OLEH :
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensip. Pelayanan
keperawatan yang ditujukan kepada individu, kelompok, dan masyarakat
baik sehat maupun sakit merupakan disiplin professional yang menerapkan
pengetahuan dan kemampuan berpikir ktitis dalam menghadapi setiap situasi
pasien melalui pemberian asuhan keperawat an berdasarkan pada ilmu dan
kiat praktek keperawatan. Peningkatan mutu dan kualitas pelayanan
keperawatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan seseorang baik individu, kelompok, dan masyarakat secara bio-
psiko-sosial-spiritual (Perry dan Potter,2009).
Teori Adaptasi Roy diharapkan mampu meningkatkan kemampuan
adaptasi pasien kista ovarium dengan meningkatkan kemampuan beradaptasi
terhadap perubahan prilaku fisik maupun psikologis yang disebabkan oleh
berbagai stimulus dengan merubah prilaku yang tidak adaptif menjadi
perilaku adaptif kembali. Teori adaptasi Roy memandang bahwa manusia
sebagai mahluk yang holistic yang berinteraksi secara konstan dengan
perubahan lingkungan. Dalam penerapan teori adaptasi Roy diharapkan
perawat dapat berperan sebagai profesi yang memberikan asuhan
keperawatan yang berfokus pada proses hidup manusia, dimana perawat
merupakan teladan dalam meningkatkan kesehatan bagi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam teori Roy perawat juga
berperan sebagai untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan serta mengkaji prilaku dan
stimulus yang mempengaruhi adaptasi tersebut ( Roy & Andrew,1999 dalam
Phillip,2006).
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang
banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan
yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sl-sel otot polos pada ovarium yang
jinak. Walaupun tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas
atau kanker. Perjalanan penyakit ini sering disebut silent killer atau secara
diam-diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari dirinya sudah
terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat
teraba dari luar atau membesar (Depkes,RI, 2011).
Kista ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk
seperti kantong yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh, Kantong ini bisa
berisi zat gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar kantong menyerupai
sebuah kapsul (Andang, 2013). Kista ovarium biasanya berupa kantong yang
tidak bersifat kanker yang berisi material cairan atau setengah cair
(Nugroho,2014). Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium
(kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil
yang terletak di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk
kapan saja (Setyorini,2014).
Menurut penelitian yang dilakukan Susianti (2017) keefektifan
aplikasi teori adaptasi Roy pada pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
kista ovarium yaitu dapat meningkatkan perilaku yang baik pada penderita
kista ovarium dalam melakukan upaya penanganan dan pencegahan terhadap
terhadap terjadinya kista ovarium. Dapat disimpulkan bahwa teori Roy dapat
meningkatkan kesehatan pasien secara optimal baik jangka pendek maupun
jangka panjang.Hasil yang didapat pada asuhan keperawatan ini sangat efektif
sebagai upaya penanganan pada penyakit nya dan upaya jangka panjang
dalam mencegah terjadinya penyakit tersebut berulang.
Sedangkan menurut penelitian Larasati, Afiyanti dan Kurniawati
(2019) keefektifan aplikasi teori adaptasi roy pada klien dengan neoplasma
kistik ovarium yang akan mengeluhkan gejala yang beragam baik sebelum
operasi maupun sesudah operasi. Gejala yang dirasakan oleh klien
dipengaruhi oleh kondisi fisiologi, konsep diri, peran dan hubungan
interdependensi, hal tersebut menjadi stimulus bagi seseorang baik itu
stimulus local, stimulus kontekstual maupun stimulus residual. Dengan
adanya stimulus maka individu akan melakukan mekanisme koping dengan
mengaktifkan subsistem regulator dan subsistem kognator untuk menilai
efektor yang meliputi keadaan fisiologis, konsep diri, peran dan
interdependensi yang pada akhirnya menghasilkan output berupa koping
adaptif atau koping tidak efektif.
Ovarektomy adalah operasi pengangkatan dari ovarium atau indung
telur. Tetapi istilah ini telah digunakan secara tradisional dalam penelitian
ilmu dasar yang menggambarkan operasi pengangkatan indung telur
(Wiknjosastro, 2005). Pada klien dengan post operasi kista ovarium akan
mengalami masalah yang berhubungan dengan nyeri, resiko infeksi, kurang
perawatan diri serta masalah yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya.
Respon nyeri yang dirasakan oleh pasien merupakan efek samping
yang timbul setelah menjalani operasi. Efek anastesi hilang pasien akan
mengalami nyeri hebat. Nyeri yang disebabkan oleh operasi biasanya
membuat para pasien kesakitan. Ketidaknyamanan atau nyeri yang sangat
hebat yang dirasakan pasien harus diatasi dengan management nyeri, karena
kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia (Patasik, 2013)
Nyeri post operasi disebabkan oleh berbagai factor. Faktor yang
mempengaruhi intensitas nyeri dan lamanya nyeri pada tiap individu berbeda.
Menurut Potter dan Perry (2010), factor tersebut antara lain keyakinan,
ansietas, gaya koperasing, dukungan keluarga, keletihan, dan pengalaman
sebelumnya. Pada keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara
individu mengatasi nyeri karena beberapa kebudayaan yakin bahwa
memperlihatkan nyeri adalah sesuatu yang alamiah maka mempengaruhi
pengeluaran fisiologis operasiate endogen sehingga terjadi persepsi nyeri.
Pada ansietas, seseorang yang mengalami kecemasan akan meningkatkan
persepsi nyeri.Keletihan juga dapat menyebabkan nyeri karena menurunkan
koperasing. Dukungan sosial keluarga, kehadiran keluarga akan
meminimalkan perasaan ketakutan dan kecemasan terhadap nyeri, terutama
bagi anak-anak. Selanjutnya yaitu perhatian, semakin seseorang memusatkan
perhatian terhadap area nyeri, maka akan meningkat juga persepsi nyerinya.
Yang terakhir yaitu pengalaman pembedahan sebelumnya, karena bila
pembedahan ditempat yang sama rasa nyeri tidak sehebat nyeri pembedahan
sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mencoba untuk mengambil tema
“Penerapan Pengkajian Dengan Teori Model Adaptasi Roy dan Pengkajian
Konvensional RSUD Praya Pada Pasien Post Operasi Kista Ovarium”
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Penerapan Pengkajian DenganTeori Model Adaptasi Roy dan
Pengkajian Konvensional RSUD Praya Pada Pasien Post Operasi Kista
Ovarium
LANDASAN TEORI
Model Adaptasi Roy ini dipublikasikan pertama pada tahun 1970 dengan
asumsi dasar model teori adalah:
4. Patofisiologi
Perkembangan ovarium setelah lahir didapatkan kurang lebih sebanyak
1.000.000 sel germinal yang akan menjadi folikel, dan sampai pada
umur satu tahun ovarium berisi folikel kistik dalam berbagai ukuran
yang diransang oleh peningkatan gonadotropin secara mendadak,
bersamaan dengan lepasnya steroid fetoplasental yang merupakan
umpan balik negative pada hipotalamus pituitary neonatal. Pada awal
pubertas sel germinal berkurang menjadi 300.000 sampai 500.000 unit
dari selama 35-40 tahun dalam masa kehidupan reproduksi , 400-500
mengalami proses ovulasi, folikel primer akan menipis sehingga pada
saat menopause tinggal beberapa ratus sel germinal pada rentang 10-15
tahun sebelum menopause terjadi peningkatan hilangnya folikel
berhubungan dengan peningkatan FSH. Peningkatan hilangnya folikel
kemungkinan disebabkan peningkatan stimulasi FSH.
Pada masa reproduksi akan terjadi maturasi folikel yang khas termasuk
ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Proses ini terjadi akibat I
teraksi hipotalamus hipofisis-gonad dimana melibatkan folikel dan
korpus luteum, hormone steroid, gonadotropin hipofisis dan factor
autokrin atau parakrin bersatu untuk menimbulkan ovulasi. Kista
ovarium yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal. Kista terjadi karena
kegagalan ovulasi (LH surge) dan kemudian cairan intrafolikel tidak
diabsorbsi kembali. Pda beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga
terjadi secara artificial maupun gonatropin diberikan secara berlebihan
untuk menginduksi ovulasi. Hipotalamus menghasilkan gonadotropin
releasing hormone (GnRH), yang disekresi secara pulpasi dalam rentang
kritis. Kemudian GnRH memacu hipofisis untuk menghasilkan
gonadotropin (FSH dan LH) yang disekresi secara pulpasi juga.
Segera setelah menopause,tidak ada folikel ovarium yang tersisa. Terjadi
peningkatan FSH 10-20 kali lipat dan peningkatan LH sekitar 3 kali lipat
dan kadar maksimal dicapai 1-3 tahun pasca menopause, selanjutnya
terjadi penurunan yang bertahap walaupun sedikit pada kedua
gonadotropintersebut. Peningkatan kadar FSH dan LH pada saat
kehidupan merupakan bukti pasti terjadi kegagalan ovarium
(Prawirohardjo,2011).
Ukuran kista ovarium bervariasi, misalnya kista korpus luteum yang
berukuran sekitar 2 cm-6cm, dalam keadaan normal lambat laun akan
mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum
akan mempertahankan diri, perdarahan yang sering terjadi didalamnya
menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan berwarna cokelat tua karena
darah tua.Korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa
amenorrhea diikuti perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula
menyebabkan rasa berat diperut bagian bawah dan perdarahan berulang
dalam kista dapat menyebabkan rupture (Wiknjosastro,2008).
5. Manifestasi Klinis
Menurut Nogroho (2012) tanda dan gejala kista ovarium antara lain:
a. Sering tanpa gejala
b. Nyeri saat menstruasi
c. Nyeri pada perut bagian bawah
d. Nyeri saat berhubungan badan
e. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai kaki
f. Terkadang nyeri saat buang air kecil
g. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar
banyak.
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Wiknjosastro,2008) dan (Nugroho,2012) pemeriksaan
penunjang yang perlu dilakukan adalah:
a. Laparoskopi
Menentukan asal dan sifat tumor,apakah tumor tersebut berasal dari
ovarium atau tidak, dan apakah jenis tumor tersebut jinak atau ganas.
b. Ultrasonografi
Menentukan letak, batas dan permukaan tumor melalui abdomen
atau vagina, apakah tumor barasal dari ovarium, uterus atau kandung
kemih, dan apakah tumor kistik atau solid.
c. Foto Rontgen
Menentukan adanya hidrotoraks, apakah di bagian dada terdapat
cairan yang abnormal atau tidak seperti gigi dalam tumor.
d. Pemeriksaan Darah
Tes pertanda tumor (tumor marker) CA 125 adalah suatu protein
yang konsentrasinya sangat tinggi pada sel tumor khususnya pada
kanker ovarium. Lalu, sel tersebut diproduksi oleh sel jinak sebagai
respon terhadap keganasan.
8. Cara penanganan kista ovarium
Beberapa pilihan pengobatan yang disarankan:
a. Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan pengobatan
nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres
hangat pada abdomen dan tehnik relaksasi nafas dalam
(Prawirohardjo,2011).
b. Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibuprofen dapat
diberikan kepada pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi
rasa nyeri (Manuaba,2009).
c. Pembedahan
Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi
semakin membesar, lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter harus
segera mengangkatnya. Ada 2 tindakan oembedahan yang utama
yaitu: laparaskopi dan laparatomi (Yatim,2008).
Pada studi kasus ini tidak mengenal populasi dan sampel, namun lebih
mengarah kepada istilah subyek studi kasus oleh karena yang menjadi subyek
studi kasus adalah sejumlah dua pasien (individu) yang diamati secara
mendalam.
Subyek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah dua orang pasien
dengan masalah keperawatan yang sama yaitu pasien post operasi kista
ovarium dengan menerapkan pengkajian teori adaptasi roy dan pengkajian
konvensional RSUD Praya. Subyek pada studi kasus ini memiliki dua criteria
yaitu:
Criteria Inklusi dan Eklusi
Table 3.1 kriteria inklusi dan eksklusi dengan format PICOS
Fokus studi kasus adalah kajian utama yang akan dijadikan titik acuan studi
kasus. Fokus studi kasus pada studi karya tulis ini adalah:
1. Penerapan pengkajian teori model adaptasi roy pada pasien post operasi
kista ovarium.
2. Penerapan pengkajian konvensional RSUD Praya pada pasien post
operasi kista ovarium.
D. Definisi Operasional
1. Data Primer
a. Data Karakteristik Responden
Adapun data tentang karakteristik responden diolah secara deskriptif
dan dapat disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi. Data
yang dikumpulkan meliputi:
1) Usia
Usia akan dikategorikan sesuai dengan tingkat perkembangan
menurut Depkes (2009) yaitu masa remaja awal 12-16 tahun,
masa remaja akhir usia 17-25 tahun, masa dewasa awal 26-35
tahun, masa dewasa akhir 36-45 tahun, lansia awal 46-55 tahun,
lansia akhir 56-65 tahun dan masa manula > 65 tahun.
2) Jenis kelamin
a) Laki-laki
b) Perempuan
3) Pendidikan
Pendidikan dikategorikan berdasarkan UU RI No 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional yang terdiri dari: 1)
Pendidikan dasar, yaitu jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD)
atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS).2) Pendidikan
menengah yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah
Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 3)
Pendidikan Tinggi mencakup program pendidikan diploma,
sarjana magister, doctor dan spesialis.
4) Pekerjaan
Pekerjaan akan dikategorikan menjadi bekerja dan tidak bekerja.
Menurut Badan Pusat Statistik (2016), bekerja adalah kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau
keuntungan, sedangkan tidak bekerja adalah penduduk usia
kerja ( 15 tahun dan lebih) yang masih sekolah atau mengurus
rumah tangga. Berdasarkan hal tersebut bekerja terdiri dari jenis
pekerjaan: PNS. Pedagang, petani/peternak/nelayan, pekerja
kasar, TNI/POLRI, pegawai swasta dan lain-lain.
2. Data Sekunder
Data tentang gambaran umum RSUD Praya akan disajikan dalam bentuk
deskriptif.
I. Analisa Data
Data penelitian dianalisa dengan analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah
suatu usaha mengumpulkan dan menyusun data.Setelah data tersusun langkah
selanjutnya adalah mengolah data dengan menggambarkan dan meringkas
data secara ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R & Tomey A.M (2010), Nursing theory; Utilization and Application
(4rd edition) St,Louis ; Elsevier.
Depkes RI 2011, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 Jakarta.
Perry A.P & Potter A.G (2009). Foundamentals of Nursing (8 th Edition)
Australia ; Elsevier Inc.
Potter P.A & Perry A.G (2010) Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktek, Jakarta ; EGC
Roy, C & Andrew ( 1999). The Roy Adaptation Model New Jersey: Prentice Hall
Sudami (2016) Teori Aplikasi Teori Adaptasi Calista Roy dalam pemberian
Asuhan Keperawatan.
Zelyanti (2016). Teori Aplikasi Teori Adaptasi Calista Roy dalam pemberian
Asuhan Keperawatan.