Anda di halaman 1dari 5

RESUME KESESATAN BERPIKIR

Disusun oleh :

MUH SAKUR EDHWARNI

NIM. 1608015174

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Legal Audit sebagai pemenuhan nilai
yang berjudul “RESUME KESESATAN BERPIKIR”
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dosen pengajar yakni M. Fauzi S.H., M.H. yang telah memberikan tugas, dan
petunjuk kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan
sehingga tugas ini selesai.
3. Teman-teman yang telah mendukung penulis untuk segera menyelesaikan tugas ini.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi  penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Samarinda,  10 November 2019


Penulis,

                                                                        MUH SAKUR EDHWARNI

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PPEMBAHASAN....................................................................................1

ii
BAB I

PEMBAHASAN

Seseorang telah dapat dikatakan melakukan pewnalaran dengan benar,


dank arena itu telah disebut memiliki karakter berpikir nalar, apabila seseorang itu
memperlihatkan pemikirannya yang logic dan analitis. Logika secara sederhana
diartikan sebagai metode atau teknik yang dapat diciptakan untuk meneliti
ketepatan penalaran. Logika menunjuk pad acara berpikir; cara hidup; dan sikap
hidup tertentu, yakni akal.

Kesesatan berfikir adalah proses penalaran atau argumentasi yang


sebenarnya tidak logis, salah arah dan menyesatkan. Ini karena adanya suatu
gejala berfikir yang disebabkan oleh pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa
memperhatikan relevansinya.1 Kesesatan relavansi timbul ketika seseorang
menurunkan suatu kesimpulan yang tidak relevan pada premisnya atau secara
logis kesimpulan tidak terkandung bahkan tidak merupakan implikasi dari
premisnya.2

Dari adanya kesesatan relevansi tersebut, ada terbagi menjadi beberapa


macam jenis kesesatan relevansi, yaitu:3

1. Argumentum ad Hominem.

2. Argumentum ad Veccundiam atau Argumentum Auctoritas.

3. Argumentum ad Baculun.

4. Argumentum ad Misericordiam.

5. Argumentum ad.

1
E. Sumaryono, Dasar-Dasar Logika, (Yogyakarta : Kanisius, 1999), hlm.9.
2
Abintoro Prakoso, 2015, Hukum, Filsafat Logika dan Argumentasi Hukum, LaksBang Justitia:
Surabaya. hlm. 284.
3

W. Pespoprodjo , T. Gilareso, 2011, Logika Ilmu Menalar: Dasar-Dasar Berpikir Tertib, Logis,
Kritis, Analitis, Dialektis. Pustaka Grafika: Bandung. hlm. 46

1
6. Kesesatan Non Causa Pro Causa.

7. Kesesatan Aksidensi

8. Kesesatan Komposisi atau Divisi.

Mengikuti John Locke, mengidentifikasi beberapa kesesatan berpikir yang


pada akhirnya termanifestasi dalam perilaku yang juga sesat.

1. Pertama, kesesatan yang terjadi karena subjek sesungguhnya jarang


berpikir sendiri dan berpikir atau bertindak sesuai dengan apa yang
dipikirkan dan dilakukan orang lain.
2. Kedua, kesesatan di mana subjek bertindak seakan sangat menghargai
rasio, tetapi kenyataannya tidak menggunakan rasionya dengan baik.
3. Ketiga, adalah kesesatan yang terjadi akibat subjek tidak terbuka untuk
melihat persoalan secara komprehensif, terpaku hanya pada pendapat atau
pendekatan tertentu orang tertentu, atau sumber tertentu.4

Menurut Lorens Bagus, sesat pikir mengakomodir enam hal yaitu :


Pertama, menyatakan bahwa suatu gagasan adalah sesat yang berarti fakta yang
diacu oleh gagasan itu tidak ada. Kedua, tidak sesuai dengan kebenaran.
Ketiga, tidak mempunyai evidensi (fakta) yang baik. Keempat, berarti salah.
Kelima, basis dari dua perangkat nilai kebenaran yang menyangkal nilai
kebenaran yang ditentukan bagi suatu kenyataan. Dan keenam, lain dari
kebenaran. Apabila melihat pengertian-pengertian sesat berpikir versi Lorens
Bagus maka sesat berpikir terjadi dengan dua hal yaitu ketika tidak terjadi
kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan serta kedidakkonsistenan pada
penggunaan alur-alur formal dalam logika.5

4
Mohammad adib, Filsafat Islam : Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu.
Pengetahuan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 178-179

5
Wagiman, Pengantar Studi Logika : Mempelajari, Memahami dan
Mempraktekannya, (Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, 2009), hlm.145.

Anda mungkin juga menyukai