Material yang digunakan pada penelitian ini meliputi lichen dari 5 titik yang berada di
Terminal Hamid Rusdi, Terminal Tumpakrejo, dan Terminal Kilo 6. Lichen dari 5 titik yang
berada di 3 terminal diidentifikasi sifat fisik dan sifat kimia udara di sekitar titik tersebut
yang meliputi suhu, kelembaban, kekuatan cahaya, kadar CO dan CO2 menggunakan
aplikasi. Sifat fisik dan kimia tersebut diamati pada tiga waktu, yaitu pada pukul (07.00-
08.00), pukul (11.00-12.00), dan pukul (17.00-18.00).
Lichenes dengan tipe talus foliose ditemukan dalam penelitian ini sebanyak 1 talus
dan tipe talus crustose ditemukan paling banyak yaitu 14 talus. Hal ini dikarekan kedua tipe
talus tersebut sangat mudah tumbuh. Menurut Yurnalizah (2002), lichenes crustose memiliki
talus yang berukuran kecil, datar, tipis dan selalu melekat erat pada substratnya dan pada tipe
talus foliose tidak menempel erat pada substratnya tetapi hanya menempel saja pada
substratnya. Hal ini menyebabkan lichenes tipe ini sulit untuk dipisahkan dari substratnya
tanpa merusak substratnya. Menurut Pratiwi (2006), tipe talus crustose paling efesiens
dibandingkan dengan tipe talus lainnya. Tipe talus crustose dapat terlindung dari potensi
kehilangan air dengan bertahan pada substratnya. Tipe ini memiliki tipe jaringan talus
homoimerus yaitu keadaan phycobion (alga) berada di sekitar hifanya.
Pemantauan kualitas udara diamati pada tiga waktu, yaitu pada pukul (07.00-08.00),
pukul (11.00-12.00), dan pukul (17.00-18.00). Sifat kimia udara di sekitar titik tersebut yang
meliputi suhu, kelembaban, kekuatan cahaya, kadar CO dan CO2 diukur menggunakan
aplikasi. Namun, karena keterbatasan, kami tidak dapat mengukur kadar CO dan CO2.
Lichen terkenal dari kepekaannya terhadap kondisi alam tempat hidupnya, apabila terdapat
gas polusi maka lichen tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan semestinya (Hawksworth
& Rose, 1970). Menurut Vardar, (2013) lichen dapat menyerap polutan campuran dari
industry sebagai penyebab kerusakan DNA pada organisme hidup. Pada kondisi lingkungan
yang lebih lembab, lichen dapat hidup lebih baik dan subur sehingga penyerapan air, mineral
dan akumulasi bahan-bahan pencemar menjadi lebih efektif dan lebih banyak.
Lumut digunakan sebagai bioindikator kualitas udara yang sangat baik karena (1)
tersebar dalam wilayah geografis yang luas (kecuali zona laut); (2) tersedia sepanjang tahun;
(3) morfologinya seragam dari waktu kewaktu; (4) tidak memiliki stomata dan katikula
sehingga mudah menyerap gas dan zat terlarut di udara melalui permukaannya (Loopi et. al,
2002; Kuldeep dan Prodiyut, 2015). Lumut kerak dapat digunakan sebagai bioindikator
dalam dua metode yaitu (1) pemetaan semua jenis spesies pada suatu area; dan (2)
pengambilan sampel spesies yang sama pada area yang terkontaminasi polutan dan tidak
terkontaminasi kemudian mengukur perubahan morfologi pada thalus dan mengevaluasi
parameter fisiologinya dan atau mengevaluasi bioakumulasi polutan (Conti & Ceccheti,
2001).
KESIMPULAN
Kondisi fisika dan kimia Terminal Hamid Rusdi, Terminal Tumpakrejo, dan Terminal
Kilo 6 mendukung pertumbuhan dan perkembagan lichen. Suhu, kelembaban, dan kekuatan
cahaya cukup baik untuk lichen dapat tumbuh. Karena lichen terkenal dari kepekaannya
terhadap kondisi alam tempat hidupnya, apabila terdapat gas polusi maka lichen tidak dapat
tumbuh dan berkembang dengan semestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Hawksworth, D.L & Rose, L. (1970). Qualitative scale for estimating sulphur dioxide air
pollution in England and Wales using epiphytic lichens. Nature, Vol.227, pp. 145- 148,
ISSN: 0028-0836.
Kuldeep, S., Prodyut, B,. 2015. Lichen as a Bio-Indikator Tool for Assesment of Climate and
Air Pollution Vulnerability. International Research , Journal of Environment Science.
Vol 4(12) 107-117.
Loopi, S., Ivanov D, B. R. (2002). Biodiversity of Epiphytic Lichens and Air Pollution in the
Town Siena (Central Italy). Environmental Pollution, 16(16), 123–128.
Pratiwi, M. E., 2006. Kajian lichen sebagai bioindikator kualitas udara studi kasus: kawasan
industri Pulo Gadung, Arboretum Cibubur dan tegakan mahoni Cikabayan. Skripsi.
IPB, Bogor.
Vardar, C., Basaran, E., Duman, D.C, et all. 2013. Air-quality biomonitoring: Assessment of
genotoxicity of air pollution in the Proince of Kayseri (Central Anatolia) by use of the
lichen Pseudevernia furfuracea (L.) Zopf and amplified fragment-length polymorphism
markers. Articles: MUTGEN-402419 pp: 8.
Yunarlizah., 2002, Lichenes (Karakteristik, Klasifikasi Dan Kegunaan), Medan, Universitas
Sumatra.
LAMPIRAN