Anda di halaman 1dari 14

GERAKAN PEMBERDAYAAN DENGAN KASUS IMUNISASI

Disusun oleh:
Erni Yohana
Indri Dwi Pridayanti
Juwita Ayu Lestari
Khusnul Khotimah
Maharani Aprilia Sunevy
Nida Firyal Syahirah
Ranny Deserha Dwi Putri
Selvy Jaya Kusuma
Siti Teza Sukma Kencana
Kelas : Tingkat II Reguler B
Dosen Pembimbing : Rina Nursanti, SKM., M. Kes.

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kita, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah gerakan pemberdayaan dengan kasus imunisasi.
Makalah ini telah tersusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah dikemudian hari.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Palembang, Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat....................................................... 4
B. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat............................................................. 4
C. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat............................................................. 5
D. Peran Petugas Kesehatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat..................... 5
E. Ciri Pemberdayaan Masyarakat.................................................................. 5
F. Pengertian Imunisasi................................................................................... 6
G. Jadwal Imunisasi......................................................................................... 6
H. Contoh Kasus Imunisasi.............................................................................. 7
I. Gerakan Petugas Kesehatan Dalam Pemberdayaan.................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana tertulis di pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk itu, upaya kesehatan harus selalu diusahakan peningkatannya secara
terus menerus karena masyarakat yang sehat adalah investasi dalam
pembangunan dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Nurbeti,
M. 2009).
Perhatian terhadap permasalahan kesehatan terus dilakukan terutama dalam
perubahan paradigma sakit yang selama ini dianut masyarakat ke
paradigma sehat. Paradigma sakit merupakan upaya untuk membuat orang
sakit menjadi sehat, menekankan pada kuratif dan rehabilitatif, sedangkan
paradigma sehat merupakan upaya membuat orang sehat tetap sehat,
menekan pada pelayanan promotif dan preventif. Berubahnya paradigma
masyarakat akan kesehatan, juga akan merubah pemeran dalam pencapaian
kesehatan masyarakat, dengan tidak mengesampingkan peran pemerintah
dan petugas kesehatan. Perubahan paradigma dapat menjadikan
masyarakat sebagai pemeran utama dalam pencapaian derajat kesehatan.
Dengan peruahan paradigma sakit menjadi paradigma sehat ini dapat
membuat masyarakat menjadi mandiri dalam mengusahakan dan
menjalankan upaya kesehatannya, hal ini sesuai dengan visi Indonesia
sehat, yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”.
Berdasarkan Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup masyarakat
yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
masyarakat. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi
– tingginya. Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan

1
mendorong peran serta aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya
kesehatan (Nurbeti, M. 2009).
Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan
masyarakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan.
Pemberdayaan kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama
dari promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari strategi
global promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment) sehingga
pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat
sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut maka
pemulis akan membahas lebih dalam lagi mengenai persoalan
pemberdayaan masyarakat di makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat diambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian pemberdayaan masyarakat?
2. Apa tujuan pemberdayaan masyarakat?
3. Bagaimana prinsip pemberdayaan masyarakat?
4. Bagaimana peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan
masyarakat?
5. Apa ciri pemberdayaan masyarakat?
6. Apa pengertian imunisasi?
7. Bagaimana Jadwal imunisasi?
8. Apa contoh kasus imunisasi?
9. Bagaimana gerakan petugas kesehatan dalam pemberdayaan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian pemberdayaan masyarakat
2. Untuk mengetahui tujuan pemberdayaan masyarakat
3. Untuk mengetahui prinsip pemberdayaan masyarakat
4. Untuk mengetahui peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan
masyarakat

2
5. Untuk mengetahui ciri pemberdayaan masyarakat
6. Untuk mengetahui pengertian imunisasi
7. Untuk mengetahui Jadwal imunisasi
8. Untuk mengetahui contoh kasus imunisasi
9. Untuk mengetahui gerakan petugas kesehatan dalam pemberdayaan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dari Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan atau Empowerment adalah sebuah konsep yang lahir
sebagai bagian dari perkembangan pikiran masyarakat kebudayaan Barat,
utamanya Eropa. (Pranarka & Vidhyandika, 1996).
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan sarana utama
dari promosi kesehatan. Masyarakat atau komunitas merupakan salah satu
dari strategi global promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment)
sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar
masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.
B. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali,
mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007). Batasan pemberdayaan dalam bidang
kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga
secara bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk:
1. Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan
kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat.
2. Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk
melakukan suatu tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan
mereka.
3. Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya
tindakan atau perilaku sehat.
Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila:
a. Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan
tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi

4
pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan
dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang
menimbulkan gangguan kesehatan.
b. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri
dengan menggali potensi-potensi masyarakat setempat.
c. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai
ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
d. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-
menerus melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok
kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya.
C. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
1. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.
2. Mengembangkan gotong-royong masyarakat.
3. Menggali kontribusi masyarakat.
4. Menjalin kemitraan.
5. Desentralisasi.
D. Peran Petugas Kesehatan dalam Pemberdayaan Masyarakat
1. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun
program-program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan
pengorganisasian masyarakat.
2. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam
melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau
berkontribusi terhadap program tersebut.
3. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada
masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat
vokasional.
E. Ciri Pemberdayaan Masyarakat
1. Community leader: petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada
tokoh masyarakat atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat,
lurah, kepala adat, ustad, dan sebagainya.
2. Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna,
majlis taklim, dan lainnnya merupakan potensi yang dapat dijadikan
mitra kerja dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
3. Community Fund: Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong
royong sebagai salah satu prinsip pemberdayaan masyarakat.
4. Community material : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang
dapat digunakan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya,
desa dekat kali pengahsil pasir memiliki potensi untuk melakukan
pengerasan jalan untuk memudahkan akses ke puskesmas.

5
5. Community knowledge:  pemberdayaan bertujuan meningkatkan
pengetahuan masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang
menggunakan pendekatan community based health education.
6. Community technology: teknologi sederhana di komunitas dapat
digunakan untuk pengembangan program kesehatan misalnya
penyaringan air dengan pasiratau arang.
F. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan system kekebalan tubuh
dengan cara memasukan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah
dilemahkan, dibunuh atau bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut telah
dimodifikasi.
Vaksin dimasukan ke dalam tubuh melalui suntikan atau diminum (oral).
Kegunaan vaksin masuk ke dalam tubuh, system pertahanan tubuh akan
bereaksi membentuk antibodi. Reaksi ini sama seperti jika tubuh
kemasukan virus atau bakteri membentuk antibodi. Antibody selanjutnya
akan membentuk imunitas terhadap jenis virus atau bakteri tersebut.
G. Jadwal Imunisasi
Yang perlu diperhatikan bagi ibu adalah agar mengimunisasi anak sedini
mungkin. Sebelum melahirkan, berkonsultasilah dengan dokter atau bidan
mengenai jadwal imunisasi sehingga segera setelah bayi lahir dapat
memperoleh imunisasi yang tepat. Selain itu, selalu tepat jadwal dalam
mengimunisasi anak, ini untuk mendapatkan hasil yang efektif.
Berikut diagram jadwal imunisasi yang tepat bagi bayi anda:

6
H. Contoh Kasus Imunisasi
Vaksinasi Masih Terhambat Isu Haram-Halal Di Sejumlah Daerah:
Klb Difteri Dan Campak “Berpotensi Terulang” (Dikutip oleh BBC
News Indonesia)
Capaian vaksinisasi wajib nasional masih terhambat sejumlah faktor,
diantaranya kekawatiran kandungan vaksin yang tidak halal. Hal itu
berpotensi mwenyebabkan kasus luar biasa (KLB) campak dan difteri
terulang dimasa yang akan datang.
Data dan informasi profil kesehatan Indonesia 2018 per januari 2019,
menunjukan capaian imunisasi dasar bertengger diangka 81, 99%.
Di Aceh dan Papua, capaian imunisasi dasar yang mencakup vaksin
DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), campak dan rubella (MR), serta polio
masih dibawah 50%.
Di Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, dan Kalimat Tengah, jumlah anak
yang divaksinasi juga terbilang rendah, yakni dianggka 50-an%.
Isu Haram Halal di Aceh
Seorang ibu di Bireun, Aceh, Afli Zarni, mengatakan meski awalnya
berniat memberi vaksin bagi anaknya yang berusia delapan bulan, ia
mengurungkan niat karena "kata tetangga".
"Karena dengar-dengar orang ngomong, ada yang bilang vaksin babi,
haram. Kami bagaimana lagi? Terpaksalah (tidak divaksin)," kata Afli.
Saat dia kumpul-kumpul dengan tetangga, kata Afli, banyak yang
mengimbaunya untuk tidak melakukan vaksinasi.

Di akhir tahun 2017, setidaknya 20 provinsi di Indonesia melaporkan KLB difteri, penyakit yang bertahun-
tahun sebelumnya dinyatakan hilang sejak program imunisasi digalakkan di tahun 1990.

7
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, Hanif, mengatakan berbagai

langkah sudah dilakukan untuk meyakinkan warga tentang pentingnya


vaksin, salah satunya dengan menggelar rapat koordinasi antara MUI Aceh
dengan MUI Pusat.
MUI Aceh sudah memperbolehkan vaksin MR, kata Hanif, tapi sejumlah
warga tetap saja berkukuh untuk tidak mengizinkan anaknya divaksin.
"Karena vaksin kita belum halal ya susah... Masyarakat tetap minta vaksin
yang halal. Masyarakat tetap yang namanya akidah nomor 1, baru yang
lain," ujar Hanif.
Ia menyebut resistensi warga terhadap vaksin baru terjadi dua sampai tiga
tahun belakangan saat polemik tentang kehalalan vaksin bergulir.
"Dulu masyarakat belum tahu vaksinnya terbuat dari babi atau nggak," kata
Hanif.
Keengganan warga Aceh pada vaksin berbanding lurus dengan angka
kejadian (incident rate) suspek campak di Aceh yang tertinggi se-
Indonesia.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Anung Sugihantono,


mengatakan Kemenkes bekerja sama dengan MUI untuk mengawal
ketersediaan vaksin yang halal.
Pada tahun 2016, MUI mengeluarkan Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2016
mengenai Imunisasi dan pada tahun 2018 MUI mengeluarkan Fatwa MUI
Nomor 33 Tahun 2018 mengenai Penggunaan Vaksin MR Produksi SII
India Untuk Imunisasi.

8
Fatwa ini menyebut vaksin campak/rubela dibolehkan (mubah) karena ada
kondisi keterpaksaan dan belum ditemukan vaksin yang halal.
"Kemenkes senantiasa mendorong produsen vaksin, terutama produsen
vaksin lokal kita yaitu PT. Biofarma, untuk mengupayakan seoptimal
mungkin ketersediaan vaksin yang halal dan suci tersebut." ujar Anung.
I. Gerakan Petugas Kesehatan dalam Pemberdayaan Masyarakat
1. Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat atau pemimpin
terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah, kepala adat, ustad, dan
sebagainya.
2. Memberikan edukasi pada masyarakat tentang hak semua anak dalam
memperoleh imunisasi .
3. Memberikan edukasi tentang manfaat dan pentingnya imunisasi bagi
anak.
4. Memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan imunisasi.
5. Berkerja sama dengan organisasi masyarakat seperti PKK, Karang
Taruna Majelis Taklim dengan program kerja imunisasi.
6. Membagikan buku mengenai Imunisasi serta memberi informasi
mengenai imunisasi ke masyarakat untuk meminimalisir ketidak
tahuan masyarakat mengenai imunisasi.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan, kita dapat menyimpulkan
bahwa Pemberdayaan atau Empowerment adalah sebuah konsep yang lahir
sebagai bagian dari perkembangan pikiran masyarakat kebudayaan Barat,
utamanya Eropa. (Pranarka & Vidhyandika, 1996). Salah satu tujuan
pemberdayaan masyarakat itu sendiri 1. Menumbuhkan kesadaran,
pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan individu, kelompok, dan
masyarakat. Peran petugas kesehatanlah salah satu faktor penting dalam
gerakan pemberdayaan. Dalam kasus yang diambil mengenai Imunisasi ini
gerakan pemeberdayaan yang dapat dilakukan tenaga kesehatan ada begitu
banyak seperti yang dijelaskan di atas, beberapa diantaranya yakni:
melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat atau pemimpin terlebih
dahulu, misalnya Camat, lurah, kepala adat, ustad, dan sebagainya,
Memberikan edukasi pada masyarakat tentang hak semua anak dalam
memperoleh imunisasi, Memberikan edukasi tentang manfaat dan
pentingnya imunisasi bagi anak.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan pengetahuan serta kekurangan dalam penulsan. Hal tersbut
terjadi karena penulis masih dalam tahap pembelajaran sehingga
diharapkan kritik dan saran dari Ibu Rina Nursanti, SKM., M. Kes untuk
dapat membimbing dan membantu pembelajaran lebih lanjut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:


Rineka Cipta.
Nurbeti, M. 2009. Pemberdayaan masyarakat dalam konsep “kepemimpinan
yang mampu menjembatani”. Jakarta: Rineka Cipta.
Wijaya, Callistasia. 2019. Vaksinasi masih terhambat isu haram-halal di
sejumlah daerah: KLB difteri dan campak 'berpotensi terulang'.
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-48633226. Dilihat pada 14
Februari 2020.

11

Anda mungkin juga menyukai