil. Tindakan ini dilakukan
dengan mengangkat jaringan paru yang rusak.
 Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan orang
yang terinfeksi basil tuberkulosis serta mempertahankan asupan nutrisi yang
memadai. Pemberian imunisasi BCG juga diperlukan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh.

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan data
a. Identitas klien
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit keluarga
2. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak –
desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal
dirumah yang sumpek.
b. Pola nutrisi dan metabolic
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan
menurun.
c. Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi
maupun defekasi
d. Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu
aktivitas
e. Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
f. Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena
penyakit menular.
g. Pola sensori dan kognitif
h. Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan
rasa kawatir klien tentang penyakitnya.
i. pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah
karena kelemahan dan nyeri dada.
j. Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan
penolakan terhadap pengobatan.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya
aktifitas ibadah klien.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental
atau sekret darah
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler-
kapiler
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
J. RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA


N DIAGNOSA INTERVENSI
HASIL
O KEPERAWATAN (NIC)
(NOC)
1 Bersihan Jalan Nafas tidak NOC : NIC :
Efektif  Respiratory status :  Airway suction
Ventilation  Pastikan
 Respiratory status : Airway kebutuhan oral /
patency tracheal
  Aspiration Control suctioning
 Auskultasi suara
Kriteria Hasil : nafas sebelum dan
 Mendemonstrasikan sesudah
batuk efektif dan suara suctioning.
nafas yang bersih, tidak  Informasikan
ada sianosis dan pada klien dan
dyspneu (mampu keluarga tentang
mengeluarkan sputum, suctioning
mampu bernafas dengan  Minta klien nafas
mudah, tidak ada pursed dalam sebelum
lips) suction dilakukan.
 Menunjukkan jalan  Berikan O2
nafas yang paten (klien dengan
tidak merasa tercekik, menggunakan
irama nafas, frekuensi nasal untuk
pernafasan dalam memfasilitasi
rentang normal, tidak suksion
ada suara nafas nasotrakeal
abnormal)  Anjurkan pasien
 Mampu untuk istirahat
mengidentifikasikan dan dan napas dalam
mencegah factor yang setelah kateter
dapat menghambat jalan dikeluarkan dari
nafas nasotrakeal
 Monitor status
oksigen pasien
 Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan
suksion
 Hentikan suksion
dan berikan
oksigen apabila
pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan
saturasi O2, dll.

2. Gangguan Pertukaran gas NOC : NIC :


Respiratory Status : Gas  Monitor rata –
exchange rata, kedalaman,
Respiratory Status : irama dan usaha
ventilation respirasi
  Vital Sign Status  Catat pergerakan
Kriteria Hasil : dada,amati
 Mendemonstrasikan kesimetrisan,
peningkatan ventilasi penggunaan otot
dan oksigenasi yang tambahan, retraksi
adekuat otot
 Memelihara supraclavicular
kebersihan paru paru dan intercostal
dan bebas dari tanda  Monitor suara
tanda distress nafas, seperti
pernafasan dengkur
 Mendemonstrasikan  Monitor pola
batuk efektif dan nafas : bradipena,
suara nafas yang takipenia,
bersih, tidak ada kussmaul,
sianosis dan dyspneu hiperventilasi,
(mampu  Monitor kelelahan
mengeluarkan otot diagfragma
sputum, mampu (gerakan
bernafas dengan paradoksis)
mudah, tidak ada  Auskultasi suara
pursed lips) nafas, catat area
 Tanda tanda vital penurunan / tidak
dalam rentang adanya ventilasi
normal dan suara
tambahan
 Tentukan
kebutuhan suction
dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
        

3. Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan tubuh  Nutritional Status : food and  Kaji adanya alergi
Fluid Intake makanan
Kriteria Hasil :  Kolaborasi
 Adanya peningkatan dengan ahli gizi
berat badan sesuai untuk
dengan tujuan menentukan
 Berat badan ideal jumlah kalori dan
sesuai dengan tinggi nutrisi yang
badan dibutuhkan
 Mampu pasien.
mengidentifikasi  Anjurkan pasien
kebutuhan nutrisi untuk
 Tidak ada tanda meningkatkan
tanda malnutrisi intake Fe
  Tidak terjadi penurunan  Anjurkan pasien
berat badan yang berarti untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
 Berikan substansi
gula
 Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
 Berikan makanan
yang terpilih
(sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
 Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian.
 Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
 Monitor adanya
penurunan berat
badan
 Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
 Monitor
lingkungan
selama makan
 Jadwalkan
pengobatan  dan
tindakan tidak
selama jam
makan
 Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:
EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan


Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika

Tambayong, J. 2003. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai