Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL STUDI KASUS

PENERAPAN PENGKAJIAN DENGAN TEORI MODEL ADAPTASI


ROY DAN PENGKAJIAN KONVENSIONAL RSUD PRAYA PADA
PASIEN POST OPERASI KISTA OVARIUM

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan


Program Studi Pendidikan Profesi Ners Jurusan Keperawatan
Tahun Akademik 2019/2020

OLEH :

TATY SRI UMMIYATI


NIM. P07120419028N

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensip. Pelayanan
keperawatan yang ditujukan kepada individu, kelompok, dan masyarakat
baik sehat maupun sakit merupakan disiplin professional yang menerapkan
pengetahuan dan kemampuan berpikir ktitis dalam menghadapi setiap situasi
pasien melalui pemberian asuhan keperawat an berdasarkan pada ilmu dan
kiat praktek keperawatan. Peningkatan mutu dan kualitas pelayanan
keperawatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan seseorang baik individu, kelompok, dan masyarakat secara bio-
psiko-sosial-spiritual (Perry dan Potter,2009).
Teori Adaptasi Roy diharapkan mampu meningkatkan kemampuan
adaptasi pasien kista ovarium dengan meningkatkan kemampuan beradaptasi
terhadap perubahan prilaku fisik maupun psikologis yang disebabkan oleh
berbagai stimulus dengan merubah prilaku yang tidak adaptif menjadi
perilaku adaptif kembali. Teori adaptasi Roy memandang bahwa manusia
sebagai mahluk yang holistic yang berinteraksi secara konstan dengan
perubahan lingkungan. Dalam penerapan teori adaptasi Roy diharapkan
perawat dapat berperan sebagai profesi yang memberikan asuhan
keperawatan yang berfokus pada proses hidup manusia, dimana perawat
merupakan teladan dalam meningkatkan kesehatan bagi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam teori Roy perawat juga
berperan sebagai untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan serta mengkaji prilaku dan
stimulus yang mempengaruhi adaptasi tersebut ( Roy & Andrew,1999 dalam
Phillip,2006).
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang
banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan
yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sl-sel otot polos pada ovarium yang
jinak. Walaupun tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas
atau kanker. Perjalanan penyakit ini sering disebut silent killer atau secara
diam-diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari dirinya sudah
terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat
teraba dari luar atau membesar (Depkes,RI, 2011).
Kista ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk
seperti kantong yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh, Kantong ini bisa
berisi zat gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar kantong menyerupai
sebuah kapsul (Andang, 2013). Kista ovarium biasanya berupa kantong yang
tidak bersifat kanker yang berisi material cairan atau setengah cair
(Nugroho,2014). Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium
(kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil
yang terletak di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk
kapan saja (Setyorini,2014).
Menurut penelitian yang dilakukan Susianti (2017) keefektifan
aplikasi teori adaptasi Roy pada pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
kista ovarium yaitu dapat meningkatkan perilaku yang baik pada penderita
kista ovarium dalam melakukan upaya penanganan dan pencegahan terhadap
terhadap terjadinya kista ovarium. Dapat disimpulkan bahwa teori Roy dapat
meningkatkan kesehatan pasien secara optimal baik jangka pendek maupun
jangka panjang.Hasil yang didapat pada asuhan keperawatan ini sangat efektif
sebagai upaya penanganan pada penyakit nya dan upaya jangka panjang
dalam mencegah terjadinya penyakit tersebut berulang.
Sedangkan menurut penelitian Larasati, Afiyanti dan Kurniawati
(2019) keefektifan aplikasi teori adaptasi roy pada klien dengan neoplasma
kistik ovarium yang akan mengeluhkan gejala yang beragam baik sebelum
operasi maupun sesudah operasi. Gejala yang dirasakan oleh klien
dipengaruhi oleh kondisi fisiologi, konsep diri, peran dan hubungan
interdependensi, hal tersebut menjadi stimulus bagi seseorang baik itu
stimulus local, stimulus kontekstual maupun stimulus residual. Dengan
adanya stimulus maka individu akan melakukan mekanisme koping dengan
mengaktifkan subsistem regulator dan subsistem kognator untuk menilai
efektor yang meliputi keadaan fisiologis, konsep diri, peran dan
interdependensi yang pada akhirnya menghasilkan output berupa koping
adaptif atau koping tidak efektif.
Ovarektomy adalah operasi pengangkatan dari ovarium atau indung
telur. Tetapi istilah ini telah digunakan secara tradisional dalam penelitian
ilmu dasar yang menggambarkan operasi pengangkatan indung telur
(Wiknjosastro, 2005). Pada klien dengan post operasi kista ovarium akan
mengalami masalah yang berhubungan dengan nyeri, resiko infeksi, kurang
perawatan diri serta masalah yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya.
Respon nyeri yang dirasakan oleh pasien merupakan efek samping
yang timbul setelah menjalani operasi. Efek anastesi hilang pasien akan
mengalami nyeri hebat. Nyeri yang disebabkan oleh operasi biasanya
membuat para pasien kesakitan. Ketidaknyamanan atau nyeri yang sangat
hebat yang dirasakan pasien harus diatasi dengan management nyeri, karena
kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia (Patasik, 2013)
Nyeri post operasi disebabkan oleh berbagai factor. Faktor yang
mempengaruhi intensitas nyeri dan lamanya nyeri pada tiap individu berbeda.
Menurut Potter dan Perry (2010), factor tersebut antara lain keyakinan,
ansietas, gaya koperasing, dukungan keluarga, keletihan, dan pengalaman
sebelumnya. Pada keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara
individu mengatasi nyeri karena beberapa kebudayaan yakin bahwa
memperlihatkan nyeri adalah sesuatu yang alamiah maka mempengaruhi
pengeluaran fisiologis operasiate endogen sehingga terjadi persepsi nyeri.
Pada ansietas, seseorang yang mengalami kecemasan akan meningkatkan
persepsi nyeri.Keletihan juga dapat menyebabkan nyeri karena menurunkan
koperasing. Dukungan sosial keluarga, kehadiran keluarga akan
meminimalkan perasaan ketakutan dan kecemasan terhadap nyeri, terutama
bagi anak-anak. Selanjutnya yaitu perhatian, semakin seseorang memusatkan
perhatian terhadap area nyeri, maka akan meningkat juga persepsi nyerinya.
Yang terakhir yaitu pengalaman pembedahan sebelumnya, karena bila
pembedahan ditempat yang sama rasa nyeri tidak sehebat nyeri pembedahan
sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mencoba untuk mengambil tema
“Penerapan Pengkajian Dengan Teori Model Adaptasi Roy dan Pengkajian
Konvensional RSUD Praya Pada Pasien Post Operasi Kista Ovarium”

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Penerapan Pengkajian DenganTeori Model Adaptasi Roy dan
Pengkajian Konvensional RSUD Praya Pada Pasien Post Operasi Kista
Ovarium

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum
Membandingkan pengkajian pada pasien post operasi kista ovarium
dengan penerapan dengan menggunakan teori model adaptasi roy dan
pengkajian konvensional pada RSUD Praya.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien post operasi kista
ovarium dengan menerapkan teori model adapatasi roy dan pengkajian
konvensional pada RSUD Praya.

D. Manfaat Studi Kasus


1. Manfaat Teoritis
Studi kasus ini diharapkan dapat menambah referensi ilmiah sebagai
bahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian khususnya
dalam pengelolaan pasien post operasi kista ovarium.
2. Manfaat Praktis.
a. Untuk Perawat
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset
keperawatan, khususnya studi kasus tentang penerapan pengkajian
teori model adaptasi roy dan pengkajian konvensional pada pasien
post operasi kista ovarium.
b. Untuk Rumah Sakit
Dapat menerapkan intervensi berbasis evidence based untuk
pengelolaan pasien post operasi kista ovarium.
c. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Mataram.
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
dalam pengelolaan pasien post operasi kista ovarium khususnya ilmu
keperawatan kegawat daruratan.
d. Bagi Pasien
Menambah pengetahuan pasien dalam pengelolaan mandiri pada
pasien post operasi kista ovarium.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. KONSEP DASAR TEORI ADAPTASI ROY


Sister Calista Roy lahir pada tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles
Calofornia, seorang professor keperawatan dari Saint Josept of Corondelet,
mulai mengembangkan teori adaptasi keperawatan pada tahun1964-1966 dan
baru dioperasionalkan pada tahun 1968. Roy mengembangkan ilmu dan
filosofisnya melalui tiga pendekatan teori sistem. Roy mengkombinasikan
dengan teori adaptasi Harry Helson (1964) untuk membangun pengertian
konsepnya. Dalam teori Helson (1964) respon adaptif merupakan fungsi dari
stimulus yang diterima dan level adaptasi. Stimulus merupakan factor yang
menimbulkan respon yang mungkin muncul dari lingkungan internal dan
eksternal. Sistem diartikan Helson sebagai seperangkat bagian yang saling
memiliki ketergantungan. Sistem mempunyai input, output, control, proses,
dan umpan balik. Pendekatan kedua yang dikembangkan roy berasal dari
Teori Melson. Melson menyatakan prilaku manusia adalah hasil adaptasi dari
lingkungan dan kekuatan organism. Prilaku adaptif adalah berfungsinya
stimulus dan tingkatan adaptasi yang dapat berpengaruh terhadap stimulus
fokal, stimulus kontekstual, dan stimulus residual dimana adaptasi dipandang
sebagai suatu proses adanya respon positif terhadap perubahan lingkungan.
Selain konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi konsep humanism dalam
model konseptualnya yang berasal dari konsep Abraham Maslow. Menurut
Roy humanism dalam keperawatan adalah keyakinan terhadap kemampuan
koping individu sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya.
Konsep Roy memiliki 4 konsep sentral yang meliputi: manusia,
lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Empat elemen tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain karena merupakan suatu sistem yaitu:
1. Manusia
Sistem sebagai manusia ternasuk manusia sebagai individu atau dalam
kelom pok, keluarga, organisasi, komunitas, dan masyarakat secara
keseluruhan. Sistem manusia mempunyai kapasitas pikiran dan perasaan
yang berakar pada kesadaran dan pengertian dimana mereka
menyesuaikan diri secara efektif terhadap perubahan lingkungan. Roy
mendefinisikan manusia merupakan fokus utama dalam keperawatan,
penerima asuhan keperawatan, sesuatu yang hidup menyeluruh
(komplek), sistem adaptif dengan proses internal (kognator dan regulator)
yang aplikasinya dibagi dalam empat komponen adaptasi (fisiologi,
konsep diri, fungsi peran dan interdependensi).
2. Lingkungan
Roy menyatakan bahwa lingkungan merupakan suatu kondisi, keadaan
dan pengaruh sekitarnya yang mempengaruhi perkembangan serta
prilaku manusia sebagai individu atau kelompok, dengan suatu
pertimbangan khusus dari mutualitas sumber daya manusia dan sumber
daya alam yang mencakup stimulus fokal, kontekstual dan residual.
Lingkungan merupakan masukan ( input) bagi manusia sebagai sistem
yang adaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus internal dan
eksternal. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi seseorang dan dapat
dikategorikan dalam stimulus fokal, kontekstual dan residual ( Roy &
Andrew,1999, Tomey & Alligood,2010).
3. Kesehatan
Kesehatan dipandang sebagai keadaan dan proses manusia secara utuh
dan integrasi secara keseluruhan. Sehat merupakan cermin dari
adaptasi, yang merupakan interaksi manusia dengan lingkungan.
Definisi kesehatan menurut Roy lebih dari tidak adanya sakit tapi
termasuk penekanan pada kondisi baik. Sehat bukan berarti tidak
terhindarkan dari kematian, penyakit, ketidakbahagia an dan stress akan
tetapi merupakan kemampuanuntuk mengatasi masalah tersebut dengan
baik ( Roy & Andrew, 1999, Tomey & Alligood,2010).
4. Keperawatan
Roy (1983) secara spesifik menggambarkan keperawatan sebagai ilmu
dan praktek dari peningkatan adaptasi untuk meningkatkan kesehatan
sebagai tujuan untuk mempengaruhi kesehatan secara positif.
Keperawatan dianggap sebagai ilmu dan praktek meningkatkan adaptasi
agar individu dan kelompok dapat berfungsi secara holistic melalui
aplikasi proses keperawatan untuk mempengaruhi kesehatan secara
positif. Model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik
perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan yang
berdasarkan ilmu keperawatan yang terdiri dari tujuan ke perawatan dan
aktivitas keperawatan.

Asumsi Dasar Teori

Model Adaptasi Roy ini dipublikasikan pertama pada tahun 1970 dengan
asumsi dasar model teori adalah:

1. Setiap orang selalu menggunakan koping yang bersifat positif maupun


negative. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga
komponen yaitu: penyebab utama terjadinya perubahan, terjadinya
perubahan dan pengalaman beradaptasi.
2. Individu selalu berada dalam rentang sehat-sakit, yang berhubungan erat
dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan
adaptasi.

Roy menjelaskan bahwa respon yang menyebabkan penurunan integritas


tubuh akan menimbulkan suatu kebutuhan dan menyebabkan individu
tersebut berespon melalui upaya atau prilaku tertentu. Setiap manusia selalu
berusaha menanggulangi perubahan status kesehatan dan perawat harus
merespon untuk membantu manusia beradaptasi terhadap perubahan ini.

Terdapat 3 tingkatan stimuli adaptasi pada manusia, diantaranya:

a. Stimuli fokal yaitu stimulus yang lansung beradaptasi dengan seseorang


dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seorang individu.
b. Stimuli Kontekstual yaitu stimulus yang dialami seseorang baik internal
maupun eksternal yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat
dilakukan observasi, diukur secara subyektif.
c. Stimuli Residual yaitu stimulus lain yang merupakan ciri tambahan
yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan
lingkungan yang sukar dilakukan observasi.

Proses adaptasi yang dikemukakan Roy:

a. Mekanisme koping. Pada sistem ini terdapat dua mekanisme yaitu


pertama mekanisme koping bawaan yang prosesnya secara tidak
disadari manusia tersebut, yang ditentukan secara genetic atau secara
umum dipandang sebagai proses yang otomatis pada tubuh. Kedua,
yaitu mekanisme koping yang didapat dimana koping tersebut diperoleh
melalui pengembangan atau pengalaman yang dipelajarinya.
b. Regulator subsistem. Merupakan proses koping yang menyertakan
subsistem tubuh yaitu saraf, proses kimiawi, dan sistem endokrin.
c. Cognator subsistem. Proses koping seseorang yang menyertakan empat
sistem pengetahuan dan emosi: penolahan persepsi dan informasi,
pembelajaran, pertimbangan, dan emosi.

Sistem adaptasi memiliki empat model adaptasi yang akan berdampak


terhadap respon adaptasi diantaranya, sbb:

a. Fungsi fisiologis; sistem adaptasi fisiologis diantaranya adalah


oksigenisasi, nutrisi,eliminasi,aktivitas dan istirahat, integritas kulit,
indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan endokrin.
b. Konsep diri; bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial
dalam berhubungan dengan orang lain.
c. Fungsi peran; Proses penyesuaian yang berhubungan dengan
bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial
dalam berhubung an dengan orang lain.
d. Interdependen; Kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang
kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara
interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.

Terdapat dua respon adaptasi yang dinyatakan Roy yaitu:

a. Respon yang adaptif dimana terminologiya adalah manusia dapat


mencapai tujuan atau keseimbangan sistem tubuh manusia.
b. Respon yang tidak adaptif dimana manusia tidak dapat mengontrol dari
terminology keseimbangan sietem tubuh manusia, atau tidak dapat
mencapai tujuan yang akan diraih.

Proses keperawatan terkait model adaptasi model Roy dapat diterapkan


dalam lima langkah yaitu:

1. Pengkajian yang terdiri dari dua tahap yaitu:


a. Pengkajian prilaku (behavior)
Prilaku didefinisikan sebagai aksi dan reaksi manusia dalam
keadaan tertentu. Pengkajian prilaku ( behavior) merupakan langkah
pertama proses keperawatan menurut model adaptasi Roy.
Pengkajian prilaku bertujuan untuk mengumpulkan data dan
menganalisis apakah prilaku pasien adaptif atau maladaptive. Data
perilaku meliputi empat mode adaptif, yaitu : 1) fisiologis, yang
terdiri dari pengkajian kebutuhan oksigenisasi, nutrisi, eliminasi,
aktivitas dan istirahat, proteksi, sensori/ penginderaan, cairan dan
elektrolit, fungsi neurologis, fungsi endokrin.
2) konsep diri, meliputi fisik diri dan pribadi; 3) fungsi peran,
meliputi proses transisi peran, prilaku peran, integrasi peran,pola
penguasaan peran dan proses koping; 4) Interdependen, meliputi
pola memberi dan menerima, dan strategi koping perpisahan dan
kesendirian.
b. Pengkajian Stimulus
Pengkajian stimulus didefinisikan sebagai kondisi yang
memprovokasi sebuah respon. Stimulus dapat bersifat internal dan
eksternal yang mencakup semua kondisi, keadaan yang
mempengaruhi perkembangan prilaku seseorang. Stimulus umum
yang mempengaruhi adaptasi antara lain budaya (status sosial
ekonomi, etnis, dan sistem keyakinan) keluarga ( struktur dan tugas
perkembangan keluarga), tahap perkembangan (factor usia, jenis,
tugas, keturunan dan genetic), integritas mode adaptif ( fisiologis
yang mencakup patologi penyakit, fisik (sumber daya), identitas
diri, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan hasil proses pendapat dalam
penyampaian pernyataan status adaptasi seseorang. Penetapan diagnose
keperawatan dibuat dengan cara menghubungkan antara prilaku
(behavior) dengan stimulus. Ada tiga hal yang mendukung penetapan
diagnose keperawatan yaitu: a) suatu pernyataan dari perilaku dengan
stimulus yang sangat mempengaruhi, b) suatu ringkasan tentang
perilaku dengan stimulus yang relevan, c) penanaman/ pemberian label
yang meringkaskan pola perilaku ketika lebih dari satu mode
dipengaruhi oleh stimulus yang sama.
3. Penetapan tujuan keperawatan
Tujuan adalah pembentukan pernyataan yang jelas dari outcome
perilaku dalam asuhan keperawatan yang dicatat sebagai indikasi
perilaku dari perkembangan adaptasi masalah pasien. Pernyataan
masalh meliputi prilaku. Pernyataan tujuan meliputi: prilaku, perubahan
yang diharapkan dan waktu. Tujuan umum dari intervensi keperawatan
yaitu mempertahankan dan meningkatkan prilaku adaptif dan merubah
prilaku inefektif. Tujuan jangka panjang menggambarkan
perkembangan individu, dan proses adaptasi terhadap masalah dan
tersedianya energy untuk tujuan lain ( kelansungan hidup, tumbuh, dan
reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi hasil prilaku
pasien setelah pengaturan terhadap stimulus fokal dan kontlektual serta
keadaan perilaku pasien itu indikasi koping dari sub sistem regulator
dan kognator.
4. Intervensi dan Implementasi
Intervensi merupakan proses seleksi dari pendekatan keperawatan
untuk meningkatkan adaptasi dengan merubah stimuli atau penguatan
dari proses adaptif. Tujuan intervensi keperawatan adalah
mempertahankan dan mempertinggi prilaku adaptif serta merubah
prilaku tidak efektif menjadi prilaku adaptif. Fokus intervensi adalah
mengarah pada suatu stimulus yang mempengaruhi suatu perilaku .
Langkah dalam menyusun intervensi keperawat an meliputi penetapan
atas empat hal yaitu: a) apa pendekatan alternative yang akan
dilakukan, b) apa konsekuensi yang akan terjadi, c) apakah mungkin
tujuan tercapai oleh alternative tersebut, d) nilai alternative itu diterima
atau tidak. Intervensi keperawatan inindilakukan melalui kerjasama
dengan orang lain ( pasien, keluarga, dan tim kesehatan) ( Roy &
Andrew, 1999)
5. Evaluasi
Evalusi merupakan penilaian keefektifan dari intervensi keperawatan
dalam hubungannya dengan perilaku dari sistem manusia yang menjadi
refleksi dari tujuan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Untuk dapat menetapkan suatu intervensi keperawatan efektif atau tidak
maka perawat harus melakukan pengkajian perilaku berkaitan dengan
manejemen stimulus pada intervensi keperawatan tersebut ( Roy &
Andrew, 1999 dalam Alligood & Tomey, 2006.

B. KONSEP DASAR KISTA OVARIUM


1. Pengertian
Menurut Saydam (2012) kista ovarium merupakan penyakit tumor jinak
yang bertumbuh pada indung telur wanita. Biasanya berupa kantong
kecil yang berbeda dengan penyakit kanker yang berisi cairan atau
setengah cairan.
2. Penyebab
Menurut Nugroho (2012) kista ovarium disebabkan oleh gangguan
pembentukan hormone pada hipotalamus, hipofisis, dan ovarium,
Penyebab lain timbulnya kista ovarium adalah penyumbatan pada
saluran yang berisi cairan karena adanya bakteri dan virus, adanya zat
dioksin dan asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh manusia yang akan membantu tumbuhnya
kista, factor makanan yang berlemak yang mengakibatkan zat-zat l;emak
tidak dapat dipecah dalam proses metabolism sehingga akan
meningkatkan resiko timbulnya kista (Mumpuni dan Andang, 2013).
Arif , dkk (2016) mengatakan factor resiko pembentukan kista ovarium
terdiri dari:
a. Usia
Umumnya, kista ovarium jinak ( tidak bersifat kanker) pada wanita
kelompok usia produktif. Kista ovarium bersifat ganas sangat jarang,
akan tetapi wanita yang memasuki masa menopause (usia 50-70
tahun) lebih beresiko memiliki kista ovarium ganas.
b. Status menopause
Ketika wanita telah memasuki masa menopause, ovarium dapat
menjadi tidak aktif dan dapat menghasilkan kista akibat tingkat
aktivitas wanita menopause yang rendah.
c. Pengobatan infertilitas
Pengobatan infertilitas dengan konsumsi obat kesuburan dilakukan
dengan induksi ovulasi dengan gonaditropin (konsumsi obat
kesuburan). Gonado tropin yang terdiri dari FSH dan LH dapat
menyebabkan kista berkembang
d. Kehamilan
Pada wanita hamil, kista ovarium dapat berbentuk pada trimester
kedua pada puncak kadar HCG ( human chorionic gonadotropin)
e. Hipotiroid
Hipotiroid merupakan kondisi menurunnya sekresi hormone tirod
yang dapat menyebabkan kelenjar pituitary memproduksi TSH
(Tyroid Stimulating Hormon) lebih banyak sehingga kadar TSH
meningkat. TSH merupakan factor yang memfasilitasi
perkembangan kista ovarium folikel.
f. Merokok.
Kebiasaan merokok juga merupakan factor resiko unuk pertumbuhan
kista ovarium fungsional. Semakin meningkat resiko kista ovarium
dan semakin menurun indeks massa tubuh (BMI) jika sesorang
merokok.
g. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga menderita kanker ovarium,
endometrium,payudara, dan kolon menjadi perhatian khusus.
Semakin banyak jumlah keluarga yang memiliki riwayat kanker
tersebut, dan semakin dekat tingkat hubungan keluarga, maka
semakin besar resiko sesorang wanita terkena kista ovarium.
h. Konsumsi alkohol
Konsumsi alcohol dapat meningkatkan resiko terbentuknya kista
ovarium, karena alcohol dapat meningkatkan kadar estrogen. Kadar
estrogen yang meningkat dapat mempengaruhi pertumbuhan folikel.
i. Obesitas
Wanita obesitas(BMI besar sama 30 kg/m2) lebih beresiko terkena
kista ovarium baik jinak maupun ganas. Jaringan lemak
memproduksi banyak jenis zat kimia, salah satunya adalah hormone
estrogen, yang dapat mempengaruhi tubuh. Hormon estrogen
merupakan factor utama dalam terbentuknya kista ovarium

3. Jenis – Jenis Kista Ovarium


Menurut Wiknjosastro (2008), kista ovarium terbagi dua yaitu:
a. Kista ovarium neoplastik
1) Kistadenoma ovarii serosum
Kista ini mencakup sekitar 15-25% dari keseluruhan tumor jinak
ovarium. Usia penderita berkisar antara 20-50 tahun. Pada 12-
50% kasus, kista ini terjadi pada kedua ovarium (bilateral).
Ukuran kista berkisar anatara 5-15 cm dan ukuran ini lebih kecil
dari rata-rata ukuran kistadenoma musinosum. Kista berisi cairan
serosa, jernih kekuningan.
2) Kistadenoma ovarii musinosum
Kistadenoma ovarii musinosum mencakup 16-30% dari total
tumor jinak ovarium dan 85% diantaranya adalah jinak. Tumor
ini pada umumnya multilokuler dan lokulus yang berisi cairan
musinosum tampak berwarna kebiruan didalam kapsul yang
dindingnya tegang.
3) Kista dermoid
Kista dermoid merupakan tumor terbanyak (10% dari total tumor
ovarium) yang berisi sel germiativum dan paling banyak diderita
oleh gadis yang berusia dibawah 20 tahun.
4) Kista ovarii simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding
kista tipis dan cairan didalam kista jernih, serus, dan berwarna
kuning.
5) Kista endometroid.
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin pada
dinding dalam satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel
endometrium.
b. Kista ovarium non neoplastik
1) Ovarium polisistik (SteinLeventhal Syndrome)
Penyakit ovarium polisistik ditandai dengan pertumbuhan
polisistik kedua ovarium, amenorea sekunder atau olimenorea
dan infertilitas. Sekitar 50% pasien mengalami hirsutisme dan
obesitas. Walaupun mengalami pembesaran ovarium, ovarium
polisistik juga mengalami sklerotika yang menyebabkan
permukaannya berwarna putih tanpa identitas seperti mutiara
sehingga disebut juga sebagai ovarium kerang.
2) Kista folikuler
Kista folikuler merupakan kista yang paling banyak ditemukan di
ovarium dan biasanya sedikit lebih besar (3-8 cm) dari folikel pra
ovulasi (2,5 cm). Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi ( LH
surge) dan kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorbsi kembali.
Kista ini tidak menimbulkan gejala yang spesifik. Jarang sekali
terjadi torsi, rupture atau perdarahan.
3) Kista korpus luteum
Kista korpus luteum terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus
luteum atau perdarahan yang mengisi rongga yang terjadi setelah
ovulasi.
4) Kista inklusi germinal
Terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari
epitel germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih
banyak pada wanita yang lanjut umurnya dan basarnya jarang
melebihi diameter 1 cm Kista biasanya ditemukan pada
permukaan histologik ovarium yang diangkat waktu operasi.
Kista terletak dibawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri
atau satu lapisan epitel kubik dan isinya jernih dan serus.

4. Patofisiologi
Perkembangan ovarium setelah lahir didapatkan kurang lebih sebanyak
1.000.000 sel germinal yang akan menjadi folikel, dan sampai pada
umur satu tahun ovarium berisi folikel kistik dalam berbagai ukuran
yang diransang oleh peningkatan gonadotropin secara mendadak,
bersamaan dengan lepasnya steroid fetoplasental yang merupakan
umpan balik negative pada hipotalamus pituitary neonatal. Pada awal
pubertas sel germinal berkurang menjadi 300.000 sampai 500.000 unit
dari selama 35-40 tahun dalam masa kehidupan reproduksi , 400-500
mengalami proses ovulasi, folikel primer akan menipis sehingga pada
saat menopause tinggal beberapa ratus sel germinal pada rentang 10-15
tahun sebelum menopause terjadi peningkatan hilangnya folikel
berhubungan dengan peningkatan FSH. Peningkatan hilangnya folikel
kemungkinan disebabkan peningkatan stimulasi FSH.
Pada masa reproduksi akan terjadi maturasi folikel yang khas termasuk
ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Proses ini terjadi akibat I
teraksi hipotalamus hipofisis-gonad dimana melibatkan folikel dan
korpus luteum, hormone steroid, gonadotropin hipofisis dan factor
autokrin atau parakrin bersatu untuk menimbulkan ovulasi. Kista
ovarium yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal. Kista terjadi karena
kegagalan ovulasi (LH surge) dan kemudian cairan intrafolikel tidak
diabsorbsi kembali. Pda beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga
terjadi secara artificial maupun gonatropin diberikan secara berlebihan
untuk menginduksi ovulasi. Hipotalamus menghasilkan gonadotropin
releasing hormone (GnRH), yang disekresi secara pulpasi dalam rentang
kritis. Kemudian GnRH memacu hipofisis untuk menghasilkan
gonadotropin (FSH dan LH) yang disekresi secara pulpasi juga.
Segera setelah menopause,tidak ada folikel ovarium yang tersisa. Terjadi
peningkatan FSH 10-20 kali lipat dan peningkatan LH sekitar 3 kali lipat
dan kadar maksimal dicapai 1-3 tahun pasca menopause, selanjutnya
terjadi penurunan yang bertahap walaupun sedikit pada kedua
gonadotropintersebut. Peningkatan kadar FSH dan LH pada saat
kehidupan merupakan bukti pasti terjadi kegagalan ovarium
(Prawirohardjo,2011).
Ukuran kista ovarium bervariasi, misalnya kista korpus luteum yang
berukuran sekitar 2 cm-6cm, dalam keadaan normal lambat laun akan
mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum
akan mempertahankan diri, perdarahan yang sering terjadi didalamnya
menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan berwarna cokelat tua karena
darah tua.Korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa
amenorrhea diikuti perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula
menyebabkan rasa berat diperut bagian bawah dan perdarahan berulang
dalam kista dapat menyebabkan rupture (Wiknjosastro,2008).
5. Manifestasi Klinis
Menurut Nogroho (2012) tanda dan gejala kista ovarium antara lain:
a. Sering tanpa gejala
b. Nyeri saat menstruasi
c. Nyeri pada perut bagian bawah
d. Nyeri saat berhubungan badan
e. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai kaki
f. Terkadang nyeri saat buang air kecil
g. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar
banyak.

6. Respon tubuh terhadap fisiologis


Respon tubuh terhadap perubahan fisiologis menurut Wiknjosastro
(2008) adalah sebagai berikut:
a. Sistem gastrointestinal
Tumor didalam abdomen bagian bawah dapat menyebabkan
pembengka kan perut. Apabila tumor menekan kandung kemih dapat
menimbulkan gangguan miksi.
b. Sistem pencernaan
Kista yang besar akan menekan organ sekitarnya seperti lambung.
Penekanan pada lambung dapat menyebabkan mual muntah serta
kehilangan nafsu makan.
c. Sistem pernafasan
Akibat dari pertumbuhan tumor yang membesar mengakibatkan
paru-paru menjadi terdesak sehingga oksigen terganggu maka timbul
rasa sesak.
d. Sistem reproduksi
Sel telur yang gagal berovulasi mengakibatkan produksi hormone
meningkat, pertumbuhan folikel menjadi tidak teratur, kegagalan sel
telur menjadi matang menimbulkan kista ovarium. Akibat dari
komplikasi kista, terjadi perdarahan kedalam kista dan menimbulkan
gejala yang minim. Akan tetapi saat terjadi perdarahan sekonyong-
konyong dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi cepat dari
kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.
e. Sistem kardiovaskuler
Putaran tungkai pada kista ovarium dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi meskipun jarang bersipat total. Adapun putaran tungkai
menimbulkan tarikan ligamentum parietale yang menimbulkan rasa
sakit, karena vena lebih mudah tertekan, terjadilah pembendungan
darah dalam tumor dengan akibat dari pembesaran terjadi perdarahan
didalamnya.

7. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Wiknjosastro,2008) dan (Nugroho,2012) pemeriksaan
penunjang yang perlu dilakukan adalah:
a. Laparoskopi
Menentukan asal dan sifat tumor,apakah tumor tersebut berasal dari
ovarium atau tidak, dan apakah jenis tumor tersebut jinak atau ganas.
b. Ultrasonografi
Menentukan letak, batas dan permukaan tumor melalui abdomen
atau vagina, apakah tumor barasal dari ovarium, uterus atau kandung
kemih, dan apakah tumor kistik atau solid.
c. Foto Rontgen
Menentukan adanya hidrotoraks, apakah di bagian dada terdapat
cairan yang abnormal atau tidak seperti gigi dalam tumor.
d. Pemeriksaan Darah
Tes pertanda tumor (tumor marker) CA 125 adalah suatu protein
yang konsentrasinya sangat tinggi pada sel tumor khususnya pada
kanker ovarium. Lalu, sel tersebut diproduksi oleh sel jinak sebagai
respon terhadap keganasan.
8. Cara penanganan kista ovarium
Beberapa pilihan pengobatan yang disarankan:
a. Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan pengobatan
nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres
hangat pada abdomen dan tehnik relaksasi nafas dalam
(Prawirohardjo,2011).
b. Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibuprofen dapat
diberikan kepada pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi
rasa nyeri (Manuaba,2009).
c. Pembedahan
Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi
semakin membesar, lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter harus
segera mengangkatnya. Ada 2 tindakan oembedahan yang utama
yaitu: laparaskopi dan laparatomi (Yatim,2008).

Prinsip pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai berikut:

1. Apabila kistanya kecil( misalnya sebesar permen) dan pada


pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda keganasan,
biasanya dokter melakukan operasi dengan laparaskopi. Dengan cara
ini alat laparaskopi dimasukan ke dalam rongga panggul dengan
melakukan sayatan kecil pada dinding perut yaitu sayatan searah
dengan garis rambut kemaluan (Yatim,2008).
2. Ababila kistanya agak besar (lebih dari 5cm), biasanya pengangkatan
kista dilakukan dengan laparatomi. Tehnik ini dilakukan dengan
pembiusan total. Dengan cara laparatomi kista sudah dapat diperiksa
apakah sudah mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila
sudah dalam proses keganasan operasi sekalian mengangkat ovarium
dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar lymfe
(Yatim,2008).
3. Perawatan luka insisi pasca operasi.
Beberapa prinsip yang perlu diimplementasikan antara lain:
a) Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca
operasi.
b) Klien harus mandi shower bila memungkinkan.
c) Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari
selama masa pasca operasi sampai ibu diperbolehkan pulang atau
dirujuk.
d) Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang digunakan harus yang
sesuai dan tidak lengket.
e) Pembalutan dilakukan dengan tehnik aseptic.

9. Cara Pencegahan Kista Ovarium


Menurut Nugroho (2014) adapun cara oencegahan penyakit kista yaitu:
a. Mengkonsumsi banyak sayuran dan buah , karena sayur dan buah
banyak mengandung vitamin dan mineral yang mampu
meningkatkan stamina tubuh.
b. Menjaga pola hidup sehat, khususnya menghindari rokok dan sering
olahraga.
c. Menjaga kebersihan area kewanitaan hal tersebut untuk menghindari
infeksi mikroorganisme dan bakteri yang dapat berkembang disekitar
area kewanitaan.
d. Mengurangi makanan yang berkadar lemak tinggi. Apabila setiap
individu mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi, hal
tersebut dapat menyebabkan gangguan hormone pemicu stress dan
dapat pula terjadi obesitas.
e. Menggunakan pil KB secara oral yang mengandung hormone
estrogen dan progesterone guna untuk meminimalisir resiko
terjadinya kista karena mampu mencegah produksi sel telur.
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Desain Karya Tulis


Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan
penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun
peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2015).
Dalam karya tulis ini penulis menggunakan penelitian deskriptif,
dengan rancangan studi kasus. Menurut Setiadi, (2013) pendekatan deskriptif
yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
menggambarkan suatu keadaan secara obyektif. Penelitian ini menggunakan
desain observasional dimana penelitian hanya bertuju an untuk melakukan
pengamatan dan non eksperimental. Penelitian ini menggunakan rancangan
studi kasus yaitu salah satu jenis rancangan penelitian yang mencakup satu
unit penelitian secara insentif. Studi kasus dibatasi oleh tempat dan waktu,
serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas, atau individu dan
menggambarkan atau mendeskripsikan pemberian tindakan keperawatan.

B. Subyek Studi Kasus

Pada studi kasus ini tidak mengenal populasi dan sampel, namun lebih
mengarah kepada istilah subyek studi kasus oleh karena yang menjadi subyek
studi kasus adalah sejumlah dua pasien (individu) yang diamati secara
mendalam.

Subyek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah dua orang pasien
dengan masalah keperawatan yang sama yaitu pasien post operasi kista
ovarium dengan menerapkan pengkajian teori adaptasi roy dan pengkajian
konvensional RSUD Praya. Subyek pada studi kasus ini memiliki dua criteria
yaitu:
Criteria Inklusi dan Eklusi
Table 3.1 kriteria inklusi dan eksklusi dengan format PICOS

Criteria inklusi Ekslusi


Population/problem Jurnal-jurnal yang Jurnal yang tidak
berhubungan dengan berhubungan dengan
topic yaitu teoeri teori adaptasi roy pada
adaptasi roy pada pasien kista ovarium
pasien post operasi
kista ovarium
Intervension Pengobatan pada kista Stimuli adaptasi,
yaitu pendekatan, proses adaptasi dan
pemberian obat, respon adaptasi pada
pembedahan pasien kista ovarium
Comparation Tidak ada factor Tidak ada factor
pembanding pembanding
Outcome Penerapan proses Ada hubungan stimuli
asuhan keperawatan adaptasi, proses
dengan menggunakan adaptasi, respon
teori adaptasi roy pada adaptasi pada pasien
pasien operasi kista kista ovarium
ovarium
Study deisgn Metode deskriptif/studi Sistematic/ literature
kasus review.

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus adalah kajian utama yang akan dijadikan titik acuan studi
kasus. Fokus studi kasus pada studi karya tulis ini adalah:

1. Penerapan pengkajian teori model adaptasi roy pada pasien post operasi
kista ovarium.
2. Penerapan pengkajian konvensional RSUD Praya pada pasien post
operasi kista ovarium.
D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang


diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat
diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Definisi
operasional adalah mendefinisikan variable secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau
fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang
dijadikan ukuran dalam penelitian (Nursalam,2015)

E. Ruang Lingkup Studi Kasus


1. Tempat studi kasus
Tempat yang dipilih sebagai lokasi studi kasus yaitu di Ruang Angsoka
RSUD Praya. Adapun alasan dalam pemilihan lokasi adalah:
a. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di RSUD Praya
diketahui kasus operasi kista ovarium pada tahun 2019 terhitung dari
bulan Januari-Desember sebanyak kasus.
b. Ruang Angsoka merupakan ruangan tempat perawatan pasien post
operasi kista ovarium.
2. Waktu Studi Kasus.
Waktu studi kasus akan dilaksanakan pada bulan Juni 2020.
F. Jenis Data
1. Data primer
Menurut Riwidikdo (2012), data primer adalah data yang secara lansung
diambil dari obyek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi
sehingga diperoleh jawaban atas pertanyaan yang disediakan melalui
kuisioner oleh responden. Adapun data primer dalam studi kasus ini
adalah:
a. Data tentang karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan.
b. Data tentang pasien post operasi kista ovarium dengan menggunakan
pengkajian teori model adaptasi roy dan pengkajian konvensional
RSUD Praya.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak lansung memberikan data kepada
pengumpul data (Sugiyono,2012). Data sekunder dalam penelitian ini
adalah gambaran umum tentang tempat penelitian yaitu RSUD Praya.

G. Cara Pengumpulan Data


1. Data Primer
a. Data tentang karakteristik responden yang meliputi usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan yang diperoleh dengan cara
wawancara menggunakan kuisioner kepada responden.
b. Data tentang pasien post operasi kista ovarium dengan menggunakan
pengkajian teori adaptasi roy.
c. Data tentang pasien post operasi kista ovarium dengan menggunakan
pengkajian konvensional RSUD Praya.
2. Data Sekunder
Data gambaran umum di Ruang Angsoka RSUD Praya diperoleh melalui
studi dokumentasi bagian rekam medis RSUD Praya tahun 2019.

H. Cara Pengolahan Data


Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk mem peroleh
data ringkasan suatu kelompok berdasarkan data mentah dengan
menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang
diperlukan (Setiadi, 2007). Adapun cara pengolahan data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:

1. Data Primer
a. Data Karakteristik Responden
Adapun data tentang karakteristik responden diolah secara deskriptif
dan dapat disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi. Data
yang dikumpulkan meliputi:
1) Usia
Usia akan dikategorikan sesuai dengan tingkat perkembangan
menurut Depkes (2009) yaitu masa remaja awal 12-16 tahun,
masa remaja akhir usia 17-25 tahun, masa dewasa awal 26-35
tahun, masa dewasa akhir 36-45 tahun, lansia awal 46-55 tahun,
lansia akhir 56-65 tahun dan masa manula > 65 tahun.
2) Jenis kelamin
a) Laki-laki
b) Perempuan
3) Pendidikan
Pendidikan dikategorikan berdasarkan UU RI No 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional yang terdiri dari: 1)
Pendidikan dasar, yaitu jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD)
atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS).2) Pendidikan
menengah yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah
Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 3)
Pendidikan Tinggi mencakup program pendidikan diploma,
sarjana magister, doctor dan spesialis.
4) Pekerjaan
Pekerjaan akan dikategorikan menjadi bekerja dan tidak bekerja.
Menurut Badan Pusat Statistik (2016), bekerja adalah kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau
keuntungan, sedangkan tidak bekerja adalah penduduk usia
kerja ( 15 tahun dan lebih) yang masih sekolah atau mengurus
rumah tangga. Berdasarkan hal tersebut bekerja terdiri dari jenis
pekerjaan: PNS. Pedagang, petani/peternak/nelayan, pekerja
kasar, TNI/POLRI, pegawai swasta dan lain-lain.
2. Data Sekunder
Data tentang gambaran umum RSUD Praya akan disajikan dalam bentuk
deskriptif.

I. Analisa Data
Data penelitian dianalisa dengan analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah
suatu usaha mengumpulkan dan menyusun data.Setelah data tersusun langkah
selanjutnya adalah mengolah data dengan menggambarkan dan meringkas
data secara ilmiah.

J. Etika Studi Kasus


Pada bagian ini dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus,
yang terdiri dari respect for persons, beneficienci dan distributive justice.
1. Menghormati individu (Respector for person)
Menghormati otonomi (respect for autonomy) yaitu menghargai
kebebasan seseorang terhadap pilihan sendiri. Melindungi subyek studi
kasus( Protection of person) yaitu melindungi individu/subyek penelitian
yang memiliki keterbatasan atau kerentanan dan eksploitasi dan bahaya.
Pada bagian ini diuraikan tentang informed consent, anonymity, dan
kerahasiaan.
Penelitian ini tidak menggunakan informed concent karena peneliti hanya
melakukan studi dokumentasi terhadap dokumen pasien. Peneliti tidak
mencantumkan nama responden dalam pengolahan data melainkan
menggunakan nomor atau kode responden. Semua data yang terkumpul
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
2. Kemanfaatan (Beneficience)
Kewajiban secara etik untuk memaksimalkan manfaat dari
meminimalkan bahaya. Semua penelitian harus bermanfaat bagi
masyarakat, desain penelitian harus jelas, peneliti yang bertanggung
jawab harus mempunyai kompetensi yang sesuai.
3. Berkeadilan (Distributive justice)
Keseimbangan antara beban dan manfaat ketika berpartisipasi dalam
penelitian. Setiap individu yang berpartisipasi dalam penelitian harus
diperlakukan sesuai dengan latar belakang dan kondisi masing -
masing. Perbedaan perlakuan antara satu individu/kelompok dengan
lain dapat dibenarkan bila dapat dipertanggung jawabkan secara moral
dan dapat diterima oleh masyarakat. Penelitian ini hanya melakukan
studi dokumentasi pada dokumen pasien, sehingga tidak ada perbedaan
perlakuan antara satu subyek dengan subyek lainnya.

Tabel 3.2 Daftar artikel hasil pencarian


No Author Tahun Volu Judul Metode Hasil Datab
me, (Desain, Penelitian ase
Ang Sampel,
ka Variabel,
Instrumen,
Analisis)
1. Ita Susianti 2017 Vol. Aplikasi D: Metode Hasil dari Googl
5, teori deskriptif penelitian e
No. model S: Total menyatakan school
2 Calista sampling bahwa teori ar
Roy dalam V: theory Roy pada
pemberian adaptasi pasien kista
Asuhan Roy dan ovarium
Keperawa pasien yaitu dapat
tan Kista meningkatk
dengan ovarium an perilaku
Kista I: Pasien yang baik
Ovarium Kista pada
Ovarium penderita
A: kista
ovarium
dan upaya
pecegahan
terhadap
terjadinya
kista
ovarium.

2. Lela 2019 Vol. Aplikasi D: metode Gejala yang Google


larasati, 2, teori deskriptif dirasakan scholar
No Author Tahun Volu Judul Metode Hasil Datab
me, (Desain, Penelitian ase
Ang Sampel,
ka Variabel,
Instrumen,
Analisis)
Yati No.6 keperawat I: pasien oleh klien
Afiyanti,W an kista dipengaruhi
iwit Comport ovarium oleh kondisi
kurniawan Kolaba fisiologis,
dan konsep diri,
Adaptasi peran dan
Roy pada hubungan
klien interdepend
dengan ensi,hal
Neoplasm tersebut
a Ovarium menjadi
kistik stimulus
bagi
sesorang
baik itu
stimulus
fokal,
stimulus
konstektual
maupun
stimulus
residual.

Suryanti 2017 Vol. Aplikasi D: analisa Hasil dari Go


3 5, model studi kasus penelitian ogle
No 2 konsep S: total mengatakan school
No Author Tahun Volu Judul Metode Hasil Datab
me, (Desain, Penelitian ase
Ang Sampel,
ka Variabel,
Instrumen,
Analisis)
keperawat sample bahwa ar
an Calista B :teori dengan
Roy pada adapatasi penerapan
pasien roy dari teori
post I : pasien adaptasi roy
operasi post operasi perawat
Hernia HIL sebagai
Inguinalis A :- pemberi
Lateraslis asuhan
keperawata
n dapat
mengetahui
dan lebih
memahami
individu,
tentang hal-
hal yang
menyebabk
an stress
pada
individu,
stress
mekanisme
koping dan
efektor
sebagai
upaya
No Author Tahun Volu Judul Metode Hasil Datab
me, (Desain, Penelitian ase
Ang Sampel,
ka Variabel,
Instrumen,
Analisis)
individu
untuk
mengatasi
stress.

4. Mutarobin, 2019 V Analisis D:Observas Proses Google


Elly ol 13 aplikasi ional adaptasi scholar
Nurochma No I teori deskriptif pasien dan
h,Muhama adaptasi S: Total keluarga
d Adam roy pasien sampling dapat
Coronary V: Teori tercapai
Arteri adaptasi secara
Disease roy dan compensato
pasien CAD ry atau
intergrated
setelah
pemahaman
tentang
penyakit
meningkat/
lebih baik
dari
sebelumnya
No Author Tahun Volu Judul Metode Hasil Datab
me, (Desain, Penelitian ase
Ang Sampel,
ka Variabel,
Instrumen,
Analisis)
. Teori
model ini
memungkin
kan perawat
memberikan
asuhan
keperawata
n dengan
lebih
komprehens
ip untuk
membantu
pasien
meningkatk
an
kemampuan
adaptasi.

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R & Tomey A.M (2010), Nursing theory; Utilization and Application
(4rd edition) St,Louis ; Elsevier.
Depkes RI 2011, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 Jakarta.
Perry A.P & Potter A.G (2009). Foundamentals of Nursing (8 th Edition)
Australia ; Elsevier Inc.

Potter P.A & Perry A.G (2010) Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktek, Jakarta ; EGC

Roy, C & Andrew ( 1999). The Roy Adaptation Model New Jersey: Prentice Hall
Sudami (2016) Teori Aplikasi Teori Adaptasi Calista Roy dalam pemberian
Asuhan Keperawatan.

Wiknjosastro H (2005). Ilmu Kandungan. Sarwono Prawirohardjo, Yayasan Bina


Pustaka ,Jakarta.

Wiknjosastro (2009). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologi, Jogyakarta;


Mitra Cendekia.

Zelyanti (2016). Teori Aplikasi Teori Adaptasi Calista Roy dalam pemberian
Asuhan Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai